Step 7 LBM 5 Repro
Step 7 LBM 5 Repro
Ligamentum2 mengendor
Lokea
Laktasi
Hemokonsentrasi
Perubahan Fisiologik dan Anatomik
Perubahan endokrinologi yang terjadi selama kehamilan pulih kembali dengan cepat. Beberapa jam
setelah plasenta keluar, kadar hormone-hormon plasenta, human placental lactogen (hPL) dan chorionic
gonadotropin (hCG), turun dengan cepat. Dalam 2 hari, hPL sudah tidak terdeteksi dalam serum, dan
pada hari ke-10 setelah melahirkan, hCG sudah tidak terdeteksi lagi. Kadar estrogen dan progesterone
dalam serum menurun dengan cepat dalam 3 hari pertama masa nifas dan mencapai kadar tidak hamil
sebelum hari ke-7 setelah melahirkan. Kadar tetap demikian jika wanita menyusui bayinya; jika tidak,
estradiol akan mulai meningkat, yang menunjukkan pertumbuhan folikular. Diantara wanita menyusui,
kadar prolaktin (hPr) meningkat setelah bayi menyusu (Llewellyn-Jones, 2001).
System kardiovaskular pulih kembali ke keadaan tidak hamil dalam tempo 2 minggu pertama masa nifas.
Dalam 24 jam pertama, beban tambahan pada jantung yang disebabkan oleh keadaan hipervolemik
masih ada, setelah itu volume darah dan plasma kembali pada keadaan tidak hamil. Hal ini terjadi pada
minggu kedua masa nifas. Dalam 10 hari pertama setelah melahirkan, peningkatan faktor pembekuan
yang terjadi selama kehamilan masih menetap namun diimbangi oleh peningkatan aktivitas fibrinolitik
(Llewellyn-Jones, 2001).
Perubahan Morfologik dalam Traktus Genitalia
Perineum dan vagina. Kerusakan perineum dapat diperbaiki, tetapi edema mungkin menetap sampai
beberapa hari. Dinding vagina bengkak, kebiruan dan menonjol. Tonus cepat pulih meskipun masih fragil
dalam 1 atau 2 minggu (Llewellyn-Jones, 2001).
Uterus. Uterus berangsur mengalami involusi sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Tinggi
fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi (Mochtar, 1998):
Involusi
Berat uterus
Bayi lahir
Setinggi pusat
1000 gram
Uri lahir
750 gram
1 minggu
Pertengahan pusat-symphisis
500 gram
2 minggu
350 gram
6 minggu
Bertambah kecil
50 gram
8 minggu
Sebesar normal
30 gram
Cervix. Setelah persalinan, bentuk cervix agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman.
Konsistensinya lunak, kadang terdapat perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk
rongga rahim; setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari
(Mochtar, 1998).
Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari. Rasa sakit, yang
disebut after pains merian disebabkan oleh kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca
persalinan (Mochtar, 1998).
Bersamaan dengan involusi uterus, tempat plasenta juga menjadi kecil. Tempat ini cepat tertutup oleh
anyaman fibrin setelah melahirkan, dan terjadi thrombosis di dalam pembuluh-pembuluh darah yang
memberikan suplai kepadanya. Dibawah tempat plasenta ini, terbentuk barrier oleh makrofag, limfosit,
dan polimorf yang juga meluas ke seluruh bagian rongga endometrium. Dalam 10 hari plasenta mengecil
hingga berdiameter 2,5 cm dan sudah tumbuh lapisan epithelium baru, yang juga menutupi sisa rongga
uterus. Jaringan superficial dinding uterus dan tempat plasenta terus menerus terlepas selama 6
minggu, yang menjadi bagian dalam lokia (Llewellyn-Jones, 2001).
Lochia adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Terdiri dari
(Mochtar, 1998):
1. Lochia rubra (cruenta): darah segar dan sisa selaput ketuban, sel desidua, verniks kaseosa, lanugo,
dan mekoneum, selama 2 hari pasca persalinan.
2. Lochia sanguinolenta: warna merah kuning isi darah dan lendir; hari 3-7 pasca persalinan.
3. Lochia serosa: kuning, cairan tidak berdarah lagi; hari 3-7 pasca persalinan.
4. Lochia alba: cairan putih, setelah 2 minggu.
5. Lochia purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
6. Lochio stasis: lochia tidak lancar keluarnya.
Sifat lokia berubah ketika thrombosis pembuluh darah di tempat itu mengalami organisasi. Warnanya
menjadi coklat kemerahan dari hari ke 3 sampai 12, tetapi setelah itu kebanyakan rongga endometrium
telah tertutup epithelium, lokia menjadi berwarna kuning. Kadang trombi pada ujung pembuluh darah
pecah, dan mengeluarkan darah sehingga lokia kembali menjadi merah selama beberapa hari lagi
(Llewellyn-Jones, 2001).
Ligamen-ligamen. Ligament, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang berangsur menciut dan pulih
kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum
rotundum menjadi kendor. Untuk memulihkan kembali, sebaiknya dengan latihan dan gimnastik pasca
persalinan (Mochtar, 1998).
Gardjito, Widjoseno. 1994. Retensi Urin, Permasalahan dan Penatalaksanaannya. Akses April 16, 2010,
10:32 di
http://urologi.or.id/pdf/JURI%20VOLL%204%20NO.2%20TAHUN%201994_2.pd
f
Llewellyn-Jones, Derek. 2001. Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi Edisi 6. Jakarta: Hipokrates.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Edisi 2 Jilid 1. Jakarta: EGC.
Purnomo, Basuki B. 2000. Dasar-dasar Urologi Edisi Kedua. Jakarta: CV Sagung Seto.
PERUBAHAN MORFOLOGIS PADA TRAKTUS GENITALIA
Melalui proses katabolisme jaringan berat uterus cepat menurun dari 1000 gram saat persalina menjadi
100 200 g 3 minggu pasca persalinan
Servik kehilangan elastisitasnya dan segera memperoleh konsistensi normal
Dinding vagina edematous, kebiruan serta kendor dan tonus kembali kearah normal setelah 1 2
minggu.
Pada akhir kala III, besar uterus setara dengan ukuran kehamilan 20 minggu dengan berat 1000 gram.
Pada akhir minggu pertama berat uterus mencapai 500 gram.
Pada hari ke 12, uterus sudah tidak dapat diraba melalui palpasi abdomen.
Perubahan involusi tinggi fundus uteri dan ukuran uterus selama 10 hari pasca persalinan
placental site mengecil dan dalam waktu 10 hari diameternya kira-kira 2.5 cm.
Lochia yang terjadi sampai 3 4 hari pasca persalinan terdiri dari darah, sisa trofoblas dan desidua
coklat kemerahan yang disebutlochia rubra.
Selanjutnya berubah menjadi lochia serosa yang seromukopurulen dan berbau khas.
Selama minggu II dan III, lochia menjadi kental dan putih kekuningan yang disebut lochia alba terdiri dari
leukosit dan sel desidua yang mengalami degenerasi. Setelah minggu 5 6, sekresi lochia menghilang
yang menunjukkan bahwa proses penyembuhan endometrium sudah hampir sempurna.
Lochia yang sangat berbau tidak sedap apalagi bila disertai dengan gejala sistemik berupa tanda tanda
infeksi menandakan adanya endometritis.
(sekitar 45 %). Peningkatan produksi sel darah merah (Red Blood Cell) sekitar 20-30 %. Peningkatan
volume sirkulasi sekitar 45 %
Peningkatan volume darah pada akhir tekanan diastolik (Trimester II, awal Trimester III)
Selama kehamilan, jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya atau biasa disebut sebagai
curah jantung (cardiac output)meningkat sampai 30-50%.
Peningkatan ini mulai terjadi pada usia kehamilan 6 minggu dan mencapai puncak pada usia kehamilan
16-28 minggu
Oleh karena curah jantung meningkat, maka denyut jantung pada saat istirahat juga meningkat (dalam
keadaan normal 70x/menit menjadi 80-90x/menit).
Setelah mencapai kehamilan 30 minggu, curah jantung akan menurun karena pembesaran rahim
menekan vena yang membawa darah dari tungkai ke jantung.
Selama persalinan, curah jantung meningkat sebesar 30%. Setelah persalinan menurun sampai 15-25%
di atas batas kehamilan.lalu secara perlahan kembali ke batas kehamilan.
Pada Ibu dengan penyakit jantung dapat jatuh dalam keadaan decompensate cordis. Yaitu suatu
keadaan patofisiologi dimana sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk
metabolisme jaringan.
Peningkatan curah jantung selama kehamilan kemungkinan terjadi karena adanya perubahan dalam
aliran darah ke rahim. Janin yang terus tumbuh menyebabkan darah lebih banyak dikirim ke rahim ibu.
Pada akhir usia kehamilan, rahim menerima seperlima dari seluruh darah Ibu
Saat ibu melakukan aktivitas/olahraga, curah jantung, denyut jantung, dan laju pernapasan menjadi
lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang sedang tidak hamil.
Pada Ibu Hamil, nadi dan tekanan darah arteri cenderung menurun terutama selama trimester 2,
kemudian akan naik lagi seperti masa pra-kehamilan. Tekanan vena pada ekstremitas atas dan bawah
dalam batas-batas normal, namun cenderung naik setelah trimester pertama. Nadi biasanya naik
menjadi 84x/menit.
Selama trimester kedua biasanya tekanan darah menurun, tetapi akan kembali normal pada trimester
ketiga. Selama kehamilan volume darah pada peredaran meningkat sampai 50%, tapi jumlah sel darah
merah yang mengangkut oksigen hanya meningkat 25-30%.
Konsentrasi :
Sel darah merah
Jumlah eritrosit cenderung meningkat untuk memenuhi kebutuhan transport oksigen yang sangat
diperlukan selama kehamilan.
Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 36 jam sesidah melahirkan.
Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan memgalami
penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali
normal dalam tempo 6 minggu.
Hal yang berkaitan dengan fungsi sistem perkemihan, antara lain:
Hemostatis internal
Tubuh, terdiri dari air dan unsur-unsur yang larut di dalamnya, dan 70% dari cairan tubuh terletak di
dalam sel-sel, yang disebut dengan cairan intraselular. Cairan ekstraselular terbagi dalam plasma darah,
dan langsung diberikan untuk sel-sel yang disebut cairan interstisial. Beberapa hal yang berkaitan
dengan cairan tubuh antara lain edema dan dehidrasi. Edema adalah tertimbunnya cairan dalam
jaringan akibat gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh. Dehidrasi adalah kekurangan cairan atau
volume air yang terjadi pada tubuh karena pengeluaran berlebihan dan tidak diganti.
Keseimbangan asam basa tubuh
Keasaman dalam tubuh disebut PH. Batas normal PH cairan tubuh adalah 7,35-7,40. Bila PH >7,4 disebut
alkalosis dan jika PH < 7,35 disebut asidosis.
Pengeluaran sisa metabolisma
Zat toksin ginjal mengekskresi hasil akhir dari metabolisme protein yang mengandung nitrogen terutama
urea, asam urat dan kreatinin.
Ibu post partum dianjurkan segera buang air kecil, agar tidak mengganggu proses involusi uteri dan ibu
merasa nyaman. Namun demikian, pasca melahirkan ibu merasa sulit buang air kecil.
Hal yang menyebabkan kesulitan buang air kecil pada ibu post partum, antara lain:
Adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga terjadi retensi urin.
Diaforesis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang teretansi dalam tubuh, terjadi selama
2 hari setelah melahirkan.
Depresi dari sfingter uretra oleh karena penekanan kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus
sfingter ani selama persalinan, sehingga menyebabkan miksi.
Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen akan menurun, hilangnya peningkatan tekanan vena
pada tingkat bawah, dan hilangnya peningkatan volume darah akibat kehamilan, hal ini merupakan
mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. Keadaan ini disebut dengan diuresis pasca partum.
Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urin menyebabkan penurunan berat badan
sekitar 2,5 kg selama masa pasca partum. Pengeluaran kelebihan cairan yang tertimbun selama hamil
kadang-kadang disebut kebalikan metabolisme air pada masa hamil (reversal of the water
metabolisme of pregnancy ).
Bila wanita pasca persalinan tidak dapat berkemih dalam waktu 4 jam pasca persalinan mungkin ada
masalah dan sebaiknya segera dipasang dower kateter selama 24 jam. Bila kemudian keluhan tak dapat
berkemih dalam waktu 4 jam, lakukan kateterisasi dan bila jumlah residu > 200 ml maka kemungkinan
ada gangguan proses urinasinya. Maka kateter tetap terpasang dan dibuka 4 jam kemudian , bila volume
urine < 200 ml, kateter dibuka dan pasien diharapkan dapat berkemih seperti biasa.
SISTEM REPRODUKSI
A. Uterus
B.
C.
D.
E.
F.
mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap kendur dari pada
keadaan sebelum melahirkan.
Payudara
Perubahan pada payudara dapat meliputi :
Penurunan kadar progesterone secara tepat dengan peningkatan hormone
prolaktin setelah persalinan.
Kolostrum sudah ada saat persalinan. Produksi ASI terjadi pada hari ke-2 atau
hari ke-3 setelah persalinan.
Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi.
SISTEM PERKEMIHAN
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Urin dalam jumlah yang besar akan
dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan,
kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang
mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali
normal dalam tempo 6 minggu.
SISTEM KARDIOVASKULER
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah
kembali kapada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan haemoglobin kembali
normal pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat
besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal.
Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi
meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan penangan yang cermat dan
penekanan pada ambulansi dini.
SISTEM GASTROINTESTINAL / PENCERNAAN
Beberapa wanita mengalami konstipasi pada masa nifas, dikarenakan kurangnya
makanan berserat selama proses persalinana dan adanya rasa takut dari ibu karena
perineum sakit, terutama jika terdapat luka perineum. Namaun kebanyakan kasus
sembuh secara spontan, dengan adanya ambulasi dini dan dengan mengonsumsi
makanan yang berserat. Jika tidak, dapat diberikan supositoria biskodil per rektal untuk
melunakan tinja. Defakasi harus terjadi dalam 3 hari post partum.
( Mochtar, Rustam, 1998 : 116 )
Awal terjadinya proses perdarahan nifas secara umum hampir sama dengan terjadinya
proses perdarahan haid, yaitu akibat terjadinya proses regresi atau deskuamasi dari lapisan
endometrium uteri yang disebabkan oleh terjadinya peningkatan aktivasi dan pengaruh dari
hormon prostaglandin serta penurunan aktivasi dan pengaruh dari hormon-hormon endokrin
lainnya yang mempertahankan integritas dan eksistensinya dari lapisan endometrium uteri
tersebut.
Perdarahan nifas adalah bentuk manifestasi dari upaya tubuh untuk melakukan evakuasi
sisa-sisa hasil konsepsi dan drainase pada jalan lahir sebagai kelanjutan secara langsung dari
terjadinya proses persalinan. Sedangkan, proses persalinan adalah proses pengeluaran janin
dan plasenta dari dalam uterus tubuh seorang wanita, yang dapat terjadi akibat adanya
kontraksi lapisan miometrium uteri yang terkoordinasi. Jadi, mekanisme awal terjadinya proses
perdarahan nifas sangat terkait dengan terjadinya proses persalinan.
2.
3.
Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu,
bulanan, atau tahunan.
Sumber : Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH. Editor : Dr. Delfi Lutan, DSOG. Sinopsis
Obstetri : Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi. Jillid 1. Edisi 2. EGC
Fisiologis
. Fundus uteri
Setinggi pusat setelah janin dilahirkan.
Setinggi 2 jari bawah pusat segera setelah plasenta lahir.
Setinggi 7 cm atas simfisis ossis pubis atau setengah simfisis-pusat pada hari
ke-5.
Tidak dapat diraba diatas simfisis ossis pubis setelah 12 hari.
. Bekas implantasi plasenta
Merupakan luka kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri yang berdiameter
7,5 cm.
Luka jalan lahir, seperti bekas episiotomi yang telah dijahit, luka pada vagina
dan serviks yang tidak luas akan sembuh primer.
Infeksi dapat timbul dan dapat menyebabkan selulitis dan bila berlanjut
dapat menimbulkan sepsis.
Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Locea Rubra (Cruenta)
Berasal dari kavum uteri dan berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, selseldesidua, vernik kaseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.
Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir. Hari ke 3 7 pasca pesalinan.
Lochea Serosa
Berwarna pink (merah muda) kecoklatan. Cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 7 14
pasca persalinan.
Lochea Alba
Berwarna kuning putih. Setelah 2 minggu. Tanda bahaya jika setelah lochea
rubra berhenti warna darah tidak muda, bau seperti menstruasi. Lochea Purulenta jika
terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk, Locheostiasis Lochea tidak
lancar keluarnya. Pengeluran rata-rata lochea 240 270 ml. (Mochtar, 1998).
SUMBER : http://www.scribd.com/doc/91968333/Lochea-4
PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS
SUB POKOK BAHASAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
SISTEM REPRODUKSI
Perubahan fisiologis terjadi sejak hari pertama melahirkan. Adapun perubahan fisik yang terjadi
adalah : Pada masa nifas, alat genetalia external dan internal akan berangsurangsur pulih seperti keadaan
sebelum hamil.
A.
rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil , 6
sampai 8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu ke empat, walaupun
tidak akan semenonjol pada wanita nulipara. Pada umumnya rugae akan memipih secara permanen.
Mukosa tetap etrofik pada wanita menyusui sekurang kurangnya sampai menstruasi dimulai kembali .
Penebalan mukosa vagina terjadi seiring pemulihan fungsi ovarium. Kekurangan estrogen menyebabkan
penurunan jumlah pelumas vagina dan penipisan mukosa vagina . kekeringan local dan rasa tidak nyaman
saat koitus ( dispereunia ) menetap sampai fungsi ovarium kembali normal dan menstruasi dimulai lagi.
Biasanya wanita dianjurkan menggunakan pelumas larut saat melakukan hubungan seksual untuk
mengurangi nyeri.
B.
memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula . Serviks setinggi
segmen bawah uterus tetap edematosa , tipis dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan .
Ektoserviks ( bagian serviks yang menonjol ke vagina ) terlihat memar dan ada sedikit laserasi kecil
kondisi yang optimal untuk perkembangan infeksi. Muara serviks , yang berdilatasi 10 cm seewaktu
melahirkan , menutup secara bertahap. 2 jari mungkin masih dapat dimasukkan kedalam muara serviks
pada hari ke 4 sampai ke-6 pasca partum, tetapi hanya tangkai kuret terkecil yang dapat dimasukkan pada
akhir minggu ke 2. Muara serviks eksterna tidak akan berbentuk lingkaran seperti sebelum melahirkan ,
tetapi terlihat memanjang seperti suatu celah , sering disebut seperti mulut ikan .Laktasi menunda
produksi estrogen yang mempengaruhi mucus dan mukosa.
C.
sebelum hamil.
Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi terlihat pada table:
No.
1)
Waktu Involusi
Berat Uterus
1.
Bayi Lahir
Setinggi Pusat
1000 gram
2.
Plasenta lahir
750 gram
3.
1 Minggu
Pertengahan pusat-simfisis
500 gram
4.
2 Minggu
350 gram
5.
6 Minggu
Bertambah kecil
50 gram
6.
8 Minggu
Sebesar normal
30 gram
Kehamilan yang sukses membutuhkan peningkatan aliran darah uterus yang cukup besar. Untuk
menyuplainya , arteri dan vena di dalam uterus , terutama plasenta , menjadi luar biasa membesar , begitu
juga pembuluh darah ke, dan dari uterus . Di dalam uterus , pembentukan pembuluh pembuluh darah
baru juga menyebabkan peningkatan aliran darah yang bermakna. Setelah pelahiran , kepiler pembuluh
darah ekstra uterin berkurang sampai mencapai atau paling tidak mendekati keadaan sebelum hamil.
Pada masa nifas , di dalam uterus pembuluh pembuluh darah mengalami obliterasi akibat
perubahan hialin , dan pembuluhpembuluh yang lebih kecil menggantikannya . Resorpsi residu hialin
dilakukan melalui suatu proses yang menyerupai proses pada ovarium setelah ovulasi dan pembentukan
korpus luteum . Namun , sisa sisa dalam jumlah kecil dapat bertahan selama bertahun tahun.
2)
Tepi luar serviks , yang berhubungan dengan os eksternum , biasanya mengalami laserasi
terutama di bagian lateral . Ostium serviks berkontraksi perlahan , dan beberapa hari setelah bersalin
ostium serviks hanya dapat ditembus oleh dua jari. Pada akhir minggu pertama , ostium tersebut telah
menyempit . Karena ostium menyempit , serviks menebal dan anal kembali terbentuk . Meskipun involusi
telah selesai , os eksternum tidak dapat sepenuhnya kembali ke keadaan seperti sebelum hamil. Os ini
tetap agak melebar , dan depresi bilateral pada lokasi laserasi menetap sebagai perubahan yang permanen
dan menjadi ciri khas serviks para. Harus diingat juga bahwa epitel serviks menjalani pembentukan
kembali dalam jumlah yang cukup banyak sebagai akibat pelahiran bayi. Contohnya , Ahdoot dan rekan (
1998 ) menemukan bahwa sekitar 50 % wanita dengan sel skuamosa intraepithelial tingkat tinggi
mengalami regresi akibat persalinan pervaginam.
Segmen bawah uterus yang mengalami penipisan cukup bermakna akan berkontraksi dan tertarik
kembali , tapi tidak sekuat pada korpus uteri. Dalam waktu beberapa minggu , segmen bawah telah
mengalami perubahan dari sebuah struktur yang tampak jelas dan cukup besar untuk menampung hampir
seluruh kepala janin , menjadi isthmus uteri yang hampir tak terlihat dan terletak di antara korpus uteri
diatasnya dan os internum serviks di bawahnya.
3)
Involusi Uteri
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut involusi. Proses
ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga
persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus
bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus
sewaktu usia kehamilan 1 minggu (kira-kira sebesar grapefruit (jeruk asam) dan beratnya kira-kira 1000
g.
Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus uteri mencapai 1 cm di atas tali umbilikus. Dalam beberapa
hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun kira-kira 1 sampai 2 cm
setiap 24 jam. Pada hari pascapartum keenam fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilikus
dan simfisis pubis. Uterus tidak bisa dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9 pascapartum.
Uterus, yang pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi
kira-kira 500 g, 1 minggu setelah melahirkan dan 350 g, 2 minggu setelah melahirkan uterus berada di
dalam panggul sejati lagi. Pada minggu ke enam, beratnya sampai 60 g. Dan pada minggu ke-8, uterus
memiliki berat 30 g, yaitu sebesar uterus normal. Berikut gambaran involusi uterus.
Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawab untuk prtumbuhan masif uterus
selama masa hamil. Pertumbuhan uterus prenatal tergantung pada hiperplasia, pningkatan jumlah sel-sel
otot, dan hipertrofi, pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada masa pascapartum penurunan kadar
hormon-homon ini menyebabkan terjadinya autolisis, perusakan sacara langsung jaringan hipertiroid yang
berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebab ukuran uterus
sedikit lebih besar setelah hamil.
4)
Subinvolusi uterus
Istilah ini menggambarkan suatu keadaan menetapnya atau terjadinya retardasi involusi , proses
yang normalnya menyebabkan uterus nifas ke bentuk semula. Proses ini disertai pemanjangan masa
pengeluaran lokhia dan peradangan uterus yang berlebihan atau irregular dan terkadang juga disertai
perdarahan hebat. Pada pemeriksaan bimanual , uterus teraba lebih besar dan lebih lunak dibandingkan
normal untuk periode nifas tertentu. Penyebab subinvolusi yang telah diakui antara lain retensi potongan
plasenta dan infeksi panggul. Karena hampir semua kasus sub involusi disebabkan oleh penyebab local ,
keadaan ini biasanya dapat diatasi dengan diagnosis dan penatalaksanaan dini. Pemberian ergonovin (
Ergotrate ) atau metilergonovin ( Methergine )0,2 mg setiap 3 atau 4 jam selama 24 jam sampai 48 jam
direkomendasikan oleh beberapa ahli , namun efektivitasnya dipertanyakan . Di lain pihak , metritis
berespon baik terhadap terapi antibiotic oral. Wager dan rekan ( 1980 ) melaporkan bahwa hampir
sepertiga kasus infeksi uterus post partum awitan lambat disebabkan Chlamydia trachomatis ; sehingga
pengobatan dengan tetrasiklin tampaknya sudah tepat.
Andrew dan rekan ( 1989 ) melaporkan 25 kasus perdarahan antarahari ke 7 sampai 40 hari
postpartum akibat arteri uteroplasental yang tidak berinvolusi. Arteri arteri abnormal ini ditandai oleh
tidak adanya lapisan endotel dan pembuluhnya yang terisi thrombus . Trofoblas periaurikular juga tampak
pada dinding pembuluh pembuluh ini dan para peneliti tersebut mengajukan dalil bahwa subinvolusi
mungkin menggambarkan interaksi aberan antara sel sel uterus dengan trofoblast , setidaknya
berdasarkan hasil pengamatan terhadap pembuluh pembuluh plasenta tersebut.
5) Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah lahir, diduga terjadi sebagai
respon terhadap penurunan volume intrauterin yang terutama akibat kompresi pembuluh darah
intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan bekuan. Hormon ang dilepas dari
kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah, dan
membantu hemostatis. Selama 1 sampai 2 jam pertama pascapartum intensitas kontraksi uterus bisa
berkurang dan menjadi tidak teratur. Karena penting sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus
selama masa ini, biasanya suntikan oksitosin (pitosin) secara intravena atau intramuskular diberikan
segera stelah plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya
di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.
6)
Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap kencang. Ralaksasi
dan kontraksi yang periodik sering dialami multipara dan bisa menimbulkan nyeri yang bertahan
sepanjang masa awal puerperium. Rasa nyeri setelah melahirkan ini akan lebih nyata dirasakan oleh ibu
melahirkan dengan kondisi tertentu, misalnya pada persalinan yang overdistensi / peregangan berlebih
yaitu pada kasus bayi besar (makrosomia) atau bayi kembar. Menyusui dan oksitosin tambahan biasanya
meningkatkan nyeri ini karena keduanya merangsang kontraksi uterus. Biasanya nyeri ini berkurang
intensitasnya dan melemah pada hari ketiga postpartum.
7)
Lokhia
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir seringkali lokia , mula - mula berwarna merah ,
kemudian berubah menjadi merah tua atau merah coklat . Rabas ini dapat mengandung bekuan darah
kecil. Selama dua jam pertama setelah lahir , jumlah cairan yang keluar dari uterus tidak boleh lebih dari
jumlah maksimal yang keluar selama menstruasi . Setelah waktu tersebut , aliran yang keluar harus
semakin berkurang.
Lokia rubra terutama mengandung darah. Aliran menyembur , menjadi merah muda atau coklat
setelah 3 sampai 4 hari ( lokia serosa ). Lokia serosa terdiri dari darah lama ( old blood ) , serum , leukosit
, dan debris jaringan . sekitar 10 hari setelah bayi lahir , warna cairan ini menjadi kuning sampai putih (
lokia alba ). Lokia alba mengandung leukosit , desidua , sel epitel , mucus , serum , dan bakteri. Lokia
alba bisa bertahan selama 2 sampai 6 minggu setelah bayi lahir.
Pengkajian jumlah aliran lokia berdasarkan observasi tampon perineum sulit dilakukan. Jacobson
(1985 ) menganjurkan suatu metode untuk memperkirakan kehilangan darah pasca partum secara
subyektif dengan mengkaji jumlah cairan yang menodai tampon perineum . cara mengukur lokia yang
obyektif ialah dengann menimbang tampon perineum sebelum dipakai dan setelah dilepas. Setiap
peningkatan berat sebesar 1 gram setara dengan 1 ml darah . seluruh perkiraan cairan lokia tidak akurat
bila factor waktu tidak dipertimbangkan. Seorang wanita yang mengganti satu tampon perineum dalam
waktu 1 jam atau kurang mengeluarkan lebih banyak darah daripada wanita yang mengganti tampon
setelah 8 jam.
Apabila wanita mendapat pengobatan oksitosin , tanpa memandang cara pemberiannya , lokia
yang mengalir biasanya sedikit sampai efek obat hilang . setelah operasi sesaria , jumlah lokia yang keluar
biasanya lebih sedikit. Cairan lokia biasanya meningkat , jika klien melakukan ambulasi dan menyusui.
Setelah berbaring di tempat tidur selama kurun waktu yang lama , wanita dapat mengeluarkan semburan
darah saat ia berdiri , tetapi hal ini tidak sama dengan perdarahan.
Lokia rubra yang menetap pada wal periode pascapartum menunjukkan perdarah berlanjut
sebagai akibat fragmen plasenta atau membrane yang tertinggal. Terjadinya perdarahan ulang setelah hari
ke 10 pasca partum menandakan adanya perdarahan pada bekas tempat plasenta yang mulai memulih.
Namun , setelah 3 sampai 4 minggu , perdarahan mungkin disebabkan oleh infeksi atau sub involusi .
Lokia serosa atau lokia alba yang berlajut bisa menandakan endometritis , terutama jika disertai demam ,
rasa sakit , atau nyeri tekan pada abdomen yang dihubungkan dengan pengeluaran cairan . Bau lokia
menyerupai bau cairan menstruasi , bau yang tidak sedap biasanya menandakan infeksi.
Perlu diingat bahwa tidak semua perdarahan pervaginam pascapartum lain ialah laserasi vagina
atau serviks yang tidak diperbaiki dan perdarahan bukan lokia.
LOKIA
BUKAN LOKIA
Lokia biasanya menetes dari muara vagina Apabila rabas darah menyembur
. Aliran darah tetap keluar dalam jumlah dari vagina , kemungkinan
yang lebih besar saat uterus berkontraksi.
terdapat robekan pada serviks ,
atau vagina selain dari lokia yang
normal
Semburan lokia dapat terjadi akibat Apabila jumlah darah berlebihan
masasse pada uterus . Apabila lokia dan berwarna merah terang , suatu
berwarna gelap , maka lokia sebelumnya robekan
dapat
merupakan
terkumpul di dalam vagina yang relaksasi penyebab.
dan jumlahnya segera berkurang menjadi
tetesan lokia berwarna merah terang (
pada puerpurium dini ).
8)
Menurut Williams ( 1931 ) , ekstruksi lengkap tempat melekatnya plasenta perlu waktu sampai 6
minggu . Proses ini mempunyai kepentingan klinis yang besar , karena bila proses ini terganggu , dapat
terjadi perdarahan nifas awitan lambat . Segera setelah pelahiran , tempat melekatnya plasenta kira kira
berukuran sebesar telapak tangan , tetapi dengan cepat ukurannya mengecil . Pada akhir minggu kedua,
diameternya hanya 3 cm sampai 4 cm .Dalam waktu beberapa jam setelah pelahiran , tempat melekatnya
plasenta biasanya terdiri atas banyak pembuluh darah yang mengalami thrombosis yang selanjutnya
mengalami organisasi thrombus secara khusus.
Williams ( 1931 ) menjelaskan involusi tempat melekatnya plasenta sebagai berikut :
Involusi tidak dipengaruhi oleh absorpsi in situ , namun oleh suatu proses eksofilasiyang sebagian
besar ditimbulkan oleh berkurangnya tempat implantasi plasenta akibat pertumbuhan jaringan
endometrium. Hal ini sebagian dipengaruhi oleh perluasan dan pertumbuhan endometrium ke bawah dari
tepi tepi melekatnya plasenta dan sebagian oleh perkembangan jaringan endometrium dari kelenjar dan
stroma yang tertinggal di bagian dalam desidua basalis setelah pelepasan plasenta . Proses eksfoliasi
semacam itu dianggap sebagai suatu ketetapan yang bijaksana ; sebaliknya kesulitan besar akan dialami
dalam penyelapan arteri yang mengalami obliterasi dan thrombus yang mengalami organisasi , yang bila
menetap in situ , akan segera mengubah banyak bagian mukosa uterus dan miometrium di bawahnya
menjadi suatu massa jaringan perut.
Anderson dan Davis ( 1968 ) , menyimpulkan bahwa eksfoliasi tempat melekatnya plasenta
berlangsung sebagai akibat pengelupasan jaringan superficial yang mengalami infark dan nekrotik yang
diikuti oleh suatu proses perbaikan.
9)
Perdarahan uterus yang serius kadang terjadi 1 sampai 2 minggu pada masa nifas .Perdarahan
paling sering disebabkan involusi abnormal tempat melekatnya plasenta , namun dapat pula disebabkan
oleh retensi sebagian plasenta.Biasanya bagian plasenta yang tertinggal mengalami nekrosis tanpa deposit
fibrin, dan pada akhirnya akan membentuk polip plasenta . Apabila serpihan polip terlepas dari
miometrium , perdarahan hebat dapat terjadi.
Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Lee dan rekan ( 1981 ) terhadap 3.822 wanita yang
melahirkan dalam periode 1 tahun di Henry Ford Hospital , 27 wanita ( 0,7 persen ) mengalami
perdarahan uterus yang signifikan setelah 24 jam pertama postpartum . Pada 20 diantara 27 wanita
tersebut , uterusnya dinyatakan kosong berdasarkan pemeriksaan sonografik , dan yang penting , hanya
satu wanita yang mengalami retensi jaringan plasenta.
Telah menjadi kesepakatan umum bahwa pada perdarahan uterus postpartum awitan lambat ,
diperlukan tindakan kuretase yang sesuai . Meski demikian ,kuretase setelah perdarahan nifas awitan
lambat biasanya tidak mampu mengeluarkan jaringan plasenta dalam jumlah banyak, dan perdarahan
justru sering bertambah parah . Sehingga , alih alih mengurangi perdarahan , kuretase lebih mungkin
menyebabkan trauma pada lokasi implantasi dan menginduksi lebih banyak perdarahan. Penatalaksanaan
awal sebaiknya diarahkan untuk mengendalikan perdarahan dengan menggunakan oksitosin , ergonovin ,
metilergonovin , atau prostaglandin intravena ( Adrinopoulus dan Mendenhall , 1983 ) , terutama apabila
terdapat alasan untuk mempertahankan uterus untuk kehamilan berikutnya.Secara umum, kuretase
dikerjakan hanya apabila terjadi perdarahan yang menetap dalam jumlah cukup banyak atau berulang
bahkan setelah diberi penatalaksanaan awal.
10)
Regenerasi Endometrium
Dalam waktu 2 atau 3 hari setelah pelahiran , setelah desidua berdiferensiasi menjadi 2 lapisan .
Stratum superficial menjadi nekrotik , dan terkelupas bersama lokhia. Stratum basal yang bersebelahan
dengan miometrium tetap utuh dan merupakan sumber pembentukan endometrium baru. Endometrium
terbentuk dari proliferasi sisa sisa kelenjar endometrium dan stroma jaringan ikat antarkelenjar tersebut.
Proses regenerasi endometrium berlangsung cepat , kecuali pada tempat melekatnya plasenta.
Dalam satu minggu atau lebih , permukaan bebas menjadi tertutup oleh epitel dan seluruh endometrium
pulih kembali dalam minggu ketiga. Sharman ( 1953 ) , menemukan pemulihan endometrium lengkap
pada specimen biopsy yang diambil pada hari ke 16 atau lebih. Yang disebut endometritis masa nifas
secara histologis hanyalah bagian dari proses perbaikan normal tersebut. Demikian pula , pada hampir
separuh wanita postpartum , tuba valopi antara hari ke 5 sampai ke 15 menunjukkan perubahan
peradangan mikroskopik yang merupakan gambaran khas salfingitis akut. Namun , hal ini bukan
disebabkan oleh infeksi , melainkan hanya merupakan bagian dari proses involusi ( Andrews , 1951 )
D.
Struktur penopang uterus dan vagina bisa mengalami cedera sewaktu melahirkan dan masalah
ginekologi dapat timbul di kemudian hari. Jaringan penopang dasar panggul yang terobek atau teregang
saat ibu melahirkan memerlukan waktu sampai 6 bulan untuk kembali ke tonus semula. Istilah relaksasi
panggul berhubungan dengan pemanjangan dan melemahnya topangan permukaan struktur panggul.
Struktur ini terdiri atas uterus , dinding vagina posterior atas , uretra , kandung kemih , dan rectum.
Walaupun relaksasi dapat terjadi pada setiap wanita , tetapi biasanya merupakan komplikasi langsung
yang timbul terlambat akibat melahirkan.
2.
demikian,
faal
usus
memerlukan
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara lain:
1. Nafsu makan.
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk mengkonsumsi
makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 34 hari sebelum faal usus kembali normal.
Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan
selama satu atau dua hari.
2. Motilitas.
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat
setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan
motilitas ke keadaan normal.
3. Pengosongan usus.
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus otot usus menurun
selama proses persalinan dan awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum
melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada
masa
nifas
membutuhkan
waktu
untuk
kembali normal.
Beberapa
cara
agar
ibu
dapat
buang
air
besar
kembali
teratur,
antara lain:
3.
4.
yang meluas. Nyeri umumnya dilaporkan antara populasi orang dewasa, dengan hampir seperlima luas
pelaporan nyeri, nyeri bahu salah satu ketiga, dan sampai satu setengah melaporkan nyeri punggung
rendah dalam periode 1 bulan. Prevalensi nyeri bervariasi dalam sub kelompok populasi tertentu,
kelompok faktor (termasuk status sosial ekonomi, etnis dan ras) dan faktor individu (merokok, diet, dan
status psikologis) semua terkait dengan pelaporan nyeri muskuloskeletal.
Nyeri panggul kronis pada wanita memiliki penyebab multifaktorial, tetapi disfungsi
muskuloskeletal panggul tidak secara rutin dievaluasi sebagai penyebab oleh ginekolog.
Beberapa gejala musculoskeletal yang dapat terjadi pada periode pascapartum, diantaranya
adalah:
1.
Nyeri Punggung
Nyeri punggung adalah gejala pascapartum jangka panjang yang sering terjadi. Mekanisme yang
menghasilkan nyeri punggung yang dihipotesis oleh beberapa ahli peneliti adalah ketegangan postural
pada system musculoskeletal akibat posisi pada saat persalinan. Nyeri punggung umumnya tidak berat.
2.
Sakit Kepala
Sakit pada leher dan nyeri pada bahu sakit kepala jangka pendek yang timbul setelah persalinan terjadi
selama minggu pertama pascapartum dan mengalami migren dalam tiga bulan setelah melahirkan yang
berlangsung selama enam minggu. Sakit kepala pascapartum sangat menyakitkan, timbul beberapa kali
dalam
satu
minggu
dan
memengaruhi
aktivitas.
Sakit kepala akibat fungsi postdural pada wanita yang mendapat anastesi epidural atau spinal harus
dimonitor. Sakit pada leher dan nyeri bahu jangka panjang telah dilaporkan timbul setelah pemberian
anastesi umum.
a.
Perubahan Perubahan Fisiologi yang terjadi pada Sistem Muskulus Skeletal dan Sistem Syaraf pada
Ibu Nifas
b.
Sakit Kepala
Rasionalnya karena akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang berlangsung lama
akibat besarnya uterus selama kehamilan. Saat kehamilan juga terjadi peregangan dinding perut dan
kehilangan tonus otot selama trimesteer 3, otot rektus abdominis tekanannya rendah menyebabkan isi
menonjol di garis tengah tubuh, umbilikalis lebih datar atau menonjol. Setelah melahirkan tonus otot
kembali tetapi pemisahan otot rektus abdominis (diastasis rektiabdominis) menetap. Setelah melahirkan
normalnya diastasis rekti sekitar 5 cm dan akan menjadi 2 cm sekitar selama 6-8 minggu.
Kebutuhannya antara lain:
Senam nifas
Fiksasi(memakai stagen)
Ibu mengkonsumsi nurtisi yang baik(TKTP) misalnya: umbi,jagung, kentang,padi-padian, dan lain-
lain.
Jiterjadi diastasis rekti lakukan lah pemeriksaan rektus abdominis untuk mengkaji lebar cela antara
otot rektus babdominis.
1)
2)
Senam nifas
Latihan otot panggul dengan cara kontraksi otot dasar panggul seperti pada saat mengeluarkan napas
3)
4)
Rongga panggul yang melebar selama kehamilan mulai berkurang (normalnya 6-8 minggu)
Ini terjadi karena saat kehamilan mobilitas sendi sakro iliaka, sakro koksigis dan sendi pubis
bertambah karena jaringan ikat pada sendi panggulnya mulai melunak, sehingga rongga panggul menjadi
lebih lebar. Namun, saat persalinan dan sesudah persalinan hormon estrogen dan progesteron dan
relaksin menurun sehingga menyebabkan pelebaran rongga panggul berkurang.
Kebutuhannya ialah:
Kegel exercise
5)
Bertambahnya tingkat mobilitas dan kelenturan sendi (normalnya 8 minggu) ini terjadi pada 6-8
minggu pasca persalian.Hal ini terjadi karena perubahan hormon estrogen, progesteron dan relaksin
selama kehamilan sehingga mengurangi kepadatan jaringan penghubung, kartilago, dan ligamen serta
jumlah cairan sinovial. Stabilisasi
Kebutuhannya ialah:
Kegel exercise
6)
Kebutuhan kalsium pada saat hamil bertambah dikarenakan terjadi pembentukan tulang bagi janin,
jika ibu tidak memenuhi kebutuhan kalsiumnya, maka kalsium ibu akan berkurang karena digunakan
janin. Akibatnya akan timbul kram dan kesemutan pada kaki dan akhirnya berdampak pada osteoporosis.
Kebutuhannya ialah:
Selama hamil ibu dianjurkan untuk mengatur posisi sebaik mungkin saat beraktifitas maupun saat
istirahat.
Saat persalinan ibu mengambil posisi bersalin yang senyaman mungkin dan mengedan dengan baik
Senam nifas
5.
Hipotalamus
2.
Kelenjar hipofise
3.
Kelenjar tiroid
4.
Kelenjar paratiroid
5.
Pulau-pulau pankreas
6.
Kelenjar adrenal
7.
Skrotum
8.
Indung telur
Setelah melahirkan, sistem endokrin kembali kepada kondisi seperti sebelum hamil. Hormon
kehamilan mulai menurun segera setelah plasenta keluar. Turunnya estrogen dan progesteron
menyebabkan peningkatan prolaktin dan menstimulasi air susu. Perubahan fisioligis yang terjadi pada
wanita setelah melahirkan melibatkan perubahan yang progresif atau pembentukan jaringan-jaringan
baru. Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin, terutama pada
hormon-hormon yang berperan dalam proses tersebut.
6.
a)
Suhu badan
24 jam post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5C - 38C) sebagai akibat kerja keras waktu
melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan,apabila dalam keadaan normal suhu badan akan biasa lagi.
Pada hari ketiga suhu badan akan naik lagi karena ada pembentukan ASI. Buah dada menjadi
bengkak,berwarna merah karena banyaknya ASI bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada
endometrium,mastitis,traktus urogenitalis atau system lain. Kita anggap nifasterganggu kalau ada demam
lebih dari 38C pada 2 hari berturut-turut pada 10 hari yang pertama post partum,kecuali hari pertama dan
suhu harus diambil sekurang-kurangnya 4X sehari.
b)
Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya denyut
nadi itu akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 adalah abnormal dan hal ini mungkin
disebabkan oleh infeksi atau perdarahan postpartum yang tertunda.
Sebagian wanita mungkin saja memiliki apa yng disebut bradikardi nifas(puerperal bradycardia) hal
ini terjadi segera setelah kelahiran an biasa berlanjut sampai beberapa jam setelah kelahiran anak.Wanita
semacam ini bisa memiliki angka denyut jantung serendah 40-50 detak permenit. Sudah banyak alas analasan yang diberikan sebagai kemungklinan penyebab,tetap[I belum satupun yang sudah terbukti.
Bradycardia semacam itu bukanlah astu alamat atau indikasi adanya penyakit,akan tetapi sebagai satu
tanda keadaan kesehatan.
c)
Tekanan darah
Biasanya tidak berubah,kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada
perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsi postpartum.
d)
Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Apabila suhu dan
denyut nadi tidak normal,pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan khusus pada saluran
pernafasan.
7.
8.
PERUBAHAN HAEMOTOLOGI
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan,kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor
pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama postpartum,kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit
menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas meningkatkan factor pembekuan
darah Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000
selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa jumlah sel darah putih pertama dari masa postpartum.
Jumlah sel darah puith tersebut masih bisa naik lagi sampai 25.000-30000 tanoa adanya kondisi patologis
jika wanita tersebut mengalami persalinan lama. Jumlah hemoglobin,hemotokrit, dam eritrosit akan
sangat bervariasi pada awal-awal masa postpartum sebagai akibat dari volume darah,volume placenta dan
tingkat volume darah yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan
hidrasi wanita tersebut. Kira-kirea selama kelahiran dan masa postpartum terjadi kehilangan darah sekitar
250-500 ml. penurunan volume dan peningkatan sel darah merah pada kehamilan diasosiasikan dengan
peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke3-7 postpartum dan akan kembali normal dalam 4-5
minggu postpartum.
REFERENSI:
Bobak
Irene,
Lowdermik
Deitra
Leonard,
Jensen
Margaret
Duncan.
2005.
Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC
Cuningham,
Gant,
Leveno
dkk.2004.
Obstetri
Williams
edisi
21.
Jakarta
EGC
- Lokia adalah sekret dari kavum uteri dann vagina dalam masa nifas.
- Hari pertama dan kedua terdapat lokia ruubra atau lokia kruenta, terdiri dari
darah
segar bercampur sisa selaput ketuban, sel desidua, sisa verniks kaseosa, lanugo
dan mekonium.
- Hari berikutnya keluar lokia sanguinolennta berupa darah bercampur lendir.
- Setelah 1 minggu, keluar lokia serosa beerwarna kuning dan tidak mengandung
darah.
- Setelah 2 minggu, keluar lokia alba yangg hanya berupa cairan putih.
- Biasanya lokia berbau agak amis, bila beerbau busuk mungkin terjadi lokiostasis
(lokia yang tidak lancar keluar) dan infeksi.
TAHAPAN PERUBAHAN LOCHEA
Lochea merupakan ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea berupa darah dimana di dalamnya
mengandung trombosit, sel-sel tua, sisa jaringan desidua yang nekrotik (sel-sel mati) dari uterus.
Proses keluarnya lochea terdiri atas 4 tahapan :
1. Lochia lubra ( cruenta ) : berisi darah segar dan sisa sisa selaput ketuban, sel sel desidua (
decidua, yaitu selaput lendir rahim dalam keadaan hamil ), vernix caseosa ( yaitu palit bayi, zat
seperti salep terdiri atas palit atau semacam noda dan sel sel epitel, yang menyelimuti kulit
janin ), lanugo ( yaitu bulu halus pada anak yang baru lahir ), dan meconium ( yaitu isi usus janin
cukup bulan yang terdiri atas getah kelenjar usus dan air ketuban, berwarna hijau kehitaman ),
selama 2 hari pasca persalinan.
2. Lochia sanguinolenta : warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi pada hari ke 3
-7 pasca persalinan.
3. Lochia serosa : berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada harimke 7 14 pasca
persalinan.
4. Lochia alba: cairan putih yang terjadi pada hari setelah 2 minggu.
Lokia mempunyai bau yang khas, tidak seperti bau menstruasi. Bau ini lebih
terasa tercium pada lokia serosa, bau ini juga akan semakin lebih keras jika
bercampur dengan keringat dan harus cermat membedakannya dengan bau
busuk yang menandakan adanya infeksi.
Selain itu, kita juga harus bisa mengenali jika terjadi tanda ketidaknormalan pada Lochia yaitu berupa
keluarnya cairan seperti nanah dan berbau busuk, Lochia yang seperti ini disebut Lochea Purulenta.
Loche Purulenta ini muncul jika terjadi infeksi.
Di samping Lochea Purulenta dapat juga terjadi suatu keadaan dimana pengeluaran Lochea tidak lancar.
Lochea ini disebut Lochea statis.
Klasifikasi Lochea :
Lokia
Waktu Warna
Ciri-ciri
Rubra
1-4 hari Merah kehitaman Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa
mekoneum dan sisa darah
Sanguilenta
Serosa
Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari
leukosit dan robekan laserasi plasenta
Alba
Subinvolusi lochea
Yaitu tidak ada perubahan pada konsistensi lochea. Seharusnya lochea berubah secara normal sesuai
dengan fase dan lamanya postpartum.
Tanda dan gejala
Penyebab
VASKULARISASI UTERUS
Pasokan darah uterus terutama berasal dari arteri uterina dan arteri
ovarica.
Arteria Uterina
Adalah cabang utama arteria Iliaca Interna (arteria Hypogastrica) yang
masuk uterus melalui ligamentum latum. Pada tempat setinggi servik pars
supravaginalis, arteria Uterina terbagi menjadi dua, sebagian kecil
menjadi arteria servicovaginalis kearah bawah, dan sebagian besar
berjalan kearah atas melalui dinding lateral uterus.
Kira-kira 2 cm lateral servik, arteria uterina menyilang ureter dan hal ini
perlu memperoleh perhatian saat melakukan histerektomi atau ligasi arteri
uterina.
Arteria Uterina dan arteri lain yang berhubungan ( catatan : pada ganbar ini
arteria ovarica sudah di transeksi pada titik keluarnya dari ligamentum
suspensorium ovarii )
Arteria Ovarica
Cabang langsung dari Aorta yang memasuki ligamentum latum
melalui ligamentum infundibulopelvicum. Didaerah hillus ovarii, arteria
ovarica terbagi menjadi sejumlah cabang kecil yang masuk ovarium.
Cabang utama arteria ovarica selanjutnya berjalan sepanjang
mesosalphynx.
Pasokan darah pada ovarium , tuba falopiii dan sisi kiri uterus. Terdapat
anastomosis pembuluh arteri uterina dan ovarica . Perhatikan adanya arteri
dan vena uterina yang menyilang ureter didekat servik
2. Etiologi
Organisme yang menyerang bekas implantasi plasenta atau laserasi
akibat persalinan adalah penghuni normal serviks dan jalan lahir,
mungkin juga dari luar. Biasanya lebih dari satu spesies. Kuman
anaerob adalah kokus gram positif (peptostreptokok, peptokok,
bakteriodes dan clostridium). Kuman aerob adalah berbagai macam
gram positif dan E. coli. Mikoplasma dalam laporan terakhir mungkin
memegang peran penting sebagai etiologi infeksi nifas.
Kapita Selekta Kedokteran. Editor Mansjoer Arif (et al.) Ed. III,
cet. 2. Jakarta : Media Aesculapius. 1999.
a. Penyebab infeksi nifas
2)
Staphylococcus aureus
Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi
terbatas pada perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini
merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius
4)
Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat
berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan
partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.
o
o
o
o
o
o
Solutio plasenta,
2. Tissue
a. Retensio plasenta
b. Sisa plasenta
c. Plasenta acreta dan variasinya.
Apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir, hal itu
dinamakan retensio plasenta. Hal ini bisa disebabkan karena : plasenta belum lepas
dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan. Jika
plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perarahan, tapi apabila terlepas
sebagian maka akan terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk
mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena :
- kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta ( plasenta adhesiva )
- Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vilis komalis menembus
desidva sampai miometrium sampai dibawah peritoneum ( plasenta akreta
perkreta )
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar
disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan
kala III. Sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang
menghalangi keluarnya plasenta ( inkarserasio plasenta ). Sisa plasenta yang
tertinggal merupakan penyebab 20-25 % dari kasus perdarahan
postpartum.Penemuan Ultrasonografi adanya masa uterus yang echogenic mendukung
diagnosa retensio sisa plasenta. Hal ini bisa digunakan jika perdarahan beberapa
jam setelah persalinan ataupun pada late postpartum hemorraghe. Apabila
didapatkan cavum uteri kosong tidak perlu dilakukan dilatasi dan curettage.
3. Trauma
Sekitar 20% kasus hemorraghe postpartum disebabkan oleh trauma jalan
lahir
a. Ruptur uterus
b. Inversi uterus
c. Perlukaan jalan lahir
d. Vaginal hematom
Ruptur spontan uterus jarang terjadi, faktor resiko yang bisa menyebabkan
antara lain grande multipara, malpresentasi, riwayat operasi uterus sebelumnya, dan
persalinan dengan induksi oxytosin. Repture uterus sering terjadi akibat jaringan
parut section secarea sebelumnya. Laserasi dapat mengenai uterus, cervix, vagina,
atau vulva, dan biasanya terjadi karena persalinan secara operasi ataupun persalinan
pervaginam dengan bayi besar, terminasi kehamilan dengan vacuum atau forcep,
walau begitu laserasi bisa terjadi pada sembarang persalinan. Laserasi pembuluh
darah dibawah mukosa vagina dan vulva akan menyebabkan hematom, perdarahan
akan tersamarkan dan dapat menjadi berbahaya karena tidak akan terdeteksi selama
beberapa jam dan bisa menyebabkan terjadinya syok. Episiotomi dapat menyebabkan
perdarahan yang berlebihan jika mengenai artery atau vena yang besar, jika
episitomi luas, jika ada penundaan antara episitomi dan persalinan, atau jika ada
penundaan antara persalinan dan perbaikan episitomi. Perdarahan yang terus terjadi
( terutama merah menyala ) dan kontraksi uterus baik akan mengarah pada
perdarahan dari laserasi ataupun episitomi. Ketika laserasi cervix atau vagina
diketahui sebagai penyebab perdarahan maka repair adalah solusi terbaik. Pada
inversion uteri bagian atas uterus memasuki kovum uteri, sehingga tundus uteri
sebelah dalam menonjol kedalam kavum uteri. Peristiwa ini terjadi tiba-tiba dalam
kala III atau segera setelah plasenta keluar.
Inversio uteri dapat dibagi :
- Fundus uteri menonjol kedalam kavum uteri tetapi belum keluar dari ruang
tersebut.
- Korpus uteri yang terbalik sudah masuk kedalam vagina.
- Uterus dengan vagina semuanya terbalik, untuk sebagian besar terletak
diluar vagina.
Tindakan yang dapat menyebabkan inversion uteri ialah perasat crede pada
korpus uteri yang tidak berkontraksi baik dan tarikan pada tali pusat dengan plasenta
yang belum lepas dari dinding uterus. Pada penderita dengan syok perdarahan dan
fundus uteri tidak ditemukan pada tempat yang lazim pada kala III atau setelah
persalinan selesai. Pemeriksaan dalam dapat menunjukkan tumor yang lunak diatas
servix uteri atau dalam vagina. Kelainan tersebut dapat menyebabkan keadaan gawat
dengan angka kematian tinggi ( 15 70 % ). Reposisi secepat mungkin memberi
harapan yang terbaik untuk keselamatan penderita.
4. Thrombin : Kelainan pembekuan darah
Gejala-gejala kelainan pembekuan darah bisa berupa penyakit keturunan
ataupun didapat, kelainan pembekuan darah bisa berupa :
Hipofibrinogenemia,
Trombocitopeni,
Idiopathic thrombocytopenic purpura,
HELLP syndrome ( hemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count ),
Disseminated Intravaskuler Coagulation,
Dilutional coagulopathy bisa terjadi pada transfusi darah lebih dari 8 unit karena
darah donor biasanya tidak fresh sehingga komponen fibrin dan trombosit sudah
rusak.
http://eprints.uns.ac.id/107/1/167420309201012551.pdf
MASTITIS
Tingkat I : robekan hanya pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa
mengenai kulit perineum
Tingkat II : robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perinei
transversalis, tetapi tidak mengenai sfingter ani
Tingkat III : robekan mengenai seluruh perineum dan otot sfingter ani
Tingkat IV : robekan sampai mukosa rektum
Laserasi dapat dikategorikan dalam :
1. Derajat pertama: laserasi mengenai mukosa dan kulit perineum, tidak perlu dijahit.
2. Derajat kedua: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum (perlu dijahit).
3. Derajat ketiga: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spinkter ani.
4. Derajat empat: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spinkter ani yang
meluas hingga ke rektum.
Bila laserasi jalan lahir berada pada derajat III dan IV: Rujuk segera
Tujuan dari penjahitan perlukaan perineum atau akibat episiotomi adalah :
1. Untuk mendekatkan jaringan-jaringan perlukaan sehingga proses penyembuhan bisa terjadi, proses
penyembuhan itu sendiri bukanlah hasil dari penjahitan tersebut tetapi hasil dari pertumbuhan jaringan.
2. Untuk menghentikan perdarahan yang terjadi akibat perlukaan yang menyebabkan pembuluh darah
terbuka.
Langkah-langkah penjahitan robekan perineum A. Persiapan Alat
1. Siapkan peralatan untuk melakukan penjahitan
a. Wadah berisi :
Sarung tangan, pemegang jarum, jarum jahit, benang jahit, kasa steril, pincet
b. Kapas DTT
c. Buka spuit sekali pakai 10 ml dari kemasan steril, jatuhkan dalam wadah DTT
d. Patahkan ampul lidokain
2. Atur posisi bokong ibu pada posisi litotomi di tepi tempat tidur
3. Pasang kain bersih di bawah bokong ibu
4. Atur lampu sorot atau senter ke arah vulva / perineum ibu
5. Pastikan lengan / tangan tidak memakai perhiasan, cuci tangan dengan sabun pada air mengalir
6. Pakai satu sarung tangan DTT pada tangan kanan
7. Ambil spuit dengan tangan yang berasarung tangan, isi tabung suntik dengan lidokain dan
letakkan kembali ke dalam wadah DTT
8. Lengkapi pemakaian sarung tangan pada tangan sebelah kiri
9. Bersihkan vulva dan perineum dengan kapas DTT dengan gerakan satu arah dari vulva ke perineum
10. Periksa vagina, servik dan perineum secara lengkap, pastikan bahwa laserasi hanya merupakan
derajat satu atau dua.
B. Anestesi Lokal Keuntungan Anestesi Lokal
1. Ibu lebih merasa nyaman (sayang ibu).
2. Bidan lebih leluasa dalam penjahitan.
3. Lebih cepat dalam menjahit perlukaannya (mengurangi kehilangan darah).
4. Trauma pada jaringan lebih sedikit (mengurangi infeksi).
5. Cairan yang digunakan: Lidocain 1 %. Tidak Dianjurkan Penggunaan
Lidocain 2 % (konsentrasinya terlalu tinggi dan menimbulkan nekrosis jaringan).
Lidocain dengan epinephrine (memperlambat penyerapan lidocain dan memperpanjang efek
kerjanya).
Tindakan Anastesi Lokal
1. Beritahu ibu tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Tusukkan jarum suntik pada daerah kamisura posterior yaitu bagian sudut bahwa vulva.
3. Lakukan aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang terhisap
4. Suntikan anestesi sambil menarik jarum suntik pada tepi luka daerah perineum
5. Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka arahkan jarum suntik sepanjang luka pada mukosa
vagina
6. Lakukan langkah 2-5 diatas pada kedua tepi robekan
7. Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan
C. Penjahitan Laserasi pada Perineum
1. Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas ujung laserasi di mukosa vagina. Setelah itu buat
ikatan dan potong pendek benang dari yang lebih pendek. Sisakan benang kira-kira 1 cm.
2. Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah ke arah cincin himen
3. Tepat sebelum cincin himen, masukkan jarum ke dalam mukosa vagina lalu ke belakang cincin
himen sampai jarum ada di bawah laserasi kemudian ditarik keluar pada luka perineum
4. Gunakan teknik jelujur saat menjahit lapisan otot. Lihat kedalam luka untuk mengetahui letak ototnya.
5. Setelah dijahit sampai ujung luka, putarlah jarum dan mulailah menjahit kearah vagina dengan
menggunakan jahitan subkutikuler
6. Pindahkan jahitan dari bagian luka perineum kembali ke vagina di belakang cincin himen untuk diikat
dengan simpul mati dan dipotong benangnya
7. Masukkan jari ke dalam rektum
8. Periksa ulang kembali pasa luka
9. Cuci daerah genital dengan lembut kemudian keringkan. Bantu ibu mencari posisi yang diinginkan
10. Beri ibu informasi kesehatan tentang :
a. Menjaga perineum selalu bersih dan kering
b. Hindari penggunaan obat-obatan tradisional pada perineumnya
c. Cuci perineum dengan sabun dan air bersih yang mengalir 3-4 x per hari
d. Kembali dalam seminggu untuk memeriksa luka
Mastitis
What is mastitis?
Mastitis is usually the result of a blocked milk duct that hasn't cleared. Some of the milk
banked up behind the blocked duct can be forced into nearby breast tissue, causing the
tissue to become inflamed. The inflammation is called mastitis (also sometimes called 'milk
fever'). Infection may or may not be present.
If you think you have mastitis, start treatment straight away and see your medical adviser
if it does not resolve itself in a few hours.
6. Apa tanda dan gejala bila ada infeksi pada masa nifas?
Infeksi nifas dapat dibagi dalam 2 golongan
Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium
Penyebaran dari tempat-tempat tersebut melalui vena, jalan limfe, dan permukaan
endometrium
Gejala klinis
Infeksi perineum, vulva,vagina, dan serviks : rasa nyeri dan panas pada tempat
infeksi, kadang2 perih bila kencing. Bila getah radang keluar suhu sekitar 38oc dan
nadi dibawah 100x/menit. Bila getah radang tdk bisa keluar suhu sekitar 39-40 oc
kadang-kadang disertai menggigil.
Endometritis : kadang2 lokia tertahan diuterus oleh darah, sisa plasenta, dan
selaput ketuban (lokiometra). Dapat meyebabkan kenaikan suhu. Uterus agak
membesar, nyeri pada perabaan dan lembek.
Septicemia dan piemia
Septicemia : dari permulaan pasien sdh sakit dan lemah, 3 hari postpartum suhu
meningkat cepat (39-40oc ), KU cepat memburuk, nadi cepat (140-160/menit atau
lebih)
Piemia : tidak lama postpartum, pasien sudah merasa sakit, perut nyeri, dan suhu
agak meningkat.
Peritonitis : peningkatan suhu menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung,
nyeri ada defense muscular, muka penderita mula-mula kemerahan menjadi pucat,
mata cekung, kulit muka dingin terdapat facies hippocratica
Selulitis pelvic : suhu tinggi menetap > 1 minggu disertai nyeri di kiri atau kanan
uterus dan nyeri pada pemeriksaan dalam
Defenisi
________
Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38
derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama.
Etiologi
________
Organisme yang menyerang bekas implantasi plasenta atau laserasi akibat persalinan adalah penghuni normal serviks dan
jalan lahir, mungkin juga dari luar. Biasanya lebih dari satu spesies. Kuman anaerob adalah kokus gram positif
(peptostreptokok, peptokok, bakteriodes dan clostridium). Kuman aerob adalah berbagai macam gram positif dan E. coli.
Mikoplasma dalam laporan terakhir mungkin memegang peran penting sebagai etiologi infeksi nifas.
Faktor Predisposisi
___________________
Faktor predisposisi infeksi nifas, yaitu :
- Semua keadaan yang dapat menurunkan dayaa tahan tubuh, seperti perdarahan
yang banyak, pre eklampsia; juga infeksi lain seperti pneumonia, penyakit
jantung, dsb.
- Partus lama, terutama partus dengan ketuuban pecah lama.
- Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan jalan lahir.
- Tertinggalnya sisa plasenta, selaput kettuban dan bekuan darah.
Manifestasi Klinis
__________________
Infeksi nifas dapat dibagi atas 2 golongan, yaitu :
1. Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium.
2. Penyebaran dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, jalan limfe dan
permukaan endometrium.
1.
- Muka yang semula kemerah-merahan menjadii pucat, mata cekung, kulit muka
dingin; terdapat fasies hippocratica.
- Pada peritonitis yang terbatas didaerah pelvis, gejala tidak seberat peritonitis
umum.
- Peritonitis yang terbatas : pasien demamm, perut bawah nyeri tetapi keadaan
umum tidak baik.
- Bisa terdapat pembentukan abses.
Selulitis pelvik :
- Bila suhu tinggi menetap lebih dari satuu minggu disertai rasa nyeri di kiri atau
kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, patut dicurigai adanya selulitis pelvika.
- Gejala akan semakin lebih jelas pada perrkembangannya.
- Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahaanan padat dan nyeri di sebelah uterus.
- Di tengah jaringan yang meradang itu bissa timbul abses dimana suhu yang mulamula tinggi menetap, menjadi naik turun disertai menggigil.
- Pasien tampak sakit, nadi cepat, dan nyeeri perut.
Diagnosis
_________
Untuk penegakan diagnosa diperlukan pemeriksaan seksama. Perlu diketahui apakah infeksi terbatas pada tempat
masuknya kuman ke dalam badan atau menjalar keluar ke tempat lain. Pasien dengan infeksi meluas tampak sakit, suhu
meningkat, kadang-kadang menggigil, nadi cepat dan keluhan lebih banyak.
Jika fasilitas ada, lakukan pembiakan getah vagina sebelah atas dan pada infeksi yang berat diambil darah untuk maksud
yang sama. Usaha ini untuk mengetahui etiologi infeksi dan menentukan pengobatan antibiotik yang paling tepat.
Diagnosis Banding
_________________
Radang saluran pernapasan (bronkitis, pneumonia, dan sebagainya), pielonefritis, dan mastitis.
Penatalaksanaan
_______________
Pencegahan infeksi nifas :
- Anemia diperbaiki selama kehamilan. Beriikan diet yang baik. Koitus pada
kehamilan tua sebaiknya dilarang.
- Membatasi masuknya kuman di jalan lahir selama persalinan. Jaga persalinan
agar tidak berlarut-larut. Selesaikan persalinan dengan trauma sesedikit
mungkin. Cegah perdarahan banyak dan penularan penyakit dari petugas dalam
kamar bersalin. Alat-alat persalinan harus steril dan lakukan pemeriksaan hanya
bila perlu dan atas indikasi yang tepat.
- Selama nifas, rawat higiene perlukaan jaalan lahir. Jangan merawat pasien dengan
tanda-tanda infeksi nifas bersama dengan wanita sehat yang berada dalam masa
nifas.
Penanganan infeksi nifas :
- Suhu harus diukur dari mulut sedikitnya 4 kali sehari.
- Berikan terapi antibiotik.
- Perhatikan diet.
- Lakukan transfusi darah bila perlu.
- Hati-hati bila ada abses, jaga supaya naanah tidak masuk ke dalam rongga
perineum.
Prognosis
_________
Prognosis baik bila diatasi dengan pengobatan yang sesuai. Menurut derajatnya, septikemia merupakan infeksi paling berat
dengan mortalitas tinggi, diikuti peritonitis umum dan piemia.
Update : 31 Januari 2006
Sumber :
Kapita Selekta Kedokteran. Editor Mansjoer Arif (et al.) Ed. III, cet. 2. Jakarta : Media Aesculapius. 1999.
Women who do not breast feed may experience engorgement, milk leakage, and breast pain,
which peaks at 3 to 5 days after delivery (Spitz and associates, 1998). As many as half require
analgesia for breast-pain relief. Up to 10 percent of women report severe pain up to 14 days.
When milk production increases rapidly, the volume of milk in the breast can exceed the
capacity of the alveoli to store it. If the milk is not removed, over-distention of the alveoli can
cause the milk-secreting cells to become flattened and drawn out, even to rupture. The
distention can partly or completely occlude the capillary blood circulation surrounding the
alveolar cells, further decreasing cellular activity.1 Congested blood vessels leak fluid into the
surrounding tissue space contributing to edema. Pressure and congestion obstruct lymphatic
drainage of the breasts, stagnating the system that rid the breasts of toxins, bacteria, and castoff cell parts, thereby predisposing the breast to mastitis (both inflammation and infection). In
addition, a protein called the feedback inhibitor of lactation (FIL) accumulates in the mammary
gland during milk stasis further reducing milk production. Accumulation of milk and the resulting
engorgement are a major trigger of apoptosis, or programmed cell death, that causes involution
of the milk-secreting gland, milk resorption, collapse of the alveolar structures, and the
cessation of milk production.
(https://www.llli.org/ba/nov00.html)
9. Mengapa tinggi fundus uteri diantara simpisis dan umbilkus konsistensinya lembek dan normal tfu
setelah persalinan
sudah ada dijawaban sebelumnya
10. Mengapa ditemukan nyeri goyang portio +
Nyeri goyang portio : nyeri pada porsio saat diraba pada px VT, yang
artinya ada infeksi atau luka.
www.pps.unud.ac.id/.../pdf.../unud-290-1606964304-bab%20ii%20revisi.pdf
Hal ini dilakukan bila perlu untuk menentukan adanya sisa jaringan konsepsi intrauterin
3. Kultur uterus dan vaginal
Menentukan efek samping apakah ada infeksi yang terjadi
4. Urinalisis
Memastikan kerusakan kandung kemih
5. Profil Koagulasi
Menentukan peningkatan degradasi kadar produk fibrin, penurunan fibrinogen, aktivasi
masa tromboplastin dan masa tromboplastin parsial
SUMBER
http://makalah-asuhan-kebidanan.blogspot.com/2010/11/perdarahan-
post-partum.html
Mekanisme kerja yang sebenarnya dari parasetamol masih menjadi bahan perdebatan.
Parasetamol menghambat produksi prostaglandin (senyawa penyebab inflamasi), namun
parasetamol hanya sedikit memiliki khasiat anti inflamasi. Telah dibuktikan bahwa
parasetamol mampu mengurangi bentuk teroksidasi enzim siklooksigenase (COX),
sehingga menghambatnya untuk membentuk senyawa penyebab inflamasi (4,5).
Sebagaimana diketahui bahwa enzim siklooksigenase ini berperan pada metabolisme
asam arakidonat menjadi prostaglandin H2, suatu molekul yang tidak stabil, yang dapat
berubah menjadi berbagai senyawa pro-inflamasi.
13. Penatalaksanaan?
Uterotonika/oksiktoksik adalah :
1. obat yang merangsang kontraksi uterus.
2. meningkatkan motilitas uterus dg merangsang kontraksi otot polos uterus
Oksitosik yang efektif:
Prostaglandin semisintetik
Obat-obat uterotonika :
1. Alkaloid ergot
Sumber : jamur gandum clavikus purpurea
Berdasarkan efek dan struktur kimia alkaloid ergot dibagi menjadi 3 :
a. Alkaloid asam amino (ergotamin)
Merupakan obat yang paling kuat dari kelompok alkaloid asam amino
b. Derivat dihidro alkaloid asam amino (dihiro ergotamin)
c. Alkaloid amin
1. Indikasi oksitoksik :
Induksi partus aterm
OKSITOSIN
Oksitosin merangsang frekuensi dan kekuatan kontraksi otot polos uterus dan kelenjar mamae.
Efek ini tergabtung dari kadar estrogen. Reseptor oksitosin terletak pada mimometrium dalam
membrane plasma sel otot polos.
Stimulus sensoris pada serviks, vagina dan payudara merangsang hipofisis posterior
melepaskan oksitosin.
Efek :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sediaan Oksitosin
PROSTAGLANDIN
Sediaan Prostaglandin
Indikasi Prostaglandin
Uji oksitosin
Dafar pustaka :
1. Deglin, Vallerand, 2005, Pedoman Obat Untuk Perawat, Jakarta, EGC
2. Deglin Ganiswarna, 1995, Farmakologi dan Terapi, Jakarta, FKUI
3. Kee, Hayes, 1996, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, Jakarta, EGC
Ya
Evaluasi rutin
Ya
k o mp re s
b iman u al
ap ab ila
p e rd arah an
m a s ih
b e rlan ju t , letakkan satu tangan di belakang fundus uteri dan tangan yang
satunyadimasukkan lewat jalan lahir dan ditekankan pada fornix anterior.
Pemberian uteronica jenis lain dianjurkan apabila setelah pemberianoksitosin
dan
kompresi
bimanual
gagal
menghentikan
*kompresi bimanual*
Sisa plasenta
perdarahan, pilihan
Apabila kontraksi uterus jelek atau kembali lembek setelah kompresi bimanual
ataupun massase dihentikan, bersamaan pemberian uteronica lakukan eksplorasi.
Beberapa ahli menganjurkan eksplorasi secepatnya, akan tetapi hal ini sulit dilakukan
tanpa general anestesi kecuali pasien jatuh dalam syok. Jangan hentikan
pemberian uteronica selamadilakukan eksplorasi. Setelah eksplorasi lakukan massase
dan kompresi bimanual ulang tanpa menghentikan pemberian uteronica.
Pemberian antibiotic spectrum luas setelah tindakan eksplorasi
danmanual removal.
Apabila perdarahan masih berlanjut dan kontraksi uterus tidak baik bisadipertimbangkan
untuk dilakukan laparatomi.
P e mas an g an
t amp o n ad e
u t e ro va gin a l
ju g a
cu ku p
b e rgu n a
pembuluh
darah
dibawah
mukosa,
penatalaksanaannya
c u riga i
su mb e r
h e mat o m
san gat
b e sa r
h e ma t o m
Gangguan koagulasi
Jika manual eksplorasi telah menyingkirkan adanya rupture uteri, sisa plasenta
dan perlukaan jalan lahir disertai kontraksi uterus yang baik maka kecurigaan
Monitoring :
2.5.4. Kala IV : Observasi dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 1 jam, hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya perdarahan postpartum. Observasi yang
dilakukan melihat tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan
darah, nadi dan pernapasan), kontraksi uterus dan terjadinya pendarahan.