Scribd Logo
Unggah

Selamat datang di Scribd!

  • Pemetaan Pemasaran Bunga Sedap Malam

    Diunggah oleh

    Nurul Alam
    20 tayangan3 halaman
    ertanian adalah hal yang paling utama di negeri ini. Pertanian masih menjadi modal utama negara Indonesia dalam melangsungkan proses hidupnya. Namun kenyataannya kini lahan-lahan untuk bertani semakin berkurang jumlahnya. Digantikan oleh bangunan perumahan akibat pebisnis yang haus harta. Begitu pun para pemilik lahan, dalam beberapa kasus, dengan serta merta ia menjual lahan pertanian karena dampak dari masalah ekonomi yang mereka hadapi. Mereka seolah belum memahami makna hasil pertanian. Mereka seolah tak mengerti bahwa yang mereka lakukan (para petani) adalah menyediakan sumber pangan bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadaan ini diperburuk dengan banyaknya kebijakan pemerintah yang tidak pro petani. Kebijakan yang ada sering sekali bertimpangan dengan yang sebetulnya petani butuhkan. Menteri pertanian Suswono sendiri mengakui bahwa data pertanian yang mereka miliki tidak akurat. Contohnya saja mengenai kasus sensus sapi. Data mengatakan bahwa populasi sapi yang ada di Indonesia tercatat 12 jutaan ekor, padahal pada kenyataannya lebih banyak daripada itu (Berdasar data BPS hasil sensus sapi dan kerbau 1-30 Juni 2011). Begitu besar jasa petani. Tetapi sepertinya mereka tidak sadar akan hal itu. Masyarakat seolah tidak memahami bagaimana petani, para pengolah pangan, membantu kita untuk bertahan hidup. Alih-alih dihargai sebagai pahlawan penyediapangan, keberadaan petani di Indonesia justru menjadi kaum terpinggirkan. Ini dibuktikan dengan sikap orang-orang yang menganggap rendah petani, banyak orang yang tidak peduli akan keberadaan mereka. Bahkan petani sendiri pun tidak bangga dengan apa yang mereka tekuini. Mengapa hal ini bisa terjadi? Hal inilah yang akan penulis coba tunjukan. Bahwa pengalaman-pengalaman pada masa lampau menimbulkan permasalahan yang dihadapi petani, hal ini akan mempengaruhi kepada bagaimana petani bersikap pada usahanya dalam mempertahankan kegiatan bertani. Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan masalah penulisan makalah adalah bagaimana keadaan nasib petani pada masa kolonial dan paska kemerdekaan? Lalu, apa-apa saja masalah yang dihadapi petani di masa kini? Setelah semua kondisi diuraikan lali dilihat bagaimana petani merespon atau bersikap dalam menghadapi permasalahan yang ada? Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menganalisis kondisi nasib petani pada masa kolonial dan paska kemerdekaan, menganalisis permasalahan yang dihadapi petani dan mengkaji bagaimana cara petani dalam menyikapi persoalan yang dihadapi. Kondisi dan Segala Permasalahan yang Dihadapi Petani Berbagai problematika tidak pernah berhenti dihadapi oleh petani. Mulai pada masa kolonial sampai masa kemerdekaan petani belum juga mencapai titik kesejahteraannya. Kenyataan seperti inilah yang terus menjadikan petani sebagai kaum terpinggirkan. Petani tidak dipandang sebagai pahlawan pangan terhadap apa yang telah dilakukannya melalui pertanian. Kondisi Petani dari Masa ke Masa Sejak zaman penjajahan, petani diberatkan dengan berbagai kewajiban. Luthfi (2011) menyatakan bahwa pada tahun 1790, VOC telah mewajibkan penanaman kopi di Priangan yang waktu itu berada di bawah Kesultanan Cirebon. Kebun kopi dibuat di atas woeste gronde dengan mempergunakan pekerja wajib. Kemudian, pada abad 18, Raffles menerapkan Land

    Hak Cipta

    © © All Rights Reserved

    Format Tersedia

    DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd

    Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

    Apakah konten ini tidak pantas?

    Laporkan Dokumen Ini
    ertanian adalah hal yang paling utama di negeri ini. Pertanian masih menjadi modal utama negara Indonesia dalam melangsungkan proses hidupnya. Namun kenyataannya kini lahan-lahan untuk bertani semakin berkurang jumlahnya. Digantikan oleh bangunan perumahan akibat pebisnis yang haus harta. Begitu pun para pemilik lahan, dalam beberapa kasus, dengan serta merta ia menjual lahan pertanian karena dampak dari masalah ekonomi yang mereka hadapi. Mereka seolah belum memahami makna hasil pertanian. Mereka seolah tak mengerti bahwa yang mereka lakukan (para petani) adalah menyediakan sumber pangan bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadaan ini diperburuk dengan banyaknya kebijakan pemerintah yang tidak pro petani. Kebijakan yang ada sering sekali bertimpangan dengan yang sebetulnya petani butuhkan. Menteri pertanian Suswono sendiri mengakui bahwa data pertanian yang mereka miliki tidak akurat. Contohnya saja mengenai kasus sensus sapi. Data mengatakan bahwa populasi sapi yang ada di Indonesia tercatat 12 jutaan ekor, padahal pada kenyataannya lebih banyak daripada itu (Berdasar data BPS hasil sensus sapi dan kerbau 1-30 Juni 2011). Begitu besar jasa petani. Tetapi sepertinya mereka tidak sadar akan hal itu. Masyarakat seolah tidak memahami bagaimana petani, para pengolah pangan, membantu kita untuk bertahan hidup. Alih-alih dihargai sebagai pahlawan penyediapangan, keberadaan petani di Indonesia justru menjadi kaum terpinggirkan. Ini dibuktikan dengan sikap orang-orang yang menganggap rendah petani, banyak orang yang tidak peduli akan keberadaan mereka. Bahkan petani sendiri pun tidak bangga dengan apa yang mereka tekuini. Mengapa hal ini bisa terjadi? Hal inilah yang akan penulis coba tunjukan. Bahwa pengalaman-pengalaman pada masa lampau menimbulkan permasalahan yang dihadapi petani, hal ini akan mempengaruhi kepada bagaimana petani bersikap pada usahanya dalam mempertahankan kegiatan bertani. Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan masalah penulisan makalah adalah bagaimana keadaan nasib petani pada masa kolonial dan paska kemerdekaan? Lalu, apa-apa saja masalah yang dihadapi petani di masa kini? Setelah semua kondisi diuraikan lali dilihat bagaimana petani merespon atau bersikap dalam menghadapi permasalahan yang ada? Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menganalisis kondisi nasib petani pada masa kolonial dan paska kemerdekaan, menganalisis permasalahan yang dihadapi petani dan mengkaji bagaimana cara petani dalam menyikapi persoalan yang dihadapi. Kondisi dan Segala Permasalahan yang Dihadapi Petani Berbagai problematika tidak pernah berhenti dihadapi oleh petani. Mulai pada masa kolonial sampai masa kemerdekaan petani belum juga mencapai titik kesejahteraannya. Kenyataan seperti inilah yang terus menjadikan petani sebagai kaum terpinggirkan. Petani tidak dipandang sebagai pahlawan pangan terhadap apa yang telah dilakukannya melalui pertanian. Kondisi Petani dari Masa ke Masa Sejak zaman penjajahan, petani diberatkan dengan berbagai kewajiban. Luthfi (2011) menyatakan bahwa pada tahun 1790, VOC telah mewajibkan penanaman kopi di Priangan yang waktu itu berada di bawah Kesultanan Cirebon. Kebun kopi dibuat di atas woeste gronde dengan mempergunakan pekerja wajib. Kemudian, pada abad 18, Raffles menerapkan Land

    Hak Cipta:

    © All Rights Reserved
    Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
    Tandai sebagai konten tidak pantas
    20 tayangan3 halaman

    Pemetaan Pemasaran Bunga Sedap Malam

    Diunggah oleh

    Nurul Alam
    ertanian adalah hal yang paling utama di negeri ini. Pertanian masih menjadi modal utama negara Indonesia dalam melangsungkan proses hidupnya. Namun kenyataannya kini lahan-lahan untuk bertani semakin berkurang jumlahnya. Digantikan oleh bangunan perumahan akibat pebisnis yang haus harta. Begitu pun para pemilik lahan, dalam beberapa kasus, dengan serta merta ia menjual lahan pertanian karena dampak dari masalah ekonomi yang mereka hadapi. Mereka seolah belum memahami makna hasil pertanian. Mereka seolah tak mengerti bahwa yang mereka lakukan (para petani) adalah menyediakan sumber pangan bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadaan ini diperburuk dengan banyaknya kebijakan pemerintah yang tidak pro petani. Kebijakan yang ada sering sekali bertimpangan dengan yang sebetulnya petani butuhkan. Menteri pertanian Suswono sendiri mengakui bahwa data pertanian yang mereka miliki tidak akurat. Contohnya saja mengenai kasus sensus sapi. Data mengatakan bahwa populasi sapi yang ada di Indonesia tercatat 12 jutaan ekor, padahal pada kenyataannya lebih banyak daripada itu (Berdasar data BPS hasil sensus sapi dan kerbau 1-30 Juni 2011). Begitu besar jasa petani. Tetapi sepertinya mereka tidak sadar akan hal itu. Masyarakat seolah tidak memahami bagaimana petani, para pengolah pangan, membantu kita untuk bertahan hidup. Alih-alih dihargai sebagai pahlawan penyediapangan, keberadaan petani di Indonesia justru menjadi kaum terpinggirkan. Ini dibuktikan dengan sikap orang-orang yang menganggap rendah petani, banyak orang yang tidak peduli akan keberadaan mereka. Bahkan petani sendiri pun tidak bangga dengan apa yang mereka tekuini. Mengapa hal ini bisa terjadi? Hal inilah yang akan penulis coba tunjukan. Bahwa pengalaman-pengalaman pada masa lampau menimbulkan permasalahan yang dihadapi petani, hal ini akan mempengaruhi kepada bagaimana petani bersikap pada usahanya dalam mempertahankan kegiatan bertani. Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan masalah penulisan makalah adalah bagaimana keadaan nasib petani pada masa kolonial dan paska kemerdekaan? Lalu, apa-apa saja masalah yang dihadapi petani di masa kini? Setelah semua kondisi diuraikan lali dilihat bagaimana petani merespon atau bersikap dalam menghadapi permasalahan yang ada? Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menganalisis kondisi nasib petani pada masa kolonial dan paska kemerdekaan, menganalisis permasalahan yang dihadapi petani dan mengkaji bagaimana cara petani dalam menyikapi persoalan yang dihadapi. Kondisi dan Segala Permasalahan yang Dihadapi Petani Berbagai problematika tidak pernah berhenti dihadapi oleh petani. Mulai pada masa kolonial sampai masa kemerdekaan petani belum juga mencapai titik kesejahteraannya. Kenyataan seperti inilah yang terus menjadikan petani sebagai kaum terpinggirkan. Petani tidak dipandang sebagai pahlawan pangan terhadap apa yang telah dilakukannya melalui pertanian. Kondisi Petani dari Masa ke Masa Sejak zaman penjajahan, petani diberatkan dengan berbagai kewajiban. Luthfi (2011) menyatakan bahwa pada tahun 1790, VOC telah mewajibkan penanaman kopi di Priangan yang waktu itu berada di bawah Kesultanan Cirebon. Kebun kopi dibuat di atas woeste gronde dengan mempergunakan pekerja wajib. Kemudian, pada abad 18, Raffles menerapkan Land

    Hak Cipta:

    © All Rights Reserved
    Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
    Tandai sebagai konten tidak pantas
    dari 3

    PEMETAAN PEMASARAN BUNGA SEDAP MALAM

    Kampung Suka Cai Desa Suka Cai Kecamatan Baros Kabupaten


    Serang Provinsi Banten
    Diajukan untuk memenuhi tugas Pemasaran Hasil Pertanian

    Disusun oleh:
    Intan Anniza (4441120279)
    Nurul Alam (4441121441)

    Kelas: V B

    JURUSAN AGRIBISNIS
    FAKULTAS PERTANIAN
    UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
    2014

    BAB III
    HASIL DAN PEMBAHASAN
    Bagan 1.1 Peta pemasaran tanaman hias (sedap malam)

    Petani
    setempat

    Petani
    setempat

    Kelompok
    Bumi Ayu 1
    Bapak
    Abbas

    Petani
    setempat

    Serang:
    Toko Bunga
    Ciracas
    Toko Bunga
    Kota Baru
    Toko Bunga
    Bayangkara
    Tanggera
    Tangerang
    ng
    Jakarta

    Bandung

    Analisis:
    Kelompok tani Bumi Ayu 1 merupakan salah satu sentral produksi
    tanaman hias sedap malam. Kelompok bumi ayu 1 memiliki 25 anggota petani.
    Masing anggota petani mengumpulkan hasil taninya kepada Bapak Abbas, yang
    merupakan ketua kelompok tani Bumi Ayu 1.
    Petani setempat menggunakan kendaraan motor untuk mengangkut dan
    mengumpulkan hasil panen menuju ke kelompok tani Bumi Ayu 1, setelah hasil
    panen terkumpul, hasil tersebut akan dipasarkan ke beberapa daerah, baik di
    Provinsi Banten maupun di luar Provinsi Banten. Di Provinsi Banten bunga sedap
    malam di distribusikan ke Kota Serang dan Kota Tangerang.
    Dengan menggunakan kendaraan motor kelompok Bumi Ayu 1
    mendistribusikan bunga sedap malam ke 3 lokasi toko bunga yang ada di daerah
    Serang, yaitu toko bunga ciracas, toko bunga kota baru, dan toko bunga
    bayangkara. Biaya yang di habiskan untuk pemasaran di daerah serang sebesar

    seratus ribu rupiah. Untuk Tanggerang kelompok tani Bumi Ayu 1


    memasarkannya dengan menggunakan kendaraan mobil dan menghabiskan biaya
    sebesar tiga ratus ribu rupiah.
    Selain pemasaran di Provinsi Banten, kelompok tani Bumi Ayu 1 juga
    memasarkan bunga sedap malam ke daerah Jakarta dan Bandung. Untuk
    pemasaran kedua daerah tersebut kelompok Bumi Ayu 1 tidak memelukan biaya
    untuk pengangkutan, melainkan dari pihak konsumen (Toko Bunga) itu sendiri
    yang mengambil dan mengangkut bunga sedap malam tersebut.
    Modal yang digunakan dalam usaha ini di dapat dari modal pribadi dan
    modal pedagang. Keseluruhan modal yang di butuhkan untuk komoditas bunga
    sedap malam perhektar sebesar 25 juta rupiah, modal tersebut sudah termasuk
    biaya pengolahan tanah, penanaman, perawatan dan upah buruh tani. Kelompok
    Bumi Ayu 1 menjual ke setiap toko bunga dengan harga Rp 1.000,00 per batang,
    sedangkan dari toko bunga ke konsumen dijual denga harga Rp 2.500,00 per
    batang.

    Anda mungkin juga menyukai