Ushul Fiqh Priode 2
Ushul Fiqh Priode 2
USHUL FIQH
Asal (al-ashlu) secara bahasa adalah sesuatu yang menjadi sandaran. Seperti akar
Sedangkan ilmu ( )adalah sifat yang dengannya sesuatu yang di kehendaki bisa
diketahui dengan sempurna. bodoh ( )adalah tidak adanya pengetahuan akan sesuatu
yang menjadi dasar tumbuhnya sebuah pohon dan ushul al-fiqh yang menjadi pondasi fiqh.
perkara. Dzan ( )adalah menilai sesuatu yang lebih kuat dari dua perkara. Wahm ( )
Sedangkan cabang (al-far') adalah sesuatu yang dididrikan diatas sesuatu yang lain. Seperti
adalah menemukan sesuatu yang kurang kuat dari dua perkara. Syak ( )adalah
cabang-cabang pohon (batang dan lainnya) yang berdiri diatas akarnya, dan fiqh yang berdiri
diatas ushul-nya.
Menurut istilah asal adalah dalil dan kaidah kulliyat. Seperti perkataan ulama' bahwa
Keraguan yang timbul tentanga antara apakah seseorang bernama Zaid sedang berdiri
atau tidak yang sama-sama kuat dinamakan syak, jika lebih unggul salah satunya dinamakan
dasar wajibnya shalat adalah al-Kitab (al-Quran). Maksudnya dalil yang mewajibkan shalat
dzan, dan ketika mengunggulkan salah satu antara keadaan Zaid sedang berdiri atau tidak
adalah al-Quran.
sedang berdiri dinamakan wahm. Dalam kaitan ini, ilmu dalam pengertian fiqih mengandung
diketemukan adanya kaidah yang menyatakan bahwa produk ijtihad sebagai salah satu
mekanisme metode penggalian hukum dalam islam masuk dalam kategori zdanniy
kondisi darurat (emergency), adalah bertentangan dengan kaidah kulliyat yang berbunyi;
"kullu mayyitah harm" artinya : setiap bangkai haram hukumnya. Kaidah ini bersumber dari
Firman Allah SWT. Yang berbunyi :
" "
Ushul fiqh merupakan dalil fiqh global. Seperti kemutlakan amr (perintah)
menunjukkan makna wajib, mutlaknya nahi (larangan) menunjukkan keharaman, mutlaknya
perbuatan Nabi (af'al al-Nabi), mutlaknya ijma', dan mutlaknya qiyas yang kesemuanya itu
merupakan hujjah.
lafal fiqh dalam bahasa Arab mempunyai arti faham (al-fahm). Sedangkan dalam
terminologi syar'iy, fiqh ialah mengetahui hukum-hukum syari'at yang diperoleh dengan
Wajib, yaitu sesuatu yang apabila dikerjakan akan diberi pahala dan ketika
2.
ditinggalkan akan disiksa. Seperti shalat lima waktu dan puasa Ramadhan.
Mandub, yaitu sesuatu yang apabila dikerjakan akan diberi pahala dan apabila
3.
4.
5.
6.
7.
8.
jalan ijtihad. Seperti mengetahui bahwa niat dalam wudhu merupakan suatu kewajiban, dan
berbagai permasalahan lain yang masuk dalam ranah ijtihadiyah. Fiqh, berbeda dengan
hukum-hukum syari'at yang diketahui tanpa menggunakan metode ijtihad. Seperti
mengetahui bahwa shalat lima waktu adalah wajib, perbuatan zina adalah haram, dan
berbagai permasalahan lain yang ditetapkan dengan dalil qath'iy. Ilmu seperti ini tidak
dinamakan fiqih.
merupakan bagian (juz) dari sesuatu (pekerjaan) itu. Seperti membasuh wajah
9.
dalam berwudhu dan takbiratul ihram dalam shalat. Adapun syarat adalah sesuatu
yang menyebabkan sahnya sesuatu (pekerjaan), namun ia bukanlah bagian (juz) dari
menemukan air.
Pembahasan Ke - 2
AL-NAHY
Al-Nahy (larangan) adalah tuntutan untuk meninggalkan (suatu pekerjaan) dari atasan
kepada bawahannya. Pembahasan larangan (al-nahy) meliputi beberapa kaidah sebagai
berikut:
1.
2.
AL-AMR
Al-Amr (perintah) yaitu tuntutan untuk mengerjakan dari atasan kepada bawahannya. Dalam
memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan
1.
2.
3.
Perintah (amr) pada dasarnya menunjukkan wujub, kecuali ada dalil yang
(janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat
menunjukkan selainnya.
Firman Allah SWT dalam QS. al-Baqarah (2): 43.Artinya: dan dirikanlah
memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat)
3.
dalil yang menunjukkan selainnya. Firman Allah SWT dalam QS. al-Baqarah
4.
(2):196.
Artinya : dan sempurnakanlah haji dan umroh karena Allah
Perintah (amr) pada dasarnya tidak memiliki konsekuensi untuk segera dikerjakan.
Tujuan amr (perintah) adalah terwujudnya suatu pekerjaan tanpa adanya
4.
5.
6.
dalam muamalah. Hal ini terjadi ketika larangan itu dikembalikan kepada kondisi
akad (nafs al-'aqd), seperti bai' al-hashot (jual beli dengan cara melemparkan batu
kecil atau spekulasi). Namun ketika larangan itu dikembalikan kepada sesuatu yang
keluar dari transaksi (faktor eksternal) yang tidak tetap, maka sesuatu yang dilarang
tersebut tidak rusak. Seperti hanya jual beli pada waktu adzan jum'at.
Firman Allah SWT dalam QS. Al-Jumah (62):9.
Artinya : Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS. al-Jum'ah 9).
Pembahasan Ke - 3
AL-'AM
Al-'Am ( )adalah sesuatu yang meliputi dua hal atau lebih tanpa adanya batasan. Lafazd-
Al-khas ( )adalah sesuatu yang tidak mengandung dua makna atau lebih tanpa adanya
lafazd yang digunakan untuk menunjukkan makna 'am ada empat, yaitu:
1.
Isim wahid (mufrod) yang di-ma'rifat-kan dengan huruf lam. Seperti QS. al-Ashr
(103): 2-3.
Artinya : "Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian kecuali mereka
2.
yang beriman"
Isim jama' yang di-ma'rifat-kan dengan huruf lam. Contoh QS. al-Baqarah (2):195.
Artinya : Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena
3.
4.
syafa'at dan tebusan dari padanya, dan tidaklah mereka akan ditolong.
Isim-isim mubham
a) Lafal bagi sesuatu yang berakal. Contoh Firman Allah QS. al-Zalzalah (99): 7.
ditunjukkan 'am. Takhshis dibagi menjadi dua, yaitu; takhshis muttashil (bersamaan) dan
takhshis munfashil (terpisah).
Macam-macam takhshis muttasil :
1) Pengecualian (al-Istisna'). Contoh: QS. al-Ashr (103): 2-3.Artinya: Sesungguhnya
manusia itu benar-benar dalam kerugian kecuali mereka yang beriman
2) Pembatasan (al-taqyid) dengan sifat. Contoh Firman Allah SWT dalam QS. al-Nisa'
(4): 96.
Artinya: (Hendaklah) Ia memerdekakan seorang hamba yang beriman
3) Pengecualian dengan dengan batas (ghayah). Contoh QS. al-Baqarah (2): 222.
Artinya: Dan janganlah kamu mendekati mereka sebelum mereka suci
4) Pengecualian dengan pengganti (badal). Contoh QS. Ali Imron(3): 97.
Artinya: Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi)
orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah...
Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya.
b) Lafal bagi yang tidak berakal. Contoh Firman Allah QS. al-Hujarat (49): 18.
1) Pengecualian al-kitab (al-Quran) dengan al-kitab (al-Quran). Firman Allah SWT dalam
Artinya: Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. dan Allah
Maha melihat apa yang kamu kerjakan.
c) Lafal
. Contoh :
..
d) Lafal yang menunjukkan tempat. Contoh QS. al-Nisa' (4): 78.
... ...
Artinya: Pada hari ini dihalalkan sampai pada Firman Allah ta'ala- Dan wanita-wanita
yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang di beri al-kitab sebelum kamu
yaitu bagian anak laki-laki sama dengan bagian dua anak perempuan
Ayat diatas mengandung pengertian bahwa yang mendapat waris termasuk anak kafir tapi
ayat tersebut ditakhsis dengan hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim:
Artinya: Seorang anak muslim tidak mendapatkan warisan dari orang tua kafir dan anak
kafir tidak mendapatkan warisan dari orang tua muslim.
Adapun untuk seorang budak (abd) di-qiyas-kan kepada amat yaitu setengah dari ketentuan
yang telah disebutkan diatas.
6) Pengecualian al-Sunnah (al-Hadits) dengan al-Qiyas. Contoh sabda Rasulullah SAW. :
Bukhari Muslim yang menerangkan bahwa Allah SWT tidak akan menerima shalat
Artinya: Orang kaya yang berpaling dari membayar hutang maka halal kehormatan dan
Dikecualikan dari ketentuan hadits diatas, yaitu orang tua yang menunda-nunda membayar
Artinya : Allah tidak menerima shalat kalian, ketika berhadast sehingga kalian berwudhu.
Hadits ini di takhsis dengan
Firman Allah SWT. dalam QS.al-Nisa' (4): 43.
Artinya: Dan jika kamu sakit sampai pada Firman Allah- kemudian kamu tidak mendapat
air, maka bertayamumlah
4) Pengecualian al-Sunnah (al-Hadits) dengan al-Sunnah (al-Hadits). Contoh hadits Riwayat
Bukhari dan Muslim:
hutang pada anaknya meskipun sudah mampu untuk membayarnya. Maka bagi orang tua
yang berpaling dari membayar hutang tidak dihalalkan kehormatan dan keperwiraannya
karena dengan memakai qiyas awla tidak diperbolehkannya mengucapkan kata-kata kasar
kepada mereka yang telah ditetapkan dalam
QS. Al-Isra' (17):23.
Artinya: Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
"ah"
Artinya: Setiap (zar') yang disirami dengan air hujan zakatnya sebesar seper sepuluh.
Hadits ini ditakhsis dengan hadits riwayat Bukhori dan Muslim :
Artinya: Setiap (zar') yang kurang dari lima wasaq tidak ada zakat.
Pembahasan Ke - 5
Artinya: Kemudian mereka melakukan perbuatan yang keji (zina), Maka atas mereka separo
hukuman dari hukuman wanita-wanita merdeka yang bersuami
Sahabat umar RA berkata bahwa sesungguhnya kami telah membaca hadits dan bahwasanya
Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. dan
nabi SAW telah memberlakukan hukum ranjam terhadap dua orang yang berzina muhshon.
Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil)
memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya;
dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.
5) Nasikh al-Sunah dengan al-Sunah. Seperti hadits riwayat imam Muslim:
Artinya: Dan orang-orang yang akan meninggal dunia di antara kamu dan meninggalkan
isteri, hendaklah berwasiat untuk isteri-isterinya, (yaitu) diberi nafkah hingga setahun
Artinya: (dulu) Aku (Nabi) melarang kalian ziarah kubur. Maka (sekarang) Berziarahlah
lamanya dan tidak disuruh pindah (dari rumahnya). akan tetapi jika mereka pindah (sendiri),
kalian.
Maka tidak ada dosa bagimu (wali atau waris dari yang meninggal) membiarkan mereka
Sebagian ulama' juga ada yang berpendapat tentang diperbolehkannya menasikh al-kitab
berbuat yang ma'ruf terhadap diri mereka. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Artinya: Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda)
(hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh hari.
maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib
kerabatnya secara ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.
Hadits yang menerangkan bahwa yang dapat menyebabkan haramnya sebuah pernikahan
Artiny: Tidak ada wasiat bagi ahli waris. (HR. al-Tirmidzi dan Ibn Majjah.)
sepuluh kali susushan yang diketahui ini kemudian dinasikh dengan hadits yang
menerangkan lima kali susuan yang mengharamkan:
Pembahasan Ke - 6
Me-nasikh al-Kitab (ayat Al-Quran) dengan al-Kitab (ayat al-Quran lain) juga diperbolehkan,
seperti dalam ayat tentang 'iddah perempuan sebagaimana yang diterangkan diatas.
pada ayat:
Seperti menghadap Baitul maqdis dalam shalat yang ditetapkan dengan sunah fi'liyah
(perbuatan Nabi). Dalam hadits riwayat Bukhori Muslim disebutkan "bahwasahnya Nabi
karena ada persekutuan makna dalam lafal al-quru' maka memungkinkan lafal tersebut
SAW menghadap baitul maqdis dalam shalatnya selama 16 bulan ". Hadits kemudian
Bayan ( )adalah mengeluarkan sesuatu dari kondisi musykil kepada kondisi jelas.
Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
Artinya: Maka wajib puasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari apabila kalian semua
kerjakan."
Pembahasan Ke - 8
3) Bayan dengan tulisan (kutub). Seperti bayan akan kadar zakat, dan diyat anggota badan
sebagaimana yang telah dijelaskan Nabi SAW. melalui hadits-haditsnya.
4) Bayan dengan isyarat, seperti isyarat nabi SAW sambil menunjukkan semua jari tangan
dalam satu isyarat satu bulan adalah seperti ini, seperti ini dan seperti ini. Maksudnya 30
hari. Kemudian nabi memebrikan isyarat lagi dengan telapak tangannya sampai tiga kali, dan
pada urutan ketiga beliau tidak menunjukkan ibu jarinya sebagai isyarat bahwa dalam bulan
terkadang ada yang hanya sejumlah 29 hari.
Pembahasan Ke - 7
MUTLAQ DAN MUQOYYAD
Mutlaq ( )adalah lafal yang menunjukkan hakikat sesuatu hal tanpa adanya batasan.
Sedangkan muqoyyad ( )adalah lafal yang menunjukkan suatu hal dengan adanya
batasan (taqyid).
Penting diketahui bahwa apabila terdapat perintah (khithab) yang bersifat mutlak atau umum,
maka ia harus diberlakukan seperti keumumannya. Begitupun ketika terdapat perintah yang
dibatasi (muqoyyad) atau bersifat khusus, maka ia harus diberlakukan berdasarkan kadar
pembatasan atau kekhususannya tersebut. Namun ketika perintah itu bersifat mutlak pada
satu sisi dan muqoyyad pada sisi yang lain, maka sisi kemutlakannya harus ditangguhkan
dan diberlakukan sisi kekhususannya. Contohnya seperti lafal roqobah (budak) yang
dibatasi dengan sifat beriman dalam hal kafarat membunuh.
Allah SWT berfirman dalam QS. al-Nisa' (4): 96.
Artinya : (Hendaklah) Ia memerdekakan seorang hamba yang beriman
Dalam bagian lain, lafal roqobah berlaku umum seperti pada kafarat zhihar
Firman Allah SWT dalam QS. al-Mujadalah )58): 3.Artinya: Orang-orang yang menzhihar
isteri mereka, Kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, Maka
(wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur.
Mantuq ( )adalah penunjukan lafal terhadap suatu hal (hukum) ketika diucapkan,
sedangkan Mafhum ( )adalah penunjukan lafal terhadap hukum yang tidak diucapkan.
Pembagian Mantuq
1. Al-Nash. Yaitu lafal yang tidak mengandung takwil. Seperti Firman Allah SWT. QS. alBaqarah (2):196.
Artinya: Maka wajib puasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari apabila kalian semua
telah pulang. Itulah sepuluh hari yang sempurna.
2. Al-Zahir. Yaitu lafal yang mengandung takwil atau perlu takwil. Contohnya seperti
Firman Allah QS. al-Dzariyat (51):47.
Artinya: Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan Sesungguhnya kami
benar-benar berkuasa.
Lafal adalah bentuk jamak dari lafal yang berarti tangan, dan hal itu (tangan) mustahil
bagi Allah SWT. Maka dari itu lafal dalam ayat tersebut dipalingkan ke makna yang
berarti kekuatan.
Pembagian Mafhum
1. Mafhum muwafaqoh. Yaitu penunjukan hukum yang tidak disebutkan mempunyai
kesamaan dengan hukum yang diucapkan. Seperti pencegahan atau larangan memukul kedua
orang tua yang dapat dipahami dari Firman Allah
Dalam QS. al-Isra' (17):23.
Artinya: Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
"ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia.
Larangan membakar (atau hal-hal yang sifatnya merusak) harta anak yatim yang dapat
dipahami dari
Artinya: Maka kawinilah wanita-wanita yang kamu sengangi dua, tiga, atau empat
Namun ketika perbuatan Nabi SAW. tidak disertai dalil yang menunjukkan kekhususannya
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim,
pada diri Nabi SAW. maka perbuatan tersebut tidak berlaku khusus pada Nabi SAW., tetapi
Sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api
2. Mafhum mukholafah. Yaitu lafal yang disebutkan tidak sama dengan yang diucapkan.
Artinya: Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
1) Tidak adanya kewajiban zakat bagi hewan yang digunakan untuk bekerja yang dipahami
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa hukum asal semua perbuatan Nabi SAW. itu
untuk diikuti kecuali ada dalil yang menunjukkan kekhususan pada Nabi SAW. saja dalam
suatu perbuatan.
2) Tidak adanya haji kecuali pada bulan-bulan tertentu yang telah masyhur dari pemahaman
Firman Allah SWT. dalam QS. al-Baqarah (2):197.Artinya: Haji adalah beberapa bulan
yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan
haji, Maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa
mengerjakan haji. dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah
mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan
bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal.
3) Diperbolehkannya jual beli pada hari Jum'at sebelum dikumandangkannya azdan yang
dipahami dari Firman Allah QS. al-Jum'ah (62): 9.Artinya: Hai orang-orang beriman,
apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat
Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
Pembahasan Ke - 10
KETETAPAN NABI SAW.
Ketetapan Nabi SAW. atas ucapan seseorang memiliki kedudukan yang sama dengan ucapan
Nabi SAW. sendiri. Begitu juga ketetapan Nabi SAW. atas pekerjaan seseorang memiliki
kedudukan yang sama dengan pekerjaan Nabi SAW. hal itu karena Nabi SAW. bersifat
maksum (terjaga) untuk mengakui perbuatan ingkar seseorang. Contoh dari keterangan diatas
adalah pengakuan Nabi SAW. pada sahabat Abu Bakr RA. yang memberikan harta rampasan
perang orang kafir yang terbunuh kepada pasukan muslim yang berhasil membunuhnya dan
mengetahui.
pengakuan Nabi SAW terhadap sahabat Khalid bin Walid RA. yang memakan biawak.
Pembahasan Ke - 9
PERBUATAN NABI SAW.
Perbuatan Nabi SAW. terkadang bersifat qurbah (ibadah taqorrub) dalam artian taat dan
kadang juga tidak bersifat demikian. Ketika perbuatan Nabi bersifat taqorrub atau taat serta
adanya dalil yang menunjukkan kekhususan pada diri Nabi maka hal itu berlaku khusus
untuk Nabi SAW. Seperti memiliki istri lebih dari empat.
Sesuatu yang dikerjakan atau diucapkan tidak dihadapan (majlis) Nabi SAW. namun terjadi
atas sepengetahuan Nabi SAW. mengetahui dan tidak pula mengingkarinya maka memiliki
kedudukan hukum yang sama dengan pekerjaan atau perkataan yang dilakukan dihadapan
Nabi SAW. Seperti pengetahuan Nabi SAW. Dengan sahabat Abu Bakr RA. yang pada saat
murka bersumpah untuk tidak makan, namun kemudian melanggar sumpahnya sendiri
setelah meyakini adanya kebaikan dalam makan, yakni menjaga kesehatan tubuh
hukum. Seperti menqiaskan beras terhadap gandum dalam harta ribawiy dengan titik temu
melanggar sumpah, bahkan disunatkan untuk melanggar sumpah ketika hal itu mengandung
Rukun Qiyas ada empat yaitu 1) far', 2) asal, 3) hukum asal, dan 4) illat hukum asal.
Macam-macam qiyas, di bagi menjadi tiga:
Pembahasan Ke - 11
IJMA'
a. Qiyas al-illat
Yaitu sesuatu yang illat didalamnya menetapkan hukum. Seperti menqiyaskan memukul
Ijma' menurut bahasa adalah kesepakatan atau konsensus. Sedangkan menurut pengertian
dengan ucapan yang tercela kepada kedua orang tua dalam keharamannya dengan alasan
istilah, Ijma berarti kesepakatan umat islam setelah wafatnya Nabi SAW. pada suatu masa
terhadap satu dari beberapa perkara atau permasalahan. Ijma' menurut jumhur ulama' adalah
Allah SWT. berfirman dalam QS. Al-Isra' (17):23.Artinya: Maka sekali-kali janganlah
" "
b. Qiyas al-dilalah
Artinya: Umatku tidak akan bersepakat dalam kesesatan. Pertolongan Allah atas jamaah.
Ijma' bisa atau sah terjadi dengan ucapan sebagian ulama' dan perbuatan sebagian yang lain,
tersiarnya kabar mengenai perkataan atau perbuatan tersebut. Adapun sikap diamnya
sebagian ulama' yang lain terhadap terjadinya kesepakatan itu disebut dengan ijma sukutiy.
Para ulama' telah bersepakat bahwa sesuatu yang biasa keluar dari dubur (anus) dan qubul
(kelamin) yaitu kencing dan buang air besar adalah membatalkan wudhu.
Perlu juga diketahui bahwa imam Syafi'i RA. telah menetapkan qiyas dan hadits ahadd untuk
kegiatan penetapan (istinbat) hukum, sebagaimana telah dilakukan oleh sebagian sahabat dan
tanpa adanya pengingkaran dari sahabat yang lain. Dengan demikian, hal ini juga dinamakan
Yaitu sesuatu yang illat didalamnya menunjukkan pada hukum akan tetapi illat
tersebut tidak menetapkan pada hukum. Seperti menqiyaskan harta anak kecil dengan harta
orang dewasa dalam kewajiban zakat dengan adanya titik temu bahwa harta anak kecil
termasuk harta yang sempurna (al-ml al-tmm). Boleh juga mengatakan tidak wajib zakat
-seperti yang dikatakan Abu Hanifah- dengan menqiyaskan pada haji yang mana, haji wajib
bagi orang dewasa adapun anak kecil tidak wajib untuk haji.
c. Qiyas al-syibh
Yaitu mempersamakan hukum cabang (far') yang masih diragukan antara dua asal
dengan mengambil keserupaan yang lebih banyak dari asal tersebut. Contohnya dalam
pembahasan budak yang dibunuh, apakah sipembunuh wajib dikenai hukum qishas karena
ijma' sukutiy.
budak juga termasuk manusia, ataukah cukup hanya dengan membayar ganti rugi dengan
Pembahasan Ke - 12
QIYAS
Qiyas adalah hujjah. Allah SWT. berfirman dalam QS. al-Hasyr (59):2.
alasan adanya keserupaan budak dengan binatang, bahwa budak adalah harta. Dalam hal ini
budak lebih banyak keserupaannya dengan binatang (harta) sebab, budak bisa diperjualbelikan, diwariskan, dan diwakafkan.
Artinya: Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang
mempunyai wawasan.
Al-Qiyas ( )menurut bahasa adalah mengukur atau memperkirakan sesuatu atas
sesuatu yang lain untuk mengetahui persamaan diantara keduanya, seperti mengukur pakaian
dengan lengan. Sedangkan menurut istilah, qiyas berarti mengembalikan hukum cabang (far')
kepada hukum asal karena adanya illat (alasan) yang mempertemukan keduanya dalam
Pembahasan Ke - 13
IJTIHAD, ITTIBA' DAN TAQLID
Ijtihad ialah mengerahkan segala kemampuan untuk mendapatkan hukum syara' dengan
jalan menyandarkan hukum (istinbath) kepada al-Quran dan al-Sunah. Orang yang
melakukan ijtihad disebut dengan mujtahid.
Ittiba' adalah menerima ucapan orang lain serta mengetahui sumbernya, dan orang yang
menganut suatu agama, dan Sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk
Taqlid adalah menerima ucapan seseorang tanpa mengetahui dasarnya, dan orang yang
BAGIAN KEDUA
taklid dalam agama dianggap sebagai suatu pekerjaan yang hina, karena berdampak lebih
jauh terhadap kemunduran umat.
Dalil-dalil untuk ketentuan dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut:
Allah SWT. berfirman dalam QS. al-Ankabut (2): 69.Artinya: Dan orang-orang yang
berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat
QOWA'ID AL-FIQH
Sabda Rasulullah SAW. :
Artinya: Segala sesuatu tergantung pada niatnya, dan apa yang didapatkan ialah apa yang
telah diniatkan. (HR. Bukhari).
Kaidah ke-1
baik.
"
"
Artinya: Jika seorang hakim membuat keputusan (menghukumi) dengan berijtihad
kemudian benar, maka baginya dua pahala, jika menghukumi dengan berijtihad dan ternyata
Allah SWT. berfirman dalam QS. al-A'raf (7): 3.Artinya : Ikutilah apa yang diturunkan
istrinya, namun jika ia tidak berniat menceraikan maka tidak jatuh talak-nya.
Kaidah ke-2
Sesuatu yang memerlukan penjelasan, maka kesalahan dalam memberikan penjelasan
menyebabkan batal.
Contoh kaidah:
1.
Seseorang yang melakukan shalat dhuhur dengan niat 'ashar atau sebaliknya, maka
2.
Sesuatu yang memerlukan penjelasan secara global dan tidak memerlukan penjelasan secara
2. Menambahkan lafal masyiah (insya Allah) dalam niat shalat dengan tujuan
menggantungkan shalatnya kepada kehendak Allah SWT. maka batal shalatnya. Namun
Contoh kaidah :
apabila hanya berniat tabarru maka tidak batal shalatnya, atau dengan menambahkan
Seseorang yang bernama Gandung S.P. Towo niat berjamaah kepada seorang imam bernama
masyiah dengan tanpa adanya tujuan apapun, maka menurut pendapat yang sahih, shalatnya
mbah Arief. Kemudian, ternyata bahwa yang menjadi imam bukanlah mbah Arief tapi orang
menjadi batal.
lain yang mempunyai panggilan Seger (Khoirul Mustamsikin), maka shalat Gandung tidak
Kaidah ke-6
sah karena ia telah berniat makmum dengan mbah Arief yang berarti telah menafikan
mengikuti Seger. Perlu diketahui, bahwa dalam shalat berjamah hanya disyaratkan niat
Contoh kaidah :
Kaidah ke-4
1. Seorang bernama Doel Fatah ragu, apakah baru tiga atau sudah empat rakaat shalatnya?
maka, Doel Fatah harus menetapkan yang tiga rakaat karena itulah yang diyakini.
Sesuatu yang tidak disyaratkan penjelasannya secara global maupun terperinci ketika dita'yin
2. Santri bernama Maid baru saja mengambil air wudhu di kolam depan komplek A PP. Putra
An-Nawawi. Kemudian timbul keraguan dalam hatinya; "batal durung yo..? kayane aku
Contoh kaidah :
nembe demek..." maka hukum thaharah-nya tidak hilang disebabkan keraguan yang muncul
Kesalahan dalam menentukan tempat shalat. Seperti mbah Muntaha (pengelolah kantin
kemudian.
Asyiq) niat shalat di Kemranggen Bruno Purworejo, padahal saat itu dia berada di Simpar
3. seseorang meyakini telah berhadats dan kemudian ragu apakah sudah bersuci atau belum,
(suatu daerah yang di Kecamatan Kalibawang Wonosobo). Maka shalat mbah Muntaha tidak
batal karena sudah adanya niat. sedangkan menentukan tempat shalat tidak ada hubungannya
Dibawah ini ialah kaidah yang esensinya senada dengan kaidah di atas:
Sesuatu yang tetap dengan keyakinan, maka tidak bisa dihilangkan kecuali dengan adanya
keyakinan yang lain.
Kaidah ke-7
Contoh kaidah :
1. Temon adalah seorang pria perkasa (berasal dari daerah Babadsari Kutowinangun
Kebumen). Teman kita yang satu ini konon katanya mempunyai seorang istri bernama Tholiq
dan seorang budak perempuan bernama Hurrah. Suatu saat, Temon berkata; Yaa Tholiq, atau
Yaa Hurrah. Jika dalam ucapan Yaa Tholiq Temon bermaksud menceraikan istrinya, maka
jatuhlah talak kepada istrinya, namun jika hanya bertujuan memanggil nama istrinya, maka
tidak jatuh talaknya. Begitu juga dengan ucapan Yaa Hurrah kepada budaknya jika Temon
bertujuan memerdekakan, maka budak perempuan itu menjadi perempuan merdeka.
Sebaliknya jika ia hanya bertujuan memanggil namanya, maka tidak menjadi merdeka.
Pada dasarnya ketetapan suatu perkara tergantung pada keberadaannya semula.
Contoh kaidah :
1. Seseorang yang makan sahur dipenghujung malam dan ragu akan keluarnya fajar maka
puasa orang tersebut hukumnya sah. Karena pada dasarnya masih tetap malam (al-aslu baqau al-lail).
2. Seseorang yang makan (berbuka) pada penghujung siang tanpa berijtihad terlebih dahulu
dan kemudian ragu apakah matahari telah terbenam atau belum, maka puasanya batal.
Karena asalnya adalah tetapnya siang (al-ashl baqa-u al-nahr).
10
Kaidah ke-8
2. Seorang santri kelas II MDU bernama Soekabul alias Kabul Khan ditanya oleh teman
sekamarnya; Kang Kabul, aku melihat sperma di bajuku, tapi aku tidak ingat kapan aku
mimpi basah. Gimana solusinya, Kang?. Dengan PD-nya, karena baru saja menemukan
Contoh kaidah:
kaidah al-aslu fi kulli wahidin taqdiruhu bi-aqrobi zamanihi saat muthalaah Kitab Mabadi'
Awwaliyah, santri yang demen banget lagu-lagu Hindia ini spontan menjawab; Siro -red:
tidak melakukan perbuatan tersebut. Maka ia tidak dapat dikenai hukuman, karena pada
kamu- wajib mandi besar dan mengulang shalat mulai sejak terakhir kamu bangun tidur
dasarnya ia terbebas dari segala beban dan tanggung jawab. Permasalahan kemudian
sampai sekarang.
Kaidah ke-11
Kaidah ke-9
Contoh kaidah :
Contoh kaidah :
1. Seorang bernama Godril yang sedang sakit parah merasa kesulitan untuk berdiri ketika
1. Kang Khumaidi mengadakan kerjasama bagi hasil (mudharabah) dengan Bos Fahmi.
shalat fardhu, maka ia diperbolehkan shalat dengan duduk. Begitu juga ketika ia merasa
Dalam kerjasama ini Kang Khumaidi bertindak sebagai pengelola usaha (al-'amil),
kesulitan shalat dengan duduk, maka diperbolehkan melakukan shalat dengan tidur
sedangkan Bos Fahmi adalah pemodal atau investornya. Pada saat akhir perjanjian, Kang
terlentang.
Khumaidi melaporkan kepada Bos Fahmi bahwa usahanya tidak mendapat untung. Hal ini
2. Seseorang yang karena sesuatu hal, sakit parah misalnya, merasa kesulitan untuk
diingkari Bos Fahmi. Dalam kasus ini, maka yang dibenarkan adalah ucapan orang Bruna
yang bernama Kang Khumaidi, karena pada dasarnya memang tidak adanya tambahan (laba).
3. Pendapat Imam Syafi'i tentang diperbolehkannya seorang wanita yang bepergian tanpa
Kaidah ke-10
Asal segala sesuatu diperkirakan dengan yang lebih dekat zamannya.
Contoh kaidah :
1. Mungkin karena kesal dengan seseorang wanita hamil yang kebetulan juga cerewet, maka
tanpa pikir panjang Ipin -cah Jiwan Wonosobo- memukul perut si wanita hamil tersebut.
Selang beberapa waktu si wanita melahirkan seorang bayi dalam keadaan sehat. Kemudian
tanpa diduga-duga, entah karena apa si jabang bayi yang imut yang baru beberapa hari
dilahirkan mendadak saja mati. Dalam kasus ini, Ipin tidak dikenai tanggungan (dhaman)
karena kematian jabang bayi tersebut adalah disebabkan faktor lain yang masanya lebih
dekat dibanding pemukulan Ipin terhadap wanita tersebut.
Ketika keadaan menjadisempit maka hukumnya menjadi luas.
Allah SWT. berfirman dalam QS. Al-Baqarah (2): 185.
Artinya : Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu.
11
Contoh kaidah:
1. Diperbolehkan bagi seorang pembeli memilih (khiyar) karena adanya 'aib (cacat) pada
menunaikan ibadah haji, umrah dan shalat jumat karena adanya 'uzdur (halangan).
menqashar shalat.
3. Takhfif Ibdal, yaitu keringanan dengan mengganti. Seperti mengganti wudhu dan mandi
dengan tayammum, berdiri dengan duduk, tidur terlentang dan memberi isyarat dalam shalat
Kaidah ke-14
dalam shalat jama' taqdim, mendahulukan zakat sebelum khaul (satu tahun), mendahulukan
Contoh kaidah:
Mbah Yoto dan Lutfi adalah dua orang yang sedang kelaparan, keduanya sangat
5. Takhfif Takhir, yaitu keringanan dengan mengakhirkan waktu pelaksanaan. Seperti dalam
membutuhkan makanan untuk meneruskan nafasnya. Mbah Yoto, saking tidak tahannya
shalat jama' takhir, mengakhirkan puasa Ramadhan bagi yang sakit dan orang dalam
menahan lapar nekat mengambil getuk Asminah (asli produk gintungan) kepunyaan Lutfi
yang kebetulan dibeli sebelumnya di warung Syarof CS. Tindakan mbah Yoto -walaupun
dalam keadaan yang sangat menghawatirkan baginya- tidak bisa dibenarkan karena Lutfi
7. Takhfif Taghyir, yaitu keringanan dengan perubahan. Seperti merubah urutan shalat dalam
Kaidah ke-15
Kaidah ke-12
Contoh kaidah :
hutan Kasyfurrahman alias Rahman dihadang oleh segerombolan begal, semua bekal
Sedikit gerakan dalam shalat karena adanya gangguan masih ditoleransi, sedangkan banyak
Rahman ludes dirampas oleh mereka yang tak berperasaan -sayangnya Rahman tidak bisa
seperti syekh Abdul Qadir al-Jailany yang bisa menyadarkan para begal- karenanya mereka
Dari dua kaidah sebelumnya (kaidah ke-11 dan ke-12) Al-Gazali membuat sintesa
kelaparan dan dia tidak bisa membeli makanan karena bekalnya sudah tidak ada lagi, tiba-
tiba tampak dihadapan Rahman seekor babi dengan bergeleng-geleng dan menggerak-
gerakkan ekornya seakan-akan mengejek si-Rahman yang sedang kelaparan tersebut. Namun
Kaidah ke-13
malang juga nasib si babi hutan itu. Rahman bertindak sigap dengan melempar babi tersebut
dengan sebatang kayu runcing yang dipegangnya. Kemudian tanpa pikir panjang, Rahman
12
langsung menguliti babi tersebut dan kemudian makan dagingnya untuk sekedar mengobati
rasa lapar.
Ketika dihadapkan pada dua mafsadah (kerusakan) maka tinggalkanlah mafsadah yang lebih
Tindakan Rahman memakan daging babi dalam kondisi kelaparan tersebut diperbolehkan.
Contoh kaidah:
1. Diperbolehkannya membedah perut wanita (hamil) yang mati jika bayi yang
2. Tidak perbolehkannya minum khamr dan berjudi karena bahaya yang ditimbulkannya
Tidak ada kata haram dalam kondisi darurat dan tidak ada kata makruh
3. Disyariatkan hukum qishas, had dan menbunuh begal, karena manfaatnya (timbulnya rasa
Kaidah ke-16
Sesuatu yang diperbolehkan karena keadaan darurat harus disesuaikan dengan kadar
daruratnya.
Contoh kaidah:
1. Dengan melihat contoh pertama pada kaidah sebelumnya, berarti Rahman yang dalam
Kaidah ke-19
kondisi darurat hanya diperbolehkan memakan daging babi tangkapannya itu sekira cukup
untuk menolong dirinya agar bisa terus menghirup udara dunia. selebihnya (melebihi kadar
kecukupan dengan ketentuan tersebut) tidak diperbolehkan.
2. Sulitnya shalat jumat untuk dilakukan pada satu tempat, maka shalat jumat boleh
dilaksanakan pada dua tempat. Ketika dua tempat sudah dianggap cukup maka tidak
diperbolehkan dilakukan pada tiga tempat.
Kaidah ke-17
Kebutuhan (hajat) terkadang menempati posisi darurat.
Contoh kaidah:
13
dilarang melakukan ijtihad untuk memilih salah satu dari mereka menjadi istrinya. Termasuk
1. Seseorang menjual sesuatu dengan tanpa menyebutkan mata uang yang dikehendaki, maka
dalam persyaratan ijtihad adalah asalnya yang mubah, sehingga oleh karenanya perlu
diperkuat dengan ijtihad. Sedangkan dalam situasi itu, dengan jumlah perempuan yang
2. Batasan sedikit, banyak dan umumnya waktu haidh, nifas dan suci bergantung pada
terbatas, dengan mudah dapat diketahui nama saudara perempuannya yang haram dinikahi
dan mana yang bukan. Berbeda ketika jumlah perempuan itu banyak dan tidak dapat
Kaidah ke-22
dihitung, maka terdapat kemurahan, sehingga oleh karenanya, pintu pernikahan tidak tertutup
dan pintu terbukanya kesempatan berbuat zina.
2. Seseorang mewakilkan (al-muwakkil) kepada orang lain untuk membeli jariyah (budak
Sesuatu yang berlaku mutlak karena syara' dan tanpa adanya yang membatasi didalamnya
dan tidak pula dalam bahasa,maka segala sesuatunya dikembalikan kepada kebiasaan
yang dibelinya tersebut, orang yang telah mewakili (wakil) tersebut meninggal. Maka
sebelum ada penjelasan yang menghalalkan, jariyah itu belum halal bagi muwakkil karena
Contoh kaidah :
1. Niat shalat cukup dilakukan bersamaan dengan takbiratul ihram, yakni dengan
Terkait dengan kaidah di atas, bahwasanya syara telah menentukankan tempat niat di dalam
hati, tidak harus dilafalkan dan tidak harus menyebutkan panjang lebar, cukup menghadirkan
2. Jual beli dengan meletakan uang tanpa adanya ijab qobul, menurut syara adalah tidak sah.
Kaidah ke-23
Artinya: Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka
atau budak yang mereka miliki Maka Sesungguhnya mereka dalam hal Ini tiada terceIa.
Barangsiapa mencari yang di balik itu Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui
Contoh kaidah:
batas.
1. Apabila dalam menentukan arah kiblat, ijtihad pertama tidak sama dengan ijtihat ke dua,
Lebih jelasnya sesuai dengan ayat quran tersebut bahwa seorang budak halal bagi tuannya
maka digunakan ijtihad ke dua. Sedangkan ijtihad pertama tetap sah sehingga tidak
tetapi berhubung belum ada indikasi yang jelas mengenai kehalalannya sebagaimana contoh
memerlukan pengulangan pada rakaat yang dilakukan dengan ijtihad pertama. Dengan
di atas maka budak tersebut belum halal bagi muwakkil (orang yang mewakilkan).
demikian, seseorang mungkin saja melakukan shalat empat rakaat dengan menghadap arah
Kaidah ke-21
ijtihadnya berubah dari ijtihad yang pertama maka ijtihad yang pertama tetap sah (tidak
Contoh kaidah:
rusak).
Kaidah ke-24
14
berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam
Mendahulukan orang lain dalam beribibadah adalah dilarang.
hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka
Contoh kaidah:
mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam
1. Mendahulukan orang lain atau menempati shaf awal (barisan depan) dalam shalat.
kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang
2. Mendahulukan orang lain untuk menutup aurat dan menggunakan air wudhu. Artinya,
beruntung.
ketika kita hanya memiliki sehelai kain untuk menutup aurat, sedangkan teman kita juga
membutuhkannya, maka kita tidak boleh memberikan kain itu kepadanya karena akan
Kaidah ke-26
menyebabkan aurat kita terbuka. Begitu pula dengan air yang akan kita gunakan untuk
bersuci, maka kita tidak boleh menggunakan air tersebut. Karena hal ini berkaitan dengan
ibadah.
Contoh kaidah:
1. Seorang pemimpin (imam) dilarang membagikan zakat kepada yang berhak (mustahiq)
...
2. Seorang pemimpin pemerintahan, sebaiknya tidak mengankat seorang fasiq menjadi imam
shalat. Karena walaupun shalat dibelakangnya tetap sah, namun hal ini kurang baik
(makruh).
Kaidah ke-25
3. Seorang pemimpin tidak boleh mendahulukan pembagian harta baitul mal kepada seorang
Mendahulukan orang lain dalam selain ibadah dianjurkan.
Contoh kaidah:
Artinya : Masing-masing dari kalian adalah pemimpin dan setiap dsari kalian akan dimintai
Kaidah ke-27
Contoh kaidah:
1. Seorang laki-laki tidak dikenai had, ketika melakukan hubungan seksual dengan wanita
2. Seseorang melakukan hubungan seks dalam nikah mut'ah, nikah tanpa wali atau saksi atau
setiap pernikahan yang dipertentangkan, tidak dapat dikenai had sebab masih adanya
Artinya: Dan orang-orang yang Telah menempati kota Madinah dan Telah beriman
perbedaan pendapat antara ulama, sebagian membolehkan nikah mut'ah dan nikah tanpa wali
(Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang
15
3. Orang mencuri barang yang disangka sebagai miliknya, atau milik bapaknya, atau milik
a. Upaya mengatasi perbedaan tidak menyebabkan jatuh pada perbedaan lain. Seperti lebih
4. Orang meminum khamr (arah) untuk berobat tidak dikenai had karena masih terdapat
diutamakan memisahkan shalat witir (tiga rakaat dengan dua salam) dari pada
melanjutkanya. Dalam hal ini pendapat Imam Abu Hanafiah tidak dipertimbangkan karena
Artinya: Nabi SAW. bersabda: Tinggalkanlah oleh kamu sekalian had-had dikarenakan
menganggap hal ini dapat membatalkan shalat. Menurut riwayat lima puluh orang sahabat,
Kaidah ke-28
Sesuatu yang karena diwajibkan menjadi tidak sempurna kecuali dengan
keberadaannya,maka hukumnya wajib.
Contoh Kaidah:
1. Wajib membasuh bagian leher dan kepala pada saat membasuh wajah saat berwudhu.
2. Wajibnya membasuh bagian lengan atas dan betis (wentis) pada saat membasuh lengan
dan kaki.
3. Wajibnya menutup bagian lutut pada saat menutup aurat bagi laki-laki dan wajibnya dan
wajibnya menutup bagian wajah bagi wanita.
Kaidah ke-29
2. Orang yang berpergian karena maksiat, walaupun dalam kondisi terpaksa juga tidak
diperbolehkan memakan bangkai dan daging babi.
Kaidah ke-31
1. Disunatkan menggosok badan (dalk) ketika bersuci dan memeratakan air ke kepala dengan
mengusapkannya, dan tujuan keluar dari khilafdengan imam malik berpendapat bahwa dalk
dan isti'ab al-ro'sy (meneteskan kepala dengan air) adalah wajib hukumnya.
Contoh kaidah:
3. Sunah men-qashar shalat dalam perjalanan yang mencapai tiga marhalah, karena keluar
1. Dalam perjalanan pulang ke Grabag Magelang, Abdul Aziz merasa ragu mengenai jauh
jarak yang ditempuh dalam perjalan tersebut, apakah sudah memenuhi syarat untuk meng-
4. Disunatkan untuk tidak menghadap atau membelakangi arah kiblat ketika membuang
qashar shalat atau belum. Dalam kondisi semacam ini, kang Aziz tidak boleh meng-qashar
hajat, walaupun dalam sebuah ruangan atau adanya penutup, karena untuk keluar dari khilaf
shalat.
16
2. Seorang yang bimbang apakah dirinya hadats pada waktu dhuhur atau ashar, maka yang
Sesuatu yang tidak dapat ditemukan keseluruhannya, maka tidak boleh tinggalkan
sebagiannya.
Kaidah ke-32
Kaidah ke-34
Sesuatu yang mudah tidak boleh digugurkan dengan sesuatu yang sulit.
Contoh kaidah:
Contoh kaidah:
1. Shalat witir dengan fashl (tiga rakaat dengan dua salam) lebih utama dari pada wasl (tiga
1. Seorang yang terpotong bagian tubuhnya, maka tetap wajib baginya membasuh anggota
2. Orang melakulan shalat sunah dengan duduk, maka pahalanya setengan dari pahala orang
2. Seseorang yang mampu menutup sebagian auratnya, maka ia wajib menutup aurat
yang shalat sambil berdiri. Orang yang shalat tidur mirung, maka pahalanya adalah setengah
3. Orang yang mampu membaca sebagian ayat dari surat Al-Fatihah, maka ia wajib membaca
3. Memishkan pelaksanaan antara ibadah haji dengan umrah adalah lebih utama dari pada
melaksanakan bersama-sama.
4. Orang yang memiliki harta satu nisab, namun setengah darinya berada ditempat jauh
(ghaib) maka harus dikeluarkan untuk zakat adalah harta yang berada ditangannya.
Kaidah ke-33
Artinya: Sesuatu yang aku perintahkan maka kerjakanlah semampu kalian. (HR. Bukhari
Muslim)
Kaidah ke-35
Contoh kaidah:
1. Seorang yang tidak mampu berbuat kebajikan dengan satu dinar tetapi mampu dengan
Contoh kaidah:
2. Seserang yang tidak mampu untuk mengajar atau belajar berbagai bidang studi (fan)
2. Mengambil upah dari tukang ramal risywah (suapan). Begitu pula dengan upah orang-
3. Seseorang yang merasa berat untuk melakukan shalat malam sebanyak sepuluh rakaat,
Kaidah ke-36
Kaidah yang semakna dengan kaidah di atas, adalah perkataan ulama ahli fiqh:
17
2. Memberikan upah hasil meramal dan risywah kepada orang lain. Termasuk juga upah
terdeteksi bahwa arak tidak lagi memabukkan seperti khamr yang telah berubah menjadi
Kaidah ke-37
2. Memasuki rumah orang lain atau memakai pakaiannya tanpa adanya ijin adalah haram
kebaikan yang memiliki dampak banyak lebih utama daripada yang manfaatnya sedikit
(terbatas).
Contoh kaidah:
1. Mengajarkan ilmu lebih utama daripada shalat sunah.
hukumnya. Namun ketika namun ketika diketahui bahwa pemiliknya merelakan, maka tidak
ada masalah didalamnya (boleh).
3. Alasan diharamkannya minum racun karena adanya unsur merusakkan. Andaikata unsure
yang merusakkan itu hilang, maka hukumnya menjadi boleh.
2. Orang yang menjalankan fardhu kifayah lebih istimewa karena telah menggugurkan dosa
Nabi SAW. bersabda: Setiap yang memabukkan adalah khamr dan setiap khamr hukumnya
Kaidah ke-38
haram.
Kaidah ke-40
Contoh kaidah:
1. Menerima suami istri dengan kekurangan yang dimiliki salah satu dari keduanya. Maka
Contoh kaidah :
1. Dua sahabat bernama Lukman dan Rahmat Taufiq jalan-jalan ke Jakarta. Setelah lama
2. Seseorang memita tangannya di potong dan berakibat kepada rusaknya anggota tubuh
muter-muter sambil menikmati indahnya ibu kota, perut kedua bocah ndeso tersebut protes
yang lain, maka orang tersebut tidak boleh menuntut kepada pemotong tangan.
sambil berbunyi nyaring alias kelaparan. Akhirnya setelah melihat isi dompet masing-masing
keduanya memutuskan untuk mampir makan di restourant yang lumayan mewah tapi
kemudian keduanya ragu apakah daging pesenannya itu halal atau haram. Dengan
2. Tiba-tiba ada seekor merpati yang masuk ke dalam sangkar burung milik Koci. ketika
Hukum itu berputar beserta 'illatnya, baik dari sisi wujudnya maupun ketiadaannyaillatnya.
Contoh kaidah :
pemilik sangkar (Koci) melihat merpati tersebut dia merasa tertarik dan ingin memilikinya,
namun Koci masih ragu apakah dia boleh memeliharanya atau tidak. Maka hukumnya
burung merpati tersebut boleh atau bebas untuk dimiliki.
3. Ketika ragu akan besar kecilnya kadar emas yang digunakan untuk menambal suatu benda
maka hukum benda tersebut boleh untuk digunakan.
4. Memakan daging Jerapah diperbolehkan, sebagaimana al-Syubki berkata sesungguhnya
memakan daging Jerapah hukumnya mubah.
18
Nabi SAW. bersabda : Sesuatu yang dihalalkan Allah adalah halal dan sesuatu yang
diharamkan Allah adalah haram. Sedangkan hal-hal yang tidak dijelaskan Allah merupakan
pengampunan dari-Nya.
19