Anda di halaman 1dari 5

PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

PRINSIP PEMBIAYAAN
Konsep dasar : resiko, hasil, keamanan(b) Proses finansial : mobilitas, intermediasi,
transformasi jatuh tempo, transfer risiko,(c) Mekanisme finansial : kelembagaan, instrumen, dan
pasar .PRINSIP DASAR; Berkenaan dengan risiko yang muncul dan peristiwa unik dalam dunia
keuangan. Risiko ini dapat diukur dan dapat diperkirakan sebelumnya (misal : suku bunga).,
Jenis2 resiko; Risiko bisnis : meliputi segala resiko di dalam menjalankan suatu badan usaha
atau proyek dan tercermin di dalam biaya, volume penjualan, harga, persaingan dari produk lain,
teknologi, pemogokan kerja, gangguan dalam persediaan, kebakaran, dll . Resiko finansial :
meliputi aktivitas finansial yang dimanfaatkan badan usaha pada struktur modalnya, prioritas
penggunaan dana, laba, bunga pinjaman, besarnya kredit, dll Risiko daya beli : muncul akibat
inflasi sehingga pemodal mengalami kerugian atas tingkat hasil kembali riil yang tererosi oleh
meningkatnya harga Resiko uang/tingkat bunga : perubahan yang mempengaruhi nilai investasi
Resiko pasar : ada dalam teori pasar modal: berhubungan dengan kepekaan dengan harga
dalam indeks pasar. Resiko spesifik : satu badan usaha yang sifatnya khusus, berhubungan dengan
persediaan barang . Resiko proyek: semata-mata berhubungan dengan suatu proyek : cara
pembayaran, sumber penerimaan Risiko suatu negara : menyangkut kemampuan negara/swasta
membayar kembali pinjaman-pinjaman terutama yang diperoleh dari sumber lain di luar Negara.
Risiko kurs valuta :bila negara/badan usaha mempunyai pinjaman dalam bentuk mata uang asing
PROSES FINANSIAL
MOBILITAS : proses pengubah tabungan para penabung ke pengguna dana. Bentuknya emas
diubah menjadi tabungan. Kekayaan yang dirumah ditabungkan: ada proses perubahan tempat,
bentuk dan nilai . Perantara : proses yang melibatkan individu, lembaga, pasar, yang memperoleh
dana dengan menerbitkan klaim terhadap dirinya berupaya utang dan orang lain menyediakan dana
dan mendapatkan klaim ini berupa aktiva. Perantara : pihak ketiga peminjaman uang .
Transformasi jatuh tempo : lembaga keuangan berperan mengubah instrumen keuangan jangka
pendek menjadi instrumen keuangan jangka panjang. Misal : deposito Transfer resiko :
mengalihkan resiko keuangan ke hal lain yang minim resiko. Misal : berhubungan dengan
keamanan, beralih ke saham
MEKANISME FINANSIAL Lembaga finansial : lokal vs luar negeri (penyedia dana, jangka
pendek or panjang, yang menerima vs yang klaim, formal vs non formal) Lembaga pemerintah :
pajak, bea cukai

Ciri-ciri lembaga Finansial. Bank sentral : pemanfaatan dana oleh pemerintah,


dipinjamkan oleh bank-bank umum lainnya, investasi ke luar negeri . Bank komersial : mata uang
lokal untuk bank lokal, mata uang asing untuk bank asing, pemanfaatan dananya untuk pinjaman
masyarakat atau lembaga . Pembiayaan rumah : kredit rumah, bank pembangunan, mata uang
lokal, untuk pinjaman rumah (jangka pendek atau panjang). Dana pensiun : jenis dan sumber
dananya klaim non deposito mata uang lokal dan untuk badan usaha asuransi, investasi jangka
panjang atau pendek . Bank regional : pemanfaatannya untuk pinjaman jangka panjang atau
menengah, investasi saham Agen kredit ekspor : dana dari pemerintah, non deposito, asuransi,
jaminan . Bank dagang : jenis dan sumber dananya sendiri, deposito, untuk investasi jangka
panjang . IMF atau lembaga donor : penerimaan non deposito, pinjaman, untuk pembiayaan

INSTRUMEN FINANSIAL. Penyediaan dana, misal : sertifikat, obligasi, saham,


bunga deviden, tabungan, bursa efek, penjual efek, pembeli, pelaku keuangan, kebijakan

PASAR FINANSIAL. Pasar primer : terdiri dari fasilitas penjualan awal instrumen
finansial. Misal : obligasi yang dikeluarkan lembaga-lembaga tertentu yang cukup besar. Pasar
sekunder : terdiri dari mereka yang terkait dengan perdagangan obligasi tersebu, misal : pialang,
bank, badan usaha, individu . Misal: pinjaman di bursa efek adalah pasar primer, bursa dengan
para pialang adalah pasar sekunder . Pasar uang : berkaitan dengan instrumen jangka pendek,
(kurang dari 1 tahun), misal : setifikat deposito . Pasar modal : berkaitan dengan bursa efek

Pembiayaan Pembangunan: Swasta. Dilakukan melalui : lembaga keuangan


perbankan (bank komersil/umum), lembaga keuangan bukan bank (lembaga leasing, credit
card,pembiayaan konsumen), asuransi, dana pensiun, pegadaian, pasar modal (perusahaan efek).
Pembiayaan Pembangunan : Pemerintah. Sesuai dengan RAPBN . Penerimaan :
penerimaan minyak bumi dan gas alam, penerimaan pajak (pjk penghasilan, pertambahan
nilai, PBB, cukai, bea masuk, pajak lainnya, pajak ekspor). Penerimaan bukan pajak :
laba bersih usaha pemerintah. Penerimaan : program dan proyek . Pengeluaran
Pemerintah. Pengeluaran rutin : belanja pegawai (gaji, pensiun, tunjangan beras, uang
makan/lauk pauk, belanja pegawai luar negeri), Belanja barang (dalam negeri, luar
negeri), belanja rutin daerah, pengeluaran rutin (subsidi BBM), Pembiayaan proyek,
pinjaman program/proyek

Konsep Dasar Pembiayaan Pembangunan


Ada beberapa hal yang harus dipahami oleh publik tentang prinsip-prinsip dasar pembiayaan
pembangunan. Hal-hal tersebut tidaklah selalu tersebut dalam pembahasan-pembahasan mengenai
pembiayaan pembangunan, namun prinsip-prinsip dasar tersebut dapat membantu pemahaman
seseorang terhadap makna pembiayaan pembangunan. Sedikitnya ada tiga pengelomokan terhadap
konsep-konsep tersebut, antara lain: konsep, proses keuangan, dan mekanisme pembiayaan.
Konsep dasar pembiayaan pembangunan dipisahkan lagi menjadi :
(1) Resiko
(2) Pengembalian
(3) Keamanan pembiayaan
Proses pembiayaan dasar dari sebuah pembangunan adalah sebagai berikut:
(1) Mobilisasi
(2) Mediasi
(3) Transformasi
(4) Transfer resiko
(5) Represi keuangan
Sedangkan mekanisme-mekanisme pembiayaan pembangunan meliputi faktor-faktor sebagai
berikut:
(1) Institusi
(2) Instrumen pembiayaan
(3) Pasar

Konsep dasar
Pada dasarnya, peningkatan dalam pemupukan sumber-sumber pembiayaan serta pengelolaan
pembiayaan, baik oleh pemerintah maupun sektor swasta, diperlukan guna mencapai tujuan
strategis pembangunan. Pembiayaan investasi bagi pembangunan menurut berasal dari empat
sumber, yaitu tabungan domestik dari pemerintah dan masyarakat, bantuan luar negeri, ekspor, dan

investasi asing.
Resiko
Konsep keuangan pembiayaan pembangunan tidak selalu bisa disamakan dengan konsep dasar dari
konsep ekonomi. Resiko adalah sesuatu yang harus dihitung dan menjadi kemungkinankemungkinan terhadap pengeluaran pembiayaan. Pada tahapan pembiayaan, sebuah resiko
dipahami sebagai bentuk pengeluaran yang tidak diharapkan dan lebih banyak terjadi karena faktor
di luar perhitungan semula. Resiko pembiayaan sebenarnya dapat diketahui sejak semula, dengan
munculnya angka-angka yang diperkirakan muncul (expenditure), dan biasanya dapat dilihat
sebagai bentuk angka yang riil.
Tipe-tipe Resiko
Setidaknya terdapat lima jenis tipe-tipe resiko yang ada dalam konsep pembiayaan pembangunan,
yaitu resiko bisnis, resiko keuangan, resiko pembelanjaan, resiko interest rate, dan resiko pasar.
Teori pasar modal juga membedakan tipe-tipe resiko menjadi dua, yaitu resiko sistemik dan resiko
non sistemik.
Resiko bisnis
Pemahaman terhadap resiko tersebut di atas mengandung faktor-faktor yaitu, beban biaya, volume
penjualan, harga, kompetisi produk, dalam konsep manajemen. Faktor-faktor di atas dapat
memberikan efek keuntungan maupun kemungkinan munculnya resiko dalam sebuah pembiayaan
pembangunan.
Resiko keuangan
Pada dasarnya, resiko keuangan berkaitan dengan struktur modal dari sebuah bisnis. Adapun di
dalam pelaksanaannya, skala prioritas terhadap resiko-resiko dipertimbangkan karena faktor-faktor
antara lain:
Bunga pinjaman yang aman(terkontrol)
Bunga pinjaman yang tidak terkontrol (unsecured)
Pembagian keuntungan berdasarkan pilihan
Pembagian dasarkan atas kewajaran dan keadilan.
Resiko pembelanjaan
Resiko-resiko yang timbul dalam pembahasan resiko pembelanjaan biasanya berkaitan dengan
kondisi harga yang dipengaruhi oleh inflasi. Tentunya, resiko-resiko pembiayaan tersebut
bergantung pada estimasi inflasi di masa yang akan datang, dan tentu saja juga sulit diprediksi
keakuratannya.
Resiko keuangan dan resiko interest rate
Resiko keuangan ini muncul apabila muncul agenda-agenda keuangan pemerintah, perubahan suku
bunga perbankan, maupun tren perdagangan luar negeri yang mengakibatkan harga dan suku
bunga perbankan yang naik. Hal tersebut menyebabkan beberapa dampak berupa penurunan
keuntungan bahkan kerugian (lost).
Resiko terhadap pasar
Di dalam konteks ini, resiko pasar dapat dipisahkan menjadi dua pengertian. Pertama, resiko pasar
dalam pemahaman teori pasar modal, dan kedua adalah resiko yang berhubungan dengan faktor
keamanan pasar modal. Hal kedua biasanya terjadi pada negara-negara berkembang, karena faktor
kemampuan keamanan terhadap pasar.
Pengembalian atau return
Pengembalian adalah sebuah tujuan dari transaksi pembiayaan, termasuk di dalamnya terdapat
upaya untuk mengamankan aset, transaksi, dan pembiayaan itu sendiri. Hal-hal yang perlu
diperhatikan agar pengembalian tersebut tidak menemui kendala, antara lain; pengamanan
terhadap aset, kepekaan terhadap inflasi, pajak, kontrol terhadap pergerakan pasar, dan resikoresiko yang ditimbulkan karena aspek penyitaan-penyitaan jaminan.
Keamanan pembiayaan

Tujuan dari pengamanan yang paling penting dalam sebuah transfer resiko adalah melihat
keseimbangan antara claim keuangan dan resiko itu sendiri. meskipun transfer resiko tersebut
masih bersifat parsial, namun dilepaskannya aset-aset masih memungkinkan timbulnya resiko
yang lain. Tuntutan terhadap aset biasanya sebagai jalan keluar terakhir. Keamanan pembiayaan
dibagi dalam beberapa forms; dilepaskannya aset-aset, optimalisasi surat-surat berharga, dan
asuransi.
Kesimpulan
Konsep-konsep tersebut di atas, baik konsep-konsep dasar pembiayaan, resiko-resiko pembiayaan,
target pengembalian, pengamanan pembaiayaan, maupun konsep-konsep yang lain seperti konsep
proses dan mekanisme pembiayaan, semuanya menyiapkan sebuah dasar terhadap pengertian dan
pemahaman pembiayaan. Konsep-konsep di atas memberikan dasar dan landasan pembiayaan
yang telah dipakai lebih dari 200 tahun sampai dengan sekarang ini.
Meskipun model dan teknik pembiayaan sebantiasa berubah, namun konsep-konsep tersebut tidak
pernah berubah. Hal-hal tersebut dapat dipakai untuk pengembangan ekonomi menuju dunia
industrial, ataupun sebagai dasar pembangunan ekonomi makro. Setidaknya terdapat dua
perbedaan yang sangat kontras terhadap pandangan prinsip-prinsip pembiayaan. Pertama, teori
pasar modal, yang dibentuk atas perilaku investasi. Kedua, penekanan pembiayaan. Hal tersebut
biasanya terjadi pada negara-negara yang sedang berkembang, berkaita dengan kontrol pasar,
sehingga teori pasar ini dapat meliputi aspek-aspek ekonomi makro, seperti halnya pasar itu
sendiri.
Sebuah pendekatan analisis terhadap Teori Manajemen Publik
Setidaknya ada beberapa teori ideal terhadap pelayanan publik. Secara ideal, persyaratan teori
administrasi yang menyangkut pelayanan publik antara lain : a) Harus mampu menyatakan sesuatu
yang berarti dan bermakna yang dapat diterapkan pada situasi kehidupan nyata dalam masyarakat
(konteksual), b) Harus mampu menyajikan suatu perspektif kedepan, c) Harus dapat mendorong
lahirnya cara-cara atau metode baru dalam situasi dan kondisi yang berbeda, d) Teori administrasi
yang sudah ada harus dapat merupakan dasar untuk mengembangkan teori administrasi lainnya,
khususnya pelayanan publik, e) Harus dapat membantu pemakainya untuk menjelaskan dan
meramalkan fenomena yang dihadapi, f) Bersifat multi disipliner dan multi dimensional
(komprehensif). Dengan berpedoman dari persyaratan di atas, maka Ferrel Heady (1966)
menyarankan adanya : a) Tindakan modifikasi terhadap teori administrasi negara klasik/
tradisional, b) Perubahan isi dari teori administrasi yang lebih diorientasikan pada kepentingan
pembangunan, c) Melakukan redifinisi secara umum terhadap sistem dan model-model
pengembangan, d) Menemukan perumusan baru teori administrasi yang bersifat middle range
theory. Pandangan terhadap birokrasi yang dianggap lamban oleh banyak kalangan disebabkan
oleh beberapa indikator aspek masalah. Indikator-indikator yang muncul antara lain karena hirarki
yang ketat, orientasi yang berlebihan pada regulasi dan aturan, proses pelayanan yang sering
mengabaikan output, serta tidak responsif terhadap perubahan. Adanya anggapan bahwa birokrasi
di ndonesia tersebut tidak layak dan sangat negatif antara lain disebabkan oleh :
(1) Tata cara penyelenggaraan pemerintahan yang tidak dikelola dan diatur dengan baik.
Akibatnya, timbul berbagai masalah seperti lambannya pelayanan birokrasi, tidak responsif
terhadap perubahan, dan bahkan masalah penegakan hukum yang sulit berjalan, serta kualitas
pelayanan kepada masyarakat yang memburuk. Dilihat dari sisi kelembagaan, kelemahan utama
terletak pada desain organisasi yang tidak dirancang khusus dalam rangka pemberian pelayanan
kepada masyarakat, penuh dengan hirarki yang membuat pelayanan menjadi berbelit-belit
(birokratis), dan tidak terkoordinasi dengan baik. Kecenderungan untuk melaksanakan dua fungsi
sekaligus, fungsi pengaturan dan fungsi penyelenggaraan, masih sangat kental dilakukan oleh
pemerintah, yang juga menyebabkan pelayanan publik menjadi tidak efisien. Ditambah lagi
dengan kualitas sumber daya manusia yang masih sangat rendah, mungkin dicerminkan dengan
mental dan sikap yang kurang responsif terhadap kebutuhan penggunan jasa pelayanan (
masyarakat).
(2) Para birokrat, penyelenggara pelayanan belum mempunyai pengertian terhadap perilaku

responsif terhadap para pengguna jasa, yaitu publik. Paradigma pelayanan publik berkembang dari
pelayanan yang sifatnya sentralistik ke pelayanan yang lebih memberikan fokus pada pengelolaan
yang berorientasi kepuasan pelanggan (customer-driven government) dengan ciri-ciri: (a) lebih
memfokuskan diri pada fungsi pengaturan, (b) lebih memfokuskan diri pada pemberdayaan
masyarakat sehingga masyarakat mempunyai rasa memiliki yang tinggi terhadap fasilitas-fasilitas
pelayanan yang telah dibangun bersama, (c) menerapkan sistem kompetisi dalam hal penyediaan
pelayanan publik, (d) terfokus pada pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran yang berorientasi
pada hasil (outcomes) sesuai dengan masukan yang digunakan, (e) lebih mengutamakan apa yang
diinginkan oleh masyarakat, (f) pada aspek tertentu pemerintah juga berperan untuk memperoleh
pendapat dari masyarakat dari pelayanan yang dilaksanakan, (g) lebih mengutamakan antisipasi
terhadap permasalahan pelayanan, (h) lebih mengutamakan desetralisasi dalam pelaksanaan
pelayanan. Namun dilain pihak, pelayanan publik juga memiliki beberapa sifat antara lain: (1)
memiliki dasar hukum yang jelas dalam penyelenggaraannya, (2) memiliki wide stakeholders, (3)
memiliki tujuan sosial, (4) dituntut untuk akuntabel kepada publik, dan (5) memiliki complex and
debated
performance
indicators.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja birokrasi pelayanan publik dijelaskan dengan beberapa
indikator,
antara
lain
:
Kurang responsif, kondisi ini terjadi pada hampir semua tingkatan unsur pelayanan, mulai pada
tingkatan petugas pelayanan (front line officer) sampai dengan tingkatan penanggungjawab
instansi. Respon terhadap berbagai keluhan, aspirasi, maupun harapan masyarakat seringkali
lambat atau bahkan diabaikan sama sekali. Kurang informatif, berbagai informasi yang seharusnya
disampaikan kepada masyarakat, lambat atau bahkan tidak sampai kepada masyarakat. Kurang
accessible, berbagai unit pelaksana pelayanan terletak jauh dari jangkauan masyarakat, sehingga
menyulitkan bagi mereka yang memerlukan pelayanan tersebut. Kurang koordinasi, berbagai unit
pelayanan yang terkait satu dengan lainnya sangat kurang berkoordinasi. Akibatnya, sering terjadi
tumpang tindih ataupun pertentangan kebijakan antara satu instansi pelayanan dengan instansi
pelayanan lain yang terkait. Sangat Birokratis, pelayanan (khususnya pelayanan perijinan) pada
umumnya dilakukan dengan melalui proses yang terdiri dari berbagai level, sehingga
menyebabkan penyelesaian pelayanan yang terlalu lama. Dalam kaitan dengan penyelesaian
masalah pelayanan, kemungkinan staf pelayanan (front line staff) untuk dapat menyelesaikan
masalah sangat kecil, dan dilain pihak kemungkinan masyarakat untuk bertemu dengan
penanggungjawab pelayanan, dalam rangka menyelesaikan masalah yang terjadi ketika pelayanan
diberikan, juga sangat sulit. Akibatnya, berbagai masalah pelayanan memerlukan waktu yang lama
untuk diselesaikan, dan pelayanan dilaksanakan dengan apa adanya, tanpa ada perbaikan dari
waktu ke waktu. Inefisien, berbagai persyaratan yang diperlukan (khususnya dalam pelayanan
perijinan dan legalisasi) seringkali tidak relevan dengan pelayanan yang diberikan. Dilihat dari sisi
sumber daya manusianya, kelemahan utamanya adalah berkaitan dengan profesionalisme,
kompetensi, dan etika. Berbagai pandangan juga setuju bahwa salah satu dari unsur yang perlu
dipertimbangkan adalah masalah sistem kompensasi yang tepat. Dilihat dari sisi kelembagaan,
kelemahan utama terletak pada disain organisasi yang tidak dirancang khusus dalam rangka
pemberian pelayanan kepada masyarakat, penuh dengan hirarki yang membuat pelayanan menjadi
berbelit-belit (birokratis), dan tidak terkoordinasi. Kecenderungan untuk melaksanakan dua fungsi
sekaligus, fungsi pengaturan dan fungsi penyelenggaraan, masih sangat kental dilakukan oleh
pemerintah, yang juga menyebabkan pelayanan publik menjadi tidak efisien.
Contoh kasus riil yang berkaitan dengan keterangan-keterangan di atas adalah ketika kita
mengurus perijinan. Kinerja lambat dalam pelayanan birokrasi menyangkut perizinan tersebut
menyebabkan inefisiensi waktu dan biaya yang tinggi. Hal tersebut dapat terjadi karena pelayanan
tidak dilakukan melalui satu pintu, dan akan terlihat perubahan yang mencolok dalam hal
pelayanan publik apabila pelayanan tersebut sudah dilakukan dengan hanya melewati satu pintu
saja (terpadu satu atap). Dengan dibentuknya sebuah mode yang baru (dengan satu pintu),
diharapkan pelayanannya bisa menjadi lebih mudah, cepat, transparan, dan terjangkau. Pendirian
pelayanan satu atap ini bukan tidak mungkin dapat menimbulkan dampak yang positif bagi orangorang yang terbiasa dengan cara lama dalam mengurus perizinan. Sering kali masyarakat kurang
percaya terhadap instansi pemerintah untuk mengurus berbagai hal, terutama soal perizinan karena
prosesnya lama, berbelit-belit, dan kaku. Seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya, bahwa
sulit dan inefisiensi pelayanan tersebut

Anda mungkin juga menyukai