Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Epidemiologi berakar dari pemikiran yang pertama kali diutarakan lebih dari 2000
tahun yang lalu oleh Hippocrates. (Beaglehole, R., Bonita, R., Kjellstrom, T.K. Dasar-Dasar
Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada Univesity Press, 1997.) Hippocrates menekankan
melalui tulisannya pentingnya menentukan pengaruh berbagai faktor lingkungan dan
kebiasaan hidup terhadap timbulnya penyakit. Hippocrates juga menyatakan bahwa epidemi
merupakan suatu kejadian massal dan dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa
Hippocrates merupakan ahli epidemiologi pertama.( Budiarto, Eko. Anggraeni, Dewi.
Pengantar Epidemiologi. Jakarta : EGC, 2003.)
Epidemiologi merupakan suatu cabang ilmu kesehatan untuk menganalisis sifat dan
penyebaran berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk terrtentu serta mempelajari
sebab timbulnya masalah serta gangguan kesehatan tersebut untuk tujuan pencegahan mauun
penanggulangannya. Epidemiologi merupakan filosofi dasar disiplin ilmu-ilmu kesehatan
termasuk kedokteran, yakni proses logis untuk menganalisis serta memahami hubungan
interaksi antara proses fisik, biologis, dan fenomena sosial yang berhubungan erat dengan
derajat kesehatan, kejadian penyakit maupun kesehatan lainnya.( Noor, Nasri Noor. Dasar
Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta, 1997)
Sebuah randomized clinical trial dihubungkan oleh epidemiologist di Sekolah Ilmu
Kesehatan Masyarakat Harvard menunjukkan penggunaan aspirin mengurangi resiko
serangan jantung 20-30 persen. Ilmu kesehatan masyarakat pada tahun 1950-an
menunjukkan merokok dapat menyebabkan kanker paru. Epidemiologist lingkungan
mengamati bukti bahwa tinggal di daerah berarus listrik memiliki resiko tinggi anak terkena
leukemia.Semua ini adalah contoh penelitian epidemiologi, karena mereka semua berusaha
untuk menjelaskan hubungan antara health outcome dengan satu atau lebih penjelasan atau
penyebab dari outcome.
Dari definisi epidemiologi yaitu ilmu yang mempelajari kejadian dan distribusi
penyakit beserta determinantnya atau faktor-faktor yang berhubungan atau mempengaruuhi
1

distribusi itu dapat ditentukan bahwa yang dimaksud kejadian penyakit adalah riwayat
alamiahnya, sedangkan distribusi penyakit dimaksudkan menurut kelompok faktor orang,
tempat, dan waktu. Epidemiologi yang mempelajari kejadian dan distribusi penyakit disebut
epidemiologi deskriptif sedangkan epidemiologi yang mempelajari determinant itu disebutt
epidemiologi analitis.( Lapau, Buchari. Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta: Balai
Penerbit Fk UI, 2009.)

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Epidemiologi
Epidemiologi dapat diartikan sesuai dengan komponen-komponen yang menyusun
istilahnya yaitu epi = atas, demos= penduduk dan logos= ilmu. Dengan demikian,
epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang menimpa penduduk.
(

Lapau, Buchari. Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta: Balai Penerbit Fk UI, 2009.)
Sedangkan menurut WHO, epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan

penentuan status kesehatan atau kejadian pada populasi spesifik, dan aplikasi studi ini untuk
mencegah dan mengontrol masalah kesehatan.( Bonita,R. Basic Epedemiology.2nd edition.
World Health Organization, 2006.)
2.2 Jenis-Jenis Penelitian Epidemiologi Budiarto, Eko. Anggraeni, Dewi. Pengantar
Epidemiologi. Jakarta : EGC, 2003.
Penelitian epidemiologis berdasarkan tujuan dapat dibagi menjadi penelitian
eksploratif, deskriptif, analitis dan eksperimental.
Penelitian eksploratif bertujuan mengadakan penelusuran mendalam untuk menggali
berbagai faktor yang mungkin berkaitan dengan timbulnya penyakit. Penelitian deskriptif
adalah penelitian yang mempelajari kejadian dan distribusi penyakit atau masalah yang
berkaitan dengan kesehatan. Epidemiologi analitik adalah penelitian yang mempelajari
determinant yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dan distribusi penyakit
atau masalah yang berkaitan dengan penyakit.

Sedangkan penelitian eksperimental

bertujuan untuk menentukan adanya hubungan sebab akibat timbulnya suatu penyakit atau
mencari efektivitas dan efisiensi obat atau prosedur pengobatan.

2.2 Tujuan Epidemiologi


Tujuan utama epidemiologi adalah memberikan data untuk perencanaan medis dan
untuk memperoleh pengetahuan mengenai mekanisme kausal yang dapat digunakan sebagai
dasar tindakan prevensi terhadap penyakit dan untuk mempelajari proses biologis seperti
3

kehamilan berulang dan fertilitas. (Petrie, A. Catatan Kuliah Statistika Kedokteran. Jakarta:
EGC, 1996.) Secara umum, tujuan epidemiologi yaitu untuk mendeskripsikan distribusi,
kecenderungan, dan riwayat alamiah penyakit atau keadaan kesehatan populasi, menjelaskan
etiologi penyakit meramalkan kejadian penyakit, serta mengendalikan distribusi penyakit
dan masalah kesehatan polulasi. Tujuan epidemiologi dapat dicapai dengan melakukan
surveilens epidemiologi dan penelitian epidemiologi.( Lapau, Buchari. Prinsip dan Metode
Epidemiologi. Jakarta: Balai Penerbit Fk UI, 2009.)
2.4 Peran Epidemiologi dalam Bidang Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat (Budiarto,
Eko. Anggraeni, Dewi. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : EGC, 2003.)
Penelitian epidemiologis memilki peranan penting dalam kemajuan ilmu kedokteran
karena studi epidemiologi dapat digunakan untuk hal-hal berikut:
1. Mengungkapkan penyebab penyakit.
2. Meneliti hubungan sebab akibat antara timbulnya penyakit dengan determinan yang
mempengaruhinya.
3. Meneliti perjalanan penyakit alamiah.
4. Mengembangkan indeks deskriptif untuk menyatakan tinggi rendahnya insidensi atau
prevalensi suatu penyakit di suatu penyakit di suatu wilayah yang dapat dibandingkan
dengan wilayah lain.
5. Penemuan berbagai penyakit,seperti scorbut, pelagra, dan kolera.
6. Menentukan hubungan antara rokok dengan penyakit jantung koroner,karsinoma
paru,dan hipertensi.
7. Hubungan antara air dan makanan dengan penyakit kolera.
8. Hubungan antar pil KB dan tromboflebitis
9. Hubungan antara penyakit herediter,seperti hemofilia dan sickle cell anemia dengan
ras atau etnik tertentu.
Dalam bidang kesehatan masyarakat, epidemiologi mempunyai peran yang sangat
besar karena hasil studi epidemiologi dapat digunakan untuk :
1. mengadakan analisis perjalanan penyakit di masyarakat serta perubahan-perubahan yang
terjadi akibat intervensi alam atau manusia.
2. mendeskripsikan pola penyakit pada berbagai kelompok masyarakat
4

3. mendeskripsikan hubungan antara dinamika penduduk dengan penyebaran penyakit.

2.5 Konsep Dasar Terjadinya Penyakit


Perkembangan teori terjadinya penyakit :
1. Penyakit timbul karena gangguan makhluk halus.
2. Teen Hypocrates, bahwa penyakit timbul karena pengaruh Iingkungan terutama: air,
udara, tanah, cuaca (tidak dijeIaskan kedudukan manusia dalam Iingkungan).
3. Teori Humoral, dimana dikatakan bahwa penyakit timbul karena gangguan
keseimbangan cairan dalam tubuh.
4. Teori Miasma, penyakit timbul karena sisa dari mahkluk hidup yang mati membusuk,
meninggalkan pengotoran udara dan Iingkungan.
5. Teori jasad renik (teori Germ), terutama setelah ditemukannya mikroskop dan
dilengkapi teori imunitas.
6. Teori nutrisi dan Resistensi, hasil pengamatan pelbagai pengamatan epidemiologis.
7. Teori Ekologi lingkungan, bahwa manusia berinteraksi dengan penyebab dalam
Iingkungan tertentu dapat menimbulkan penyakit.

Pengertian penyakit didefinisikan sebagai kegagalan mekanisme adaptasi suatu


organisme untuk bereaksi secara tepat terhadap rangsangan atau tekanan sehingga timbul
gangguan pada fungsi atau struktur organ atau sistem tubuh. Budiarto, Eko. Anggraeni,
Dewi. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : EGC, 2003. Proses terjadinya penyakit disebabkan
adanya interaksi antara manusia (host) dengan berbagai sifatnya dengan penyebab (agent)
serta dengan lingkungan (environment). Dalam teori keseimbangan, maka interaksi 3 unsur
tersebut harus dipertahankan keadaan keseimbangannya, dan bila terjadi gangguan
keseimbangan antara ketiganya akan menyebabkan timbulnya penyakit tertentu tugas 1
1. Host adalah semua faktor yang ada pada diri manusia yang dapat mempengaruhi
timbulnya serta perjalanan penyakit. Host dalam hal ini adalah manusia dengan
sifatnya baik sebagai makhluk biologis maupun makhluk sosial.
a.

Manusia sebagai makhluk biologis, mempunyai sifat biologis : umur, jenis


kelamin, ras, keturunan, bentuk anatomis tubuh, fungsi fisiologis, keadaan
imunitas, status gizi, status kesehatan secara umum
5

b.

Manusia sebagai makhluk sosial : adat, kebiasaan, agama, hubungan kelurga,


hubungan masyarakat kebiasaan hidup.

2. Agent adalah suatu substansi atau elemen makhluk hidup atau bukan makhluk
hidup yang kehadirannya atau ketidakhadirannya dapat menimbulkan atau
mempengaruhi perjalanan suatu penyakit, terdiri atas:
a. Unsur penyebab biologis.
Semua unsur penyebab yang tergolong makhluk hidup termasuk kelompok
mikroorganisme seperti virus, bakteri, protozoa, jamur, kelompok cacing dan
insekta.

Agen

biologis

mempunyai

sifat

patogenesiti

(kemampuan

menimbulkan reaksi pada pejamu), virulensi (derajat berat ringannya reaksi


yang

ditimbulkan

oleh

agen

biologik),

antigenesiti

(kemampuan

menimbulkan atau menstimulasi mekanisme pertahanan pejamu atau


antibodi), dan invektiviti (emampuan menginfeksi pejamu).

b. Unsur nutrisi
Semua unsur penyebab yang termasuk golongan zat nutrisi dan dapat
menimbulkan penyakit tertentu karena kekurangan maupun kelebihan zat
nutrisi tertentu seperti protein, lemak, hidrat arang, vitamin, mineral dan air.
c. Unsur kimiawi
Semua unsur dalam bentuk senyawaan kimia yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan atau penyakit tertentu. Pada umumnya berasala dari luar
tubuh termasuk berbagai jenis zat racun, obat-obatan keras, berbagai
senyawaan kimia tertentu dan lain sebagainya. Unsur tersebut dalam bentuk
padat, cair atau gas. Ada juga senyawaan kimia sebagai hasi produk tubuh
(dari dalam) yang dapat menimbulkan penyakit tertentu seperti ureum,
kolesterol, dan lain-lain.
d. Unsur fisika
Semua unsur yang dapat menimbulkan penyakit melalui proses fisika
misalnya panas (luka bakar), irisan, tikaman, pukulan, radiasi dan lain-lain.
Proses kejadian penyakit dalam hal ini terutama melalui proses fisika yang
dapat menimbulkan kelainan dan gangguan kesehatan.
6

e. Unsur psikis
Semua unsur yang bertalian dengan kejadian penyakit gangguan jiwa serta
gangguan tingkah laku sosial.
f. Unsur genetika
Disebabkan oleh sifat keturunan (gen).
3. Environment adalah agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh luar yang
mempengaruhi kehidupan dan perkembangan organisme. Unsur lingkungan
memegang peranan yang cukup penting dalam menentukan proses terjadinya
interaksi antara pejamu dan agent pada proses terjadinya penyakit, secara garis
besar, unsur lingkungan dapat dibagi 3, yaitu :
a. Lingkungan biologis, termasuk segala flora dan fauna yang ada disekitar
manusia, yaitu : microorganisme yang patogen dan yang tidak patogen,
berbagai binatang dan tumbuhan yangg dapat mempengaruhi kehidupan
manusia, fauna sekitar manusia yang berfungsi sebagai vektor penyakit
tertentu terutama penyakit menular .
b. Lingkungan fisik, termasuk udara, keadaan cuaca, geografis dan geologis,
air, unsur kimiawi lainnya dan radiasi.
c. Lingkungan social, termasuk semua bentuk kehidupan sosial budaya,
ekonomi, politik, sistem organisasi, serta institusi/ peraturan yg berlaku,
pekerjaan, urbanisasi, bencana alam, dan perkembangan ekonomi.

Asal mula terjadinya suatu penyakit digambarkan dalam beberapa konsep yaitu :
1. Epidemiologic Triangle (Segitiga Epidemiologi)
Model ini digambarkan sebagai segitiga yang mengandung komponen Host,
Agen, dan Environment. Hubungan ketiga komponen digambarkan sebagai tuas
dalam timbangan:environment sebagai penumpu. Model ini lebih cocok
digunakan untuk penyakit-penyakit infeksi (comunicable disease atau penyakit
menular).

Host

Agent

Environment

2. The Web of Causation (Jaring-Jaring Sebab Akibat)


Model ini dikemukakan oleh Mac Mahon (1960), yang menekankan bahwa
suatu penyakit saling berkaitan satu sama lain seperti jaring-jaring. Model ini
lebih cocok digunakan untuk penyakit komplikasi. Menurut model ini perubahan
dari salah satu faktor akan mengubah keseimbangan antara mereka, yang
berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit yang bersangkutan. Suatu
penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang berdiri sendiri melainkan sebagai
akibat dari serangkaian proses sebab dan akibat. Dengan demikian maka
timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong mata rantai
pada berbagai titik.

3. The Wheel of Causation (Teori Roda)


Model roda lebih cocok digunakan untuk penyakit turunan atau genetic,
yang digambarkan dengan lingkaran yang di dalamnya terdapat lingkaran yang
lebih kecil. Lingkaran yang besar sebagai faktor eksternal dan lingkaran yang

kecil sebagai faktor internal. Faktor internalnya menyatakan bahwa suatu penyakit
disebabkan oleh adanya interaksi antara genetic dengan lingkungannya.
Faktor internal ini juga berkaitan dengan kepribadian individu dimana kepribadian
tertentu akan meningkatkan resiko penyakit tertentu. Faktor eksternal pada model
ini adalah lingkungan baik lingkungan fisik, biologis dan sosial. faktor lingkungan
selalu mengalami pergeseran (tidak stabil) sehingga adaptasi yang tidak tepat dapat
mempengaruhi kesehatan host.

4. Model Blum
Menurut model Blum, ada empat faktor besar yang memepengaruhi
terjadinya suatu penyakit, yaitu genetic, perilaku, lingkungan dan pelayanan
kesehatan. Model ini merupakan model yang diadopsi pemerintah dalam
penyusunan SKN.
2.6 Segitiga Epidemiologi
Teori ini di kemukakan oleh John Gordon pada tahun 1950 dan dinamakan model
Gordon sesuai dengan nama pencetusnya. Model gordon ini menggambarkan terjadinya
penyakit pada masyarakat, ia menggambarkan terjadinya penyakit sebagai adanya sebatang
pengungkit yang mempunyai titik tumpu di tengah-tengahnya, yakni Lingkungan
(Environment). Pada kedua ujung batang tadi terdapat pemberat, yakni Agen (Agent) dan
Pejamu (Host). Dalam model ini A, P, L dianggap sebagai tiga elemen utama yang berperan
dalam interaksi ini, sehingga terjadi keadaan sehat ataupun sakit.
Interaksi di antara tiga elemen tadi terlaksana karena adanya faktor penentu pada
setiap elemen. Model ini mengatakan bahwa apabila pengungkit tadi berada dalam
keseimbangan, maka dikatakan bahwa masyarakat berada dalam keadaan sehat. Sebaliknya,
apabila resultan daripada interaksi ketiga unsur tadi menghasilkan keadaan tidak seimbang,
9

maka didapat keadaan yang tidak tidak sehat atau sakit. Model gordon ini selain
memberikan gambaran yang umum tentang penyakit yang ada di masyarakat, dapat pula
digunakan untuk melakukan analisis, dan mencari solusi terhadap permasalahan yang ada.
Suatu penyakit dapat timbul di masyarakat apabila terjadi ketidakseimbangan antara
ketiga komponen tersebut. hal ini dikarenakan perubahan pada salah satu komponen akan
mengubah keseimbangan secara keseluruhan.
2.7 Macam-Macam Model pada Segitiga Epidemiologi
Agent

Host

Pada model ini, sesorang berada pada


kondisi sehat, dimana host, agen dan
environment

berada

pada

kondisi

seimbang.

Environment

1. Model 1
Host

Kemampuan agent meningkat.


Agent mendapat kemudahan menimbulkan

Agent

penyakit.
Terjadi

pada

penyakit

infeksi,

yaitu

munculnya strain baru dari agent.


Misalnya mutasi pada virus influenza.
Environment

10

2. Model 2
Agent
Host

Adanya peningkatan kepekaan Host thd


suatu penyakit .
Perubahan komposisi penduduk menurut
umur dan jenis kelamin.
Peningkatan jumlah penduduk usia rentan

Environment

3. Model 3
Agent
Host

Ketidakseimbangan
disebabkan
oleh
bergesernya lingkungan memberatkan H
Pergeseran atau perubahan kualitas
lingkungan merugikan atau menyebabkan
menurunnya daya tahan tubuh.
Contoh Pencemaran udara, mudah terkena
infeksi

Environment

4. Model 4
Host

Agent

Pergeseran
kualitas
lingkungan
memberatkan A
Terjadi pergeseran kualitas lingkungan
Perubahan
kualitas
lingkungan
mempermudah/menguntungkan
penyebaran Agent
Contoh: terjadinya banjir menyebabkan air
kotor.

Environment

11

2.8 Contoh Kasus dengan Segitiga Epidemiologi


Contoh kasus: Si A adalah seorang anak sekolah. Pada musim hujan, A terserang
penyakit flu dan kemudian seluruh anggota keluarga dalam rumahnya dan teman-teman
sekelasnya di sekolah ikut menderita flu.

Host : host pertama yang terserang penyakit flu adalah si A kemudian


penyakitnya menular pada host-host yang lain yaitu teman-teman sekolah dan
anggota keluarga.

Agent : penyebab flu adalah virus yang termasuk dalam kelompok unsur
penyebab biologis.

Environment : lingkungan yang memiliki pengaruh dalam kasus ini adalah


lingkungan rumah, sekolah, jalan raya dan cuaca.

Terjadinya penyakit: virus flu tersebar secara bebas di udara sekitar host dan
dapat menyerang siapa saja yang tubuhnya mengalami kekurangan daya tahan.
Berdasarkan model segitiga, penyakit flu yang menyerang A dapat terjadi
akibat ketidakseimbangan pada:
1. Host : daya tahan tubuh host tidak sanggup melawan agent karena kurang
vitamin, kurang istirahat, dan kurang minum air putih, kebiasaan merokok juga
menyebabkan sistem pernafasan kering sehingga lebih mudah terserang virus.
2. Populasi Agent penyakit (virus flu) meningkat karena kondisi cuaca yang
mendukung dan mudah masuk ke tubuh host karena kebiasaan tidak mencuci
tangan sebelum menjamah makanan dan kontak dengan penderita lain.
3. Kondisi lingkungan : cuaca hujan mengakibatkan tubuh host memerlukan
energi lebih untuk bertahan pada udara dingin sehingga membutuhkan asupan
yang lebih banyak dibanding ketika cuaca tidak hujan. Hujan juga
menyebabkan aktivitas terganggu, terjadi kekacauan pada aktivitas normal
sehingga host membutuhkan energi lebih untuk dapat beraktivitas. AC(air
conditioner) yang terdapat di lingkungan rumah dan sekolah jarang dibersihkan
sehingga menjadi sumber/sarang virus flu.

12

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
Nur Nasry Nor. 2000. Dasar Epidemiologi. Rineka cipta: Jakarta.
Heru Subaris dkk. 2004. Manajemen Epidemiologi. Media Presindo: Yogyakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai