Anda di halaman 1dari 29

OKLUSI DAN MALOKLUSI

Arya Prasetya Beumaputra


Bagian Orthodonti PSKG FK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2012

Pengertian Oklusi
Berkontaknya gigi-geligi maksila dan
mandibula saat mandibula digerakkan sampai
mandibula dan maksila dalam keadaan
menutup.
Oklusi melibatkan gigi-geligi, otot, rahang,
sendi temporomandibula, dan gerakan
fungsional rahang.
Oklusi merupakan hal yang dinamis

Oklusi Normal
Adalah hubungan yang harmonis antara gigigeligi maksila dan mandibula, dimana gigigeligi berkontak maksimal dan kondilus
mandibula berada dalam fosa glenoidea.
Oklusi normal meliputi hal yang
kompleks,yaitu:
1. Kedudukan maksila dan mandibula dalam posisi
normal

2. Fungsi normal dari jaringan dan otot-otot


pengunyah
3. Hubungan persendian yang normal.

Maloklusi:
Oklusi yang menyimpang dari normal, yang
mengganggu fungsi sempurna dari gigi-geligi
Penyimpangan letak gigi dan atau malrelasi
lengkung gigi (rahang) diluar kewajaran.

Berdasar relasi molar pertama, Dr. E.H.


Angle membagi maloklusi menjadi:
1. Netroklusi/ klas I Angle, y.i. hubungan gigi-geligi
maksila dan mandibula dimana tonjol
mesiobukal molar pertama permanen maksila
berkontak dengan bukal groove molar pertama
permanen mandibula.
2. Distoklusi/ Klas II Angle, y.i. hubungan gigi-geligi
maksila dan mandibula dimana tonjol
mesiobukal molar pertama permanen
maksila(minimal tonjol) lebih ke anterior dari
bukal groove molar pertama permanen
mandibula.

Atau bukal groove molar pertama permanen


mandibula lebih ke distal terhadap tonjol
mesiobukal molar pertama permanen maksila.
3. Mesioklusi/ Klas III Angle, y.i. hubungan gigigeligi maksila dan mandibula dimana bukal
groove molar pertama permanen mandibula
letaknya lebih ke mesial terhadap tonjol
mesiobukal molar pertama permanen maksila.

Andrews, 1972 mengemukakan 6 kunci oklusi,


yaitu:
1. Relasi molar, seperti pada relasi molar klas I
Angle.
2. Angulasi mahkota, semua mahkota gigi condong
ke mesial/mesioklinasi. Bagian gingival gigi pada
sumbu panjang tiap mahkota gigi terletak distal
daripada bagian oklusal dari sumbu panjang
tersebut.
3. Inklinasi mahkota, bagian gingival gigi insisivi
maksila terletak lebih lingual daripada bagian
insisal.

Untuk gigi-gigi selain insisivi maksila bagian


gingival terletak lebih labial atau bukal
daripada bagian insisal atau oklusal.
Keadaan ini disebut labiolingual torque.

4. Rotasi, tidak ada gigi yang rotasi


5. Kontak gigi, semua gigi dalam kontak
yang rapat
6. Kurve spee, datar atau sedikit
cekung,kedalaman maksimal 1,5 mm.

Jarak gigit
Disebut juga over jet, yaitu jarak horisontal
antara tepi insisal insisivi maksila ke
permukaan labial insisivi mandibula dalam
centric relation.
Tumpang gigit
Disebut juga over bite, yaitu jarak vertikal
antara tepi insisal insisivi maksila ke tepi
insisal insisivi mandibula apabila rahang dalam
centric relation.

Over jet dan over bite normalnya 2-3 mm.


Gigitan terbuka/ open bite
Yaitu keadaan dimana terdapat celah/
ruangan/ tidak berkontaknya gigi-geligi
maksila dan mandibula saat rahang dalam
centric relation.

Gigitan silang/ cross bite


Yaitu keadaan dimana satu atau beberapa gigi
maksila terdapat disebelah palatinal atau
lingual dari gigi-gigi mandibula.
Gigitan gunting/ scissors bite
Yaitu keadaan dimana tonjol palatinal gigi
posterior maksila terdapat disebelah bukal
tonjol bukal gigi posterior mandibula.

Istilah untuk menyatakan hubungan rahang


terhadap dasar tulang kepala dan bidang orbital:
1. Protraksi/ protrusi: kedudukan rahang yang
lebih kedepan.
Contoh: protrusi maksila, protrusi
mandibula/progeni/prognasi, protrusi maksila
dan mandibula ( protrusi bimaksiler)

2. Retrusi,yaitu kedudukan rahang yang lebih


mundur, contoh: retrusi mandibula
(retrognasi)

Istilah untuk penyimpangan posisi gigi


individual:
1. Elongasi/ekstrusi/ supraversi/ supraklusi,
yaitu keadaan gigi dimana lebih tinggi dari
garis oklusi.
2. Depresi/ intrusi/ infraversi/ infraklusi, yaitu
keadaan dimana gigi lebih rendah/ tidak
mencapai bidang oklusi.
3. Mesioversi: gigi lebih ke mesial dari normal

4.
5.
6.
7.
8.
9.

Distoversi: gigi lebih ke distal dari normal.


Bukoversi: gigi lebih ke bukal dari normal.
Palatoversi: gigi lebih ke palatal dari normal.
Linguoversi: gigi lebih ke lingual dari normal.
Labioversi: gigi lebih ke labial dari normal.
Transversi: gigi berpindah posisi erupsinya di
daerah gigi lainnya

Contoh: gigi caninus erupsi di sebelah distal


premolar pertama dan gigi premolar pertama
erupsi sebelah distal insisivus lateral. Caninus
dan premolar pertama tukar tempat.
9. Aksiversi: gigi seakan berpindah, tetapi ujung
sumbunya pada ujung akar tetap.
10.Torsiversi: gigi berputar terhadap sumbunya,
tetapi kedua ujung sumbu tidak berubah.

Untuk menilai letak yang tidak normal


perlu diperhatikan:
1. Hubungan gigi tersebut dgn gigi lainnya pada
rahang yang sama.
2. Hubungan gigi tersebut dgn gigi lainnya pada
rahang yang berbeda.
3. Posisi gigi tersebut terhadap gigi sejenis pada
rahang yang sama.
4. Posisi sumbu/ aksis gigi terhadap sumbu
tulang alveolar.

Gigi Ektopik
Adalah gigi yang tidak pada tempatnya.
Gigi kaninus maksila paling sering mengalami
ektopik, gigi kaninus dapat bergerak kearah
garis median,dapat terletak dipalatal maupun
labial.
Ukuran gigi
Secara umum gigi mempunyai ukuran
tertentu,

Insisivi sentral permanen maksila: 8-10 mm


Insisivi lateral permanen maksila: 6-8 mm
Kaninus, premolar pertama,premolar kedua :
kurang lebih 7 mm
Molar kurang lebih 10 mm
Insisivi permanen sentral dan lateral
mandibula ukurannya kurang lebih sama:
kurang lebih 5 mm

Kaninus dan premolar mandibula kurang lebih


sama: kurang lebih 6 mm
Molar mandibula kurang lebih 10 mm
Ukuran diatas rerata disebut makrodonti
Ukuran dibawah rerata disebut mikrodonti
Ukuran gigi yg paling bervariasi: insisivi lateral
maksila, cenderung lebih kecil dari normal
(peg shape/pasak)

Bentuk gigi
1. Geminasi
Satu benih gigi bertumbuh menjadi 2
gigi.

2. Fusi

Dua benih gigi yang bertumbuh


menjadi 1 gigi,dgn mahkota besar
tetapi akarnya tetap 2, biasa pd insisivi

Bila terjadi fusi atau geminasi berarti jumlah


gigi tidak normal.
Dilaserasi, akar gigi yang bengkok.
Jumlah gigi
Kelebihan gigi ( hiperdontia), paling sering
mesiodens diantara insisivi sentral maksila,
bisa juga laterodens/disebelah insisivi lateral
Kekurangan gigi (hipodontia)

Agenesis gigi permanen


Berarti benih gigi tidak terbentuk
Etiologinya bermacam-macam
Agenesis gigi permanen ekstreem adalah
anadontia, hal ini jarang terjadi dan
merupakan bagian dari suatu sindrom
Sering dijumpai adalah hipodontia, y.i
agenesis sejumlah gigi.
Paling sering: M3,P2 bawah, I 2 atas, dan P2
atas

Habit
Merupakan kebiasaan yang dapat
berpengaruh terhadap terjadinya maloklusi.
1. Posisi lidah

Posisi lidah yang tepat adalah terletak pada


palatum bagian anterior,sekitar for. Insisivum
Pada tonsilitis, dorsum lidah menekan
tonsil,untuk menghidarinya mandibula secara
refleks diturunkan, gigi tidak kontak, ruang utk
lidah besar, dan saat menelan biasa lidah
mendorong gigi anterior.

2. Kebiasaan nafas
Nafas mulut: bila dalam keadaan istirahat
maupun aktifitas bernafas lewat mulut.
Orang bernafas lewat hidung kadang bernafas
lewat mulut saat saluran nafas terganggu
Kebiasaan nafas mulut, saat dicetak akan
mengalami kesulitan.
Biasa palatum dalam, maksila sempit sehingga
kadang dijumpai cross bite posterior.

3. Topang dagu
Sering mengakibatkan cross bite anterior satu
atau dua gigi, ada juga yang menjadi maloklusi
klas III Angle.

4. Mengunyah satu sisi


Menyebabkan otot pengunyahan tidak imbang
kekuatannya, dapat mengakibatkan cross bite
posterior

5. Menghisap ibu jari atau jari


Biasa mengakibatkan protrusi gigi anterior
maksila, gigi anterior mandibula
linguoversi, open bite anterior, dan
lengkung maksila yang sempit.

6. Menggigit atau menghisap bibir


Biasa pada bibir sebelah bawah,mengakibatkan
sama seperti menghisap ibu jari/jari.

Prognosa/ Prognosis
Prognosis pada perawatan ortodontik adalah
suatu perkiraan tentang hasil perawatan
ortodontik pada kasus tersebut.
Prognosis dikatakan menguntungkan atau
tidak menguntungkan tergantung beberapa
faktor: diagnosis, etiologi, perencanaan
perawatan, pemilihan alat yang digunakan,
jaringan penyangga gigi, dan kooperasi pasien.

Maloklusi yang melibatkan kelainan skeletal


lebih sukar perawatannya, sehingga
dibutuhkan peranti yang lebih kompleks,
seperti pemakaian alat cekat.
Tujuan perawatan ortodontik adalah
mendapatkan kesehatan gigi dan mulut,
estetik muka dan geligi, fungsi yang baik, dan
stabilitas hasil perawatan.

Kadang tidak semua tujuan perawatan dapat


tercapai, sehingga diperlukan kompromi.
Tetapi perlu diingat bahwa tidak boleh hasil
perawatan mengorbankan kesehatan gigi dan
mulut.

Anda mungkin juga menyukai