Anda di halaman 1dari 7

PENGENALAN EKOSISTEM

NAMA

: ALISHA BALQIS

NIM

: H3414006

KELOMPOK

:9

CO-ASS

: MBA ARYANI

AGRIBISNIS MINAT PETERNAKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2014/2015

PENGENALAN EKOSISTEM
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Seluruh kehidupan di muka bumi ini merupakan ciptaan Tuhan
Yang

MahaEsa.

Gerak-gerik

kehidupan

makhluk

pasti

saling

membutuhkan satu sama lain sehingga ada sebuah interaksi diantara


makhluk, tidak mungkin suatu makhluk dapat berkembang sendiri
dengan sendirinya tanpa bantuan makhluk hidup lain. Interaksi itu harus
dijaga dengan baik agar selaras, tertata dengan rapi, dan sesuai dengan
alur kehidupan sehingga terbentuk suatu hubungan timbal balik antar
makhluk hidup.
Hubungan timbal balik antar unsur biotik dan unsur non biotik
me,iliki beberapa fungsi. Unsur biotik memiliki berbagai fungsi sebagai
produsen, konsumen, dan pengurai. Sedangkan unsur non-biotik sangat
penting untuk berlangsungnya kehidupan, yang terdiri dari komponen
gas (atmosfer).
Arus energi adalah perpindahan atau transfer tenaga yang dimulai
dari sinar matahari melalui organisme-organisme dalam ekosistem
melalui

peristiwa

makan

dan

dimakan

(rantai

makanan).

Sedangkan daur materi adalah perputaran substansi atau materi melalui


peristiwa makan dan dimakan (rantai makanan). Arus energi bersifat non
siklik sedangkan daur materi bersifat siklik. Ekosistem tegalan
merupakan hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang ada
ditegalan baik berupa tumbuhan, hewan, detritifor maupun dekompoder.
2. Tujuan Praktikum
a. Menganalisis

keharmonisan

hubungan

antar

penyusun eksositem
b. Mendiskripsikan fungsi dan penyusun ekosistem
c. Mengenal tingkat tropic dalam ekosistem

factor-faktor

3. Waktu dan Tempat


Praktikum acara IX Pengenalan Ekosistem dilaksanakan pada hari
Minggu, 19 Oktober 2014 pukul 09.45-11.00 WIB di Karangpelem,
Jambangan, Sragen.
B. Tinjauan Pustaka
Seluruh kehidupan dan seluk beluk yang terjadi di dalamnya merupakan
fenomena alam yang dianugrahkan Tuhan ke seluruh makhluk hidup di
bumi. Secra structural, ekosistem memiliki unsure-unsur biotic dan nonbiotik yang memiliki berbagai fungsi sebagai produsen, konsumen, dan
pengurai. (Ir. Indriyanto, 2008)
Ekosistem memiliki banyak macam, seperti ekosistem pantai, ekosistem
sungai, ekosistem danau, ekosistem pulau, ekosistem udara ekosistem
lembah dan sebagainya. Ekosistem yang disebut adalah bagian dari
ekosistem yang lebih besar, sedangkan ekosistem yang terakhir juga adalah
suatu bagian dari ekosistem yang lebih besar pula, demikian seterusnya.
(N.H.T Siahaan, 2004)
Ekosistem adalah suatu sistem yang dinamik. Apabila terjadi
perubahan salah satu unsur dalam ekosistem maka keseluruhan ekosistem
akan terganggu. Sebagai contoh jika hujan di suatu kawasan semakin kurang
dalam masa panjang keadaan tumbuh-tumbuhan dan kehidupan liar di
kawasan itu akan berubah. Ini di sebabkan suatu ekosistem senantiasa
mencoba menyesuaikan dan mengekalkan keseimbangannya. Oleh karena
itu sebagai anggota masyarakat kita harus bertanggung jawab untuk
menjaga keseimbangan ekosistem di kawasan kita (Anonim, 2007).
Dalam ekosistem terjadi aliran energi dan daur energi. Daur materi
ini tidak hanya melalui organisme hidup tetapi juga diikuti reaksi-reaksi
kimia dalam lingkungan abiotik dan secara keseluruhan disebut siklus
biogeokimia. Daur biogeokimia merupakan daur yang melibatkan unsurunsur kimia mengalami perpindahan dari organisme ke organisme lain dan

beredar kembali ke lingkungan fisik. Oleh karena itu, daur ini dapat di
pandang sebagai bentuk interaksi antara komponen abiotik suatu ekosistem
(Soemarwoto, 1999).
C. Pembahasan
Ekosistem Darat Berupa Tegalan
Perkebunan karet di daerah desa Karangpelem, Sragen merupakan
salah satu bentuk ekosistem buatan yang diciptakan atau dibuat oleh
manusia. Pada ekosistem perkebunan karet terdapat komponen biotik dan
abiotik. Komponen

biotik

yang terdapat di perkebunan karet tersebut

antara lain manusia, semut, nyamuk, ulat, burung, belalang, rumputrumputan, pohon karet, tanaman jagung, tanama padi, dan tanaman cabai.
Sedangkan komponen abiotiknya antara lain suhu, sinar matahari,
kelembaban tanah, udara, air, iklim, dan intensitas cahaya matahari.
Perkebunan karet merupakan tanaman homogen karena hampir seluruh
tanaman yang berada di perkebunan karet adalah pohon karet. Tanaman ini
berfungsi sebagai produsen untuk para konsumen seperti belalang, semut,
ulat, dan nyamuk. Disamping itu tanaman juga berfungsi menghasilkan
oksigen melalui proses fotosintesis. Oksigen tersebut digunakan oleh
komponen biotik untuk proses respirasi (pernafasan). Di dalam tanah juga
terkandung dekomposer (pengurai) yang berfungsi menghancurkan sisa-sisa
organisme dari hewan dan tanaman yang telah mati.
Dari pengamatan yang dilakukan pada ekosistem perkebunan karet
dan perkebunan heterogen dapat diketahui bahwa pada ekosistem darat
selalu terjadi interaksi antar faktor biotik dan abiotik. Komponen abiotik
seperti air, oksigen, cahaya matahari, dan tanah sangat menunjang
kelangsungan hidup komponen biotik yang ada akan terjadi keseimbangan
ekosistem yang disebut homeostasis ekosistem (kestabilan ekosistem).
Kestabilan ekosistem merupakan suatu keteraturan yang terbentuk karena

adanya komponen ekosistem (biotik dan abiotik) yang saling bekerja sama.
Kestabilan ekosistem terjaga karena adanya keseimbangan interaksi antar
komponen ekosistem (biotik dan abiotik) serta adanya transfer materi dan
energi. Kestabilan ekosistem akan berubah apabila ada komponen yang
sakit atau rusak.
Manusia memiliki peranan besar dalam mempengaruhi kestabilan
ekosistem melalui aktivitas-aktivitas yang dilakukan di lingkungannya.
Manusia dapat mempengaruhi evolusi flora dan fauna disuatu tempat
sehingga merubah komponen ekosistem yang ada. Salah satu contoh
ekosistem yang dapat dirubah oleh manusia adalah perkebunan karet.
Penebangan pohon karet tanpa adanya reboisasi (penanaman hutan kembali)
dan pengawalan secara tidak langsung akan memusnahkan dan merusak
berbagai spesies flora dan fauna sehingga keseimbangan ekosistem akan
terganggu. Gangguan atau kerusakan terhadap ekosistem perkebunan karet
ini juga akan berpengaruh terhadap iklim mikro di daerah perkebunan
tersebut. Penebangan pohon yang tidak dikoordinasi dengan baik dapat
menyebabkan erosi (pengikisan tanah), banjir, dan tanah longsor karena
proses penyerapan air di dalam tanah menjadi terganggu.
Tabel 3.1. Hasil Pengamatan Komponen Biotik
Ekosistem

Darat 1

1. Individu
Ulat
Burung
Nyamuk
Belalang

2. Populasi
Perkebunan
Karet
(Homogen)

Komponen

Komponen Biotik

Semut
3. Komunitas
Rumput

Abiotik

Tanah
Angin
Suhu
Sinar matahari
Kelembaban
Udara
Batu
Air
Iklim
Oksigen

Luas Lahan

20.70 HA

Pohon Karet
Hewan
1. Individu
Petani
Darat 2

Burung
Belalang
Kupu-kupu
Kambing
2. Populasi
Semut
3. Komunitas

Tegalan
(Heterogen)

Tanaman

Tanah
Angin
Suhu
Sinar matahari
Kelembaban
Udara
1500m2
Batu
Air
Iklim
Oksigen

Jagung
Padi
Cabai

Sumber : Laporan Sementara


Tabel 3.2. Hasil Pengamatan Keliling Tanaman dan Jarak Tanaman
Ekosistem

Nama Tanaman

Keliling Batang

Jarak Tanaman

Darat 1

Pohon Karet

20cm-25cm

2m-3,5m

Tegalan
(Homogen)
Darat 2

1. Jagung

1. 5cm

1. 1m-2.5m

Tegalan

2. Lombok

2. 0.5cm-

2. 10cm

(Heterogen)

3. Padi

1cm

Sumber : Laporan Sementara


D. Kesimpulan
Ekosistem merupakan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Tegalan adalah suatu daerah dengan lahan kering yang
bergantung pada pengairan air hujan, ditanami tanaman musiman atau

tahunan dan terpisah dari lingkungan dalam sekitar rumah. Lahan tegalan
tanahnya sulit untuk dibuat pengairan irigasi karena permukaan yang tidak
rata. Pada saat musim kemarau lahan tegalan akan kering dan sulit untuk
ditubuhi tanaman pertanian.Tegalan termasuk kedalam ekosistem buatan
karena heterogenitasnya yang tidak terlalu tinggi. Perkebunan karet juga
merupakan ekosistem buatan yang di mana ada hubungan timbale balik
antara makhluk hidup di sekitar tempat perkebunan karet tersebut.
E. Daftar Pustaka
Anonim. 2007. www.ekologi lingkungan.id. Di akses pada hari Senin, 27
Oktober 2014 pukul 11.56 WIB.
Otto, Sumarwoto. 1999. Ekologi Lingkungan hidup dan Pembangunan.
Jakarta : Djambatan.
Indriyanto. 2008. Ekologi. Jakarta:Erlangga
Siahaan. 2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Jakarta:
Erlangga

Anda mungkin juga menyukai