Anda di halaman 1dari 8

Pendahuluan

Amebiasis adalah penyakit infeksi usus besar yang disebakan oleh Entamoeba histolytica,
dengan atau tanpa gejala penyakit (yang paling sering adalah infeksi tanpa gejala penyakit).
Penderita ini disebut carrier.

Etiologi
Entamoeba histolytica merupakan satu-satunya protozoa yang dapat mengakibatkan penyakit
pada manusia,. Ada 2 macam bentuk amoeba yaitu, bentuk trofozoit yang dapat bergerak dan
bentuk kista.
Bentuk trofozoit ada 2 macam; trofozoit komensal dan trofozoit pathogen.trofozoit komensal
Dapat dijumpai dalam lumen usus tanpa menyebakan gejala penyakit. Bila penderita
mengalami diare maka trofozoit akan keluar bersama tinja.
Trofozoit pathogen dapat dijumpai dalam lumen dan dinding usus maupun di luar usus, Dapat
menyebabkan gejala disentri, diameternya lebih besar dari trofozoit komensal, mengandung
beberapa eritrosit didalamnya. Trofizoit ini bertanggung jaweab terhadap timbulnya gejala
penyakit, namun cepat mati apabila berada di luar tubuh manusia.
Bentuk kista ada 2 ; kista muda dan kista dewasa, kista muda berinti 1, mengandung satu
gelembung glikogen dan badan-badan kromatoid yang berbentuk batang berujung tumpul.
Kista dewasa berinti empat. Kista hanya terbentuk dan dijumpai di lumen usus.

Epidemologi

Amebiasis merupakan penyakit yang tersebar merata di seluruh dunia, Penyakit ini lebih erat
hubunganya dengan kebersihan individu, sanitasi lingkungan hidup, dan keadaan sosial
ekonomi penduduk.
Berdasarkan survey tinja di beberapa daerah dengan keadaan sanitasi yang jelek, menunjukan
infection rate setinggi 50%. Di Negara beriklim sedang, amebiasis simtomik jarang
ditemukan pada anak di bawah 10 tahun. Penularan dapat terjadi lewat beberapa cara,
misalnya: pencemaran air minum, pupuk kotoran manusia, juru masak, vector lalat dan
kecoa, dan kontak langsung. Penyakit ini lebih cenderung endemik, jarang menimbulkan
epidemik.

Imunitas
Sampai saat ini masih banyak yang belum diketahui dengan pasti peranan imunitas pada
amebiasis. Beberapa serjana meragukan adanya peranan tersebut, karena di daerah endemik
banyak terjadi peningkatan sesuai dengan bertambahnya usia. Pendapat tersebut kurang tepat
karena telah terbukti bahwa ulkus ameba dapat kambuh kembali apabila penderita menerima
tindakan yang menurunkan daya tahan tubuh, misalnya splenektomi, radiasi, obat-obat
imunosupresif dan kortikosteroid. Berdasarkan penyelidikan pada binatang dan manusia
dapat di buktikan bahwa E.histilytica dapat merangsang terbentuknya imunitas humoral dan
selular. In vitro imunitas humoral dapat membinasakan amoeba, tetapi in vivo tidak.imunitas
hanya dapat mengurangi penyakit tapi tidak dapat mencegah terjadinya penyakit.

Patogenesis
Trofosist yang mula-mula hidup sebagai komensal di dalam lumen usus besar, dapat berubah
menjadi pathogen, menembus mukosa usus dan menimbulkan ulkus. Sifat keganasan amoeba
ditentukan oleh strainnya. Strain amoeba di daerah tropis ternyata lebih ganas dari pada strain
di daerah beriklim sedang. Akan tetapi sifat keganasan tersebut tidak stabil, dapat berubah
apabila keadaan lingkungan mengijinkan. Beberapa faktor

lingkungan yang diduga

berpengaruh adalah suasana anaerob dan asam (pH 0,6-6,5), adanya bakteri dan virus, dan
diet tinggi kolesterol, tingginya karbohidrat, rendah protein. Amoeba yang ganas dapat
memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan dan
nekrosis jaringan dinding usus. Bentuk ulkus amoeba sangat khas yaitu di lapisan mukosa
berbentuk kecil, tetapi di lapisan submukosa dan muskularis melebar. Akibatnya terjadi ulkus
yang berbentuk seperti botol.

Manifestasi klinis
Masa inkubasi disentri amoeba sukar ditentukan, karena sering penderita telah mengidap
infeksi laten dengan ameba yang bersifat komensal. Manifestasi klinis dapat timbul sewaktuwaktu oleh beberapa faktor :
1. Carrier (pembawa hama) ((cyst paser)
Penderita tidak menunjukan gejala klinis karena amoeba yang berada di dalam lumen usus
besar tidak mengadakan infeksi ke dinding usus.
2. Amebiasis intestinal ringan (disentri amoeba ringan)
Timbulnya penyakit perlahan-lahan. Biasanya penderita mengeluh perut kembung, nyeri
perut ringan disertai kejang, diare ringan, kadang tinja bercampur darah dan lendir.
3. Amebiasis intestinal sedang (disentri amoeba sedang)
Tanda klinis lebih berat dari amoeba ringan, tinja bercampur darah dan lendir, penderita
mengeluh perut kram, demam dan lemah badan, disertai hepatomegali yang nyeri ringan.
4. Disentri amoeba berat
Keluhan dan gejala klinis lebih hebat lagi, Penderita mengalami diare dengan darah yang
banyak >15 kali sehari disertai mual dan anemia.
5. Disentri amoeba kronik
Gejalanya seperti amoeba ringan, serangan diare diselingi dengan periode normal atau tanpa
gejala.keadaan ini dapat berjalan berbulan-bulan dan bertahun-tahun.

Penyulit
Berdasarkan lokalisasinya, penyulit tersebut dapat dibagi menjadi :
Penyulit intestinal
1.

Perdarahan usus : Terjadi apabila amoeba mengadakan invasi ke dinding usus besar dan
merusak pembuluh darah.

2. Perforasi usus
Terjadi apabila abses amoeba menembus lapisan muscular dinding usus besar. Sering
mengakibatkan peritonitis yang mortalitasnya tinggi.
3.

Ameboma : Terjadi akibat infeksi kronik yang mengakibatkan reaksi terbentuknya massa
jaringan granulasi.

4. Intususepsi : Sering terjadi di daerah sekum dan memerlukan tindakan operasi segera.
5. Penyempitan usus : Dapat terjadi pada disentri kronik, akibat terbentuknya jaringan ikat atau
akibat ameboma.

Penyulit ekstaintestinal
1. Amebiasis hati
Abses hati amoeba merupakan penyulit eksternal yang sering terjadi. Abses dapat timbul
beberapa bulan atau tahun setelah terjadi infeksi amoeba. Infeksi di hati dapat terjadi karena
embolisasi amoeba dari dinding usus besar lewat vena porta; jarang lewat pembuluh getah
bening. Mula-mula terjadi hepatitis amoeba yang merupakan stadium dini abses hati,
kemudian timbul nekrosis fokal kecil-kecil yang akan bergabung menjadi satu membentuk
abses tunggal yang besar.
2. Amebiasis pleuropulmoner
Dapat terjadi akibat ekspansi langsung abses hati. Kira-kira 10-20% abses hati amoeba dapat
menyebabkan penyulit ini. Dapat timbul cairan pleura, atelektasis, pneumonia, atau abses
paru.
Abses paru : dapat terjadi akibat embolisasi amoeba langsung dari dinding usus besar. Dapat
terjadi hiliran hepatobronkial; penderita batuk-batuk dengan sputum berwarna kecoklatan
yang rasanya seperti hati.
Abses otak limpa dan organ lain : dapat terjadi karena embolisasi amoeba langsung dari
dinding usus besar maupun dari abses hati walaupun jarang terjadi.
3. Amebiasis kulit
Terjadi akibat invasi amoeba langsung dari dinding usus besar, dengan membentuk hiliran.
Sering terjadi di daerah perianal atau diding perut. Dapat pula terjadi di daerah vulvovaginal
akibat invasi amoeba yang berasal dari anus.

Diagnosis banding
Amebiasis internal kadang-kadang sukar dibedakan dari irritable bowel syndrome,
diverticulitis, enteritis regional dan hemoroid internal; sedangkan disentri amoeba sukar
dibedakan dengan disentri basiler shigellosis atau salmonelosis, colitis ulseroso dan
schistosomiasis. Pemeriksaan tinja sangat penting, tinja penderita amebiasis tidak banyak
mengandung leukosit, tetapi banyak mengandung bakteri. Bila penderita amebiasis telah
mendapatkan pengobatan spesifik dan masih mengeluh sakit perut, perlu dilakukan
pemeriksaan lainnya misalnya endoskopi, foto kolon dengan barium enema atau biakan tinja.
Abses hati amoeba sukar dibedakan dengan abses piogenik, neoplasma dan kista hidatidosa.

Diagnosis laboratorium

Pemeriksaan tinja merupakan pemeriksaan yang sangt penting. Pada disentri amoeba
biasanya tinja berbau busuk, bercampur darah dan lendir. Untuk pemeriksaan mikroskopik,
perlu tinja yang masih baru. Kadang-kadang diperlukan pemeriksaan berulang-ulang,
minimal 3 kali seminggu dan dilakukan sebelum penderita mendapat pengobatan.
Pemeriksaan tinja yang berbentuk (penderita tidak diare), perlu dicari bentuk kista, karena
bentuk trofozoit tidak akan ditemukan. Dengan sediaan langsung tampak kisata berbentuk
bulat, berkilau seperti mutiara. Di dalamnya terdapat badan-badan kromotoid yang berbentuk
batang dengan ujung tumpul, sedang inti tidak tampak. Untuk melihat intinya dibuat sediaan
dengan larutan lugol.

Pemeriksaan tinja penderita diare


Di dalam tinja akan ditemukan bentuk trofozoit. Untuk itu diperlukan tinja yang masih segar.
Jika pemeriksaan ditunda beberapa jam, maka tinja disimpan dalam lemari pendingin (4C)
atau dicampur didalam larutan polyvinyl alkohol. Sebaiknya diambil bahan dari bagian tinja
yang mengandung darah dan lendir. Pada sediaan langsung dapat terlihat trofozit yang aktif
bergerak seperti keong, dengan menggunakan pseodopodinya yang seperti kaca. Jika tinja
berdarah, akan nampak amoeba dengan eritrosit di dalamnya.
Bentuk ini akan terlihat jelas bila dibuat sediaan dengan larutan eosin. Untuk membedakan
dengan leukosit, perlu dibuat sediaan dengan cat supravital, misalnya buffered methylene
blue. Dengan menggunakan mikrometer, dapat disingkirkan kemungkinan E. hartmani.

Pemeriksaan endoskopi
Pemeriksaan protoskopi, sigmoedoskopi dan kolonoskopi berguna untuk membantu diagnosis
penderita dengan gejala disentri, terutama apabila dalam pemeriksaan tinja tidak ditemukan
amoeba. Pemerikasaan ini tidak berguna untuk carrier. Tampak ulkus yang khas dengan tepi
menonjol, tertutup eksudut kekuningan, mukosa usus antara ulkus-ulkus nampak normal.

Pemeriksaan radiologi
Foto rontgen kolon tidak banyak membentu, karena sering ulkus tidak tampak. Kadangkadang pada amebiasis kronik, foto rontgen kolon dengan barium enema tampak ulkus
disentri spasme otot.

Biakan tinja

Amoeba hanya dapat dibiakkan pada media khusus, misalnya Boeck Dr. Bohlav. Tetapi tidak
semua strain dapat dibiakkan.

Serologi
Pemeriksaan ini banyak digunakan sebagai uji bantu diagnosis abses hati amebic dan
epidemologis. Uji ini berhasil apabila amoeba berhasil menembus jaringan. Oleh karena itu
uji ini positif pada penderita abses hati dan disentri amoeba, dan negative pada carrier.
Indirect fluorescent antibody (IFA), enzyme linked immunosorbant assay (ELISA) merupakan
uji yang paling sensitive. Dan agar gel diffusion precipitin. Sedang uji serologi yang cepat
hasilnya adalah latex agglutination test dan cellulose acetate diffusion.

Pengobatan
Amoeba dapat ditemukan di dalam lumen usus, di dalam dinding usus maupun di luar usus.
Hampir semua obat amebisid tidak dapat bekerja efektif di semua tempat tersebut, terutama
bila dipakai tunggal. Sering digunakan kombinasi obat untuk meningkatkan hasil pengobatan.

Amebiasis asimtomik (carrier atau cyst passer)


Carrier atau cyst passer, walaupun tanpa keluhan dan gejala klinis, sebaiknya diobati. Hal ini
disebabkan karena amoeba yang hidup sebagai komensal di dalam lumen usus besar,
sewaktu-waktu dapat berubah menjadi patogen. Disamping itu carrier juga merupakan
sumber infeksi utama. Trofozoit banyak dijumpai di lumen usus besar tanpa atau sedikit
sekali menimbulkan kelainan mukosa usus. Ulkus yang ditimbulkan hanya superficial, tidak
mencapai lapisan submukosa. Kelainan tersebut tidak menyebabkan gangguan peristaltik
usus, sehingga tidak menimbulkan keluhan dan gejala klinis. Obat yang diberikan adalah
amebisid luminal, misalnya:
1.

Diloksanid furoat (Diloxanite furoate) : Dosis : 3x500 mg sehari, selama 10 hari. Saat ini
obat ini merupakan amebesid luminal pilihan, karena efektivitasnya cukup tinggi (80-85 %),
sedang efek sampingnya sangat minimal hanya berupa berupa mual dan kembung.

2. Diyodohidroksikin(diiodohydroxyquin) : Dosis 3 x 600 mg sehari, selama 10 hari.


3. Yodoklorohidroksikin (Iodochlorohydroxyquin) atau kliokinol (clioquinol) : Dosis ; 3 x 250
mg sehari, selama 10 hari. Kedua obat tesebut termasuk halogenated hydroxyquinolin yang
cukup efektif sebagai ambesid luminal. Efektivitasnya 60-70%. Efek samping yang terjadi
biasanya ringan, berupa mual, muntah, tetapi dapat juga berat berupa subacute myelo optic
neuropathy (SMON). Efek samping ini hanya terjadi apabila dosis dan jangka waktu

pemberian obat melebihi aturan pakai yang telah ditentukan. Oleh karena itu, obat ini tidak
dianjurkan kepada penderita yang mengidap penyakit optic neuropathy dan kelenjar gondok.
4. Karbarson (carbarsone) : Dosis ; 3 x 250 mg sehari, selama 7 hari
5. Bisthmuth glycoarsanilate : Dosis ; 3 x 500 mg sehari, selama 7 hari
6. Klefamid (clefamide) : Dosis ; 3 x 500 mg serhari selama 10-13 hari
7. paromomycin : dosis ; 3 x 500 mg sehari, selama 5 hari

Oleh karena ada kemungkinan invasi amoeba ke mukosa usus besar, maka walaupun tidak
mengakibatkan gangguan peristaltik usus, dianjurkan untuk menambahkan amebisid jaringan
sebagai profilaksis. Obat amebisid jaringan yang dapat dipakai adalah :
Klorin difostat , Dosis ; 2 x 500 mg sehari, selama 1-2 hari
Metronidazol, Dosis ; 35-50 mg/BB atau 3 x 500 mg sehari selama 5 hari
Tinidazol, Dosis ; 50 mg/kg BB atau 2 gram sehari selama 2 hari
Orindazol, Dosis; 50-60 mg/kg BB atau 2 gram sehari selama 3 hari.

Disentri amoeba ringan-sedang


Pada penderita ditemukan ulkus di mukosa usus besar yang dapat mencapai lapisan
submukosa dan dapat menyebabkan gangguan peristaltik usus. Penderita akan mengalami
diare atau disentri tetapi tidak berat. Obat yang dipakai adalah metronidazil dengan dosis 3 x
750 mg sehari selama 5-10 hari atau ornidazol atau tinidazol dengan dosis seperti diatas.

Disentri amoeba berat


Penderita ini tidak hanya memerlukan obat amebisid saja, tetapi juga memerlukan infuse atau
transfusi darah. Selain pengobatan seperti disentri, amoeba ringan dan sedang perlu ditambah
juga emetin atau dehidometin. Obat ini tidak diberikan secara suntikan intra muscular atau
subkutan yang dalam. Dosis emetin 1mg/ kgBB sehari selama 3-5 hari. Dehidroemetin 11,5
mg/kg BB sehari selama 3-5 hari.

Amebiasis ekstraintestinal dan ameboma


Penderita abses hati amoeba dapat diberi metronidazol atau obat lain golongan nitroimidazol
dengan dosis tersebut di atas atau dapat diberi klorokindifosfat dengan dosis; 1gr sehari
selama 1-2 hari; dilanjutkan dengan 500 mg sehari selam 4 minggu, masing-masing obat
tersebut perlu ditambah dehidroematin atau emetin dengan dosis seperti tersebut diatas
selama 10 hari.

Pencegahan
Makanan, minuman, kesehatan lingkungan yang sesuai syarat merupakan sarana yang tepat
untuk pencegahan penyakit. Air minum sebaiknya dimasak dahulu. Selain itu, penting sekali
memperhatikan pengadaan dan kebersihan jamban keluarga.

Anda mungkin juga menyukai