TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aluminium
Aluminium pertama kali ditemukan oleh Sir Humphrey Davy pada tahun
1809 sebagai suatu unsur dan pertama kali direduksi sebagai logam oleh H. C.
Oersted pada tahun 1825. Secara Industri tahun 1886, Paul Heroul di Prancis dan
C. M. Hall di Amerika Serikat secara terpisah telah memperoleh logam aluminium
dari alumina dengan cara elektrolisa dari garam yang terfusi. Penggunaan
aluminium sebagai logam setiap tahunnya adalah pada urutan yang kedua setelah
baja dan besi, yang tertinggi diantara logam non ferro. Aluminium merupakan
logam ringan mempunyai ketahanan korosi yang baik dan hantaran listrik yang
baik dan sifat-sifat baik lainnya sebagai sifat logam. Sebagai tambahan terhadap
kekuatan mekaniknya yang sangat meningkat dengan penambahan Cu, Mg, Si,
Mn, Zn, Ni dan sebagainya, secara satu persatu atau bersama-sama, memberikan
juga sifat-sifat yang baik lainnya seperti ketahanan korosi, ketahanan aus,
koefisien pemuaian rendah dan sebagainya. Material ini sangat banyak
penggunaannya bukan saja untuk peralatan rumah tangga tapi juga dipakai untuk
keperluan material pesawat terbang, mobil, kapal laut, konstruksi dan sebagainya.
2.1.1 Sejarah aluminium
Aluminium adalah logam yang terbanyak di dunia. Logam 8 % dari bagian pada
kerak bumi. Boleh dikatakan setiap negara mempunyai persediaan bahan yang
mengandung aluminium, tetapi proses untuk mendapatkan aluminium logam dari
kebanyakan bahan itu masih belum ekonomis. Logam aluminium pertama kali
dibuat dalam bentuk murni oleh Oersted, pada tahun 1825, yang memanaskan
ammonium klorida NH4Cl dengan amalgam kalium-raksa (K-Hg).
listrik
setiap
satu
kilogram
aluminium
dapat
menghantarkan arus listrik dua kali lebih besar jika dibandingkan dengan
tembaga. Karena aluminium relatif tidak mahal dan ringan, maka
aluminium sangat baik untuk kabel-kabel listrik overhead maupun bawah
tanah.
f. Konduktor panas : sifat ini sangat baik untuk penggunaan pada mesinmesin/alat-alat pemindah panas sehingga dapat memberikan penghematan
energi.
g. Memantulkan sinar dan panas : Dapat dibuat sedemikian rupa sehingga
memiliki kemampuan pantul yang tinggi yaitu sekitar 95% dibandingkan
dengan kekuatan pantul sebuah cermin. Sifat pantul ini menjadikan
aluminium sangat baik untuk peralatan penahan radiasi panas.
Bahan baku utama untuk pengolahan aluminium adalah alumina. Alumina (Al2O3)
diperoleh dari pengolahan biji bauksit dengan proses bayer. Proses bayer terdiri
dari tiga tahap reaksi yaitu :
a. Proses Ekstraksi
Al2O3.xH2O + 2 NaOH 2NaAlO2 + (x+1) H2O
b. Proses Dekomposisi
2NaAlO2 + 4 H2O 2NaOH + Al2O3.3H2O
c. Proses Kalsinasi
Al2O3.3H2O + Kalor Al2O3 + H2O
Pada proses kalsinasi akan dihasilkan 2 jenis alumina, yaitu :
Alumina Sandy, yaitu alumina yang diperoleh dengan kalsinasi jika operasi
berlangsung pada temperature rendah.
Alumina Fluory, yaitu alumina yang diperoleh dengan proses kalsinasi jika
operasi berlangsung pada temperatur tinggi.
Alumina sandy diproduksi pada temperature pembakaran yang lebih
rendah dari pada alumina floury. Alumina sandy biasanya digunakan untuk
tungku tipe PAF (Prebaked Anode Furnace) karena sifat dari alumina tersebut
yang bebas mengalir tanpa dipengaruhi oleh gaya luar. Sedangkan alumina floury
sebagian besar digunakan untuk tungku tipe SAF (Soederberg Anode Furnace).
Tabel 2.1 Perbedaan sifat Alumina Sandy dan Floury
Tipe Oksida
Satuan Sandy Floury Keterangan
Alumina
90
By X-Ray
Hilang Pijar
1.9
0,2
1100 oC
Berat jenis
g.cm-3
3.50
3.90
g.cm
1.3
1.0
g.cm
1.3
Permukaan Spesifik
m2.g-1
42
Sudut jatuh
Derajat
30
BET
Satuan
%
%
%
%
%
%
%
M2/g
Spesifikasi
1,00 maks
0,03 maks
0,03 maks
0,005 maks
0,600 maks
0,060 maks
98,40 min
40-80
%
%
%
Deg
12,0 maks
25 min
12,0 maks
30-34
Alumina (Al2O3) yang digunakan, diimport atau didatangkan dari perusahaanperusahaan penghasil alumina (Al2O3) yaitu dari Australia (Newco, Glencore,
Alcoa, Pechiney, dan Worsley), dan juga dari India (Nalco).(Anonymous, 1998)
2.2.3 Proses Pengolahan Alumina
Bauksit merupakan sumber utama aluminium dengan kadar alumina sekitar
40 60 % dan sisanya berupa silicon, titania, oksida, besi dan pengotor lainnya.
Alumina (Al2O3) adalah bahan baku utama untuk memproduksi aluminium,
alumina mempunyai morfologi sebagai bentuk bubuk putih. Alumina diperoleh
dari bauksit, melalui proses bayer, alumina yang dihasilkan dari proses bayer ini
mempunyai kemurnian yang tinggi dengan konsumsi energi yang relative rendah.
Proses perolehan alumina dari bauksit dapat dilakukan dengan proses bayer.
Proses bayer ini saat ini merupakan proses yang paling banyak digunakan. Proses
bayer dilakukan dengan reaksi kimia yang berdasarkan pada kelarutan aluminium.
Proses ini diawali dengan pelarutan terhadap bauksit dengan menggunakan
Natrium Oksida.
Al2O3.xH2O + 2 NaOH
2NaAlO2 + (x+1) H2O
Selanjutnya dilakukan pengendapan alumina terhidrat menurut reaksi :
2NaAlO2 + 4 H2O + Kalor
Al2O3 + 3 H2O
Dengan temperatur kalsinasi sekitar 1250 oC (Burkin,A.R., 1987)
Pada proses bayer, dimana bauksit dipekatkan untuk menghasilkan
aluminium hidroksida [Al(OH)3]. Saat larutan pekat ini dikalsinasi pada suhu
lebih dari 1000 oC, maka Al2O3 akan terbentuk. Al2O3 meleleh pada suhu diatas
2000 oC. Temperatur ini terlalu tinggi untuk digunakan sebagai medium pelelehan
untuk pembentukan elektrolisis dari aluminium bebas. Proses elektrolisis secara
komersial digunakan untuk menghasilkan aluminium yang dikenal dengan proses
Hall, dinamakan dengan nama penemunya Charles M. Hall, Al2O3 yang telah
dipurifikasi/dibersihkan dilarutkan dalam lelehan kriolit (Na3 AlF6) yang memiliki
titik leleh 1012 oC dan berguna sebagai konduktor aliran listrik yang konduktif.
Batang karbon digunakan sebagai anoda dan digunakan dalam proses elektrolisis.
Reaksi dari anoda dapat ditunjukkan dengan persamaan :
Anoda
: C(s) + 2 O2-
CO2 + 4e
Katoda
: Al3+ + 3e
Al
Jumlah bahan baku dan energy yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1000 kg
logam aluminium dan bauksit melalui proses ini ditunjukkan pada gambar :
4000 kg bauksit (-50% Al2O3)
1900 kg Al2O3
70 kg Kriolit
450 kg C
Sel
Elektrolisa
56 x 109 J energy
(4,5 V, 105 A )
1000 kg Al
Sumatera Utara
Gambar 2.1 Jumlah Bahan Baku dan Energi PadaUniversitas
Proses Elektrolisa
Berguna untuk
temperatur
baik
b. Memperbaiki produktivitas
c. Dapat melarutkan alumina (Al2O3) dalam
jumlah besar
d. Memiliki berat jenis yang rendah, yang
berguna agar metal dan bath terpisah
e. Stabil dalam keadaan cair
f. Memiliki tegangan permukaan yang baik
dimana dapat mengurangi reoksidasi
Memiliki
viskositas
yang
sesuai
Kandungan (%)
58
34
Alumina (Al2O3)
18
79 90
dari kriolit (Na3 AlF6) dan sisanya AlF3, serta CaF2 6% sampai 10 % dan Al2O3 2
% sampai 6 %. Sebagian kriolit diimpor ke Amerika Serikat dari Greenland, tetapi
sebagian besar dibuat secara sintetis. AlF3 juga dibuat secara sintetis dari hidrogen
fluoride (HF) dan aluminium hidroksida (Al(OH)3.
Pengendalian komposisi elektrolit merupakan hal yang sangat penting
dalam proses produksi aluminium. Oleh karena titik leleh kriolit murni adalah
1009 oC, elektrolit itu mengandung kalsium flourida (CaF2) dan sisa AlF3, yang
bersama alumina yang terlarut dapat menurunkan titik leleh cukup rendah
sehingga sel itu dapat beroperasi pada suhu sekitar 940oC 980oC. Kelebihan
AlF3 juga dapat menigkatkan efisiensi. Perbandingan berat NaF/AlF3 didalam
kriolit adalah 1,50 ; kelebihan AlF3 didalam kriolit (Na3AlF6) diatur sedemikian
rupa, sehingga menghasilkan rasio NaF/AlF3 sekitar 1,10 sampai 1,40. Dalam
beberapa minggu pertama setelah sel yang baru diberi pelapis itu beroperasi,
elektrolit itu diserap dengan cepat kedalam pelapis dan isolasi.
Komponen utama penyusun elektrolit adalah kriolit (Na3AlF6) yang
berfungsi sebagai pelarut dan alumina yang berfungsi sebagai zat terlarut, serta
beberapa zat aditif lainnya. Kriolit (Na3AlF6) digunakan dalam proses elektrolisa
aluminium, karena sifat-sifatnya yang unik dan mampu melarutkan berbagai jenis
oksida dengan baik, sifat-sifat kriolit diantaranya :
a. Kemampuan melarutkan alumina dengan baik
b. Tegangan komposisi lebih tinggi
c. Konduktivitas elektrolitnya cukup tinggi.
d. Titik leburnya relatif rendah
e. Tidak dapat bereaksi dengan aluminium dan karbon
f. Cukup encer sebagai pelarut
aluminium. Pada operasi sel, cairan aluminium berada pada bagian bawah sel.
Dari waktu ke waktu aluminium cair akan disedot dan selanjutnya akan dibawa ke
bagian casting untuk dicetak. Pada operasi sel ini diperlukan tegangan sebesar 4,0
sampai 5,5 Volt, dan arus yang digunakan dari 50,000 sampai 150,000 kA.
(Kelvin, G.V., 1994)
4 Al + 3 CO2
Na3AlF6
(Daryus, A., 2008)
Gambar 2.2 Proses peleburan Al2O3 menjadi aluminium dengan cara elektrrolisa.
2.5.2 Produksi Aluminium
Aluminium adalah logam yang sangat reaktif yang membentuk ikatan kimia
berenergi tinggi dengan oksigen. Dibandingkan dengan logam lain, proses
ekstraksi aluminium dari batuannya memerlukan energi yang tinggi untuk
mereduksi Al2O3. Proses reduksi ini tidak semudah mereduksi besi dengan
menggunakan batubara, karena aluminium merupakan reduktor yang lebih kuat
dari karbon. Proses produksi aluminium dimulai dari pengambilan bahan tambang
yang mengandung aluminium (bauksit, corrondum, gibbsite, boehmite, diasphore,
dan sebagainya). Selanjutnya, bahan tambang dibawa menuju proses Bayer.
Tanda fisiknya adalah timbulnya gelembung gas CO2 pada bagian bawah anoda,
yang
menandakan
menurunnya
kemampuan
elektrolit
(Na3AlF6)
untuk
efiensi arus akan meningkat saat terjadinya anode effect, namun seiring dengan
naiknya suhu sebagai akibat dari naiknya beda tegangan listrik pada sel, maka
efiensi arus akan menurun.
Al + CF4 + 3 NaF
Na3AlF6 + C
Al + C2F6 + 3 NaF
sulit untuk bergerak keluar. Kejadian ini sering muncul dalam hal temperatur bath
rendah, sebab adanya penghentian atau pengurangan tenaga listrik.
Kemampuan yang diberikan oleh campuran garam untuk menimbulkan anode
effect (AE) dapat disebut sebagai kerapatan arus kritis. Kerapatan arus yang
maksimum dicapai sebelum reaksi anoda menjadi normal yang digantikan oleh
anode effect (AE). Kerapatan arus kritis dipengaruhi oleh komposisi bath
(Na3AlF6), temperatur bath dan bahan baku anoda, namun sebahagian besar faktor
yang mempengaruhi anode effect (AE) adalah kandungan alumina (Al2O3)
didalam bath itu sendiri sedikit, oleh sebab itu sangat perlu dipertimbangan dalam
pengoperasian pot yang optimum.
Kedalaman anoda adalah panjang anoda yang terendam didalam bath, hal
ini juga berhubungan dengan terjadinya anode effect (AE). Bila panjang tersebut
besar maka terjadinya anode effct (AE) akan kecil, dimana hal ini dapat
diilustrasikan sebagai variasi karapatan arus listrik. (Anonymous, 1998).
2.7 Alumina feeding (pemasukan alumina)
2.7.1 Alumina Feeding
Alumina feeding sebagian besar biasanya terdapat dalam prosedur sel HallHeroult. Jadi, ini dilakukan dengan pengisian dan bentuk yang sangat berbeda dari
operasi yang strategis. Grjotheim telah menjelaskan beberapa karakteristik dan
konsekuensi termal untuk tipe aluminium yang berbeda, gambarannya sangat
berbeda untuk karakteristik break and feed, kebutuhan panas dan kecenderungan
endapannya (sludge), awalnya menunjukkan keuntungan dari teknik feeding
tersebut. Keuntungan-keuntungan ini mungkin secara ringkas yang terdapat
dibawah ini :