Anda di halaman 1dari 6

Aplikasi di Indonesia

Menyusui adalah proses pemberian ASI pada bayi oleh ibu dan merupakan kondisi yang alamiah
yang dialami oleh wanita setelah melahirkan. Menyusui adalah keterampilan yang dipelajarai ibu dan
bayi, dimana keduanya membutuhkan waktu dan kesabaran untuk pemenuhan nutrisi pada bayi.selama
enam bulan (Sutter Health, 2000). Seperti diketahui ASI adalah makanan satu-satunya yang paling
sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada enam bulan pertama (IDAI, 2008). Namun walau
pemerintah telah menghimbau pemberian ASI ekslusif, angka pemberian ASI di Indonesia masih rendah.
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002, hanya 3,7% bayi yang memperoleh ASI
pada hari pertama. Sedangkan pemberian ASI pada bayi umur kurang 2 bulan sebesar 64%, antara 2-3
bulan 45,5%, antara 4-5 bulan 13,9% dan antara 6-7 bulan 7,8%.
Menurut Yuliana Eka (2009), berdasarkan study pendahuluannya didapatkan bahwa dari 50
orang ibu post partum di RSUD Salatiga sebagian besar ibu tidak mengetahui cara menyusui yang benar.
Sementara petugas hanya memberikan bimbingan menyusui seperlunya saja. Hal ini menyebabkan ibu
tidak mandiri dalam merawat dan menyusui bayinya sehingga timbul masalah yang berkaitan dengan
menyusui diantaranya terjadi aspirasi, bayi rewel, bayi bingung putting, putting lecet, payudara bengkak
dan yang paling sering bayi gumoh. Bila hal tersebut tidak segera diatasi akan berlanjut pada masalah
bayi enggan menyusu, bayi kurang mendapat nutrisi yang adekuat dan yang paling serius Pneumonia
akibat aspirasi.
Oleh karena itu diperlukan bimbingan pada ibu-ibu untuk memenuhi kesejahteraan anaknya.
Sebagai perawat, kita harus memberikan edukasi kepada ibu mengenai bagaimana menyusui dengan
benar dengan tindakan Inisiasi Menyusi Dini. Bukan hanya sebagai educator tapi kita juga harus
mengawasi perkembangan kemandirian ibu dalam menyusui.
Edukasi yang dapat diberikan pada klien harus secara bertahap. Langkah awal yang perlu
diperhatikan disini yaitu posisi dasar menyusui (Roesli, 2005) meliputi:
1. Posisi badan ibu
a. Ibu bisa dalam posisi duduk.
b. Ibu bisa dalam posisi tidur terlentang.
c. Ibu bisa dalam posisi tidur miring.(Lampiran IV)
2. Posisi badan ibu dan bayi
a. Biarkan kepala bayi terjatuh pada pertengahan lengan/ pergelangan tangan ibu.

b. Pegang bagian belakang dan bahu bayi


c. Hadapkan seluruh badan bayi pada badan ibu.
d. Dekap bayi dibawah payudara.
e. Dada bayi melekat dibawah payudara.
f.

Dagu bayi menempel pada payudara.

g. Hidung bayi menjahui payudara.


h.

Bahu dan lengan ibu tidak tegang dalam posisi natural.

3. Posisi mulut bayi dan payudara ibu (pelekatan)Bisa juga disebut chin to brest, chest to chest
dimana posisi muka bayi menghadap payudara (chin to brest) dan perut / dada bayi
menempel ke perut atau dada ibu (chest to chest). Pelekatan merupakan kunci keberhasilan
dalam mennyusui maka perlu diperhatikan tekhnik atau posisi yang benar :
a. Ibu dalam posisi duduk atau berbaring dengan santai, jika duduk maka duduk tegak
dengan punggung tersangga baik.
b. Pegang bagian belakang badan dan bahu bayi, kepala bayi yang jatuh kebelakang
sehingga dagu bayi melekat pada payudara.
c. Posisikan bayi dibawah payudara.
d. Gunakan tangan dan lengan untuk melekatkan dada bayi kedasar payudara.
e.

Pastikan seluruh badan bayi menghadap ke ibu.

f.

Posisikan bayi sehingga putting susu berada diatas bibir atas bayi (berhadapan dengan
hidung bayi)

g.

Rangsang bibir bawah atau dagu bayi dengan payudara / areola.

h.

Tunggu sampai bayi membuka lebar mulutnya.

i.

Secepatnya dekatkan bayi ke payudara dengan cara menekan punggung dan bahu bayi

j.

Arahkan putting susu keatas, lalu memasukkan kemulut bayi dengan cara menyusui
langit-langitnya

k. Perhatikan bibir bawah bayi memutar keluar. Arela bagian bawah lebih sedikit terlihat
dari pada bagian atas. Dagu bayi menempel pada payudara. Puting susu terlipat
dibawah bibir atas bayi. Bayi bebas bernafas.
Setelah menguasai 3 posisi dasar menyusui langkah selanjutnya yaitu tahap-tahap tatalaksana
menyusui :

a. Keluarkan ASI sedikit untuk membersihkan puting susu sebelum menyusu sebagai
desinfektan dan menjaga kelembapan puting.
b. Pegang payudara dengan ibu jari diatas 4 jari dibawah( C hold) atau telunjuk diatas 3
jari dibawah (C Scissor hold).
c. Hidung bayi dan putting susu ibu berhadapan.
d.

Sentuh pipi / bibir bayi untuk merangsang rootng reflek.

e. Tunggu sampai mulut terbuka lebar dan lidah menjulur keluar.


f.

Dekatkanlah bayi ke ibu dan arahkan putting susu keatas menyusuri langit-langit mulut
bayi dan lidah bayi akan menekan ASI keluar daritempat penampungan yang terletak
dibawah areola mamnae. Setelah bayi menghisap ASI dengan perlahan-lahan namun
kuat, payudara tidak perlu disangga lagi.

g. Untuk melepaskan isapan , setelah bayi selesai menyusu atau payudara telah terasa
kosong, yaitu dengan cara memasukkan jari kelingking ibu kemulut bayi melalui sudut
mulut bayi/dagu bayi ditekan kebawah (terbaik jika bayi melepaskan putting susu
sendiri).
h.

Setelah menyusui, ASI dikeluarkan sedikit dan dioleskan pada puting

i.

Menyendawakan bayi, dengan cara menngendong bayi tegak pada bahu ibu dan
menepuk punggung bayi pelan-pelan hal ini bertujuan untuk mengeluarkan udara dari
lambung supaya bayi tidak gumoh.

Untuk mengetahui apakah bayi telah menyusu dengan posisi yang benar, dapat diamati dengan :
a. Tubuh bayi bagian depan menempel pada ibu
b. Dagu bayi menempel pada payudara.
c. Dada bayi menempel pada dada ibu.
d. Telinga berada pada satu garis dengan leher dan lengan
e. Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawar terbuka.
f.

Sebagian besar areola tidak nampak.

g.

Bayi menghisap dalam dan perlahan.

h. Bayi puas dan tenang pada akhir menyusui.


i.

Terkadang terdengar suara menelan

Inisiasi Menyusu Dini Pada Operasi Caesar


1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu dikamar operasi atau dikamar pemulihan.(
abm protocol#5 2003, unicef dan who: bfhi revised, 2006).
2. Begitu lahir diletakkan di meja resusitasi untuk dinilai, dikeringkan secepatnya terutama kepala
tanpa menghilangkan vernix ; kecuali tangannya. Dibersihkan mulut dan hidung bayi, talipusat
diikat.
3. Kalau bayi tak perlu diresusitasi; bayi dibedong, dibawa ke ibu. Diperlihatkan kelaminnya pada
ibu kemudian mencium ibu.
4. Tengkurapkan bayi didada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Kaki bayi agak sedikit
serong/melintang menghindari sayatan operasi. Bayi dan ibu diselimuti. Bayi diberi topi.
5. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi mendekati puting. Biarkan bayi mencari
puting sendiri.
6. Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu paling tidak selama satu jam, bila menyusu awal
selesai sebelum 1 jam; tetap kontak kulit ibu-bayi selama setidaknya 1 jam (UNICEF dan WHO:
BFHI Revised, 2006 and UNICEF India : 2007, Klaus and Kennel 2001; American College of OBGYN
2007 and ABM protocol #5 2003).
7. Bila bayi menunjukan kesiapan untuk minum, bantu ibu dg mendekatkan bayi ke puting tapi
tidak memasukkan puting ke mulut bayi. Bila dalam 1 jam belum bisa menemukan puting ibu,
beri tambahan WAKTU melekat padadada ibu, 30 menit atau 1 jam lagi.
8. Bila operasi telah selesai, ibu dapat dibersihkan dengan bayi tetap melekat didadanya dan
dipeluk erat oleh ibu.Kemudian ibu dipindahkan dari meja operasi ke ruang pulih (RR) dengan
bayi tetap didadanya.
9. Bila ayah tidak dapat menyertai ibu di kamar operasi, diusulkan untuk mendampingi ibu dan
mendoakan anaknya saat di kamar pulih.
SOP Inisiasi Menyusu Dini Pada Gemelli
1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu dikamar bersalin.( ABM protocol#5 2003,
UNICEF dan WHO: BFHI Revised, 2006).
2. Bayi pertama lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali tangannya; tanpa
menghilangkan vernix . Mulut dan hidung bayi dibersihkan, talipusat diikat.

3. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, Bayi di tengkurapkan di dada-perut ibu dengan kulit bayi
melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu. Keduanya diselimuti. Bayi dapat
diberi topi.
4. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan bayi mencari puting sendiri.
5. Bila ibu merasa akan melahirkan bayi kedua, berikan bayi pertama pada ayah. Ayah memeluk
bayi dengan kulit bayi melekat pada kulit ayah seperti pada perawatan metoda kanguru.
Keduanya ditutupi baju ayah.
6. Bayi kedua lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali tangannya; tanpa
menghilangkan vernix . Mulut dan hidung bayi dibersihkan, talipusat diikat.
7. Bila bayi kedua tidak memerlukan resusitasi, bayi kedua ditengkurapkan di dada-perut ibu
dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. letakkan kembali bayi pertama didada ibu
berdampingan dengan saudaranya, ibu dan kedua bayinya diselimuti. Bayi bayi dapat diberi
topi.
8. Biarkan kulit kedua bayi bersentuhan dengan kulit ibu selama paling tidak satu jam; bila
menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, tetap biarkan kulit ibu bayi bersentuhan sampai
setidaknya 1 jam (UNICEF dan WHO: BFHI Revised, 2006 and UNICEF India : 2007, ( Klausand
Kennel 2001; American College of OBGYN 2007 and ABM protocol #5 2003).
9. Bila dlm 1 jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu dengan mendekatkan bayi ke puting tapi
jangan memasukkan puting ke mulut bayi. beri waktu 30 menit atau 1 jam lagi kulit melekat
pada kulit

Daftar Pustaka

Yuliana Eka Wulansari. 2009.

Pengaruh Bimbingan Tentang Teknik Menyusui Terhadap Tingkat

Kemandirian Dalam Menyusui Pada Ibu Post Partum Di Bangsal Nifas Rsud Salatiga 2007. Jurnal
Kebidanan Vol 1
Dinas Kesehatan Pemerintahan Kulon Progo. 2010. Inisiasi Menyusui Dini. Online. Tersedia di
http://dinkes.kulonprogokab.go.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=12 (Diakses tanggal
21 Desember 2014)
Roesli, U., (2005), Panduan Praktis Menyusui, Cetakan 1 puspa suara , Jakarta
Roesli, U., (2006), Panduan Untuk Belajar Menyusui Dengan Percaya Diri, PT. Elex Media Computindo
Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI). 2013. Menyusui Pasca C-Section. Online. Tersedia di
http://aimi-asi.org/menyusui-pasca-c-section/ (diakses tanggal 21 Desember 2014)
IDAI. (2008). Bedah ASI, Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai