BAB II
TINJAUAN LITERATUR
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Kepuasan Pelanggan/Konsumen
Kepuasaan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul
setelah membandingkan antara persepsi/kesannya terhadap kinerja (hasil) suatu
produk dan harapan-harapannya (Kotler:2005). Pendapat tersebut dapat diartikan
bahwa kepuasaan merupakan fungsi dan persepsi atau kesan atas kinerja dan
harapan. Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas. Jika kinerja melebihi
harapan pelanggan amat puas atau senang.
Wilkie (1990) dalam Tjiptono (2005) mendifinisikan kepuasan pelanggan
sebagai tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi suatu
produk atau jasa. Engel et al. (1990) dalam Tjiptono (2005) menyatakan bahwa
kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purnabeli dimana alternative yang dipilih
sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan
ketidakpuasaan timbul apabila hasil (outcome) tidak memenuhi harapan.
Dari beberapa pengertian tentang arti dari kepuasan pelanggan, maka dapat
disimpulkan kepuasan pelanggan didasarkan pada kesesuaian antara harapan
pelanggan dengan persepsi yang dirasakan pelanggan dari kinerja/produk yang
diberikan oleh perusahaan. Kondisi kepuasan pelanggan tercipta apabila persepsi
bernilai lebih besar atau sama dengan harapan sebaliknya kondisi ketidakpuasan
terjadi apabila persepsi lebih kecil dari harapan sehingga tingkat kepuasan bernilai
negatif. Pelanggan internal maupun eksternal adalah seseorang yang secara terusmenerus dan berulang kali datang ke suatu tempat yang sama untuk memuaskan
keinginan dan kebutuhannya dengan memiliki suatu produk atau jasa tersebut.
Model kepuasan dan ketidakpuasaan pelanggan dapat dilihat pada gambar 2.1
sebagai berikut
Gambar 2.2.
Model Kepuasan Dan Ketidakpuasaan Pelanggan
Pemakaian/
Konsumsi Produk
Ekspetasi akan
Konfirmasi/
Kinerja/Kualitas
diskonfirmasi
Produk
harapan
Evaluasi terhadap
Respon Emosional
keadilan pertukaran
Sumber: Mowen dalam Tjiptono, Pemasaran
Jasa, 2005
Kepuasan/
Evaluasi
kinerja/kualitas
produk
Atribusi penyebab
kinerja produk
Ketidakpuasaan
pelanggan(2004:349) menyatakan bahwa
Howard dan Sheth dalam Tjiptono
Kepuasan pelanggan adalah situasi kognitif pembeli berkenaan dengan
kesepadanan atau ketidaksepadanan antara hasil yang didapatkan dibandingkan
dengan pengorbanan yang dilakukan.
Kotler dalam Tjiptono (2004:350) mendefinisikan kepuasan pelanggan
adalah Kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah
membandingkan kinerja (atau hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan
harapannya .
Ada beberapa definisi lainnya mengenai kepuasan pelanggan, yaitu :
1.
2.
3.
pelanggan
ialah
merupakan
respon
konsumen
terhadap
10
yang tidak sesuai dengan harapan. Secara konseptual, kepuasan konsumen dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.3.
Konsep Kepuasan Pelanggan
Tujuan Perusahaan
Kebutuhan dan
Keinginan
Konsumen
Produk
Harapan
Sumber
:
Fandi
Tjptono
(2001)
Nilai Produk Bagi
Tingkat
Konsumen
SeorangKonsumen
konsumen mungkin mengalami berbagai tingkat kepuasan yaitu
Kepuasan
Terhadap Produk
bilamana kinerja produk tidak sesuai dengan harapannya setelah dikonsumsi
maka konsumen itu akan merasa tidak puas sehingga dari pembelajaran tersebut
konsumen akan kecewa. Namun bila terjadi sebaliknya yaitu kinerja produk
sesuai dengan persepsi konsumen maka konsumen akan merasa sangat puas
sehingga di waktu yang akan datang konsumen bergairah untuk mengkonsumsi
produk tersebut kembali.
Kepuasan konsumen merupakan bagian yang sangat penting dalam loyalitas
pelanggan. Kesetiaan pelanggan biasanya mengakibatkan pembelian berulang
(repeat buying) dan rekomendasi (recommended buying). Jika konsumen puas
akan suatu merek tertentu dan sering membeli
produk
tersebut
maka
dapat
dikatakan tingkat kesetiaan pelanggan itu tinggi, sebaliknya jika konsumen tidak
terlalu puas akan suatu merek tertentu dan cenderung untuk membeli produk
dengan merek yang berbeda-beda maka tingkat kesetiaan pelanggan terhadap
produk tersebut rendah (Foedjiawati, 2005).
2.1.2 Harapan Pelanggan/Konsuman
11
Ideal Expectation
Yaitu tingkat kinerja optimum atau yang terbaik yang diharapkan dapat
diterima konsumen. Menurut Miller ideal expectation mencerminkan wished
12
3.
Desired Expectation
Yaitu tingkat kinerja yang diinginkan pelanggan dapat diberikan produk atau
jasa tertentu. Dengan kata lain Desired Expectation mencerminkan kinerja
yang diinginkan atau diharapkan diterima pelanggan.
4.
5.
13
Adequate Expectation
Yaitu tingkat ekspektasi batas bawah (lower level) dalam batas kinerja
produk atau jasa yang bisa diterima pelanggan.
7.
8.
Intolerable Expectation
Yakni serangkaian ekspektasi menyangkut tingkat kinerja yang tidak bakal
ditolerir atau diterima pelanggan. Standar ini bisa terbentuk sebagai hasil
komunikasi dari mulut kemulut atau pengalaman pribadi yang tidak
memuaskan, dimana konsumen berharap bahwa memori buruk tersebut tidak
akan pernah terulang lagi.
9.
melalui
kontak
dengan
media.
Konsumen
mengetahui
14
tinggi
akan
dipilih
oleh
2.
Ghost shooping
15
4.
16
17
2.
3.
Variability (bervariasi)
Karena tergantung pada siapa yang menyediakan jasa serta kapan dan
dimana jasa tersebut disediakan, maka hal-hal tersebut membuat jasa sangat
18
menurut
Tjiptono
(2005:18-22)
jasa
terdiri
dari
lima
karakteristik:
1.
Intangibilty
Jasa adalah suatu perbuatan, tindakan, pengalaman, proses, kinerja
(performance), atau usaha, oleh sebab itu jasa tidak dapat dilihat, dirasa,
dicium, didengar, atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi.
2.
Inseparability
Jasa umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan
dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama.
3.
Variability
Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non-standardised output,
artinya banyak bentuk, kualitas, dan jenis, tergantung pada siapa (who),
kapan (when), dan dimana (where) jasa tersebut diproduksi.
4.
Perishability
Jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan.
19
5.
Lack of Ownership
Merupakan perbedaan dasar antara jasa dan barang. Pelanggan tidak dapat
memiliki jasa, pelanggan hanya bisa memiliki akses personal atas suatu jasa
untuk jangka waktu yang terbatas.
20
Bukti Fisik
Kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada
pihak eksternal. Penampilan, kemampuan sarana dan prasarana fisik
perusahaan dan lingkungan sekitar adalah bukti nyata dari pelayanan yang
diberikan oleh pemberi jasa, meliputi fasilitas fisik atau bukti fisik,
perlengkapan, karyawan, dan sarana komunikasi.
2.
Keandalan
Kemampuan perusahaan memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan
dengan cepat, tepat, dan akurat.
3.
Daya tanggap
Kemampuan para karyawan untuk tanggap membantu para pelanggan dan
memberikan pelayanan dengan cepat, tepat, dengan disertai penyampaian
jasa yang jelas. Dalam hal ini, perusahaan tidak hanya selalu cepat tanggap
pada keluhan konsumen yang timbul karena janji tidak terpenuhi, namun
juga cepat tanggap menangkap perubahan yang terjadi dalam pasar,
teknologi, peraturan dan perilaku konsumen.
21
4.
Jaminan
Mencakup
pengetahuan,
kompetensi,
kesopanan,
dan
kemampuan
1.
2.
22
Ketiga faktor ini merupakan inti pemahaman dan penerapan suatu sistem
yang responsive terhadap pelanggan dan organisasi untuk pencapaian
kepuasan optimum.
3.
balik
sangat
dibutuhkan
untuk
evaluasi
dan
perbaikan
memahami
persepsi
pelanggan
terhadap
perusahaan,
jasa
Implementasi
Sebagai bagian dari proses implementasi, manajemen harus menentukan
cakupan kualitas jasa dan tingkat layanan pelanggan sebagai bagian dari
kebijakan organisasi.
meningkatkan
kualitas
jasa,
banyak
faktor
yang
perlu
23
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
24
2.
kemukakan bahwa yang dimaksud perilaku konsumen adalah sejumlah tindakantindakan nyata individu (consumen) yang mempengaruhi oleh faktor kejiwaan
(psikologis) dan faktor luar lainnya (eksternal) yang mengarahkan mereka untuk
memilih dan mempergunakan barang-barang yang diinginkan.
2.1.6.2 Analisis Perilaku Konsumen
1.
Menurut Basu Swastha dan Hani Handoko (1997) dalam Kanzanuddin
(2006) perilaku konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara
langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang-barang dan
jasa-jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada
persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Sedangkan menurut
Jhon C. Mowen (2000) dalam Kanzanuddin (2006) perilaku konsumen
25
26
Tugas
pemasar
adalah
memahami
perilaku
konsumen
dengan
27
dirinya.
Pencarian Informasi
Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari
informasi yang lebih banyak. Pencarian informasi tersebut dapat dibagi atas
dua tingkat, yang pertama dinamakan perhatian yang menguat. Pada tingkat
itu seseorang hanya menjadi lebih peka terhadap informasi tentang produk.
Pada tingkat selanjutnya,konsumen mungkin memasuki pencarian aktif
informasi, di mana pencarian dilakukan dengan menelah berbagai sumber,
seperti bahan bacaan, menelepon teman, dan mengunjungi toko untuk
mempelajari produk.
Menurut Kotler (2005), sumber informasi konsumen digolongkan kedalam
empat kelompok: (a) sumber pribadi. Sumber ini misalnya keluarga, teman,
tetangga, kenalan, (b) sumber komersial. Yaitu sumber dalam bentuk iklan,
wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan di toko, (c) sumber publik. Yaitu
media massa, organisasi penentu tingkat konsumen, dan (d) sumber
pengalaman, di mana sumber ini adalah penanganan, pengkajian dan
3.
pemakaian produk.
Evaluasi Alternatif
Sebelum konsumen memutuskan pembelian, konsumen akan melakukan
evaluasi
terhadap
alternatif-alternatif
produk
dengan
menggunakan
informasi yang tersimpan dalam ingatan serta informasi lain yang datang
dari luar. Peranan manajer pemasaran adalah memperkirakan atribut-atribut
yang mempengaruhi pilihan konsumen. Banyak faktor yang mempengaruhi
evaluasi konsumen terhadap suatu produk seperti kualitas, manfaat,
kemudahan dan sebagainya.
28
4.
Keputusan Pembelian
Setelah proses evaluasi terhadap alternatif dilakukan, maka langkah
selanjutnya adalah memutuskan membeli atau tidak membeli. Keputusan
pembelian akan diambil setelah konsumen membentuk preferensi atas merek
dan atribut dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga membentuk niat untuk
membeli produk yang paling disukai, di mana niat dan keputusan pembelian
tersebut juga dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu sikap orang lain dan faktor
situasi yang tidak terantisipasi yang dapat muncul dan mengubah niat
5.
pembelian.
Perilaku Pascapembelian
Setelah membeli produk, konsumen mengharapkan dampak dari pembelian
tersebut,
apakah
konsumen
puas
(satisfaction)
atau
tidak
puas
produk
dengan
manfaat
yang
dirasakan
yang
konsumen
didapat
di
setelah
bawah
29
keberlangsungan
hubungan,
dan
biasanya
tercermin
dalam
pembelian
berkelanjutan dari penyedia jasa yang sama (Bendapudi dan Berry, 1997 dalam
Tjiptono,2005).
Neal (1999) dalam Egan (2008) dalam Tjiptono (2005) mendifinisikan
loyalitas pelanggan sebagai berikut :
The propotion of time a purchaser chooses the same product or service in a
category compare with his or her total number of purchases in the category,
assuming that acceptable competitive product or services are conveniently
available.
Dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa loyalitas merupakan proporsi
dari pembeli untuk memilih produk atau jasa yang sama dalam suatu kategori
dibandingkan dengan sejumlah pembelian pada kategori tersebut, dengan
mengumpamakan tersedianya produk ataupun jasa dari pesaing.
Menurut Engel,et al. dalam Hasan (2008:84) bahwa loyalitas pelanggan
merupakan
kebiasaan
perilaku
pengulangan
pembelian,
keterkaitan
dan
30
dan merek yang diyakini secara positif, dibentuk secara sukarela, bersifat jangka
panjang, dan kuat secara afektif.
2.1.7.2.
Karakteristik Pelanggan Yang Loyal
Menurut Griffin (2003:31), pelanggan yang loyal memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1.
Melakukan pembelian ulang secara teratur (repeat buyer). Pelanggan
2.
3.
4.
perusahaan.
Menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing
(demonstrates immunity to the full of competitions). Pelanggan tidak akan
31
4.
maka
perusahaan dapat
menggunakan
strategi
untuk
mengatasinya.
Loyalitas Premium
Loyalitas premium adalah jenis loyalitas yang paling sering dapat
ditingkatkan yang terjadi bila ada tingkat keterkaitan yang tinggi dan tingkat
pembelian berulang yang juga tinggi. Ini merupakan jenis loyalitas yang
lebih disukai untuk semua konsumen di setiap perusahaan. Pada tingkat
preferensi yang paling tinggi tersebut, orang bangga karena menemukan dan
menggunakan produk tertentu dan senang membagi pengetahuan mereka
penting
untuk
mengembangkan loyalitas :
1.
Keterikatan (attachment) yang tinggi terhadap produk atau jasa tertentu
dibandingkan terhadap produk atau jasa pesaing potensial, keterikatan yang
dirasakan pelanggan terhadap produk atau jasa dibentuk oleh dua dimensi
yaitu :
a.
32
alternatif lain.
Pembelian berulang yang tinggi terhadap produk atau jasa tertentu
Gambar 2.4.
Loyalitas Pelanggan Berdasarkan Sikap Dan Perilaku Pembelian Ulang
Perilaku Pembelian Ulang
Kuat
Lemah
K
u
Loyalty
Latent Loyalty
a
S
t
i
L
k
e
a
Spurious Loyalty
No Loyalty
m
p
a
h
Sumber : Dick & Basu (1994) dalam Tjiptono (2005), Pemasaran Jasa
1.
No Loyalty
Bila sikap dari perilaku pembelian ulang pelanggan sama-sama lemah, maka
loyalitas tidak terbentuk. Kemungkinan ini disebabkan yang pertama, sikap
yang lemah (mendekati netral) bisa terjadi bila suatu produk/jasa
diperkenalkan pemasarannya tidak mampu mengkomunikasikan keunggulan
33
3.
Latent loyalty
Bila sikap yang kuat disertai dengan pola pembelian ulang yang lemah,
situasi yang menjadi perhatian besar para pemasar ini disebabkan pengaruh
faktor-faktor nonsikap yang sama kuat atau bahkan cenderung lebih kuat
4.
34
Kota Denpasar dengan tujuan penelitian sebagai berikut. (1) Untuk mengetahui
seberapa tinggi tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan PDAM Kota
Denpasar. (2) Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh signifikan secara
bersama-sama keandalan (reliability), ketanggapan (responsivenes), keyakinan
(assurance), empati (emphaty), dan berwujud (tangible) terhadap kepuasan
pelanggan PDAM Kota Denpasar. (3) Untuk mengetahui
(reliability),
ketanggapan
(responsivenes),
keyakinan
pengaruh
keandalan
(assurance),
empati
35
36
Ketanggapan
Jaminan
Survei Kepuasan
Pelanggan PDAM Kota
Padang
37
Bukti Fisik
Empati