Rumah Sakit
dan
30
hari
bertahannya
hidup
digambarkan
secara
kasar
dan
risiko yang disesuaikan secara relatif (RR) dengan 95 persen interval konfidensi (ci).
Hasil: Sebanyak 2.668 pasien dilibatkan. Usia rata-rata mereka adalah 70.9 (kisaran
16.2 104.2) tahun dan 55.4 persen (1478 dari 2668) adalah perempuan. Sebagian
dari 67.5 persen dari pasien (1.800 dari 2.668) setidaknya memiliki satu dari enam
penyakit penyerta dan 45.6 persen memiliki kebugaran Perkumpulan Pakar Anestesi
Amerika derajat III atau lebih. Sebanyak 708 pasien (26.5 persen) meninggal dalam
waktu 30 hari dari operasi. Setiap jam keterlambatan dari masuk ke ruang operasi
dikaitkan dengan 2.4 persen penurunan probabilitas ketahanan hidup dibandingkan
dengan jam sebelumnya (penyesuaian RR 1.024, 95 persen ci 1.011-1.037).
Kesimpulan: Mengurangi keterlambatan bedah pada pasien dengan PPU tampaknya
sangat penting.
Makalah diterima pada 22 April 2013.
Dipublikasikan secara online di Perpustakaani Online Wiley (www.bjs.co.uk). DOI:
10,1002/bjs.9175
Pendahuluan
Perforasi ulkus peptikum (PPU) merupakan komplikasi dari penyakit ulkus peptikum
yang mana terjadinya kebocoran gas dan cairan lambung ke dalam rongga peritoneal.
Kejadian diperkirakan mencapai enam sampai tujuh per 100 000 manusia1,2. Tingkat
mortalitas setinggi 25-30 persen telah dilaporkan3-6. Sepsis dikenal sebagai penyebab
utama dan paling sering menyebabkan kematian pada pasien dengan PPU,
diperkirakan 30-35 persen pasien memiliki sepsis setibanya di kamar operasi7 dan
sepsis diyakini mencapai 40-50 persen dari kematian.7-9 Dalam waktu 30 hari dari
operasi, terjadinya syok septik10 pada lebih dari 25 persen pasien, yang membawa
tingkat kematian sehingga 50-60 persen.11,12
Salah satu inti dalam pengobatan sepsis adalah terapi antibiotik intravena
spektrum luas, diberikan dalam satu jam pertama setelah diagnosis.11 Kumar dan
Metode
Penelitian kohort nasional ini dengan pengumpulan data disetujui oleh Badan
Perlindungan Data Denmark, dan tidak memerlukan persetujuan pasien sesuai dengan
Hukum Denmark. Naskah tersebut disiapkan sesuai dengan pernyataan Strengthening
the Reporting of Observational Studies in Epidemiology (STROBE)16.
Populasi Penelitian
Semua pasien yang menjalani operasi untuk penyakit PPU jinak lambung atau
duodenum pada 35 buah rumah sakit yang merawat pasien dengan PPU di Denmark
antara tanggal 1 Februari 2003 hingga 31 Agustus 2009 termasuk dalam data
penilitian. Pasien yang mendapat pengobatan secara medis dan pasien dengan ulkus
malignan tidak dimasukkan. Tidak ada pembatasan usia pasien.
Daftar Klinis Pasien Operasi Darurat
Pasien dengan PPU diidentifikasi menggunakan komputerisasi data dari Daftar Klinis
Darurat Bedah Denmark (DCRES)1. DCRES didirikan pada tahun 2003 oleh otoritas
hasil
primer
adalah
bertahannya
hidup
dalam
waktu
30
hari
logistik digunakan untuk memeriksa kemampuan bertahan hidup dalam waktu 30 hari
dari operasi sebagai fungsi waktu dari masuk ke operasi (keterlambatan bedah) dalam
interval 1 jam. Hasil dipersentasikan secara sederhana dan resiko disesuaikan secara
relatif (RR) dengan 95 persen keyakinan interval (c.i.). Penyesuaian dibuat
berdasarkan prognostik dikotomis co-variabel berikut: usia di atas 65 tahun, syok saat
masuk, co-morbiditas dan ASA kelas III-V14. Dasar dan karakteristik klinis hilang
pada kurang dari 5 persen pasien. Prevalensi dan pola nilai-nilai yang hilang dalam
kelompok pasien dievaluasi, dan data yang ditemukan tidak hilang secara acak.
Akibatnya, beberapa imputasi untuk nilai-nilai yang hilang diselenggarakan18,19.
Regresi model dari kumpulan data
menggunakan tes goodness-of-fit dan diagnostik model, serta menunjukkan tidak ada
indikasi kekurangan fit. Dua-sisi P <0050 dianggap signifikan secara statistik. Data
dianalisis dengan menggunakan SPSS versi 20.0 (IBM, Armonk, New York, USA).
Dengan variabel respon biner, lima co-variabel, = 0 80, = 0 05 dan efek
ukuran kecil yang diantisipasi, menghitung bahwa 643 pasien diperlukan untuk
mendeteksi hubungan antara variabel dan titik akhir20,21.
Hasil
Sebanyak 2668 pasien yang menjalani operasi untuk PPU lambung atau duodenum
dilibatkan. Usia rata-rata mereka adalah 70.9 (kisaran 16.2-104.2) tahun dan 55.4
persen (1478 dari 2668) adalah perempuan. Beberapa dari 67.5 persen (1800 dari
2668) mempunyai setidaknya salah satu dari enam penyakit co-morbid (Tabel 1) dan
45.6 persen (1217 dari 2668) memiliki kebugaran kelas ASA minimal kelas III.
Pasien dengan penyalahgunaan alkohol terdiri dari 18.9 persen (504 dari 2.668) dan
61.3 persen (1635 dari 2668) merokok sehari-hari (Tabel 1). Sebanyak 708 pasien
(26.5 persen) meninggal dalam waktu 30 hari dari operasi.
Selama 24 jam pertama setelah diadmisi, tiap jam dari keterlambatan bedah di
luar admisi rumah sakit dikaitkan dengan penurunan median untuk 30 hari ketahanan
hidup sekitar 2.0 (kisaran 0.8-9.9) persen. Tingkat kemampuan bertahan hidup adalah
sebanyak 95.7 persen ketika operasi dimulai dalam waktu 1 jam dari pasien diadmisi,
88.9 persen bila operasi dimulai dalam 2 jam, 81 .8 persen bila dimulai dalam waktu
3 jam, dan menurun menjadi 50.0 persen setelah penundaan bedah dari 7 jam (Gbr.
1). Tingkat kemampuan bertahan hidup 30 hari adalah 20 persen ketika penundaan
operasi lebih dari 24 jam. Keterlambatan median sebelum operasi adalah 5 (kisaran
interkuartil 3-12) h; di saat ini tingkat kemampuan bertahan hidup 30 hari adalah 64.2
persen.
Hanya 2.7 persen dari semua pasien dilakukan pembedahan dalam satu jam
pertama masuk rumah sakit (Gbr. 1). Sekitar 18.3 persen menjalani operasi dalam
waktu 3 jam dari penerimaan dan 50.6 persen setelah 6 jam diadmisi. Bahkan 12 jam
setelah masuk, lebih
Tabel 1 Dasar dan karakteristik klinis antara 2.668 pasien dengan perforasi ulkus
peptikum di Denmark, 1 February 2003 hingga 31 Agustus 2009
* Lebih dari 36 g alkohol per hari (laki-laki) atau lebih dari 24 g alkohol per hari
(perempuan). Tekanan darah di bawah 100 mmHg dan denyut jantung lebih dari 100 denyut per
menit. AIDS, acquired immunedeficiency syndrome; ASA, American Society of Anesthesiologists;
NSAID, obat anti-inflamasi non steroid.
Diskusi
Dalam penelitian kohort nasional, 2668 pasien yang dilakukan pembedahan untuk
PPU, setiap jam keterlambatan bedah terkait dengan 2 .4 persen penurunan
probabilitas
untuk bertahan selama 30 hari. Selain itu, sejumlah besar pasien telah menunda untuk
dilakukan operasi. Kekuatan dari penelitian ini meliputi ukuran, berbasis desain
populasi nasional, tindak lanjut yang lengkap untuk pemastian bertahan hidup, dan
penyesuaian untuk pembaur potensial yang diketahui. Data yang dikumpulkan selama
Gambar.
Persentase
kumulatif
pasien
yang
diterapi
dengan
pembedahan
dan
persentase hidup 30 hari setelah operasi dengan waktu setelah pulang dari rumah sakit
kerja klinis rutin mungkin tidak akurat dan tidak lengkap; Namun, partisipasi dalam
DCRES adalah wajib di Denmark, dan upaya yang ekstensif dilakukan untuk
memastikan validitas data tersebut22. Beberapa catatan pasien telah hilang datanya
untuk menentukan karakteristik prognostik. Imputasi ganda dilakukan untuk
mengendalikan kemungkin bias; ini adalah cara yang optimal sebagai penanganan
data yang hilang18,19. Waktu untuk memulai pengobatan antimikroba yang efektif,
merupaka suatu prognostik yang penting dalam menentukan prediktor hasil yang
merugikan, adalah tidak terdaftar dalam Database DCRES. Pembaur signifikan lain
oleh faktor-faktor yang tidak terukur tidak bisa dikesampingkan. Tindak lanjut untuk
lebih dari 30 hari juga akan dilakukan dalam hal ini terhadap populasi pasien karena
mungkin terjadinya kematian akibat operasi setelah waktu ini23. Akhirnya, pentingnya
penundaan dalam presentasi awal ke rumah sakit belum dibahas dalam penelitian ini.
negatif
terhadap
operasi
PPU
yang
tertunda14.
Namun,
bukti
berasal dari studi yang menggunakan analisa yang tidak disesuaikan, dan dengan
bilangan pasien yang sedikit14, beresiko terjadi bias15, dan tidak ada studi
yang telah menilai penundaan bedah sebagai variabel kontinu. Alasan yang mungkin
untuk hubungan yang kuat antara delay dan hasil yang merugikan bisa menjadi
peningkatan risiko sepsis berat. Perforasi lama dikaitkan dengan kontaminasi
Penyingkapan
Para penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan.
10
11