Anda di halaman 1dari 4

1.

Pemeriksaan Diagnostik SLE (Sistemisc Lupus Erythematosus)


Untuk menegakkan diagnosis SLE, diperlukan beberapa jenis uji
diagnostik (pemeriksaan laboratorium) terutama bila gejala-gejala kurang
jelas. Tidak ada uji dignostik tunggal untuk Lupus. Ada beberapa
pemeriksaan

laboratorium

yang

sering

dipakai

untuk

menegakkan

diagnosis SLE.
Antinuclear antibody (ANA)
Juga dikenal sebagai Anti Nuclear Factor (ANF) adalah suatu antibodi
yang menyerang atau mengikat inti sel yang merupakan pusat
perintah sel. Tes darah ANA merupakan tes yang sensitif untuk
Lupus. Ketika ada tiga atau lebih fitur/ciri khas Lupus seperti
keterlibatan kulit, sendi, ginjal, paru-paru, jantung, darah, atau
sistem saraf, maka tes ANA yang positif merupakan konfirmasi
adanya Lupus. Namun, hasil tes ANA positif tidak selalu berarti
orang tersebut memiliki Lupus. ANA dapat menjadi positif pada
orang dengan penyakit lain, atau positif pada orang yang tidak sakit.
ANA juga bisa berubah dari positif ke negatif, atau negatif ke positif,
pada orang yang sama. Namun, Antibodi antinuclear biasanya
ditemukan (97%) dalam darah penderita Lupus.

Antibodi untuk DNA untai ganda (anti-dsDNA)

Batas normal : 70 200 iu/mL


Negatif
: < 70 iu/mL
Positif
: > 200 iu/mL
Antibodi ini ditemukan pada 65-80% penderita dengan SLE aktif dan
jarang pada penderita dengan penyakit lain. Jumlah yang tinggi
merupakan spesifik untuk SLE sedangkan kadar rendah sampai
sedang dapat ditemukan pada penderitadengan penyakit reumatik
dan lain-lain, hepatitis kronik, infeksi mononukleosis, dan sirosis
bilier. Jumlah antibodi ini dapat turun dengan pengobatan yang tepat
dan dapat meningkat pada penyebaran penyakit terutama Lupus
glomerulonetritis. Jumlahnya mendekati negativ pada penyakit SLE
yang tenang
Suatu antibodi yang menyerang DNA (suatu material genetik di
dalam inti sel).

Antibodi terhadap fosfolipid (aPLs)


Dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah, menyebabkan
pembekuan darah di kaki atau paru-paru, stroke, serangan jantung,
atau keguguran. Yang paling sering aPLs diukur adalah antikoagulan
lupus, antibodi anticardiolipin, dan anti-Beta2 glikoprotein I. Hampir
30 persen orang dengan Lupus akan mendapatkan hasil tes positif
untuk antibodi antifosfolipid. (Catatan : Fosfolipid selain ditemukan
pada Lupus juga ditemukan pada penyakit Syphilis, jadi hasil positif
untuk tes sifilis tidak berarti bahwa Anda telah atau pernah
menderita Syphilis karena sekitar 20 persen dari penderita Lupus
akan memiliki hasil tes Syphilis positif palsu).
Antibodi terhadap protein Sm dalam inti sel (Anti Sm)
Anti Sm merupakan singkatan dari antibodi Smith, nama ini dipakai
sebagai bentuk penghargaan terhadap seorang gadis yang bernama
Stephanie Smith yang didiagnosis menderita SLE pada tahun 1959
dan akhirnya meninggal dunia pada tahun 1969 pada usia 22 tahun.
Selama sakit, nona Smith dirawat di Rumah Sakit Universitas
Rockefeller New York dibawah perawatan dr. Henry Kunkel dan dr.
Eng Tan. Kedua dokter itu menemukan suatu antibodi terhadap
antigen Sm (suatu set protein inti sel yang diproduksi nona Smith).
Antibodi Sm ditemukan pada 30-40 persen orang dengan Lupus,
keberadaan antibodi ini hampir selalu dapat diartikan bahwa bahwa
seseorang mengidap Lupus.
Antibodi untuk Ro/SS-A dan La/SS-B (Ro dan La adalah nama-nama
protein lain dalam inti sel)
Anti-Ro terutama ditemukan pada Lupus bentuk kutan (kulit), suatu
bentuk Lupus yang menyebabkan ruam yang sangat sensitif
terhadap sinar matahari. Pada wanita hamil, antibodi Ro dan La
dapat melewati plasenta dan dapat menyebabkan Lupus Neonatal
pada bayi. Lupus Neonatal jarang terjadi dan biasanya tidak
berbahaya, tetapi bisa serius dalam beberapa kasus.
Komplemen (Complement) C3 dan C4
Komplemen adalah sekelompok protein yang berfungsi membantu
kerja

sistem

kekebalan

tubuh

dan

berperan

dalam

proses

peradangan. Ada 9 macam komplemen yang bergerak bebas di


dalam aliran darah yaitu C1 sampai C9. Komplemen yang penting
dalam diagnosis SLE adalah C3 dan C4. Level normal C3 dan C4
dalam darah untuk perempuan 13-75 mg/dL dan untuk laki-laki 1272 mg/dL. Pada SLE aktif, biasanya C3 dan C4 turun dibawah level
normal.

Tes abnormalitas sel darah

Anemia
Tes untuk anemia termasuk tes Hb, Hct dan RBC count. Juga
dilakukan pemeriksaan iron level, total iron-binding capacity dan
ferritin. Selama perjalanan penyakit, sekitar 40% pasien SLE
mengalami anemia. Anemia disebabkan oleh defisiensi zat besi,
perdarahan GIT, obat-obatan atau pembentukan autoantibody
terhadap sel darah merah. Saat pertama kali didiagosa, sekitar
50% pasien mengalami anemia dengan konsentrasi Hb dan
ukuran sel darah merah yang normal. Ini disebut normochromicnormocytic

anemia

atau

"anemia

of

chronic

disease."

Sedangkan autoimun hemolytic anemia, dengan tes Coombs


positif lebih jarang dijumpai.
Leukopenia dan trombositopenia
Abnormalitas sel darah putih

(WBC)

dan

platelet

counts

merupakan indicator penting untuk SLE. Leukopenia merupakan


penurunan jumlah sel darah putih, sering ditemukan pada 1520% pasien SLE aktif. Trombositopenia atau jumlah platelet yang
rendah terjadi pada 25-35% pasien SLE.
Test laboratorium lain
Test laboratorium lainya yang digunakan untuk menunjang diagnosa
serta untuk monitoring tetapi pada penyakit SLE antara lain adalah
antiribosomal P, antikardiolipin, lupus antikoagulan, urinalisis, serum
kreatinin, test fungsi hepar.
Pemeriksaan darah
Bisa menunjukkan adanya antibodi antinuklear, yang terdapat
pada hampir semua penderita lupus. Tetapi antibodi ini juga
juga bisa ditemukan pada penyakit lain. Karena itu jika
menemukan

antibodi

antinuklear,

harus

dilakukan

juga

pemeriksaan untuk antibodi terhadap DNA rantai ganda.

Kadar yang tinggi dari kedua antibodi ini hampir spesifik


untuk lupus, tapi tidak semua penderita lupus memiliki
antibodi ini.

Pemeriksaan darah untuk mengukur kadar

komplemen (protein yang berperan dalam sistem kekebalan)


dan untuk menemukan antibodi lainnya, mungkin perlu
dilakukan

untuk

memperkirakan

aktivitas

dan

lamanya

penyakit.
Ruam kulit atau lesi yang khas
Rontgen dada menunjukkan pleuritis atau perikarditis
Pemeriksaan dada dengan bantuan stetoskop menunjukkan
adanya gesekan pleura atau jantung
Analisa air kemih menunjukkan adanya darah atau protein
Hitung jenis darah menunjukkan adanya penurunan beberapa
jenis sel darah
Pemeriksaan saraf.
CBC (Complete Blood Cell Count) untuk mengukur jumlah sel
darah, maka terdapat anemia, leukopenia,trombositopenia.
ESR(Erithrocyte Sedimen Rate), laju endap darah pada lupus
akan ESR akan lebih cepat dari pada normal.
Biopsi untuk mengetahui fungsi hati dan ginjal
Urinalysis pengukuran urin kadar protein dan sel darah
merah
X-ray dada

Anda mungkin juga menyukai