Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hal yang dialami setiap
manusia. Ia mengalami masa pendirian, pertumbuhan, perkembangan dan
seterusnya. Hal yang membedakan manusia yang satu dengan manusia yang
lainya adalah hasil dari pertumbuhan dan perkembangan itu sendiri.
Pertumbuhan diartikan sebagai perubahan alamiah secara kuantatif pada
segi jasmani atau fisik dan menunjukan kepada suatu fungsi tertentu yang baru
(yang tadinya belum tampak dari individu). Konsep pertumbuhan mempunyai
makna luas, mencakup segi-segi kuantitatif dan kualitatif serta aspekaspek fisikpsikis seperti terkandung dalam istilahistilah pertumbuhan, perubahan dalam arti
pertumbuhan dan kematangan berlangsung secara alamiah menurut jalanya
pertambahan usia, atau waktu yang di tempuh oleh individu tersebut.
Pertumbuhan terbatas pada perubahanperubahan yang bersifat evolusi
(menuju kearah yang lebih sempurna ). Perubahanperubahan aspek fisik dapat
dapat diidentifikasikan relatif lebih mudah manifestasinya karena dapat dilakukan
pengamatan langsung seperti, tinggi badan, berat badan dan tumbuhnya gigi dan
sebagainya. lain halnya dengan segi psikis yang relatif sulit di identifikasi karena
kita hanya mengamati sampai batas tertentu.sedangkan Perkembangan diartikan
sebagai

perubahanperubahan

kedewasaanya

yang

yang

berlangsung

dialami
secara

individu
sistematis,

menuju
progresif

tingkat
dan

berkesinambungan baik fisik, maupun psikis. Dalam perkembangan, tidaklah


terbatas pada pengertian pertumbuhan yang semakin membesar, melainkan
didalamnya juga terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung terus
menerus dan bersifat tetap. Pertumbuhan bergerak secara berangsur-angsur tetapi
pasti, melalui suatu bentuk atau tahap ke tahap berikutnya, yang makin hari kian

bertambah maju. dalam perkembangan mengacu pada fisik, maupun psikis


bersifat evolusi dan terjadi sepanjang hayat.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan?
2. Apa saja jenis-jenis tumbuh kembang?
3. Apa saja yang termasuk dalam faktor-faktor pertumbuhan

dan

perkembangan?
4. Bagaimana teori tumbuh kembang menurut Sigmund Freud?
1.3 TUJUAN
1.
2.
3.
4.

Menjelaskan tentang pertumbuhan dan perkembangan.


Menjelaskan jenis-jenis tumbuh kembang.
Menjelaskan faktor-faktor pertumbuhan dan perkembangan.
Menjelaskan teori tumbuh kembang menurut Sigmund Freud.

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN TUMBUH DAN KEMBANG


Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik atau anatomi dan
struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya
multiplikasi atau bertambah banyak sel-sel tubuh dan juga karena
bertambahanya besarnya sel. Adanya multiplikasi dan pertambahan ukuran
sel berarti ada pertambahan secara kuantitatif dan hal tersebut terjadi sejak
terjadinya konsepsi, yaitu bertemunya sel telur dan sperma hingga dewasa.
Jadi, pertumbuhan lebih ditekankan pada pertambahan ukuran fisik
seseorang, yaitu menjadi lebih besar atau lebih matang bentuknya, seperti
pertambahan ukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur atau
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat
dierkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel,
jaringan tubuh, organ-organ dan sistem yang terorganisasi. Dengan
demikian aspek perkembangan ini bersifat kualitatif, yaitu pertambahan
kematangan fungsi dari masing-masing bagian tubuh. Hal ini diawali
dengan berfungsinya jantung untuk memompa darah, kemampuan untuk
bernapas, sampai kemampuan anak tengkurap, duduk, berjalan, bicara,
memungut benda-benda disekelilingnya, serta kematangan emosi dan
sosial anak. Tahap perkembangan awal akan menentukan tahap
perkembangan selanjutnya.

2.2 JENIS-JENIS TUMBUH KEMBANG

1. Tumbuh kembang fisis meliputi perubahan dalam bentuk besar dan fungsi
organisme individu.
2. Tumbuh kembang intelektual berkaitan dengan kepandaian berkomunikasi
dan kemampuan menangani materi yang bersifat abstrak dan simbolik
seperti berbicara, bermain, berhitung dan membaca.
3. Tumbuh kembang sosial emosional bergantung kemampuan bayi untuk
membentuk ikatan batin, berkasih sayang, menangani kegelisahan akibat
suatu frustasi dan mengelola rangsangan agresif.

2.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG


2.3.1 Faktor Internal
1. Genetika
Faktor genetis akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan
kemtangan tulang, alat seksual, serta saraf, sehingga merupakan
modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang,
adapun yang mempengaruhi yaitu:
Perbedaan ras, etnis, atau bangsa
Keluarga
Umur
Jenis kelamin
Kelainan kromosom
2. Pengaruh Hormon
Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa pranatal, yaitu saat janin
berumur 4 bulan. Pada saat itu, terjadi pertumbuhan yang cepat.
Hormon yang berpengaruh terutama adalah hormon pertumbuhan
somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari. Selain itu,
kelenjar tiroid juga menghasilkan kelenjar tiroksin yang berguna
untuk metabolisme serta maturasi tulang, gigi dan otak.
2.3.2 Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang dapat berpengaruh dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu pranatal, kelahiran dan pasca natal.
4

1. Faktor pra natal (selama kehamilan), meliputi:


Gizi, nutrisi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan
janin.
Mekanis, posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat
menyebabkan kelainan congenital.
Toksin, zat kimia, radiasi.
Kelainan endokrin.
Infeksi TORCH atau penyakit menular seksual.
Kelainan imunologi.
Psikologi ibu.
2. Faktor kelahiran
Riwayat kelahiran dengan vakum ekstrasi atau forceps dapat
menyebabkan trauma kepala pada bayi sehingga beresiko
terjadinya kerusakan jaringan otak.
3. Faktor pasca natal
Seperti halnya pada masa pranatal, faktor yang berpengaruh
terhadap tumbuh kembang anak adalah gizi, penyakit kronis
atau kelainan kongenital, lingkungan fisik dan kimia, psikologis,
endokrin, sosialekonomi, lingkungan pengasuhan stimulasi dan
obat-obatan.

2.4 TEORI TUMBUH KEMBANG MENURUT SIGMUND FREUD


Dikenal sebagai Bapak Psikoanalisis , yang mengembangkan
teori Libido atau teori Energy Sexual. Dalam garis besar Freud membagi
perkembangan anak menjadi 4 fase, dikaitkan dengan dinamika
perkembangan dan sebelum memasuki fase maturitas.
Fase pragenital atau stadium pragenital adalah fase dari saat dilahirkan
sampai dengan kira-kira umur 5 tahun yang mencakup fase oral, anal, dan
falik. Ketiga fase tersebut mengalami perkembangan yang dinamis dan
berlainan antara fase oral, anal dan falik. Pada tahun-tahun pertama
kehidupan memiliki peranan yang penting dalam menentukan kepribadian,
dan pada akhir tahun kelima, kepribadian seseorang telah terbentuk. Fase
pragenital ditentukan atas dasar cara-cara reaksi bagian tubuh tertentu.

Fase laten berlangsung dari umur 6 tahun sampai dengan umur 12-13
tahun. Pada fase ini, dinamika perkembangan tampak lebih stabil karena
impuls-impuls cenderung ditekan.
Fase remaja yang berlangsung dari usia 12-13 tahun hingga 20 tahun.
Pada saat ini, dinamika tampak menonjol kembali.
Fase genital. Pada fase ini, dinamika tampak tenang kembali dan semakin
tenang apabila individu memasuki fase maturitas. Fase sampai dengan
umur 20 tahun adalah fase yang sangat menentukan di dalam pembentukan
kepribadian seseorang. Perkembangan kepribadian, selanjutnya sebagian
besar hanya merupakan penghalusan struktur dasar yang terbentuk sejak
masa pragenital hingga genital.
Menurut Freud sebagaimana diuraikan oleh Sumadi Suryabrata (1985)
bahwa fase perkembangan kepribadian individu, apabila ditinjau dari
dinamika kepribadian dibedakan menjadi 6 fase, yaitu: fase oral, anal,
falik, laten, pubertas dan genital. Setelah melewati fase genital pada
akhirnya memasuki fase maturitas dan dinamika sudah tenang dan mantap.
2.1.1

Fase Oral

Fase pertama berlangsung dari umur 0-1 tahun atau pada tahun pertama
kehidupan, lamanya kira-kira satu tahun. Daerah pokok kegiatan dinamika
adalah mulut sehingga fase ini dinamakan fase oral. Mulut dipandang
sebagai

sumber

keenakan-ketidakenakan,

kepuasan-ketidakpuasan,

kenikmatan-ketidaknikmatan, yang berasal dari makanan, yaitu pada saat


menyusui atau disuapi.
Pada fase ini, mulut memiliki fungsi penting dan sebagai alat utama untuk
melakukan eksplorasi dan belajar. Makan dalam hal ini mencakup
perangsangan terhadap bibir, rongga mulut, dan menelan. Apabila
makanan yang dimakan tidak menyenangkan, makanan tersebut akan
dikeluarkan. Selanjutnya, setelah tumbuh gigi susu, kenikmatan dapat
timbul karena menggigit dan mengunyah.

Hal-hal penting yang perlu diperhatikan pada fase oral, yaitu:


a. Ditemukan dua macam aktivitas oral, yaitu : menggigit dan
menelan makanan, yang kelak akan menjadi prototipe ciri (watak)
individu.
b. Kenikmatan yang diperoleh dari aktivitas oral dapat dipindahkan
ke objek lain, yaitu kenikmatan untuk memperoleh pengetahuan
dan hak milik (harta)
c. Bentuk pemindahan objek dari menggigit (agresi oral) adalah suka
berdebat dan sifat sarkatis (suka menyindir)
d. Individu yang mengalami fiksasi pada

taraf

kepribadian

inkorporatif oral (memasukkan sesuatu ke mulut), akan mudah


ditipu karena apa yang dikatakan orang akan diterima begitu saja
tanpa dipikir secara nalar.
e. Melalui pemindahan dan sublimasi serta pertahanan terhadap
impuls oral primitif (makan, menelan, menggigit) maka prototipe
fungsi oral menjadi dasar perkembangan minat, sikap dan ciri-ciri
(watak) individu.
f. Berlangsung pada saat individu tidak berdaya dan sangat
tergantung kepada ibu dalam segala hal, seperti: dibuai, dirawat
dan dilindungi, karena itu timbul rasa ketergantungan.
g. Rasa ketergantungan cenderung tetap ada selama hidup manusia
dan menonjol apabila individu merasa tidak aman, cemas dan
ketakutan.
h. Dasar perkembangan mental yang sehat sangat dipengaruhi oleh
hubungan yang harmonis antara ibu-anak.
i. Apabila dalam fase ini terjadi gangguan makan akan terjadi fiksasi
oral, yaitu pengalaman buruk tentang makan yang menyebabkan
anak terfiksasi (cara tingkah laku yang tetap dan terus menerus
dilakukan) sehingga kelak perilakunya akan terarah untuk mencari
kepuasaan yang tidak diperoleh pada fase oral.
j. Apabila fase oral tidak terselesaikan dengan baik akan terbawa
pada fase berikutnya. Ketidaksiapan anak tampak pada perilaku
tetap ketergantungan dan menolak mandiri.

k. Apabila anak menutupi ketidaksiapan, yang terjadi adalah anak


terlalu cepat mandiri, namun kelak akan muncul kembali dalam
bentuk gangguan perilaku.
2.1.2

Fase Anal

Fase anal berlangsung dari umur 1-3 tahun, yang ditandai dengan
berkembangnya kepuasan (kateksis) dan ketidakpuasan (antikateksis) di
sekitar fungsi eliminasi. Dengan mengeluarkan feses (buang air besar)
timbul perasaan lega, nyaman dan puas. Kepuasaan tersebut bersifat
egosentrik, artinya anak mampu mengendalikan sendiri fungsi tubuhnya.
Hal-hal penting yang perlu diketahui pada fase anal, yaitu:
a. Anak mulai menunjukkan sifat egosentrik, sikapnya sangat
narsistis (kecintaan pada diri sendiri), dan egoistik (memikirkan
diri sendiri).
b. Tugas perkembangan yang penting pada fase anal tepatnya pada
saat anak umur 2 tahun adalah latihan kebersihan (toilet training),
agar anak dapat buang air (defikasi) dengan bersih dan teratur.
c. Latihan kebersihan yang terselesaikan dengan baik, yaitu dengan
cara membimbing, memuji, dan penuh kasih sayang, akan menjadi
dasar kreativitas dan produktivitas anak.
d. Latihan kebersihan yang tidak terselesaikan dengan baik, akan
menimbulkan kesulitan perkembangan perilaku di kemudian hari.
Contoh :
Ibu sangat menekan (represif) dan keras terhadap anak dan
mengakibatkan :
Anak menahan feses dan terjadi obstipasi (sembelit).
Bentuk perilaku yang terjadi seperti penolakan, keras
kepala, sifat obsesif (pikiran yang berulang-ulang dan
tidak disukai, tetapi sulit dihilangkan), berpandangan

sempit, berkepribadian introvert dan pelit (kikir).


Anak akan encopresis (mengeluarkan feses sering dan
sembarangan). Bentuk sisa konflik adalah kepribadian
anal-exclusive yang ditandai dengan sifat kepribadian

extrovert, impulsif, tidak rapi (jorok) dan kurang


pengendalian diri.
e. Tugas perkembangan lain pada fase anal adalah perkembangan
bicara dan bahasa.
2.1.3

Fase Falik

Fase oral berlangsung sekitar umur 3-5 tahun, yang menjadi daerah erogen
adalah bibir, fase anal adalah anus, sedangkan pada fase falik, daerah
erogen terpenting adalah alat kelamin. Sebagai pusat dinamika
perkembangan adalah perasaan seksual dan agresif karena mulai
berfungsinya alat kelamin.
Hal-hal yang perlu dipahami pada fase falik, yaitu :
a. Anak mulai melakukan rangsangan otoerotik, yaitu meraba-raba
dan merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogen (bagian
tubuh yang mudah membangkitkan dorongan seksual).
b. Dorongan seksualitas tersebut kemudian ditujukan pada orang tua
dengan jenis kelamin yang berbeda.
c. Pada fase inilah terjadi peristiwa yang dinamakan komplek
Oediphus, yaitu :
Kateksis seksual (emosi yang dihubungkan secara berarti
dengan objek seksual) terhadap orang tua yang berlainan
jenis kelamin serta kateksis permusuhan terhadap orang tua

berjenis kelamin sama.


Anak laki-laki ingin memiliki ibu dan mengusir ayah atau

sebaliknya.
Kompleks oediphus,

kelak

menjadi

kekuatan

vital

kepribadian individu selama hidupnya, seperti sikap


terhadap jenis kelamin lain dan tokoh pemegang otoritas.
d. Perbedaan kompleks Oediphus pada laki dan perempuan menurut
Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey (2000) adalah sebagai berikut:
Pada awalnya mencintai ibunya karena dari ibu segala
kebutuhan terpenuhi, sedangkan ayah merupakan pesaing
dalam memperebutkan cinta kasih ibu.

Perasaan mecintai ibu dan memusuhi ayah pada anak lakilaki tetap selama hayatnya, sedangkan pada perempuan

berubah.
Pada anak laki-laki terjadi incet (relasi seksual antar lawan
jenis yang sangat dekat ikatan darahnya) terhadap ibu dan

kebencian terhadap ayah sehingga timbul konflik.


Anak laki-laki mengkhayalkan ayah akan melukai organ
genitalnya yang merupakan sumber kenikmatan, disertai
ancaman dan suka memberi hukuman. Oleh karena itu,
ketakutan kastrasi anak, menekan keinginan seksualnya

terhadap ibu dan menekan rasa permusuhan dengan ayah.


Akibatnya anak laki-laki akan mengidentifikasikan dirinya
dengan ayah dan memperoleh manfaat penting, yaitu:
secara tidak langsung anak laki-laki mendapat pemuasan
dorongan seksual terhadap ibu, dan pada saat yang sama
rasa erotisnya yang membahayakan terhadap ibu, ditutupi

dengan sikap penurut dan sayang terhadap ibu.


Kompleks Oediphus pada laki mewariskan super-ego

sebagai barier terhadap incet dan agresi.


e. Berlawanan dengan laki-laki, objek cinta anak perempuan
dialihkan kepada ayah.
f. Perubahan objek
cinta tersebut sebagai reaksi terhadap
kekecewaaannya, ketika ia mengetahui bahwa anak laki-lakinya
mempunyai alat kelamin yang menonjol, sedangkan dirinya tidak
sehingga timbul iri hati terhadap pria yang disebut iri penis (penis
envy). Keadaan yang dialami anak perempuan seperti pengebiran
(kastrasi).
g. Anak perempuan beranggapan bahwa keadaan dirinya yang
berbeda dengan laki-laki menjadi tanggung jawab ibu sehingga
melemahkan kateksis (penanaman libido pada diri sendiri, pribadi
lain, atau objek lain) terhadap ibu.
h. Anak perempuan mengalihkan cintanya kepada ayah karena ayah
memiliki organ yang dia inginkan.
i. Perbedaan sifat kompleks Oediphus serta kastrasi menjadi dasar
perbedaan psikologis antara laki-laki dan perempuan.

10

j. Menurut Freud setiap orang pada dasarnya biseksual, artinya


tertarik jenis kelamin yang sama dan berlainan. Ketertarikan
terhadap jenis kelamin yang sama ini yang menjadi dasar
homoseksualitas, dan pada kebanyakan orang, impuls ini tetap
laten. Sifat biseksual ini diperkuat pula bahwa pada laki-laki
maupun

perempuan

memiliki

kelenjar

endokrin

yang

menghasilkan hormon seks masing-masing.

2.1.4 FASE LATEN


Fase laten berlangsung sekitar umur 5-12 atau 13 tahun. Laten artinya
sama dengan terpendam dan tersembunyi. Pada fase ini impuls-impuls
cenderung dalam keadaan cenderung dalam keadaan terpendam atau
tersembunyi. Akibat dari keadaan tersebut anak mudah untuk dididik di
bandingkan fase pragenital (fase oral, anal dan falik) maupun pada fase
pubertas dan genital.
Fase ini merupakan fase integritas karena anak harus berhadapan
dengan tuntutan sosial seperti pelajaran sekolah, hubungan kelompok
sebaya, konsep nilai, moral dan etik serta hubungan dengan dunia
dewasa.
2.1.5 FASE PUBERTAS
Fase pubertas berlangsung sekitar umur 13-20 tahun. Pada fase
pubertas, impuls-impuls

yang semula tenang, terpendam atau

tersembunyi (laten) menonjol kembali sehingga menimbulkan aktivitas


dinamis lagi. Apabila hal ini dapat dipindahkan dan di sublimasikan
oleh dasich dengan berhasil individu memasuki kematangan terakhir
yaitu fase genital.
2.1.6 FASE GENITAL
Pada fase falik atau genital awal, kateksis sifatnya narsitis, artinya
individu mempunyai kepuasan dari perangsangan dan manipulasi

11

tubuhnya sendiri dan orang lain diinginkan hanya karena memberikan


bentuk tambahan kenikmatan jasmaniah. Pada fase genital ini, narsitis
diarahkan ke objek luar, yaitu dengan mencintai orang lain karena
alasan altruitis (mementingkan orang lain) bukan semata-mata alasan
narsitis.
Pada akhir fase genital, dorongan-dorongan yang altruitis dan telah
disosialisasikan ini telah menjadi permanen dalam bentuk pemindahan
objek, sublimasi dan identifikasi. Perubahan terjadi dari hanya
mengejar kenikmatan yang narsitis menjadi orang dewasa yang telah
disosoalitaskan dan realitas.

BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik atau anatomi dan
struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi
atau bertambah banyak sel-sel tubuh dan juga karena bertambahanya
besarnya sel. Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan
dan struktur atau fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur,
dapat dierkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel,
jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem yang terorganisasi.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hal yang setiap
individu akan mengalaminya. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktorfaktor dan berbagai keadaan lingkungan.

12

Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi tiga tahapan,


yakni tahap infantile (0-5 tahun), tahap laten (5-12 tahun), dan tahap genital
(>12 tahun). Ada dua asumsi yang mendasari teori psikoanalisis Freud, yaitu
asumsi determinisme psikis dan asumsi motivasi tak sadar. Asumsi
determinisme psikis (psychic deteminism) meyakini bahwa segala sesuatu
yang dilakukan, dipikirkan, atau dirasakan individu mempunyai arti dan
maksud, dan itu semuanya secara alami sudah ditentukan. Prospektif dalam
arti bahwa ia melihat kepribadian itu kedepan kearah garis perkembangan
sang pribadi di masa depan dan retrospektif dalam arti ia memperhatikan
masa lampau sang pribadi.

3.2 SARAN
Dengan adanya makalah tentang pertumbuhan dan perkembangan
ini diharapkan maklhuk hidup dapat mengerti setiap pertumbuhan dan
perkembangan

yang

terjadi dalam

tingkatannya.

Karena

perubahan

perkembangan pada diri manusia menyebabkan terjadinya perubahan secara


fisiologis dan psikologis. Selain itu setiap individu diharapkan dapat
memahami apa yang dimaksud dengan tumbuh kembang itu sendiri.

13

Anda mungkin juga menyukai