Ramly *)
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Evaluasi merupakan proses mendapatkan informasi dan menggunakan
informasi itu untuk melakukan penilaian dalam rangka pengambilan keputusan. Dalam
UU. No. 20 2003 tentang SISDIKNAS dijelaskan bahwa evaluasi hasil belajar peserta
didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil
belajar peserta didik secara berkesinambungan (Diknas, 2003: .29).
Evaluasi proses belajar mengajar harus dilaksanakan dengan baik sehingga hasil
yang diperoleh dapat menjadi bahan pengambilan keputusan yang tepat dan akurat,
*)
baik guru maupun sekolah sebagai pelaksana kegiatan belajar mengajar. Sebagai
pelaksana evaluasi hasil belajar guru, dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan
dalam membuat tes hasil belajar. Peranan guru untuk menyusun tes yang berkualitas
sangat penting, karena tes buatan guru yang berkualitas sangat dibutuhkan mengingat
keputusan yang diambil dari hasil tes tersebut berdampak pada siswa.
Ada banyak faktor yang erat kaitannya dengan kualitas tes buatan guru, antara
lain latar belakang pendidikan guru, motivasi guru untuk berprestasi, pengetahuan guru
tentang evaluasi, penguasaan guru terhadap materi pelajaran, kepuasan kerja guru,
pengalaman mengajar guru, kepemimpinan kepala sekolah, dan kesiapan siswa
mengikuti tes.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai kualitas tes buatan guru di SMU hubungannya dengan motivasi berprestasi
guru, pengetahuan evaluasi yang dimiliki guru, dan penguasaan materi pelajaran yang
diajarkan guru.
1.2. Permasalahan
Permasalahan penelitian ini batasi pada tiga masalah yang dianggap paling
dominan pengaruhnya terhadap kualitas tes buatan guru yaitu (1) motivasi berprestasi
guru, (2) pengetahuan guru tentang evaluasi, dan (3) penguasaan guru terhadap materi
pelajaran. Oleh karena itu, maka rumusan masalah penelitian ini adalah (1) Apakah
terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan kualitas tes buatan guru? (2)
Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan evaluasi dengan kualitas tes buatan
guru? (3) Apakah terdapat hubungan antara penguasaan materi pelajaran dengan
kualitas tes buatan guru? dan (4) Apakah terdapat hubungan antara motivasi
berprestasi, pengetahuan evaluasi, dan penguasaan materi pelajaran, secara bersamasama dengan kualitas tes buatan guru di SMU?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) memperoleh informasi mengenai bentuk dan
kekuatan hubungan antara motivasi berprestasi, pengetahuan evaluasi, dan penguasaan
materi dengan kualitas tes buatan guru, baik secara sendiri-sendiri maupun secara
bersama-sama, dan (2) untuk mengetahui kualitas tes ekonomi buatan guru yang
dipergunakan dalam evaluasi formatif, ditinjau dari indikator validitas isi, reliabilitas,
daya pembeda dan tingkat kesukaran tes.
2. Kajian Literatur
2.1. Kualitas Tes Buatan Guru
Tes buatan guru adalah tes hasil belajar yang disusun oleh guru sendiri untuk
kepentingan pengukuran dan penilaian prestasi belajar siswa, baik pada setiap
penyajian satu satuan pelajaran maupun pada ujian formatif dan sumatif (Popham,
1981: 371). Tes yang dibuat guru merupakan sumber data yang paling sahih bagi
penilaian penguasaan siswa terhadap tujuan pelajaran di kelas (Cangelosi, 1991: 102).
Kegunaan tes buatan guru adalah untuk: (1) mengukur seberapa banyak penguasaan
siswa terhadap bahan pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu; (2) menentukan
apakah suatu tujuan telah tercapai atau belum; dan (3) memperoleh suatu nilai (Aiken,
1997: 11). Tes buatan guru yang berkualitas sangat dibutuhkan mengingat keputusan
yang diambil dari hasil tes tersebut adalah berdampak pada siswa.
Menurut Chase (1978: 58), tes yang baik adalah tes yang valid, reliabel, dan
mudah dilaksanakan. Sedangkan Brown (1983: 57) berpendapat bahwa tes yang baik
adalah tes yang (1) reliabel; (2) valid; (3) memiliki daya beda, dan (4) memiliki tingkat
kesukaran yang ideal. Kualitas tes buatan guru dapat periksa dari lima aspek yaitu
validitas, reliabilitas, daya beda, tingkat kesukaran, dan fungsi distraktor (Cangelosi,
1990: 27 36).
Menurut Gronlund (1982: 8 13), tes buatan guru harus disusun dengan
memperhatikan prinsip dasar penyusunan tes hasil belajar yaitu (1) mengukur hasil
belajar yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan belajar, (2) mengukur secara
representatif materi pelajaran yang tercakup dalam pembelajaran, (3) mencakup jenisjenis pertanyaan yang sesuai untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan, (4)
direncanakan agar hasilnya sesuai dengan hasil yang diinginkan, (5) dibuat dengan
reliabilitas yang setinggi-tingginya kemudian ditafsirkan dengan hati-hati, dan (6)
digunakan untuk memperbaiki hasil belajar.
2.2 Motivasi Berprestasi
Teori motivasi berprestasi pertama kali dibangun oleh Atkinson dan
McClelland yang mencoba mengukur kontribusi beberapa faktor yang berkenaan
dengan aktivitas yang berorientasi pada prestasi (Jung, 1978 :142-.143). Motivasi
berprestasi menunjuk pada adanya upaya keras untuk memperoleh kesuksesan atau
sesuatu sesuai dengan tujuan. Motivasi berprestasi merupakan need for achievement
yaitu motivasi yang mendorong seseorang untuk mencapai sukses dengan tujuan
berhasil dalam persaingan yang didasarkan pada suatu ukuran keunggulan (standard of
excellence). Ukuran keunggulan ini dapat berupa prestasi yang sudah diperoleh sendiri
sebelumnya, ataupun berupa prestasi orang lain (Slavin, 1991: 329).
Terdapat enam indikator motivasi berprestasi yaitu (1) status sebagai ahli, (2)
gigih untuk meraih sesuatu, (3) berprestasi melalui kemandirian, (4) sederajat dengan
teman sebaya, (5) mampu bersaing, dan (6) memperhatikan keunggulan (Beck: 1990:
304). Pendapat lain menyatakan bahwa ciri-ciri orang yang berprestasi ialah (1)
mencintai pekerjaannya, (2) memiliki kompetensi tinggi dalam bidang tertentu, (3)
memiliki komitmen yang tinggi terhadap pekerjaan, (4) memenuhi berbagai tuntutan
melalui pekerjaan yang ditekuninya, (5) memerlukan waktu lama untuk pengakuan atau
pemenuhan diri, (6) menekankan dan mengikuti alur pekerjaan, dan (7) cepat tanggap
dan menggunakan ide dan kesempatan baru dalam pekerjaannya (Tucker, 1999: 1)
2.3 Pengetahuan Evaluasi
Pengetahuan diartikan sebagai ingatan terhadap hal-hal yang spesifik dan
universal, ingatan tentang metode dan proses, atau ingatan tentang suatu pola, struktur
atau keadaan (Blom, 1979: 201). Pengetahuan pada hakekatnya adalah segala sesuatu
yang diketahui manusia tentang suatu obyek tertentu, termasuk di dalamnya ilmu, seni,
dan agama. Pengetahuan disebut sebagai khasana kekayaan mental yang secara
langsung atau tidak turut memperkaya kehidupan kita (Suriasumantri, 1995: 104).
Pengetahuan akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan peradaban
dan budaya manusia. Pengetahuan yang diperoleh masyarakat berpengaruh kuat pada
apa yang mereka ketahui sebelumnya sekaligus memunculkan kembali pengetahuan
tersebut (Flavel, dkk, 1993: 248). Dengan pengetahuannya manusia dapat memikirkan
hal-hal baru, memanfaatkan sumber daya yang ada, dan mengembangkan kebudayaan
yang dapat memberikan makna tertentu dalam kehidupannya. Pengetahuan merupakan
pembenaran keyakinan yang benar tentang hal yang relevan dengan pembenaran
melalui kejadian atau kenyataan. Dengan kata lain pengetahuan adalah sesuatu atau
peristiwa yang diyakini benar (Davies, 1981: 251).
Evaluasi adalah proses penentuan nilai atau manfaat dari suatu data kolektif
(Kirkendall, dkk, 1980: 2). Stuffelbeam (1971: 42), menyatakan bahwa evaluasi
adalah proses memperoleh, menyajikan, dan menggambarkan informasi yang berguna
untuk menilai suatu alternatif pengambilan keputusan. Pandangan ini menunjukkan
bahwa hasil kegiatan evaluasi dipergunakan untuk pengambilan keputusan. Ebel
(1986: 23) berpendapat bahwa evaluasi merupakan suatu kebutuhan dimana evaluasi
harus memberikan keputusan tentang informasi apa saja yang dibutuhkan, bagaimana
informasi tersebut dikumpulkan, serta bagaimana informasi tersebut disintesiskan
untuk mendukung hasil yang diharapkan.
konsumsi dalam memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas baik jumlah maupun
jenisnya. Menurut Parkin (1993: 12) ekonomi dapat diartikan sebagai suatu mekanisme
yang menempatkan kajian pada sumber-sumber ekonomi yang langkah atau terbatas
sehingga penggunaannya dapat bersaing.
Dalam kurikulum SMU tahun 1994 dijelaskan bahwa ekonomi merupakan ilmu
yang mengkaji tentang upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya yang tidak
terbatas, dihadapkan dengan sumber-sumber ekonomi yang terbatas (kelangkaan). Oleh
karena itu kelangkaan dipandang sebagai sumber segala masalah ekonomi yang terjadi
(Depdikbud, 1995: 1).
Ruang lingkup pengajaran ekonomi di SMU diklasifikasikan menjadi empat
macam yaitu (1) pengetahuan tentang kenyataan atau fakta dan gejala ekonomi, (2)
pemahaman atas konsep dan teori ekonomi, (3) pemahaman mengenai masalahmasalah yang harus dipecahkan berhubungan ekonomi, dan (4) metode pemecahan
masalah yang lazim digunakan dalam ilmu ekonomi . Dari empat klasifikasi materi
ekonomi yang dipelajari di SMU, dibagi menjadi tiga tingkatan (kelas) yaitu: pada
tingkat pertama (kelas I) materi yang dipelajari adalah meliputi pengetahuan dan
pengertian mengenai masalah-masalah ekonomi yang dihadapi perseorangan, rumah
tangga, dan perusahaan; pada tingkat ke dua (kelas II) materi yang dipelajari adalah
meliputi pengetahuan dan pengertian mengenai masalah-masalah ekonomi yang
dihadapi oleh masyarakat secara menyeluruh; dan pada tingkat ke tiga (kelas III) materi
yang dipelajari adalah meliputi masalah-masalah ekonomi internasional, pengelolaan
badan usaha, dan metode kuantitatif atau dasar-dasar ekonomi metrik (Depdikbud,
1995: 3).
3. Kerangka Berpikir
3.1. Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Kualitas Tes Buatan Guru.
Motivasi adalah suatu gejala psikologis yang ada dalam diri setiap orang dan
selalu menjadi pendorong atau penggerak bagi seseorang untuk bertindak atau
berprilaku. Motivasi ini dapat bersumber dari dalam diri individu, dan dapat pula
bersumber dari luar diri individu. Sebagai gejala psikologis yang ada dalam diri
seseorang, motivasi akan selalu mendorong orang untuk melakukan sesuatu aktivitas
dalam rangka pemenuhan kebutuhan orang tersebut atau dalam rangka pencapaian
suatu tujuan.
Tes buatan guru adalah tes yang disusun oleh guru yang akan melaksanakan tes.
Tes buatan guru ini disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah diajarkan, dan
butir-butirnya harus mengukur tujuan pengajaran yang telah dirumuskan dalam
program pengajaran. Tes buatan guru ini harus dibuat sebaik mungkin berdasarkan
kriteria tes baku dan mengikuti prosedur penyusunan tes baku sehingga menjadi tes
yang berkualitas. Guru yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan selalu berusaha
untuk membuat tes yang berkualitas. Berdasarkan pemikiran di atas maka dapat
diprediksi bahwa guru yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan berusaha untuk
membuat tes yang berkualitas.
3.2. Hubungan antara Pengetahuan Evaluasi dengan Kualitas Tes Buatan Guru.
Pengetahuan merupakan kemampuan penguasaan tentang konsep, teori, hukum
dan prinsip dari obyek yang dipelajari. Kemampuan ini berbentuk (1) kemampuan
kognitif umum seperti kondisi, rencana, dan penyelesaian masalah, (2) kemampuan
afektif, dan (3) kemampuan psikomotorik. Dengan pengetahuan manusia dapat
menguasai dan mempengaruhi perilaku orang lain. Pengetahuan telah menjadikan
manusia sebagai mahluk yang selalu berusaha untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya, dan berusaha untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Pengetahuan sebagai
hasil belajar telah membuat manusia untuk selalu berbuat yang baik.
Evaluasi merupakan proses memperoleh, menggambarkan, dan menyajikan
informasi yang berguna dalam proses pengambilan keputusan. Oleh karena, itu hasil
dari proses evaluasi sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan. Evaluasi hasil
belajar merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat
keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pelajaran telah dicapai oleh siswa. Karena
hasil evaluasi dipergunakan dalam pengambilan keputusan, maka evaluasi harus
dilaksanakan dengan benar dan mengikuti prosedur evaluasi yang benar. Untuk dapat
melaksanakan evaluasi dengan benar maka pelaksana evaluasi harus memiliki
pengetahuan tentang evaluasi yang meliputi teori, prinsip, tujuan, prosedur, dan alat
evaluasi. Berdasarkan pemikiran di atas dapat diprediksi bahwa guru yang memilki
pengetahuan tentang evaluasi akan berusaha untuk membuat tes yang berkualitas untuk
dipergunakan dalam mengukur keberhasilan proses belajar mengajar yang
dilakukannya.
10
3.3. Hubungan antara Penguasaan Materi Ekonomi dengan Kualitas Tes Buatan
Guru.
Penguasaan materi ekonomi adalah kemampuan guru untuk mengetahui,
memahami, menganalisis, dan mengerti secara jelas dan rinci tentang materi ekonomi,
baik teori, prinsip, hukum, gejala, maupun peristiwa-peristiwa ekonomi yang berkaitan
dengan materi pelajaran ekonomi. Selain itu, guru ekonomi harus mampu melakukan
evaluasi dengan baik terhadap gejala-gejala ekonomi, paling tidak yang menyangkut
materi yang diajarkan. Dengan penguasaan yang luas dan mendalam mengenai materi
ekonomi di SMU maka guru ekonomi akan dapat membuat tes yang berkualitas sebagai
alat untuk melakukan evaluasi guna mengetahui sampai sejauh mana tingkat
penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan untuk selanjutnya mengambil
langkah-langkah berdasarkan hasil evaluasi.
Berdasarkan pemikiran di atas maka dapat diprediksi bahwa guru yang memiliki
penguasaan materi akan dapat menentukan materi-materi esensial yang harus dikuasai
oleh siswa, dan materi inilah yang akan menjadi bahan evaluasi untuk disajikan dalam
bentuk butir-butir tes. Guru yang menguasai materi akan berusaha membuat tes yang
berkualitas.
3.4. Hubungan antara Motivasi Berprestasi, Pengetahuan Evaluasi, dan
Penguasaan Materi Ekonomi dengan Kualitas Tes Buatan Guru.
Motivasi berprestasi tinggi merupakan modal yang sangat penting bagi guru
dalam melaksanakan tugas-tugasnya, termasuk melaksanakan evaluasi. Untuk
melaksanakan evaluasi dengan baik, maka guru yang memiliki motivasi berprestasi
11
tinggi akan berusaha untuk memiliki pengetahuan tentang evaluasi. Dengan kata lain,
bahwa guru yang memiliki motivasi berprestasi akan belajar bagaimana membuat tes
yang berkualitas untuk dipergunakan dalam evaluasi proses belajar mengajar.
Berdasarkan pemikiran di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas tes buatan guru
dapat diprediksi melalui motivasi berprestasi, pengetahuan evaluasi, dan penguasaan
materi pelajaran.
4. Metodologi Penelitian
4.1. Hipotesis Penelitian
Pertama, terdapat hubungan positif antara motivasi berprestasi dengan kualitas
tes buatan guru di SMU. Kedua, terdapat hubungan positif antara pengetahuan
evaluasi dengan kualitas tes buatan guru di SMU. Ketiga, terdapat hubungan positif
antara penguasaan materi dengan kualitas tes buatan guru di SMU. Keempat, terdapat
hubungan positif antara motivasi berprestasi, pengetahuan evaluasi, dan penguasaan
materi secara bersama-sama dengan kualitas tes buatan guru di SMU.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada SMU negeri di tiga wilayah DKI Jakarta yaitu
Jakarta Utara, Jakarta Timur, dan Jakarta Selatan dengan pertimbangan bahwa ke tiga
wilayah tersebut dapat mereprestasikan gambaran tentang wilayah Jakarta. Waktu
pelaksanaan penelitian di mulai bulan September sampai bulan Desember tahun 2003.
12
13
17,91, 2tabel, = 36,40 dk = 25 pada = 0,05. Dengan demikian, maka data penelitian
ini memenuhi syarat untuk dianalisis.
5.3. Pengujian Hipotesis
5.3.1. Hubungan antara Motivasi Berprestasi (X1) dengan Kualitas Tes Buatan
Guru.(Y)
Hubungan antara motivasi berprestasi (X1) dengan kualitas tes buatan guru (Y)
ditunjukkan oleh persamaan regresi linear sederhana Y = 6,69 + 0,34 X 1. Uji
keberartian persamaan regresi dengan uji F hasilnya Fhitung = 34,73 > Ftabel = 7,29 pada
= 0,01 yang berarti bahwa model regresi adalah sangat signifikan, dan uji linearitas
dengan uji F hasilnya menunjukkan Fhitung = 1,37 < Ftabel = 1,89 pada = 0,05 yang
berarti regresi linear. Persamaan regresi tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan
atau penurunan satu unit skor motivasi berprestasi akan diikuti oleh kenaikan atau
penurunan skor kualitas tes buatan guru sebesar 0,34 pada konstanta 6,69. Kekuatan
hubungan antara motivasi berprestasi dengan kualitas tes buatan guru ditunjukkan oleh
koefisien korelasi ry1 = 0,65 dan koefisien determinasi 0,42 yang berarti 42% variasi
yang terjadi pada kualitas tes buatan guru dapat dijelaskan oleh variasi motivasi
berprestasi guru. Uji keberartian koefisien korelasi hasilnya sangat signifikan dimana
t hitung = 6,498 > t tabel = 2,417 pada = 0,01 dan dk 58.
Hasil analisis koefisien korelasi parsial dan uji signifikansi koefisien korelasi
parsial menunjukkan bahwa jika variabel pengetahuan evaluasi (X2) dikontrol, maka
diperoleh koefisien korelasi parsial (ry1.2) sebesar 0,69, jika pengaruh variabel
15
penguasaan materi (X3) dikontrol, maka diperoleh koefisien korelasi parsial (ry1.3)
sebesar 0,59 dan jika pengaruh variabel pengetahuan evaluasi (X2) dan pengaruh
variabel penguasaan materi (X3) dikontrol secara bersama-sama, maka diperoleh
koefisien korelasi parsial (ry1.23) sebesar 0,541.
5.3.2. Hubungan antara pengetahuan Evaluasi (X2) dengan Kualitas Tes Buatan
Guru.(Y)
Hubungan antara pengetahuan evaluasi (X2) dengan kualitas tes buatan guru (Y)
ditunjukkan oleh persamaan regresi linear sederhana Y = 31 , 98 + 0 , 65 X 2 . Uji
keberartian persamaan regresi dengan uji F hasilnya menunjukkan Fhitung = 43,52 >
Ftabel = 7,29 pada = 0,01 yang berarti bahwa model regesi adalah sangat signifikan
dan uji linearitas dengan uji F hasilnya menunjukkan Fhitung = 1,71 < Ftabel = 1,89 pada
= 0,05 yang berarti regresi linear. Persamaan regresi tersebut menunjukkan bahwa
setiap kenaikan atau penurunan satu unit skor pengetahuan evaluasi akan diikuti oleh
kenaikan atau penurunan skor kualitas tes buatan guru sebesar 0,65 pada konstanta
31,98. Kekuatan hubungan antara pengetahuan evaluasi dengan kualitas tes buatan guru
ditunjukkan oleh koefisien korelasi ry2 = 0,70 dengan koefisien determinasi 0,49 yang
berarti 49% variasi yang terjadi pada kualitas tes buatan guru dapat dijelaskan oleh
variasi pengetahuan guru terhadap evaluasi. Uji keberartian koefisien korelasi
menunjukkan hasil yang sangat signifikan dimana thitung = 7,439 > ttabel = 2,417 pada
= 0,01 dan dk 58.
16
Hasil analisis korelasi parsial dan uji signifikansi koefisien korelasi parsial
menunjukkan bahwa jika pengaruh variabel motivasi berprestasi (X1) dikontrol, maka
diperoleh koefisien korelasi parsial (ry2.1) sebesar 0,73, jika pengaruh variabel
penguasaan materi (X3) dikontrol, maka diperoleh koefisien korelasi (ry2.3) sebesar 0,72
dan jika pengaruh variabel motivasi berprestasi (X1) dan variabel penguasaan materi
(X3) dikontrol secara bersama-sama, maka diperoleh koefisien korelasi parsial (ry2.13)
sebesar 0,77.
5.3.3. Hubungan antara Penguasaan Materi (X3) dengan Kualitas Tes Buatan
Guru.(Y)
Hubungan antara penguasaan materi (X3) dengan kualitas tes buatan guru (Y)
ditunjukkan oleh persamaan regresi linear sederhana Y = 36 , 74 + 0 ,38 X 3 . Uji
keberartian persamaan regresi denga uji F hasilnya Fhitung = 20,72 > Ftabel = 7,29 pada
= 0,01 yang berarti model regresi adalah sangat signifikan. Uji linearitas dengan uji F
hasilnya Fhitung = 1,29 < Ftabel = 1,86 pada = 0,05 yang berarti regresi linear.
Persamaan regresi tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan atau penurunan
satu unit skor penguasaan materi akan diikuti oleh kenaikan atau penurunan skor
kualitas tes buatan guru sebesar 0,38 pada konstanta 36,74. Kekuatan hubungan antara
penguasaan materi dengan kualitas tes buatan guru ditunjukkan oleh koefisien korelasi
ry3 = 0,55 dengan koefisien determinasi 0,30 yang berarti 30% variasi yang terjadi pada
kualitas tes buatan guru dapat dijelaskan oleh variasi penguasaan guru terhadap materi.
Uji keberartian koefisien korelasi menunjukkan hasil yang signifikan dimana thitung =
4,96 > ttabel = 2,42 pada = 0,01 dan dk 58.
17
Hasil analisis korelasi parsial dan uji signifikansi koefisien korelasi parsial
menunjukkan bahwa jika pengaruh variabel motivasi berprestasi (X1) dikontrol, maka
diperoleh koefisien korelasi parsial (ry3.1) sebesar 0,47, jika pengaruh variabel
pengetahuan evaluasi (X2) dikontrol, maka diperoleh koefisien korelasi (ry3.2) sebesar
0,31, dan jika pengaruh variabel motivasi berprestasi (X1) dan variabel pengetahuan
evaluasi (X2) dikontrol secara bersama-sama, maka diperoleh koefisien korelasi parsial
(ry3.12) sebesar 0,638.
5.3.4 Hubungan antara Motivasi Berprestasi (X1), Pengetahuan Evaluasi (X2), dan
Penguasaan Materi (X3) dengan Kualitas Tes Buatan Guru.(Y)
Hubungan antara motivasi berprestasi (X1), pengetahuan evaluasi (X2), dan
penguasaan materi (X3) dengan kualitas tes buatan guru (Y) ditunjukkan oleh
persamaan regresi linear ganda Y = 2,71 + 0,24 X1 + 0,30 X2 + 0,21 X3. Uji
keberartian persamaan regresi linear ganda dengan uji F hasilnya F
hitung
= 38,33 >
Ftabel = 4,15 pada 0,01 yang berarti bahwa model regresi ganda adalah sangat
signifikan dan linear.
Kekuatan hubungan antara motivasi berpestasi, pengetahuan evaluasi, dan
penguasaan materi dengan kualitas tes buatan guru secara bersama-sama dapat
ditunjukkan oleh koefisien korelasi ganda (Ry.123) sebesar 0,83 dengan koefisien
determinan (R2y.123) sebesar 0,69 yang berarti 69% variasi yang terjadi pada kualitas tes
buatan guru dapat dijelaskan oleh variasi motivasi berprestasi, pengetahuan evaluasi,
dan penguasaan materi secara bersama-sama.
18
19
peningkatan kualitas tes buatan guru dapat dilakukan melalui peningkatan motivasi
berprestasi. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi
berprestasi guru adalah memberikan penghargaan tertentu misalnya dalam bentuk
angka kredit yang berguna untuk kenaikan pangkat bagi guru yang menunjukkan
prestasi baik, sekecil apapun bentuk prestasi yang ditunjukan guru, termasuk dalam
membuat tes hasil belajar.
Dari hasil pengujian hipotesis kedua diketahui bahwa terdapat hubungan positif
antara pengetahuan evaluasi yang dimiliki guru dengan kualitas tes buatan guru dengan
koefisien korelasi (r) = 0,698 dan koefisien determinasi (r2) = 0,4872 yang berarti
bahwa 48,72% variasi yang terjadi pada skor kualitas tes buatan guru dapat dijelaskan
oleh pengetahuan evaluasi yang dimiliki guru. Hubungan antara pengetahuan evaluasi
tetap signifikan setelah variabel motivasi berprestasi (X1) dan variabel penguasaan
materi ekonomi (X3) dikontrol melalui pengujian korelasi parsial pada = 0,05.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa makin tinggi pengetahua guru
tentang evaluasi, maka makin tinggi kualitas tes buatan guru, dan sebaliknya makin
rendah pengetahuan guru tentang evaluasi, maka makin rendah kualitas tes buatan
guru. Oleh karena itu, maka untuk meningkatkan kualitas tes buatan guru, maka
diperlukan peningkatan pengetahuan guru tentang evaluasi, dan salah satu cara yang
dapat dilakukan adalah melalui lokarya penyusunan tes di sekolah sehingga semua
guru terlibat secara langsung dalam menyusun tes yang berkualitas.
20
Dari hasil pengujian hipotesis ketiga diketahui bahwa terdapat hubungan positif
antara penguasaan materi dengan kualitas tes buatan dengan koefisien korelasi (r) =
0,545 dan koefisien determinasi (r2) = 0,2970 yang berarti bahwa 29,70% variasi yang
terjadi pada kualitas tes buatan guru dapat dijelaskan oleh penguasaan guru terhadap
materi pelajaran. Hubungan antara penguasaan materi dengan kualitas tes buatan guru
tetap positif dan signifikan setelah mengontrol variabel motivasi berprestasi (X1) dan
variabel pengetahuan evaluasi (X2) melalui pengujian korelasi parsial pada = 0,05
dengan dk 56.
Hasil pengujian hipotesis ini menunjukkan bahwa makin tinggi penguasaan
materi yang dimiliki guru, maka makin tinggi kualitas tes buatan guru, dan sebaliknya
bahwa makin rendah penguasaan materi yang dimiliki guru, maka makin rendah
kualitas tes buatan guru. Dengan demikian, maka untuk meningkatkan kualitas buatan
guru, maka diperlukan peningkatan penguasaan guru terhadap materi pelajaran, dan
salah satu yang dapat dilakukan adalah memaksimalkan peran MGMP untuk
melaksanakan berbagai kegiatan ilmiah yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan guru dalam penguasaan materi misalnya melakukan seminar ilmiah yang
membahas perkembangan materi ekonomi baik secara teori maupun secara fakta
dengan menghadirkan pakar ekonomi sebagai narasumber, menyediakan sarana
perpustakaan yang lengkap, pemasangan internet di sekolah dan memberikan waktu
yang cukup bagi guru untuk membaca dan mengkaji secara mendalam perkembangan
21
materi ekonomi melalui perpustakaan adalah merupakan upaya lain yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan penguasaan materi bagi guru.
Dari Hasil pengujian hipotesis keempat diketahui bahwa terdapat hubungan
positif antara motivasi berprestasi (X1), pengetahuan evaluasi (X2), dan penguasaan
materi (X3) secara bersama-sama dengan kualitas tes buatan guru (Y) yang ditunjukkan
oleh persamaan regresi linear ganda Y = 2,71 + 0,24x1 + 0,30x2 + 0,21x3. Persamaan
regresi ganda tersebut menunjukkan bahwa setiap penambahan atau pengurangan satu
unit skor motivasi berprestasi, satu unit skor pengetahuan evaluasi, dan satu unit skor
penguasaan materi secara bersama-sama, maka akan diikuti oleh kenaikan atau
penurunan skor kualitas tes buatan guru (Y) sebesar 2,033 unit.
Pengujian hipotesis dengan korelasi menghasilkan koefisien korelasi ganda
(Ry.123) = 0,831 dengan koefisien determinasi (R2y.123) = 0,6906 yang berarti bahwa
69,06% variasi yang terjadi pada kualitas tes buatan guru dapat dijelaskan secara
bersama-sama oleh motivasi berprestasi, pengetahuan evaluasi, dan penguasaan materi
pelajaran. Peningkatan motivasi berprestasi, pengetahuan evaluasi, dan penguasaan
materi secara bersama-sama ikut meningkatkan kualitas tes buatan guru.
Dengan demikian maka untuk meningkatkan kualitas tes buatan guru, maka
perlu dilakukan upaya peningkatan motivasi berprestasi, pengetahuan evaluasi, dan
penguasaan materi secara bersama-sama.
22
(6) sekolah perlu memberikan kesempatan kepada guru untuk selalu mengikuti
seminar, lokakarya atau diskusi ilmiah, sehingga pengetahuan guru mengalami
peningkatan; (7) sekolah perlu membuat program studi banding ke instansi perintah
atau perusahaan, untuk melihat secara langsung penerapan ilmu evaluasi dan di ilmu
ekonomi; dan (8) perlu ada pihak lain yang melakukan penelitian yang sama dengan
mengkaji lebih banyak indikator penentu kualitas tes buatan guru, dan melibatkan lebih
banyak variabel yang diduga berpengaruh terhadap kualitas tes buatan guru serta
dengan jumlah sampel yang lebih besar dan lokasi penelitian yang lebih luas sehingga
dapat mengungkap kualitas tes buatan guru secara lebih komprehensif.
24
Pustaka Acuan
Aiken, Lewis R. Psychologycal Testing and Assesment, Boston: Allyn and Bacon, Inc.,
1997.
Anonim. Kurikulum Sekolah Menengah Umum tahun 1994: Garis-garis Besar
Program Pengajaran, Jakarta: Depdikbud, 1995.
_____. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Jakarta: Tamita Utama, 2003.
Beck, Robert C. Motivation Theoriesand principles, Englewood Cliffs, New Jersey:
Prentice-Hall, 1990.
Bloom, Benyamin S. Taxonomy of Educational Objectives. Hanbook I. Cognitive
Domain, London: Longman Goup LTD, 1979.
Brown, Frederick G. Principles of Educational and Psychological Testing, NewYork:
Holt, Rinehart and Winston, Inc. 1983.
Cangelosi, James S. Designing Tests For Evaluating Student Achievement NewYork:
Longman Publishing Co. Inc., 1990.
______. Evaluating Classroom Instruction, NewYork: Longman, 1991
Case, Karl E. Principles of Economocs, fifth edition, New Jersey, 1999.
Chase Clinton I, Measurement for Educational Evaluation, Indiana: Adison Wesky
Publishing Company, 1978.
Cole, Peter G. Teaching Principles and Practice, New York: Prentice Hall, 1994.
Cooper, M., et. al. Classroom Teaching Skill, Fourth Edition, NewYork: D. C. Heath
and Company, 1990.
Davies, Ivor K. Instructional Technique, New York: McMillan-Hill Book Company,
1981.
Ebel, Robert L. Essential of Educational Measurement, New Jersey: Printice Hall, Inc,
1986.
Gronlund, Norman E. Measurement and Evaluating in Teaching, New York:
Macmillan Co. Inc., 1985.
, Constructing Achievement Tests, Englewood Cliffs: Prentice-Hall, Inc.,
1982.
H. Heckhousen, The Anatomy of Achievement Motivation, New York: Academic Press,
1967.
25
Thorndike, obert, dan Hagen E.P. Measurement and Evaluation in Psychology and
Educational, New York: John Weley & Sons, Inc. 1977.
Tucker-Ladd, Clayton E. "Atribution Theory and Achievement" Psychological SelfHelp, Mental Health Net, 1996 - 1999 <URL:http://Mentalhelp net/psyhelp/
chap4j.htm>.
27