Oleh :
Muhammad Dhany Pratama
A0A013063
2014
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT TERPADU
ACARA 1
PENGENALAN PATOGEN DAN GEJALA PENYAKIT TANAMAN
Oleh :
Muhammad Dhany Pratama
A0A013063
Rombongan A2
PURWOKERTO
2014
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit tanaman sebagian besar disebabkan oleh jamur. Lebih dari 250.000
spesies jamur sebagai patogen tanaman. Hampir semua jamur hidup dalam
tanaman inangnya dan sebagian dalam tanah serta sisa-sisa tanaman. Penyakit
tanaman yang disebabkan oleh jamur sering dapat dikenal dari bagian organ
tanaman yang terinfeksi dan dari tipe gejala yang dihasilkan. Tipe umum
penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur adalah damping off (rebah
keambah), root rots (busuk akar), vascular wilt (layu pembuluh), downy dan
powdery mildew, leaf spot (bercak daun), dan bligh (hawar), rust (karat), smuts
(gosong), antraknosa, gall, dieback (mati ujung), dan penyakit pasca panen.
a. Jamur
Jamur adalah organisme heterotrof, tidak berklorofil, berinti sel, struktur
somatiknya terdiri dari filament yang bercabang-cabang, dinding sel
mengandung selulosa atau kitin atau keduanya bersama molekul organik
lainnya. Umumnya berkembang biak dengan spora baik secara seksual maupun
aseksual atau menggunakan bagian vegetatif jamur.
Bagian vegetatif jamur umumnya berupa benang-benang halus, memanjang,
bersekat atau tidak bersekat yang disebut hifa, dan kumpulan benang-benang
hifa tersebut disebut miselium. Miselium dapat dibedakan menjadi dua tipe
pokok yaitu :
1. Miselium yang tidak bersekat (coenocytic) dipunyai oleh jamur dari kelas
Chytridiomyetes, Hyphochytridiomycetes, Plasmodiophoromycetes,
Oomyetes, Trichomycetes, dan Zygomycetes yang semuanya berasal dari
kelas Phycomyetes.
2. Miselium yang bersekat (cellular) yang dipunyai oleh jamur-jamur dari
kelas Ascomyetes, Basidiomycetes, dan Deuteromycetes (fungi
imperfect). Kadang-kadang miselium membentuk berkas memanjang dan
mempunyai suatu lapisan luas yang liat dan keras yang disebut rhizomorf
Di dalam perkembangan hidupnya, hifa-hifa tersebut dapat membentuk
struktur khusus yang berfungsi tertentu, antara lain : haustorium, sklerotium,
apresorium, stroma, dan alat reproduksi, seperti : gametongium, sporangium,
dan sporangiofor, konidium, dan konidiofor, klamidospora dan bermacam
badan buah (apotesium, peritesium, kleistosium, aservulus, piknidium,
sporodokium, koremium).
b. Bakteri
Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu (unisellular) yang tidak
mempunyai klorofil dan berkembang biak dengan cara pembelahan (budding),
hidup secara saprofitik atau parasitik dan memperoleh makanan dari bahan
organik yang mati atau masih hidup.
Sel bakteri ada yang berbentuk bola (coccus), tongkat (bacilli), dan spiral
(spirillus). Bakteri ada yang mempunyai organ untuk bergerak yang disebut
flagella, dan ada pula yang tidak mempunyai flagella (atricus). Golongan yang
mempunyai flagella ada yang mempunyai satu flagella pada bagian ujung sel
bakteri dan disebut monotrichus (contoh: Xanthomonas sp.), ada yang
mempunyai seberkas flagella pada salah satu ujungnya yang disebut lofotrichus
dan apabila mempunyai flagella yang merata diseluruh permukaan tubuh
disebut peritrishus, sedangkan yang mempunyai dua berkas flagella di kedua
ujungnya disebut amfitrichus.
c. Virus
Virus adalah suatu partikel atau zarah sub-mikroskopis yang terdiri dari
protein kapsid dibagian luar protein kapsomer (coat) yang keduanya
membungkus asam nukleat. Asam nukleat bersifat menular dalam bentuk salah
satu yaitu asam ribonukleat (RNA) atau asam deoksiribonukleat (DNA). Asam
nukleat virus memperbanyak diri (replikasi) dengan bantuan ribosom sel inang,
mensintesis protein mantel virus dan menggunakan kemampuan sintetiknya
untuk membuat cetakan dirinya membentuk lebih banyak RNA, kemudian
penggabungan protein virus dengan RNA hasil replikasi membentuk partikel
virus baru (virion).
Ada perbedaan yang luas dalam morfologi dan ukuran virus, yang sangat
membantu dalam klasifikasi khususnya dalam mendeteksi virus. Pada dasarnya
virus tumbuhan dapat digolongkan ke dalam tiga bentuk spherical atau
berbentuk bulat yang sering pula disebut polyhedral atau isometri, memanjang
atau batang (elongate) dan bentuk benang (filament).
Ada beberapa kelompok virus :
1. Partikel virus berbentuk isometric antara lain Tobacco Necrosis Virus,
Caulimovirus 50 nm, Reovirus tumbuhan 65-75 nm, Cucumovirus
(contoh: Cucumber Mosaic Virus 28-30 nm)
2. Partikel virus yang berbentuk batang memanjang antara lain : Tobravirus
46-114 nm dan 180-219 nm.
3. Partikel virus berbentuk filament lentur antara lain kelompok Potexvirus
(Potato Virus X) mempunyai panjang 470-580 nm, lebar 11-13 nm,
kelompok Carlavirus (Potato Virus S) mempunyai panjang 620-700 nm
dan lebar 12 nm, kelompok Potyvirus (Potato Virus Y) kebanyakan
mempunyai ukuran 11 nm dan lebar 680-900 nm, terpanjang adalah
kelompok Closterovirus yang sangat lentur, mempunyai panjang 1.2502.500 nm.
Gejala Penyakit Tanaman
Gejala yang dapat diamati secara langsung disebut juga gejala morfologis.
Gejala ini dapat dilihat dengan mata tanpa bantuan alat, atau juga dapat dirasa,
dibaui atau diraba. Sedangkan gejala yang hanya diamati dengan bantuan alat
seperti mikroskop disebut sebagai gejala nistologist.
Gejala morfologis ada tiga macam yaitu : nekrosa, hipoplasia, dan
hyperplasia. Nekrosa adalah gejala penyakit yang disebabkan oleh hancurnya
protoplas yang diikuti oleh kematian sel, jaringan, organ, dan seluruh tanaman.
Gejala nekrotik yang tibul sebelum kematian protoplas disebut plesionekrotik.
Ada 3 gejala yang termasuk dalam plesionekrotik yaitu menguning
(yellowing), layu (wilting), hidrosis (adanya jaringan yang nampak bening).
Gejala nekrotik yang ada setelah kematian protoplas disebut holonekrotik.
Gejala holonekrotik dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan tempat terjadinya,
yaitu pada organ bahan penyimpan (buah, biji, umbi, dan akar). Pembusukan
yang terjadi bersifat lunak atau basah disebut gejala bocor (leak), sedangkan
yang kering disebut mumifikasi. Nekrosa pada jaringan tanaman yang hijau
misalnya rebah kecambah (damping off), bercak (spot), bintik kecil (fleck),
nekrotik pada batang dan tulang daun (streak), nekrosa tanpa batas yang jelas
karena kematian yang cepat dari seluruh tanaman atau bagian hawar daun
(hawar = blight), kematian mendadak dari kuncup yang belum membuka atau
dari pembungaan (blast), rontoknya buah akibat nekrosis yang meluas
(shelling), dan lain-lain. Nekrosa pada jaringan kayu, contohnya mati pucuk
(die back), kanker (cancer), dan terjadinya eksudasi dari jaringan kayu yang
sakit (bleeding).
Hipoplasia adalah kegagalan tanaman atau organ untuk berkembang secara
penuh, misal kerdil (dwarfing), kegagalan membentuk warna hijau dan hanya
menghasilkan warna kuning (klorosis), daun bercorak warna hijau dan kuning
(mosaic).
Hiperplasia merupakan hasil dari perkembangan yang berlebihan baik
ukuran dan warna atau juga perkembangan bagian organ yang terlalu dini
secara tidak wajar, misal : pertumbuhan yang berlebihan (gigantisme),
perkembangan warna yang berlebihan (hiperkromik), perubahan dari jaringan
dari satu bentuk menjadi bentuk lain (metaplastik), perkembangan pucuk yang
prematur dan mati pucuk (proleptik).
B. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit tanaman adalah terjadinya perubahan fungsi sel dan jaringan inang
sebagai akibat gangguan yang terus menerus oleh agensi patogen atau faktor
lingkungan dan berkembangnya gejala dan Ketidak mampuan tumbuhan untuk
memberi hasil yang cukup kuantitas maupun kualitasnya.(Desyrahayu, 2010)
Penyakit tanaman adalah gangguan pada tanaman yang disebabkan oleh
mikroorganisme.Mikroorganisme itu dapat berupa virus, bakteri, dan
jamur.Penyebaran penyakit tanaman dapat melalui angin, air, atau serangga.
(Anonim)
Penyakit tanaman dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu penyakit
sistematik dan penyakit lokal. Penyakit sistematik adalah penyakit yang menyebar
ke seluruh tubuh tanaman, sehingga seluruh tanaman akan sakit. Penyakit lokal
adalah penyakit yang hanya tedapat disuatu tempat atau bagian tertentu, misalnya
pada buah, bunga, daun, cabang, batang atau akar (Sunaryono, 1981).
Penyakit tanaman merupakan penyimpangan dari sifat normal yang
menyebabkan tanaman tidak dapat melakukan kegiatan fisiologis seperti
biasanya.Ada tiga faktor yang mendukung timbulnya penyakit yaitu tanaman
inang, penyebab penyakit, dan faktor lingkungan.Tanaman inang adalah tanaman
yang diserang oleh patogen.Patogen ada dua yaitu fisiopath yang bukan
organisme dan parasit yang meruapakan organisme seperti jamur, bakteri, dan
virus (Motoredjo, 1989).
Fisiopath merupakan faktor lingkungan yang tidak tepat bagi tanaman,
misalnya suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi, adanya gas beracun yang
berasal dari pencemaran ataupun hasil samping metabolisme tanaman itu sendiri
dan kurangnya unsur hara pada tanah (Pyenson, 1979).
Konsep timbulnya penyakit diawali dengan menunjuk patogen sebagai
penyebab penyakit utama, yang selanjutnya diketahui pada berbagai macam buku
teks mengenai konsep timbulnya penyakit umumnya dianut tiga segitiga
penyakit.Komponen tersebut adalah inang, pathogen dan lingkungan dan
berkembang menjadi segi empat penyakit.Beberepa factor komponen dalam
penyakit ini selanjutnya dapat diuraikan kembali sehingga konsep timbulnya suatu
penyakit menjadi lebih berkembang. (Anonim)
Penyebab munculnya penyakit pada tanaman bisa terjadi karena di suatu
tempat ada tanaman, patogen serta lingkungan. Hal tersebut dinamakan segitiga
penyakit karena tiga faktor yaitu tanaman, patogen dan lingkungan. Penyakit yang
sering menjangkiti tanaman adalah jamur yang berkembang biak melalui
pengeluaran spora yang tersebar melalui media udara, air, serta tanah. Selain itu
penyakit pada tanaman juga dapat disebabkan oleh bakteri yang tersebar melalui
perantara seperti serangga. Selain segitiga penyakit, ada juga konsep timbulnya
penyakit yang disebut segiempat penyakit karena empat faktor yaitu lingkungan,
patogen, tanaman, dan manusia. (Ririnpunto, 2011)
Penggolongan penyakit tumbuhan dibedakan menjadi dua yaitu penyakit
abiotik dan penyakit biotik. Penyakit abiotik adalah penyakit yang disebabkan
oleh penyakit noninfeksi/ penyakit yang tidak dapat ditularkan dari tumbuhan satu
ke tumbuhan yang lain. Patogen penyakit abiotik meliputi: suhu tinggi, suhu
rendah, kadar oksigen yang tak sesuai, kelembaban udara yang tak sesuai,
keracunan mineral, kekurangan mineral, senyawa kimia alamiah beracun,
senyawa kimia pestisida, polutan udara beracun, hujan es dan angin. Penyakit
biotik adalah penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh penyakit infeksius bukan
binatang dan dapat menular dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain. Patogen
penyakit biotik meliputi : Jamur, bakteri, virus, nematoda, tumbuhan tingkat
tinggi parasitik dan mikoplasma (Hasna, 2012).
METODE PRAKTIKUM
c. Tipe gejala
d. Keterangan
Bagian yang sehat
Bagian yang sakit
:
:
: warna
: warna, bentuk, perubahan yang terjadi
KESIMPULAN
1. Manfaat kemurnian benih untuk menjaga kualitas benih dan mengetahui
presentase kemurnian benih.
2. Benih yang murni merupakan benih yang tidak rusak dan tidak berpenyakit.
Hasil presentase benih murni tiap tanaman 75,2% (kacang merah), 84,88%
(kangkung), 61,54% (sawi).
3. Benih tanaman lain merupakan benih yang jenisnya tidak sama. Hasil
presentasi benih tanaman lain tiap tanaman 3,73% (kacang merah), 3,98%
(kangkung), 15,38% (sawi).
4. Kotoran benih merupakan bagian dari sejumlah benih yang sedang diuji yang
tidak berupa benih atau benih yang rusak. Hasil presentase kotoran benih tiap
tanaman 21,07% (kacang merah), 11,14% (kangkung), 23,08% (sawi).
DAFTAR PUSTAKA
BPSBTPH. ____. Sertifikasi Benih. http://bpsbtphbanten.wordpress.com/.
Provinsi Banten. Diakses pada 28 Juni 2013.
Heddy, G. 2000. Biologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.
Justice, Oren L. dan Louis N. B. 1990. Prinsip Praktek Penyimpanan Benih.
Rajawali Press. Jakarta.
Kartasapoetra, A. G. 2003. Teknologi Benih Pengelolaan Benih dan Tuntunan
Praktikum. Rineka Cipta. Jakarta.
Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius.
Yogyakarta.
Mugnisjah, W. Q., dan Setiawan, A. 1995. Pengantar Produksi Benih. Raja
Grafindo Press. Jakarta.
Qamara, M. dan S. Asep. 1990. Pengantar Produksi Benih. Rajawali Press.
Jakarta.
Rasaha, C.A., dkk. 2003. Refleksi Pertanian. Pustaka Sinar Harapan.
Jakarta.
Suwandi, N. Sumarni dan F. A. Bahar. 1995. Aspek Agronomi Cabai. Penebar
Swadaya. Jakarta.