VIII
IX
X
XI
XII
Jenis
Fungsi
Menerima rangsang dari hidung dan menghantarkannya ke
Olfaktori
Sensori
otak untuk diproses sebagai sensasi bau
Menerima rangsang dari mata dan menghantarkannya ke
Optik
Sensori
otak untuk diproses sebagai persepsi visual
Okulomotor
Motorik Menggerakkan sebagian besar otot mata
Troklear
Motorik Menggerakkan beberapa otot mata
Sensori: Menerima rangsangan dari wajah untuk diproses di
Trigeminal
Gabungan otak sebagai sentuhan
Motorik: Menggerakkan rahang
Abdusen
Motorik Abduksi mata
Sensorik: Menerima rangsang dari bagian anterior lidah
untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa
Fasial
Gabungan
Motorik: Mengendalikan otot wajah untuk menciptakan
ekspresi wajah
Sensori sistem vestibular: Mengendalikan keseimbangan
Vestibulokoklear Sensori Sensori koklea: Menerima rangsang untuk diproses di otak
sebagai suara
Sensori: Menerima rangsang dari bagian posterior lidah
Glosofaringeal Gabungan untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa
Motorik: Mengendalikan organ-organ dalam
Sensori: Menerima rangsang dari organ dalam
Vagus
Gabungan
Motorik: Mengendalikan organ-organ dalam
Aksesori
Motorik Mengendalikan pergerakan kepala
Hipoglosal
Motorik Mengendalikan pergerakan lidah
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 1
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 2
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 3
Anterior ke posterior:
limb anterior dari kapsul internal yang mengandung:
1) Frontopontine (corticofugal) serat proyek dari korteks frontal ke pons ;
2) serat talamokortikal (bagian dari radiasi talamokortikal)
menghubungkan medial dan anterior inti dari thalamus ke lobus frontal (ini terputus
selama Lobotomi prefrontal ).
Genu mengandung serat corticobulbar , yang berjalan antara korteks dan batang otak .
Dahan posterior dari kapsul internal yang mengandung serat kortikospinalis , serat sensorik
(termasuk lemniskus medial dan sistem anterolateral ) dari tubuh dan serat corticobulbar
beberapa.
2
Divisi
Anterior
tungkai
- Lenticulostriate arteri
- Tracts antara lobus frontal dan pons (batang otak) (cabang dari arteri serebri)
- Tracts antara thalamus dan korteks prefrontal
- Berulang arteri Heubner
- Tracts antara thalamus dan cingulate gyrus
(cabang dari arteri serebri
anterior)
Lutut
- Lenticulostriate arteri
- Tracts antara korteks motorik di lobus frontal dan (cabang dari arteri serebri)
inti saraf kranial di batang otak (alias: saluran
- Berulang arteri Heubner
corticobulbar)
(cabang dari arteri serebri
anterior)
Posterior
tungkai
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Darah Pasokan
- Lenticulostriate arteri
(cabang dari arteri serebri)
- Arteri Choroidal anterior
(cabang dari karotid
Page 4
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
o 1/3 berasal dari Area 4 Brodmann (pusat motorik primer) pada gyrus
precentralis
o 1/3 berasal dari Area 6 Brodmann (pusat motorik sekunder) pada
gyrus precentralis
o 1/3 berasal dari Area 3,2,1 Brodmann (pusat somastesi) pada gyrus
postcentralis
Neuron Motorik Bawah (Pusat Spinal)
Cornu anterius medulla spinalis (Pusat Spinal) tractus corticospinalis.
Letak columna subt.grisea medulla spinalis terdapat dua neuron :
o Neuron orde kedua (neuron antara) terletak pada pangkal columna
anterior subt.grisea
Page 5
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 6
Asal
Page 7
Exteroseptor : perasaan tubuh permukaan (kulit), seperti sensasi nyeri, suhu, dan
raba
Proprioseptor : perasaan tubuh dalam, seperti pada otot, sendi, dan tendo.
Interoseptor : perasaan tubuh pada alat-alat viscera atau alat-alat dalam, seperti
jantung, lambung, usus, dll.
Interoseptor : perasaan tubuh pada alat-alat viscera atau alat-alat dalam, seperti
jantung, lambung, usus, dll.
Page 8
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 9
Perbedaan lain antara kedua sistem ini adalah bahwa serabut-serabut saraf dalam sistem kolumna
dorsalis-lemniskus medialis mempunyai sifat orientasi ruang yang sangat tinggi sesuai dengan asal
serabut saraf itu, sememntara sistem anterolateral mempunyai sifat orientasi ruang yang jauh lebih kecil.
Perbedaan ini akan mempengaruhi jenis informasi sensorik apa yang dapat dijalarkan oleh kedua sistem
di atas. Yakni informasi sensorik yang harus dijlarkan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat
terutama akan dijalarkan oleh sistem kolumna dorsalis-lemniskus medialis, sedangkan informasi yang tak
perlu dijalarkan dengan cepat atau dengan tempo yang lama terutama dijalarkan oleh sistem anterolateral.
Sistem anterolateral mempunyai kemampuan khusus yang tidak dimiliki oleh sistem dorsalis, yakni
kemampuan untuk menjalarkan madalitas sensasi yang sangat luas-misalnya sensasi nyeri, hangat, dingin,
dan taktil yang kasar, sedangkan sistem dorsalis hanya terbatas utnuk sensasi mekanoreseptif jenis
tertentu.
Adapun jenis-jenis sensasi yang dapat dijalarkan oleh kedua sistem ini adalah :
Kolumna Dorsalis-Sistem Lemniskus Medialis
Sensasi raba membutuhkan rangsangan dengan derajat lokalisasi tingii
Sensasi raba membutuhkan penjalaran impuls dengan intensitas gradasi yang halus
Sensasi fisik misalnya sensasi getaran
Sensasi terhadapa sinyal gerakan pada kulit
Sensasi posisi tubuh dari persendian
Sensasi tekan yang berkaitan dengan derajat penentuan intensitas tekanan.
Sistem Anterolateral
Rasa nyeri
Sensasi termal, meliputi sensasi hangat dan dingin
Sensasi raba dan tekan kasar yang mampu menentukan tempat perabaan kasar pada tempat penekanan
tubuh
Sensasi geli dan gatal
Sensasi seksual
3. MM PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
CARA PEMERIKSAAN SISTIM MOTORIK.
Pemeriksaan sistim motorik sebaiknya dilakukan dengan urutan urutan tertentu untuk menjamin
kelengkapan dan ketelitian pemeriksaan.
1. Pengamatan (Inspeksi).
a. Gaya berjalan dan tingkah laku.
b. Simetri tubuh dan ektremitas.
c. Kelumpuhan badan dan anggota gerak. dll.
d. Gerakan Volunter.
Yang diperiksa adalah gerakan pasien atas permintaan pemeriksa,
misalnya :
a. Mengangkat kedua tangan pada sendi bahu.
b. Fleksi dan ekstensi artikulus kubiti.
c. Mengepal dan membuka jari-jari tangan.
d. Mengangkat kedua tungkai pada sendi panggul.
e. Fleksi dan ekstensi artikulus genu.
f. Plantar fleksi dan dorso fleksi kaki.
g. Gerakan jari- jari kaki.
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 10
2. Palpasi otot.
a. Pengukuran besar otot.
b. Nyeri tekan.
c. Kontraktur.
d. Konsistensi ( kekenyalan ).
Konsistensi otot yang meningkat terdapat pada.
Spasmus otot akibat iritasi radix saraf spinalis, misal: meningitis, HNP.
Kelumpuhan jenis UMN ( spastisitas ).
Gangguan UMN ekstrapiramidal ( rigiditas ).
Kontraktur otot.
Konsistensi otot yang menurun terdapat pada.
Kelumpuhan jenis LMN akibat denervasi otot.
Kelumpuhan jenis LMN akibat lesi di motor end plate.
e. Tonus otot.
Pasien diminta melemaskan ekstremitas yang hendak diperiksa kemudian ekstremitas tersebut
kita gerak-gerakkan fleksi dan ekstensi pada sendi siku dan lutut. Pada orang normal terdapat
tahanan yang wajar.
Flaccid : tidak ada tahanan sama sekali ( dijumpai pada
kelumpuhan LMN).
Hipotoni : tahanan berkurang.
Spastik : tahanan meningkat dan terdapat pada awal
gerakan , ini dijumpai pada kelumpuhan UMN.
Rigid : tahanan kuat terus menerus selama gerakan misalnya pada Parkinson.
f.
Kekuatan otot.
Pemeriksaan ini menilai kekuatan otot, untuk memeriksa kekuatan otot ada dua cara:
Pasien disuruh menggerakkan bagian ekstremitas atau badannya dan pemeriksa menahan gerakan
ini.
Pemeriksa menggerakkan bagian ekstremitas atau badan pasien dan ia disuruh menahan.
Cara menilai kekuatan otot :
Dengan menggunakan angka dari 0-5.
0 : Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot, lumpuh total.
1 : Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan gerakan pada persendiaan yang harus
digerakkan oleh otot tersebut.
2 : Didapatkan gerakan,tetapi gerakan ini tidak mampu melawan gaya berat ( gravitasi ).
3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat.
4 : Disamping dapat melawan gaya berat ia dapat pula mengatasi sedikit tahanan yang diberikan.
5 : Tidak ada kelumpuhan ( normal )
3. Perkusi otot.
Normal : otot yang diperkusi akan berkontraksi yang bersifat setempat dan berlangsung hanya 1
atau 2 detik saja.
Miodema : penimbunan sejenak tempat yang telah diperkusi ( biasanya terdapat pada pasien
mixedema, pasien dengan gizi buruk ).
Miotonik :tempat yang diperkusi menjadi cekung untuk beberapa detik oleh karena kontraksi otot
yang bersangkutan lebih lama dari pada biasa.
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 11
Gerakan involunter.
Gerakan involunter ditimbulkan oleh gejala pelepasan yang bersifat positif, yaitu dikeluarkan aktivitas
oleh suatu nukleus tertentu dalam susunan ekstrapiramidalis yang kehilangan kontrol akibat lesi pada
nukleus pengontrolnya. Susunan ekstrapiramidal ini mencakup kortex ekstrapiramidalis, nuklues
kaudatus, globus pallidus, putamen, corpus luysi, substansia nigra, nukleus ruber, nukleus ventrolateralis
thalami substansia retikularis dan serebelum.
Tremor saat istirahat : disebut juga tremol striatal, disebabkan lesi pada corpus striatum (nukleus
kaudatus, putamen, globus pallidus dan lintasan lintasan penghubungnya) misalnya kerusakan
substansia nigra pada sindroma Parkinson.
Tremor saat bergerak ( intensional ) : disebut juga tremor serebellar, disebabkan gangguan
mekanisme feedback oleh serebellum terhadap aktivitas kortes piramidalis dan ekstrapiramidal
hingga timbul kekacauan gerakan volunter.
Khorea : gerakan involunter pada ekstremitas, biasanya lengan atau tangan, eksplosif, cepat
berganti sifat dan arah gerakan secara tidak teratur, yang hanya terhenti pada waktu tidur. Khorea
disebabkan oleh lesi di corpus striataum, substansia nigra dan corpus subthalamicus.
Athetose : gerakan involenter pada ektremitas, terutama lengan atau tangan atau tangan yang agak
lambat dan menunjukkan pada gerakan melilit lilit , torsi ekstensi atau torsi fleksi pada sendi
bahu, siku dan pergelangan tangan.
Gerakan ini dianggap sebagai manifestasi lesi di nukleus kaudatus.
Ballismus: gerakan involunter otot proksimal ekstremitas dan paravertebra, hingga menyerupai
gerakan seorang yang melemparkan cakram. Gerakan ini dihubungkan dengan lesi di corpus
subthalamicus, corpus luysi, area prerubral dan berkas porel.
Fasikulasi: kontrasi abnormal yang halus dan spontan pada sisa serabut otot yang masih sehat
pada otot yang mengalami kerusakan motor neuron. Kontraksi nampak sebagai keduten keduten
dibawah kulit.
Myokimia: fasikulasi benigna. Frekwensi keduten tidak secepat fasikulasi dan berlangsung lebih
lama dari fasikulasi.
Myokloni : gerakan involunter yang bangkit tiba tiba cepat, berlangsung sejenak, aritmik, dapat
timbul sekali saja atau berkali kali ditiap bagian otot skelet dan pada setiap waktu, waktu
bergerak maupun waktu istirahat.
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 12
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 13
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 14
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 15
b. Rasa Gramestesia.
Untuk mengenal angka, aksara, bentuk yang digoreskan diatas kulit pasien,
misalnya ditelapak tangan pasien.
c. Rasa Barognosia.
Untuk mengenal berat suatu benda.
d. Rasa topognosia.
Untuk mengenal tempat pada tubuhnya yang disentuh pasien.
Nomenklatur untuk pemeriksaan sensorik.
a. Rasa eksteroseptif.
Hilangnya rasa raba : ANESTESIA.
Berkurangnya rasa raba : HIPESTESIA.
Berlebihnya rasa raba : HIPERTESIA.
b. Rasa Nyeri.
Hilangnya rasa nyeri : ANALGESIA.
Berkurangnya rasa nyeri : HIPALGESIA.
Berlebihnya rasa nyeri : HIPERGESIA.
c. Rasa suhu.
Hilangnya rasa suhu : THERMOANESTHESIA.
Berkurangnya rasa suhu : THERMOHIPESTHESIA.
Berlebihnya rasa suhu : THERMOHIPERESTHESIA.
d. Rasa abnormal dipermukaan tubuh.
kesemuten : PARESTHESIA.
nyeri panas dingin yang tidak keruan : DISESTHESIA
e. Rasa Propioseptif = Rasa Raba Dalam.
a. rasa gerak : KINESTHESIA.
b. rasa sikap : STATESTESIA.
c. rasa getar : PALESTHESIA.
d. rasa tekan : BARESTHESIA.
f. Rasa DISKRIMINATIF
Mengenal bentuk dan ukuran sesuatu dengan jalan perabaan.
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 16
a. STEREOGNOSIS.
Mengenal dan mengetahui berat sesuatu : BAROGNOSIS.
Mengenal tempat yang diraba : TOPESTESIA, TOPOGNOSIS.
Mengenal angka, aksara,bentuk yang digoreskan di atas kulit
b. GRAMESTESIA.
Mengenal diskriminasi 2 titik : DISKRIMINASI SPASIAL.
Mengenal setiap titik dan daerah tubuh sendiri : AUTOTOPOGNOSIS.
CARA PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS.
a.
Parosmia adalah gangguan penghiduan bilamana tercium bau yang tidak sesuai
misalnya minyak kayu putih tercium sebagai bau bawang goreng.
Jika parosmia dicirikan oleh modalitas olfaktorik yang tidak menyenangkan atau yang
memuakan seperti bacin , pesing dsb, maka digunakan istilah lain yaitu kakosmia.
Baik dalam hal parosmia maupun kakosmia adanya perangsangan olfaktorik
merupakan suatu kenyataan, hanya pengenalan nya saja tidak sesuai, tetapi bila
tercium suatu modalitas olfaktorik tanpa adanya perangsangan maka kesadaran akan
suatu jenis bau ini adalah halusinasi, yaitu halusinasi olfaktorik.
a.
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 17
b.
c.
Apabila pasien tidak bisa membaca huruf teratas pada kartu Snellen, lakukan
pemeriksaan hitung jari, dengan menggunakan jari-jari pemeriksa yang digerakkan,
nilai sejauh mana jarak pasien dapat menghitung jari pemeriksa.
Pada orang
normal test hitung jari harus dapat dilihat dalam jarak 60 meter. contoh visus = 2/60
pasien hanya dapat melihat pergerakan jari pada jarak 2 meter
d.
Apabila pasien tidak dapat menghitung jari pemeriksa dengan jarak terdekat (1/60),
maka dilakukan pemeriksaan lambaian tangan.
Untuk gerakan tangan, pada orang normal dapat dilihat pada jarak 300 meter. Jika
kemampuannya hanya sampai membedakan adanya gerakan , maka visusnya ialah
1/300. Contoh Visus = 3/300 pasien hanya dapat melihat pergerakan tangan pada
jarak 3 meter.
e.
Namun jika pasien juga tidak dapat melihat adanya gerakan tangan, dapat dilakukan
pemeriksaan cahaya. Apabila pasien hanya dapat membedakan antara gelap dan
terang maka visus nya 1/~, bila dengan sinar lampu masih belum dapat melihat
maka dikatakan visus pasien tersebut adalah nol.
Bila terdapat gangguan ketajaman penglihatan apakah gangguan ketajaman
penglihatan yang disebabkan oleh kelainan oftalmologik ( bukan saraf ) misalnya
kornea, uveitis, katarak dan kelainan refraksi maka dengan menggunakan kertas
yang berlubang kecil dapat memberikan kesan adanya faktor refraksi dalam
penurunan visus (pin hole test), bila dengan melihat melalui lubang kecil huruf
bertambah jelas maka faktor yang berperan mungkin gangguan refraksi.
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 18
2.
paling
mudah
adalah
dengan
munggunakan
metode
Konfrontasi
dari Donder. Dalam hal ini pasien duduk atau berdiri kurang lebih jarak 1 meter dengan
pemeriksa, Jika kita hendak memeriksa mata kanan maka mata kiri pasien harus ditutup,
misalnya dengan tangannya pemeriksa harus menutup mata kanannya. Kemudian pasien
disuruh melihat pada mata kiri pemeriksa dan pemeriksa harus selalu melihat ke mata
kanan
pasien.
tangannya
dibidang
Setelah
pertengahan
pemeriksa
antara
menggerakkan
pemeriksa
dan
jari
pasien
dan
gerakan dilakukan dari arah luar ke dalam. Jika pasien mulai melihat gerakan jari jari
pemeriksa , ia harus memberitahu, dan hal ini dibandingkan dengan pemeriksa, apakah
iapun telah melihatnya. Bila sekiranya ada gangguan kampus penglihatan ( visual field )
maka pemeriksa akan lebih dahulu melihat gerakan tersebut.Gerakan jari tangan ini
dilakukan dari semua jurusan dan masing masing mata harus diperiksa.
Ada bagian bagian visual field yang buta dimana pasien tidak dapat melihatnya, ini
disebut dengan SKOTOMA.
a. Skotoma positif : tanpa diperiksa pasien sudah merasa adanya skotoma.
b. Skotoma negatif: dengan diperiksa pasien baru merasa adanya skotoma.
Macam macam gangguan visual field antara lain :
hemianopsia (temporal; nasal; bitemporalis ; binasal ), homonymous hemianopsia,
homonymous quadrantanopsia, total blindness dsb
Fundus oculi (funduscopy)
-
Yang diperiksa adalah keadaan retina dan diskus optikus atau papila nervi optici.
Penilaian:
Gambaran fundus oculi normal: Retina berwarna merah-oranye
Pembuluh darah: vena lebih tebal dari arteri dan berpangkal pada pusat papil dan
memancarkan cabang-cabangnya keseluruh retina dengan perbandingan a:v = 2:3
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 19
Papil N.II: berwarna kuning kemerahan, bentuk bulat, batas tegas dengan
sekelilingnya, mempunyai cekungan fisiologis (cupping).
b.
d. Refleks akomodasi.
Caranya, pasien diminta untuk melihat telunjuk pemeriksa pada jarak yang cukup
jauh, kemudian dengan tiba tiba dekatkanlah pada pasien lalu perhatikan reflek
konvergensi pasien dimana dalam keadaan normal kedua bola mata akan berputar
kedalam atau nasal.
Reflek akomodasi yang positif pada orang normal tampak dengan miosis pupil.
e. Refleks ciliospinal.
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 20
Rangsangan nyeri pada kulit kuduk akan memberi midriasis (melebar) dari pupil
homolateral. keadaan ini disebut normal
f. Refleks okulosensorik.
rangsangan nyeri pada bola mata/daerah sekitarnya, normal akan memberikan
miosis atau midriasis yang segera disusul miosis.
g. Refleks terhadap obat-obatan.
Atropine dan skopolamine akan memberikan pelebaran pupil/midriasis.
Pilocarpine dan acetylcholine akan memberikan miosis.
h. Pemeriksaan gerakan bola mata
Lihat ada/tidaknya nystagmus ( gerakan bola mata diluar kemauan pasien). Pasien
diminta untuk mengikuti gerakan tangan pemeriksa yang digerakkan kesegala
jurusan. Lihat apakah ada hambatan pada pergerakan matanya. Hambatan yang
terjadi dapat pada satu atau dua bola mata. Pasien diminta untuk menggerakan
sendiri bola matanya
C. SARAF OTAK V ( NERVUS TRIGEMINUS ).
Cara pemeriksaan :
Pemeriksaan motorik.
a. Pasien diminta merapatkan gigi sekuatnya, kemudian meraba m . masseter
dan m. Temporalis. Normalnya kiri dan kanan kekuatan, besar dan tonus
nya sama.
b. Pasien diminta membuka mulut dan memperhatikan apakah ada deviasi
rahang bawah, jika ada kelumpuhan maka dagu akan terdorong kesisi lesi.
Sebagai pegangan diambil gigi seri atas dan bawah yang harus
simetris.Bila terdapat parese disebelah kanan, rahang bawah tidak dapat
digerakkan kesamping kiri.
c. Cara lain pasien diminta mempertahankan rahang bawahnya kesamping
dan kita beri tekanan untuk mengembalikan rahang bawah keposisi
tengah.
Pemeriksaan sensorik.
Dengan kapas dan jarum dapat diperiksa rasa nyeri dan suhu, kemudian lakukan
pemeriksaan pada dahi, pipi dan rahang bawah.
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 21
Pemeriksaan refleks.
a. Refleks kornea ( berasal dari sensorik Nervus V).
Kornea disentuh dengan kapas, bila normal pasien akan menutup matanya
atau menanyakan apakah pasien dapat merasakan.
b. Refleks masseter / Jaw reflex ( berasal dari motorik Nervus V).
Dengan menempatkan satu jari pemeriksa melintang pada bagian tengah
dagu, lalu pasien dalam keadaan mulut setengah membuka dipukul dengan
hammer refleks normalnya didapatkan sedikit saja gerakan, malah
kadang kadang tidak ada. Bila ada gerakan nya hebat yaitu kontraksi
m.masseter, m.temporalis, m pterygoideus medialis yang menyebabkan
mulut menutup ini disebut refleks meninggi.
c. Refleks supraorbital.
Dengan mengetuk jari pada daerah supraorbital, normalnya akan
menyebabkan mata menutup homolateral ( tetapi sering diikuti dengan
menutupnya mata yang lain )
d.
sudut
mulut.
Kemudian
pasien
diminta
untuk
menggerakan
wajahnya
antara
lain:
a.
b.
Mengangkat alis
c.
Menutup mata dengan rapat dan coba buka dengan tangan pemeriksa.
d.
e.
Suruh pasien bersiul, dalam keadaan pipi mengembung tekan kiri dan kanan apakah
sama kuat . Bila ada kelumpuhan maka angin akan keluar kebagian sisi yang
lumpuh.
Persarafan supranuklear dari otot-otot dahi terletak pada kedua hemisfer serebri,
sedangkan otot wajah sisanya mendapat persarafan hanya dari girus presentralis
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 22
Dilakukan pada 2/3 bagian lidah depan. Pasien disuruh untuk menjulurkan lidah,
kemudian pada sisi kanan dan kiri diletakkan gula, asam,garam atau sesuatu yang
pahit. Pasien cukup menuliskan apa yang terasa diatas secarik kertas. Bahannya
adalah:Glukosa 5 %, Nacl 2,5 %, Asam sitrat 1 %, Kinine 0,075 %.
e.
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 23
maka kurang dapat dipercaya dan tidak dapat dipakai sebagai satu-satunya cara
mengkaji ketajaman auditorius.
b.
Pemeriksaan Weber.
Maksud nya membandingkan transportasi melalui tulang ditelinga kanan dan kiri
pasien.Garpu tala ditempatkan didahi pasien, pada keadaan normal kiri dan kanan sama
keras ( pasien tidak dapat menentukan dimana yang lebih keras ). Pendengaran tulang
mengeras
bila
pendengaran
udara
terganggu,
misal:
otitis
media
kiri , pada test weber terdengar kiri lebih keras. Bila terdapat nerve deafness
disebelah kiri , pada test weber dikanan terdengar lebih keras .
Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan disebut lateralisai ke
kanan.
Pada lateralisai ke kanan terdapat kemungkinannya:
1.
2.
Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada telinga kanan
lebih hebat.
3.
Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri terganggu, maka
di dengar sebelah kanan.
4.
Tuli persepsi pada kedua telinga, tetapi sebelah kiri lebih hebat dari pada
sebelah kanan.
c.
Pemeriksaan Rinne.
Maksudnya membandingakn pendengaran melalui tulang dan udara dari pasien. Pada
telinga yang sehat, pendengaran melalui udara didengar lebih lama dari pada melalui
tulang. Garpu tala ditempatkan pada planum mastoid sampai pasien tidak dapat
mendengarnya lagi. Kemudian garpu tala dipindahkan kedepan meatus eksternus. Jika
pada posisi yang kedua ini masih terdengar dikatakan test positif. Pada orang normal
test Rinne ini positif. Pada Conduction deafness test Rinne negatif
d.
Pemesiksaan Schwabach.
Pada test ini pendengaran pasien dibandingkan dengan pendengaran pemeriksa yang
dianggap normal. Garpu tala dibunyikan dan kemudian ditempatkan didekat telinga
pasien. Setelah pasien tidak mendengarkan bunyi lagi, garpu tala ditempatkan didekat
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 24
telinga pemeriksa. Bila masih terdengar bunyi oleh pemeriksa, maka dikatakan bahwa
Schwabach lebih pendek (untuk konduksi udara ). Kemudian garpu tala dibunyikan lagi
dan pangkalnya ditekankan pada tulang mastoid pasien. Dirusuh ia mendengarkan
bunyinya. Bila sudah tidak mendengar lagi maka garpu tala diletakkan ditulang mastoid
pemeriksa. Bila pemeriksa masih mendengarkan bunyinya maka dikatakan Schwabach (
untuk konduksi tulang ) lebih pendek.
Pemeriksaan N. Vestibularis.
a.
Test Romberg.
Pada pemeriksaan ini pasien berdiri dengan kaki yang satu didepan kaki yang lainnya.
Tumit kaki yang satu berada didepan jari kaki yang lainnya, lengan dilipat pada dada
dan mata kemudian ditutup. Orang yang normal mampu berdiri dalam sikap Romberg
yang dipertajam selama 30 detik atau lebih.
b.
Fungsi koordinasi.
Tujuan pemeriksaan ini untuk menilai aktivitas serebelum. Serebelum adalah pusat yang paling
penting untuk mengintegrasikan aktivitas motorik dari kortex, basal ganglia, vertibular apparatus
dan korda spinalis. Lesi organ akhir sensorik dan lintasan-lintasan yang mengirimkan informasi
ke serebelum serta lesi pada serebelum dapat mengakibatkan gangguan fungsi koordinasi atau
sering disebut Cerebellar sign
Macam-macam pemeriksaan keseimbangan
-
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 25
b.
c.
d.
Klien diminta untuk melakukan gerakan ini secara berlahan kemudian makin
cepat dan sebaliknya
e.
-
Tes Kalori
Bila telinga kiri diberi air dingin timbul nistagmus ke kanan. Bila telinga kiri diberi air
hangat timbul nistagmus ke kiri. Nistagmus sesuai dengan fasenya : fase cepat dan fase
pelan. Bila nistagmus kekiri maka fase cepat kekiri.
f.
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 26
aaaaah dinding pharynx terangkat sedang yang lumpuh tertinggal, dan tampak uvula tidak
simetris tetapi tampak miring tertarik kesisi yang sehat.
Pemeriksa menggoreskan atau meraba pada dinding pharynx kanan dan kiri dan bila ada
gangguan sensibilitas maka tidak terjadi refleks muntah.
g.
ditahan
oleh
pemeriksa
kemudian
dilihat
dan
diraba
tonus
dari
m.
Sternocleidomastoideus
h.
atau
penciuman akan
mengakibatkan anosmia.
Kelainan yang dapat menimbulkan gangguan penciuman berupa:
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 27
Sembuhnya rhinitis berarti juga pulihnya penciuman, tetapi pada rhinitis kronik,
dimana mukosa ruang hidung menjadi atrofik penciuman dapat hilang untuk
seterusnya.
Destruksi bulbus olfaktorius dan traktus akibat kontusi countre coup, biasanya
disebabkan karena jatuh pada belakang kepala. Anosmia unilateral atau bilalteral
mungkin merupakan satu-satunya bukti neurologis dari trauma vegio orbital.
Sinusitas etmoidalis, osteitis tulang etmoid, dan peradangan selaput otak didekatnya.
Tumor garis tengah dari fosa kranialis anterior, terutama meningioma sulkus
olfaktorius (fossa etmoidalis), yang dapat menghasilkan trias berupa anosmia, sindr
foster kennedy, dan gangguan kepribadian jenis lobus orbitalis. Adenoma hipofise
yang meluas ke rostral juga dapat merusak penciuman.
Penyakit yang mencakup lobus temporalis anterior dan basisnya (tumor intrinsik atau
ekstrinsik).
Pasien mungkin tidak menyadari bahwa indera penciuman hilang sebaliknya, dia mungkin
mengeluh tentang rasa pengecapan yang hilang, karena kemampuannya untuk merasakan
aroma, suatu sarana yang penting untuk pengecapan menjadi hilang.
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 28
Berbagai macam perubahan pada bentuk lapang pandang mencerminkan lesi pada susunan
saraf optikus.
Kelainan atau lesi pada nervus optikus dapat disebabkan oleh:
a.
Trauma Kepala
b.
c.
d.
Infeksi.
Pada pemeriksaan funduskopi dapat dilihat hal-hal sebagai berikut:
Papiledema (khususnya stadium dini)
Papiledema ialah sembab pupil yang bersifat non-infeksi dan terkait pada tekanan
intrakkranial yang meninggi, dapat disebabkan oleh lesi desak ruang, antara lain
hidrocefalus, hipertensi intakranial benigna, hipertensi stadium IV. Trombosis
vena sentralis retina.
Atrofi optik
Dapat disebabkan oleh papiledema kronik atau papilus, glaukoma, iskemia,
famitral, misal: retinitis pigmentosa, penyakit leber, ataksia friedrich.
e.
Neuritis optik.
Ptosis, disebabkan oleh paralisis otot levator palpebra dan tidak adanya perlawanan
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 29
dari kerja otot orbikularis okuli yang dipersarafi oleh saraf fasialis.
b.
Fiksasi posisi mata, dengan pupil ke arah bawah dan lateral, karena tak adanya
perlawanan dari kerja otot rektus lateral dan oblikus superior.
c.
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 30
Penyebab yang paling sering dari kelumpuhan otot-otot mata perifer adalah meningitis,
sinusistis, trombosis sinus kavernosus, anevrisma arteri karotis interna atau arteri
komunikantes posterior, fraktur basis kranialis.
6. Saraf Trigeminus (N. V)
Kelainan yang dapat menimbulkan gangguan pada nerus trigeminus antara lain : Tumor
pada bagian fosa posterior dapat menyebabkan kehilangan reflek kornea, dan rasa baal
pada wajah sebagai tanda-tanda dini.
Gangguan nervus trigeminus yang paling nyata adalah neuralgia trigeminal atau tic
douloureux yang menyebabkan nyeri singkat dan hebat sepanjang percabangan saraf
maksilaris dan mandibularis dari nervus trigeminus. Janeta (1981) menemukan bahwa
penyebab tersering dari neurolgia trigeminal dicetuskan oleh pembuluh darah. Paling
sering oleh arteri serebelaris superior yang melingkari radiks saraf paling proksimal yang
masih tak bermielin.
Kelainan berapa lesi ensefalitis akut di pons dapat menimbulkan gangguan berupa trismus,
yaitu spasme tonik dari otot-otot pengunyah. Karena tegangan abnormal yang kuat pada
otot ini mungkin pasien tidak bisa membuka mulutnya.
7. Saraf Fasialis (N. VII)
Kelainan yang dapat menyebabkan paralis nervus fasialis antara lain:
Lesi UMN (supranuklear) : tumor dan lesi vaskuler.
Lesi LMN : Penyebab pada pons, meliputi tumor, lesi vaskuler dan siringobulbia.
Pada fosa posterior, meliputi neuroma akustik, meningioma, dan meningitis kronik.
Pada pars petrosa os temporalis dapat terjadi Bells palsy, fraktur, sindroma Rumsay Hunt,
dan otitis media.
Penyebab kelumpuhan fasialis bilateral antara lain Sindrom Guillain Barre, mononeuritis
multipleks, dan keganasan parotis bilateral.
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 31
Penyebab hilangnya rasa kecap unilateral tanpa kelainan lain dapat terjadi pada lesi telinga
tengah yang meliputi Korda timpani atau nervus lingualis, tetapi ini sangat jarang.
Gangguan nervus fasialis dapat mengakibatkan kelumpuhan otot-otot wajah, kelopak
mata tidak bisa ditutup, gangguan air mata dan ludah, gangguan rasa pengecap di bagian
belakang lidah serta gangguan pendengaran (hiperakusis). Kelumpuhan fungsi motorik
nervus fasialis mengakibatkan otot-otot wajah satu sisi tidak berfungsi, ditandai dengan
hilangnya lipatan hidung bibir, sudut mulut turun, bibir tertarik kesisi yang sehat. Pasien
akan mengalami kesulitan mengunyah dan menelan. Air ludah akan keluar dari sudut
mulut yang turun. Kelopak mata tidak bisa menutup pada sisi yang sakit, terdapat
kumpulan air mata di kelopak mata bawah (epifora). Kelainan pada sekresi air mata :
pengurangan produksi air mata (hipolakrimasi) pada proses penuaan, pada orang tua
hasilnya hanya akan berkisar 10 mm selama 5 menit. Pasien dengan sindrom Sjgren
mendapati hasil kurang dari 5 mm selama 5 menit. Dan pada Def. Vit. A sekresi air mata
akan berkurang.
8. Saraf Vestibulokoklearis
Kelainan pada nervus vestibulokoklearis dapat menyebabkan gangguan pendengaran dan
keseimbangan (vertigo).
Kelainan yang dapat menimbulkan gangguan pada nervus VIII antara lain:
Gangguan pendengaran, berupa :
Tuli saraf dapat disebabkan oleh tumor, misal neuroma akustik. Degenerasi misal
presbiaskusis. Trauma, misal fraktur pars petrosa os temporalis, toksisitas misal
aspirin, streptomisin atau alkohol, infeksi misal, sindv rubella kongenital dan sifilis
kongenital.
Tuli konduktif dapat disebabkan oleh serumen, otitis media, otoskleroris dan penyakit
Paget.
Gangguan Keseimbangan dengan penyebab kelainan vestibuler
Pada labirin meliputi penyakit meniere, labirinitis akut, mabuk kendaraan, intoksikasi
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 32
streptomisin.
Pada vestibuler meliputi semua penyebab tuli saraf ditambah neuronitis vestibularis.
Pada batang otak meliputi lesi vaskuler, tumor serebelum atau tumor ventrikel IV
demielinisasi.
Pada lobus temporalis meliputi epilepsi dan iskemia.
9. Saraf Glosofaringeus (N. IX) dan Saraf Vagus (N. X)
Gangguan pada komponen sensorik dan motorik dari N. IX dan N. X dapat mengakibatkan
hilangnya refleks menelan yang berisiko terjadinya aspirasi paru.
Kehilangan refleks ini pada pasien akan menyebabkan pneumonia aspirasi, sepsis dan
acute respiratory distress syndome (ARDS) kondisi demikian bisa berakibat pada
kematian. Gangguan nervus IX dan N. X menyebabkan persarafan otot-otot menelan
menjadi lemah dan lumpuh. Cairan atau makanan tidak dapat ditelan ke esofagus
melainkan bisa masuk ke trachea langsung ke paru-paru.
Kelainan yang dapat menjadi penyebab antara lain :
Lesi batang otak (Lesi N IX dan N. X)
Syringobulbig (cairan berkumpul di medulla oblongata)
Pasca operasi trepansi serebelum
Pasca operasi di daerah kranioservikal
10.
Gangguan N. XI mengakibatkan kelemahan otot bahu (otot trapezius) dan otot leher (otot
sterokleidomastoideus). Pasien akan menderita bahu yang turun sebelah serta kelemahan
saat leher berputar ke sisi kontralateral.
Kelainan pada nervus asesorius dapat berupa robekan serabut saraf, tumor dan iskemia
akibatnya persarafan ke otot trapezius dan otot stemokleidomastoideus terganggu.
11.
Kerusakan nervus hipoglossus dapat disebabkan oleh kelainan di batang otak, kelainan
pembuluh darah, tumor dan syringobulbia. Kelainan tersebut dapat menyebabkan
gangguan proses pengolahan makanan dalam mulut, gangguan menelan dan gangguan
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 33
proses pengolahan makanan dalam mulut, gangguan menelan dan gangguan bicara
(disatria) jalan nafas dapat terganggu apabila lidah tertarik ke belakang.
Pada kerusakan N. XII pasien tidak dapat menjulurkan, menarik atau mengangkat lidahnya.
Pada lesi unilateral, lidah akan membelok kearah sisi yang sakit saat dijulurkan. Saat
istirahat lidah membelok ke sisi yang sehat di dalam mulut
4. MM STROKE
4.1. Menjelaskan Definisi Stroke
Stroke adalah sindrom yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak dengan awitan akut, disertai
manifestasi klinis berupa defisit neurologis dan bukan sebagai akibat tumor, trauma, ataupun infeksi
susunan saraf pusat. (diagnosis &tataksana penyakit saraf, 2009)
4.2.
Berdasarkan jenis kelamin, insidens stroke di Amerika Serikat 270 per 100.000 pada pria dan 201 per
100.000 pada wanita. Di Denmark, insidens stroke 270 per 100.000 pada pria dan 189 per 100.000 pada
wanita. Di Inggris insidens stroke 174 per 100.000 pada pria dan 233 per 100.000 pada wanita. Di
Swedia, insidens stroke 221 per 100.000 pada pria dan 196 per 100.000 pada wanita (Fieschi, et al, 1998).
Data di Indonesia menunjukkan terjadinya kecendrungan peningkatan insidens stroke.
Sedangkan pada penelitian di 28 rumah sakit di seluruh Indonesia diperoleh data jumlah penderita stroke
akut sebanyak 2065 kasus selama periode awal Oktober 1996 sampai dengan akhir Maret 1997, mengenai
usia sebagai berikut : dibawah 45 tahun 12,9% , usia 45 65 tahun 50,5%, diatas 65 tahun 35,8% ,
dengan jumlah pasien laki-laki 53,8% dan pasien perempuan 46,2% (Misbach, 1999).
4.3.
Page 34
Stroke iskemik dapat dikarenakan oleh pembentukan trombus lokal atau fenomena
embolic, mengakibatkan oklusi dari arteri otak. Aterosklerosis, terutama dari vaskular
serebral, merupakan faktor penyebab pada kebanyakan kasus stroke iskemik. Emboli
kardiogenik dianggap telah terjadi jika pasien bersamaan menderita fibrilasi atrium,
penyakit jantung katup, atau berbagai kondisi lain dari jantung yang dapat menyebabkan
pembentukan gumpalan. Membedakan antara emboli kardiogenik dan penyebab lain dari
stroke iskemik adalah penting dalam menentukan jangka panjang farmakoterapi pada
pasien yang diberikan (Dipiro, 2005).
2. Berdasarkan waktu terjadinya
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
Faktor resiko medis, antara lain Hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi), Kolesterol,
aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah), gangguan jantung, diabetes, riwayat stroke
dalam keluarga, migrain. Faktor resiko perilaku, antara lain merokok (aktif & pasif),
makanan tidak sehat (junk food, fast food), alkohol, kurang olahraga, mendengkur,
kontrasepsi oral, narkoba, obesitas. 80% pemicu stroke adalah hipertensi dan
arteriosklerosis. Pemicu stroke pada dasarnya adalah, suasana hati yang tidak nyaman
(marah-marah), terlalu banyak minum alkohol, merokok dan senang mengkonsumsi
makanan yang berlemak.
b. Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)
RIND disebabkan oleh Aterosklerosis, Emboli, Obatobatan, Infeksi dan Hipotensi.
c. Stroke In Evolution (SIE) / Progressing Stroke
Etiologi SIE terdiri dari:
1. Penyebaran trombus secara progresif lokasi asal dalam arteri primer sehingga
mengganggu sirkulasi anastomotic dan memperluas wilayah kerusakan jaringan
2. Keterlibatan maximal atherosclerotic dengan atau tanpa ulkus dan / atau stenosis,
awalnya ada trombus cukup untuk menghasilkan penyumbatan lama kelamaan akan
menambahkan daerah iskemia otak.
3. Edema otak yang tersebar di mode konsentris dan semakin mengurangi fungsi klinis
tanpa perluasan daerah infark asli.
4. Kondisi umum pasien (kardiorespirasi, perubahan regulasi cairan dan elektrolit,
keseimbangan asam-basa, atau akuisisi infeksi sistemik) dapat memperluas daerah
infark.
d. Completed stroke
Pada dasarnya etiologi completed stroke sama seperti stroke tipe yang lain hanya berbeda
pada waktu terjadinya stroke tersebut menetap.
FAKTOR RESIKO
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 35
Pola hidup yang tidak baik tersebut dapat menyebabkan masalah kesehatan. Faktor potensial
kejadian stroke dibedakan menjadi 2 kategori besar yakni:
1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
Usia
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa semakin tua usia, semakin besar pula risiko
terkena stroke. Hal ini berkaitan dengan adanya proses degenerasi (penuan) yang terjadi
secara alamiah dan pada umumnya pada orang lanjut usia, pembuluh darahnya lebih kaku
oleh sebab adanya plak (atherosklerosis).
Jenis kelamin
Laki-laki memiliki risiko lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan dengan
perempuan. Hal ini diduga terkait bahwa laki-laki cenderung merokok. Rokok itu sendiri
ternyata dapat merusak lapisan dari pembuluh darah tubuh yang dapat mengganggu aliran
darah.
Herediter
Orang dengan riwayat stroke pada kelurga, memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena
stroke dibandingkan dengan orang tanpa riwayat stroke pada keluarganya.
Ras/etnik
Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa ras kulit putih memiliki peluang lebih besar
untuk terkena stroke dibandingkan dengan ras kulit hitam.
2. Faktor yang dapat dimodifikasi
Hipertensi (darah tinggi)
Hipertensi merupakan penyebab terbesar (etiologi) dari kejadian stroke itu sendiri. Hal ini
dikarenakan pada kasus hipertensi, dapat terjadi gangguan aliran darah tubuh dimana
diameter pembuluh darah akan mengecil (vasokontriksi) sehingga darah yang mengalir ke
otak pun akan berkurang. Dengan pengurangan aliran darah otak (ADO) maka otak akan
akan kekurangan suplai oksigen dan juga glukosa (hipoksia), karena suplai berkurang
secara terus menerus, maka jaringan otak lama-lama akan mengalami kematian.
Penyakit jantung
sentral dari aliran darah di tubuh terletak di jantung. Bilamana pusat mengaturan aliran
darahnya mengalami kerusakan, maka aliran darah tubuh pun akan mengalami gangguan
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 36
termasuk aliran darah yang menuju ke otak. Karena adanya gangguan aliran, jaringan otak
pun dapat mengalami kematian secara mendadak ataupun bertahap.
Diabetes melitus
Hal ini terkait dengan pembuluh darah penderita DM yang umumnya menjadi lebih kaku
(tidak lentur). Adanya peningkatan ataupun penurunan kadar glukosa darah secara tibatiba juga dapat menyebabkan kematian jaringan otak.
Hiperkolesterolemia
Kolesterol yang berlebih terutama jenis LDL akan mengakibatkan terbentuknya
plak/kerak pada pembuluh darah, yang akan semakin banyak dan menumpuk sehingga
dapat mengganggu aliran darah.
Obesitas
Hal tersebut terkait dengan tingginya kadar lemak dan kolesterol dalam darah pada orang
dengan obesitas, dimana biasanya kadar LDL lebih tinggi dibandingkan dengan kadar
HDLnya.
Merokok
Berdasarkan penelitian didapatkan, bahwa orang-orang yang merokok ternyata memiliki
kadar fibrinogen darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.
Peningkatan kadar fibrinogen ini dapat mempermudah terjadinya penebalan pembuluh
darah sehingga pembuluh darah menjadi sempit dan kaku dengan demikian dapat
menyebabkan gangguan aliran darah.
4.4.
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 37
Emboli lemak jarang menyebabkan stroke. Emboli lemak terbentuk jika lemak
dari sumsum tulang yang pecah dilepaskan ke dalam aliran darah dan akhirnya
bergabung di dalam sebuah arteri.
peradangan atau infeksi menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang menuju
ke otak.
Obat-obatan (misalnya kokain dan amfetamin) juga bisa mempersempit pembuluh
darah di otak dan menyebabkan stroke.
Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran
darah ke otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi
jika tekanan darah rendahnya sangat berat dan menahun. Hal ini terjadi jika
seseorang mengalami kehilangan darah yang banyak karena cedera atau
pembedahan, serangan jantung atau irama jantung yang abnormal.
Macam-macam stroke iskemik :
Transient Ischemic Attack (TIA), didefinisikan sebagai episode singkat disfungsi
neurologis yang disebabkan gangguan setempat pada otak atau iskemi retina yang
terjadi dalam waktu kurang dari 24 jam, tanpa adanya infark, serta meningkatkan
resiko terjadinya stroke di masa depan.
Trombosis serebri, adalah penyumbatan pembuluh darah otak oleh trombus yang
dapat menyebabkan iskemik atau infark jaringan otak sehingga timbul gejala
disfungsi otak fokal dengan defisit neurologis.
Emboli serebri
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah
otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Stroke
hemoragik ada 2 jenis, yaitu:
Hemoragik Intraserebral : pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak.
Hemoragik Subaraknoid : pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid
(ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 38
4.5.
4.6.
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Sumbatan partial :
Lemah tangan / lengan atau lemah wajah dengan aphasia broca
dengan atau tanpa kelemahan lengan. Ataupun dapat terjadi aphasia
wernicke tanpa kelemahan.
Page 39
Untuk membedakan stroke tersebut termasuk jenis hemoragis atau non hemoragis. antara keduanya,
dapat ditentukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis neurologis, algoritma dan penilaian dengan
skor stroke, dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 40
Bila sudah ditetapkan sebagai penyebabnya adalah stroke, maka langkah berikutnya adalah menetapkan
stroke tersebut termasuk jenis yang mana, stroke hemoragis atau stroke non hemoragis. Untuk keperluan
tersebut, pengambilan anamnesis harus dilakukan seteliti mungkin.Berdasarkan hasil anamnesis, dapat
ditentukan perbedaan antara keduanya, seperti tertulis pada tabel di bawah ini.
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 41
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 42
Catatan
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 43
4. Pemeriksaan Penunjang
Computerized tomography (CT scan): untuk membantu menentukan
penyebab seorang terduga stroke, suatu pemeriksaan sinar x khusus yang disebut
CT scan otak sering dilakukan. Suatu CT scan digunakan untuk mencari
perdarahan atau massa di dalam otak, situasi yang sangat berbeda dengan stroke
yang
memerlukan
penanganan
yang
berbeda
pula.
CT Scan berguna untuk menentukan:
jenis patologi
lokasi lesi
ukuran lesi
menyingkirkan lesi non vaskuler
Page 44
peradangan. Protein darah tertentu yang dapat meningkatkan peluang terjadinya stroke karena
pengentalan darah juga diukur. Tes ini dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab stroke yang
dapat diterapi atau untuk membantu mencegah perlukaan lebih lanjut. Tes darah screening
mencari infeksi potensial, anemia, fungsi ginjal dan abnormalitas elektrolit mungkin juga perlu
dipertimbangkan.
Perbedaan jenis stroke dengan menggunakan alat bantu.
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 45
Diagnosis Banding
Bell's Palsy
i. DEFINISI
Bell's Palsy adalah suatu kelainan pada saraf wajah yang menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan tibatiba pada otot di satu sisi wajah. Saraf wajah adalah saraf kranial yang merangsang otot-otot wajah.
ii. PENYEBAB
Diperkirakan, penyebab Bells palsy adalah edema dan iskemia akibat penekanan (kompresi) pada nervus
fasialis. Penyebab edema dan iskemia ini sampai saat ini masih diperdebatkan. Dulu, paparan
suasana/suhu dingin (misalnya hawa dingin, AC, atau menyetir mobil dengan jendela yang terbuka)
dianggap sebagai satu-satunya pemicu Bells palsy. Akan tetapi, sekarang mulai diyakini HSV sebagai
penyebab Bells palsy, karena telah diidentifikasi HSV pada ganglion geniculata pada beberapa penelitian
otopsi. Murakami et all juga melakukan tes PCR (Polymerase-Chain Reaction) pada cairan endoneural
N.VII penderita Bells palsy berat yang menjalani pembedahan dan menemukan HSV dalam cairan
endoneural. Virus ini diperkirakan dapat berpindah secara axonal dari saraf sensori dan menempati sel
ganglion, pada saat adanya stress, akan terjadi reaktivasi virus yang akan menyebabkan kerusakan local
pada myelin.
iii. PATOFISIOLOGI
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 46
iv. Para ahli menyebutkan bahwa pada Bells palsy terjadi proses inflamasi akut pada nervus fasialis di
daerah tulang temporal, di sekitar foramen stilomastoideus. Bells palsy hampir selalu terjadi secara
unilateral. Patofisiologinya belum jelas, tetapi salah satu teori menyebutkan terjadinya proses inflamasi
pada nervus fasialis yang menyebabkan peningkatan diameter nervus fasialis sehingga terjadi kompresi
dari saraf tersebut pada saat melalui tulang temporal. Perjalanan nervus fasialis keluar dari tulang
temporal melalui kanalis fasialis yang mempunyai bentuk seperti corong yang menyempit pada pintu
keluar sebagai foramen mental. Dengan bentukan kanalis yang unik tersebut, adanya inflamasi,
demyelinisasi atau iskemik dapat menyebabkan gangguan dari konduksi. Impuls motorik yang
dihantarkan oleh nervus fasialis bisa mendapat gangguan di lintasan supranuklear, nuklear dan
infranuklear. Lesi supranuklear bisa terletak di daerah wajah korteks motorik primer atau di jaras
kortikobulbar ataupun di lintasan asosiasi yang berhubungan dengan daerah somatotropik wajah di
korteks motorik primer.
Paparan udara dingin seperti angin kencang, AC, atau mengemudi dengan kaca jendela yang terbuka
diduga sebagai salah satu penyebab terjadinya Bells palsy. Karena itu nervus fasialis bisa sembab, ia
terjepit di dalam foramen stilomastoideus dan menimbulkan kelumpuhan fasialis LMN. Pada lesi LMN
bias terletak di pons, di sudut serebelo-pontin, di os petrosum atau kavum timpani, di foramen
stilomastoideus dan pada cabang-cabang tepi nervus fasialis. Lesi di pons yang terletak di daerah sekitar
inti nervus abdusens dan fasikulus longitudinalis medialis. Karena itu paralisis fasialis LMN tersebut akan
disertai kelumpuhan muskulus rektus lateralis atau gerakan melirik ke arah lesi. Selain itu, paralisis
nervus fasialis LMN akan timbul bersamaan dengan tuli perseptif ipsilateral dan ageusia (tidak bisa
mengecap dengan 2/3 bagian depan lidah). Berdasarkan beberapa penelitian bahwa penyebab utama
Bells palsy adalah reaktivasi virus herpes (HSV tipe 1 dan virus herpes zoster) yang menyerang saraf
kranialis. Terutama virus herpes zoster karena virus ini menyebar ke saraf melalui sel satelit. Pada radang
herpes zoster di ganglion genikulatum, nervus fasialis bisa ikut terlibat sehingga menimbulkan
kelumpuhan fasialis LMN.
Kelumpuhan pada Bells palsy akan terjadi bagian atas dan bawah dari otot wajah seluruhnya lumpuh.
Dahi tidak dapat dikerutkan, fisura palpebra tidak dapat ditutup dan pada usaha untuk memejam mata
terlihatlah bola mata yang berbalik ke atas. Sudut mulut tidak bisa diangkat. Bibir tidak bisa dicucurkan
dan platisma tidak bisa digerakkan. Karena lagoftalmos, maka air mata tidak bisa disalurkan secara wajar
sehingga tertimbun. Gejala-gejala pengiring seperti ageusia dan hiperakusis tidak ada karena bagian
nervus fasialis yang terjepit di foramen stilomastoideum sudah tidak mengandung lagi serabut korda
timpani dan serabut yang mensyarafi muskulus stapedius.
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 47
v. GEJALA
Bell's palsy terjadi secara tiba-tiba. Beberapa jam sebelum terjadinya kelemahan pada otot
wajah, penderita bisa merasakan nyeri di belakang telinga. Kelemahan otot yang terjadi bisa
ringan sampai berat, tetapi selalu pada satu sisi wajah. Sisi wajah yang mengalami kelumpuhan
menjadi datar dan tanpa ekspresi, tetapi penderita merasa seolah-olah wajahnya terpuntir.
Sebagian besar penderita mengalami mati rasa atau merasakan ada beban di wajahnya,
meskipun sebetulnya sensasi di wajah adalah normal.
Jika bagian atas wajah juga terkena, maka penderita akan mengalami kesulitan dalam menutup
matanya di sisi yang terkena. Kadang penyakit ini mempengaruhi pembentukan ludah, air mata
atau rasa di lidah. Bell's palsy Ptosis
vi. DIAGNOSA
Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa serta beberapa pemeriksaan fisik, dalam
hal ini yaitu pemeriksaan neurologis. Untuk menegakkan diagnosis suatu bells palsy harus
ditetapkan dulu adanya paresis fasialis tipe perifer, kemudian menyingkirkan semua
kemungkinan penyebabnya paresis fasialis tersebut.2
Paresis fasialis perifer berbeda dari tipe sentral. Pada tipe sentral yang terganggu atau
paresis hanya pada bagian bawah wajah saja.
Anamnesa : 4,5,8
- Rasa nyeri.
- Gangguan atau kehilangan pengecapan.
- Riwayat pekerjaan dan adakah aktivitas yang dilakukan pada malam hari
di ruangan terbuka atau di luar ruangan.
- Riwayat penyakit yang pernah dialami oleh penderita seperti infeksi
saluran pernafasan, otitis, herpes, dan lain-lain.
Pemeriksaan : 4,5,8
1. Pemeriksaan neurologi
Kelumpuhan nervus fasilalis melibatkan semua otot wajah sesisi
dan dapat dibuktikan dengan pemeriksaan - pemeriksaan berikut, yaitu:
a. Pemeriksaan motorik nervus fasialis.4
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Mengerutkan dahi : lipatan kulit dahi hanya tampak pada sisi yang
sehat saja.
Mengangkat alis : alis pada sisi yang sakit tidak dapat diangkat
Page 48
Mengembungkan pipi : pada sisi yang tidak sehat pipi tidak dapat
dikembungkan.
Page 49
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 50
Page 51
Page 52
Aspirin
Mekanisme kerja: a) Menghambat agregasi platelet. b) Menurunkan atau
mengurangi pelepasan substansi vasoaktif dari platelet. c) Menginaktivasi
secara irreversibel siklooksigenase-platelet; dan efeknya cukup
berlangsung selama hidup dari platelet; 5-7 hari
Efikasi
a. ASA telah menunjukkan pengurangan yang bermakna secara klinis
(22-24%) pada risiko stroke dan kematian, pada uji-uji klinis acak
pasien-pasien yang telah mengalami suatu TIA sebelumnya atau strok
sebagai pencegahan sekunder.
b. Dosis berkisar dari 50 -1500 mg perhari.
Pada uji klinis terakhir; evaluasi dosis rendah (30-325 mg perhari);
hasilnya mengindikasikan bahwa dosis rendah mungkin lebih
bermanfaat dengan berkurangnya efek-efek tidak diinginkan dari
asam salisilat pada lambung.
Pada beberapa studi menyatakan; bahwa ASA lebih efektif pada
laki-laki dibanding sejumlah kecil perempuan pada studi lain.
Peran pada pencegahan primer belum jelas.
o Dipiridamol (Persantine)
Mekanisme kerja: a) Inhibitor lemah dari agregasi platelet. b) Sebagai inhibit
fosfodiesterase platelet.
Efikasi:a) Pada uji klinis belum mempunyai bukti yang kuat dalam
penggunaan dipiridamol pada iskemia otak. b) Tidak ada efek aditif yang
ditemukan bersama dengan aspirin.
Sulfinpirazon (Anturane)
Mekanisme kerja: Innhibisi reversibel dari siklooksigenase.
Efikasi: Uji klinis belum mempunyai dukungan rekomendasi penggunaan.
Tiklopidin (Ticlid)
Mekanisme Kerja:a) Inhibisi agregasi platelet dan menginduksi ADP. b)
Inhibisi agregasi platelet yang diinduksi oleh kolagen, PAF, epinefrin dan
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 53
Antikoagulasi (warfarin)
a. Belum ada studi-studi yang membuktikan superioritas dari antikoagulan
ini sebagai agen antiplatelet.
b. Dapat mereduksi risiko dari stroke pada pasien dengan infark miokard
sebelumnya.
c. Bermanfaat pada pasien yang menderita keluhan simptomatik pada terapi
antiplatelet.
d. Eksepsi mayor adalah pada pasien dengan embolisme otak yang berasal
kardiac;
1. Antikoagulasi kronik dengan warfarin telah dibuktikan untuk
mencegah keadaan gangguan serebrovaskuler pada pasien dengan AF
(atrial fibrilasi).
2. Penanganan terhadap stroke infarction /dan atau ischemic serebral
akut.
Golongan/Obat
Tiazid
Diazoksid
ACEI
Enalaprit
Mekanisme
Interaksi Obat
<
Efek Samping
Aktivasi ATP
sensitive Kchannels
Awitan
menit
ACE inhibitor
0,625-1,25 mg
IV selama 15
menit.
Awitan < 15
menit.
Durasi lama (6
jam), disfungsi
renal.
5 mg/jam IV,
Awitan cepat
Bradikardia,
Dosis
5 Retensi cairan
dan garam,
hiperglikemia
berat, durasi
lama (1-12 jam).
Page 54
Clevidipin
Verapamil
Diltiazem
Beta Blocker
Labetalol
Esmolol
Alfa Blocker
Fentolamin
kalsium
(1-5 menit),
tidak terjadi
rebound.
Eliminasi tidak
dipengaruhi
oleh disfungsi
hati/ renal,
potensi
interaksi obat
rendah.
Antagonis
reseptor 1, 1,
2
10-80 mg IV
tiap 10 menit
sampai 300
mg/hari; infus
0,5-2 mg/menit.
Awitan cepat
(5-10 menit).
Antagonis
selektif reseptor
1.
0,25-0,5 mg/kg
IV bolus disusul
dosis
pemeliharaan.
Antagonis
reseptor 1, 2.
5-20 mg IV.
Vasodilator Langsung
Hidralasin
NO terkait
dengan
mobilisasi
kalsium dalam
otot polos.
Thiopental
Trimetafan
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
hipotensi, durasi
lama (4-6 jam).
Bradikardia,
hipoglikemia,
durasi lama (212 jam). Gagal
jantung
kongestif,
bronkospasme.
Awitan segera, Bradikardia,
durasi singkat < gagal jantung
15 menit.
kongestif.
2,5-10 mg IV
bolus (sampai
40 mg).
Page 55
ganglionik.
Fenoldipam
Agonis DA-1
dan reseptor alfa
2
Nitrovasodilator
Sodium
Nitroprusid
Nitrogliserin
IV
0,001- 1,6
g/kg/ menit
IV; tanpa bolus
0,25-10/ kg/
menit IV.
Nitrovasodilator
5-1000
g/kg/menit IV
durasi singkat
(5-10 menit)
retensi urin,
siklopegia,
midriasis
Awitan < 15
Hipokalemia,
menit, durasi
takikardia,
10-20 menit.
bradikardia.
Awitan segera, Keracunan
durasi singkat sianid,
(2-3 menit)
vasodilator
serebral (dapat
mengakibatkan
peningkatan
tekanan
intracranial)
refleks takikardi.
Awitan 1-2
Produksi
menit, durasi 3- methemoglobin,
5 menit.
reflek takikardia.
Page 56
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 57
220/ diastolik >130) tekanan darah tidak perlu diturunkan, karena akan turun
sendiri setelah 48 jam. Pada pasien hipertensi kronis tekanan darah juga tidak
perlu diturunkan segera.
Kadar gula darah. Pasien stroke seringkali merupakan pasein DM sehingga
kadar glukosa darah pasca stroke tinggi. Akan tetapi seringkali terjadi kenaikan
glukosa darah pasein sebagai reaksi kompensasi atau akibat mekanisme stress.
Gangguan jantung. Baik sebagai penyebab maupun sebagai komplikasi.
Keadaan ini memerlukan perhatian khusus, karena seringkali memperburuk
keadaan stroke bahkan sering merupakan penyebab kematian.
Gangguan respirasi. Baik akibat infeksi maupun akibat penekanan di pusat
napas.
Infeksi dan sepsis. Merupakan komplikasi stroke yang serius pada ginjal dan
hati.
Gangguan cairan, elektrolit, asam dan basa.
Ulcer stres. Yang dapat menyebabkanterjadinya hematemesis dan melena.
2. Komplikasi Kronik
Akibat tirah baring lama di tempat tidur bias terjadi pneumonia, dekubitus,
inkontinensia serta berbagai akibat imobilisasi lain.
Rekurensi stroke.
Gangguan sosial-ekonomi.
Gangguan psikologis.
4.10. Menjelaskan Prognosis Stroke
Indikator prognosis adalah : tipe dan luasnya serangan, age of onset, dan tingkat
kesadaran
Hanya 1/3 pasien bisa kembali pulih setelah serangan stroke iskemik
Umumnya, 1/3-nya lagi adalah fatal, dan 1/3- nya mengalami kecacatan
jangka panjang
Jika pasien mendapat terapi dengan tepat dalam waktu 3 jam setelah
serangan, 33% diantaranya mungkin akan pulih dalam waktu 3
bulan1/2/2009 Zullies Ikawati's Lecture Notes 8
Prognosis pasien dgn stroke hemoragik (perdarahan intrakranial)
tergantung pada ukuran hematoma hematoma > 3 cm umumnya
mortalitasnya besar, hematoma yang massive biasanya bersifat lethal
Jika infark terjadi pada spinal cord prognosis bervariasi tergantung
keparahan gangguan neurologis Jika kontrol motorik dan sensasi nyeri
terganggu prognosis jelek
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 58
Sebagai bahan referensi dan renungan bahkan tindakan, berikut, garis besar hak
dan kewajiban suami isteri dalam Islam yang di nukil dari buku Petunjuk Sunnah dan
Adab Sehari-hari Lengkap karangan H.A. Abdurrahman Ahmad.
Hak Bersama Suami Istri
Suami istri, hendaknya saling menumbuhkan suasana mawaddah dan rahmah.
(Ar-Rum: 21)
Hendaknya saling mempercayai dan memahami sifat masing-masing
pasangannya. (An-Nisa: 19 Al-Hujuraat: 10)
Hendaknya menghiasi dengan pergaulan yang harmonis. (An-Nisa: 19)
Hendaknya saling menasehati dalam kebaikan. (Muttafaqun Alaih)
Adab Suami Kepada Istri .
Suami hendaknya menyadari bahwa istri adalah suatu ujian dalam menjalankan
agama. (At-aubah: 24)
Seorang istri bisa menjadi musuh bagi suami dalam mentaati Allah clan RasulNya. (At-Taghabun: 14)
Hendaknya senantiasa berdoa kepada Allah meminta istri yang sholehah. (AIFurqan: 74)
Diantara kewajiban suami terhadap istri, ialah: Membayar mahar, Memberi
nafkah (makan, pakaian, tempat tinggal), Menggaulinya dengan baik, Berlaku adil
jika beristri lebih dari satu. (AI-Ghazali)
Jika istri berbuat Nusyuz, maka dianjurkan melakukan tindakan berikut ini
secara berurutan: (a) Memberi nasehat, (b) Pisah kamar, (c) Memukul dengan
pukulan yang tidak menyakitkan. (An-Nisa: 34) Nusyuz adalah:
Kedurhakaan istri kepada suami dalam hal ketaatan kepada Allah.
Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah, yang paling baik akhlaknya
dan paling ramah terhadap istrinya/keluarganya. (Tirmudzi)
Suami tidak boleh kikir dalam menafkahkan hartanya untuk istri dan
anaknya.(Ath-Thalaq: 7)
Suami dilarang berlaku kasar terhadap istrinya. (Tirmidzi)
Hendaklah jangan selalu mentaati istri dalam kehidupan rumah tangga. Sebaiknya
terkadang menyelisihi mereka. Dalam menyelisihi mereka, ada keberkahan.
(Baihaqi, Umar bin Khattab ra., Hasan Bashri)
Suami hendaknya bersabar dalam menghadapi sikap buruk istrinya. (Abu Yala)
Suami wajib menggauli istrinya dengan cara yang baik. Dengan penuh kasih
sayang, tanpa kasar dan zhalim. (An-Nisa: 19)
Suami wajib memberi makan istrinya apa yang ia makan, memberinya pakaian,
tidak memukul wajahnya, tidak menghinanya, dan tidak berpisah ranjang kecuali
dalam rumah sendiri. (Abu Dawud).
Suami wajib selalu memberikan pengertian, bimbingan agama kepada istrinya,
dan menyuruhnya untuk selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya. (AI-Ahzab: 34,
At-Tahrim : 6, Muttafaqun Alaih)
Suami wajib mengajarkan istrinya ilmu-ilmu yang berkaitan dengan wanita
(hukum-hukum haidh, istihadhah, dll.). (AI-Ghazali)
Suami wajib berlaku adil dan bijaksana terhadap istri. (An-Nisa: 3)
Suami tidak boleh membuka aib istri kepada siapapun. (Nasai)
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 59
Apabila istri tidak mentaati suami (durhaka kepada suami), maka suami wajib
mendidiknya dan membawanya kepada ketaatan, walaupun secara paksa.
(AIGhazali)
Jika suami hendak meninggal dunia, maka dianjurkan berwasiat terlebih dahulu
kepada istrinya. (AI-Baqarah: 40)
LUSY NOVITASARI
1102011144
STROKE
Page 60