Anda di halaman 1dari 25

Judul

: Penerapan Peta Pikiran Untuk


Hasil

Belajar

IPS

Materi

Meningkatkan
Peta

dan

Komponennya pada Siswa Kelas VI SD Negeri


016 Tarakan
Nama

: Harum Misi Sampe

NIM

: 822147767

Email

: harumpkp06@yahoo.co.id

ABSTRAK
Judul

: Penerapan Peta Pikiran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS


Materi Peta dan Komponennya pada Siswa Kelas VI SD Negeri
016 Tarakan

Kata Kunci

: Penerapan Peta Pikiran, Hasil Belajar IPS, Materi Peta dan


Komponennya

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk


meningkatkan hasil belajar IPS materi peta dan komponennya melalui penerapan
peta pikiran pada siswa kelas VI SD Negeri 016 Tarakan. Mind Mapping (Peta
Pikiran) dapat diartikan sebagai proses memetakan pikiran untuk menghubungkan
konsep-konsep tentang permasalahan tertentu dari cabang-cabang sel saraf
membentuk korelasi konsep menuju pada suatu pemahaman dan hasilnya
dituangkan langsung di atas kertas dengan animasi yang disukai dan gampang
dimengerti oleh pembuatnya. Sehingga tulisan yang dihasilkan merupakan
gambaran langsung dari cara kerja koneksi-koneksi di dalam otak. Teknik analisis
data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif untuk hasil observasi
dan kuantitatif untuk hasil belajar. Dari hasil penelitian, diketahui pada siklus I
dari 22 orang siswa hanya 68% siswa yang dapat dinyatakan dan proses
pembelajaran dikategorikan cukup, sedangkan pada siklus II dari 22 orang siswa
terdapat 82% siswa dinyatakan tuntas dan proses pembelajaran dikategorikan
baik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas VI SD Negeri 016 Tarakan pada materi
peta dan komponennya setelah diterapkan pembelajaran melalui peta pikiran
mengalami peningkatan.

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Terkait dengan dunia pendidikan, untuk menciptakan manusia yang
berkualitas dan berprestasi tinggi maka siswa harus memiliki hasil belajar
yang baik. hasil belajar itu merupakan tolok ukur maksimal yang telah
dicapai siswa setelah melakukan perbuatan belajar selama waktu yang telah
ditentukan bersama. Dalam suatu lembaga pendidikan, hasil belajar
merupakan indikator yang penting untuk mengukur keberhasilan proses
belajar mengajar. Akan tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa tinggi rendahnya
prestasi siswa banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain disamping proses
pengajaran itu sendiri.
IPS merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang
mendapatkan porsi perhatian terbesar baik dari kalangan pendidik, orang tua
maupun anak. Tidak sedikit orangtua yang mempunyai persepsi bahwa IPS
adalah pengetahuan terpenting yang harus dikuasai anak. Karena adanya
tuntutan belajar IPS yang dipaksakan sehingga banyak anak-anak yang
mengalami kegagalan dan frustasi yang dampaknya dapat kita rasakan
terhadap kepribadian anak seperti enggan belajar, benci terhadap pelajaran,
merasa terpaksa ke sekolah, rasa rendah diri, dan berbagai efek negatif yang
lain. Hal ini membawa dampak pada hasil belajar siswa.
Salah satu metode pembelajaran yang telah terbukti mampu
mengoptimalkan hasil belajar adalah metode peta konsep atau disebut peta
pikiran (mind mapping). Menurut (Edward dalam Sulistiyaningsih, 2010) peta
pikiran (mind mapping) adalah cara paling efektif dan efisien untuk
memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan data dari atau ke otak. Peta
pikiran (Mind mapping) merupakan salah satu cara mencatat materi pelajaran
yang memudahkan siswa untuk belajar. Lebih lanjut (Edward dalam
Sulistiyaningsih, 2010) mengatakan bahwa, sistem mind mapping mempunyai
banyak keunggulan yang di antarnya: proses pembuatan mind mapping

menyenangkan, karena tidak semata-mata hanya mengandalkan otak kiri saja


dan sifatnya unik sehingga mudah diingat serta menarik perhatian mata dan
otak. Oleh karena itu metode peta pikiran (mind mapping) ini akan sangat
membantu memudahkan siswa dalam proses pembelajaran.
1. Identifikasi Masalah
Dari hasil proses pembelajaran serta nilai harian siswa, maka
peneliti menemukan permasalahan yang terjadi pada siswa VI SD Negeri
016 Tarakan pada mata pelajaran IPS yaitu sebagai berikut:
a. Kurangnya pemahaman siswa dalam penguasaan mata pelajaran IPS.
b. Kurang aktifnya siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, baik
aktif dalam menjawab pertanyaan guru maupun aktif bertanya jika
belum memahami materi.
c. Komunikasi antara siswa juga kurang lancar.
2. Analisis Masalah
Berdasarkan pengamatan peneliti selama mengajar, faktor-faktor
yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran
IPS, yaitu :
a. Selama pembelajaran, peneliti yang juga sebagai guru menyadari
metode pembelajaran yang digunakan monoton, sehingga kurang
menarik minat siswa.
b. Metode yang digunakan kurang bervariasi.
c. Guru mendominasi pembelajaran sehingga siswa tidak diberikan
kesempatan untuk lebih aktif dalam pembelajaran.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Salah satu metode pembelajaran yang telah terbukti mampu
mengoptimalkan hasil belajar adalah metode peta konsep atau disebut
peta pikiran (mind mapping). Menurut (Edward dalam Sulistiyaningsih,
2010) peta pikiran (mind mapping) adalah cara paling efektif dan efisien
untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan data dari atau ke
otak. Peta pikiran (Mind mapping) merupakan salah satu cara mencatat
materi pelajaran yang memudahkan siswa untuk belajar. Lebih lanjut

(Edward dalam Sulistiyaningsih, 2010) mengatakan bahwa, sistem mind


mapping mempunyai banyak keunggulan yang di antarnya: proses
pembuatan mind mapping menyenangkan, karena tidak semata-mata
hanya mengandalkan otak kiri saja dan sifatnya unik sehingga mudah
diingat serta menarik perhatian mata dan otak. Oleh karena itu metode
peta pikiran (mind mapping) ini akan sangat membantu memudahkan
siswa dalam proses pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan pada
perbaikan ini adalah Bagaimana meningkatkan hasil belajar IPS materi peta
dan komponennya melalui peta pikiran (Mind Mapping) pada siswa kelas VI
SD Negeri 016 Tarakan?.
C. Tujuan Perbaikan Pembelajaran
Perbaikan pembelajaran bertujuan untuk mendeskripsikan cara
meningkatkan hasil belajar IPS materi peta dan komponennya melalui peta
pikiran (Mind Mapping) pada siswa kelas VI SD Negeri 016 Tarakan.
D. Manfaat Perbaikan Pembelajaran
Hasil perbaikan ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai
berikut:
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menerapkan model
pembelajaran yang lebih tepat.
2. Sebagai masukan bagi guru untuk lebih memperhatikan kreativitas siswa
dalam proses belajar

serta meningkatkan

profesionalisme dalam

pembelajaran.
3. Sebagai sumbangan kepada pihak sekolah dalam rangka perbaikan proses
pembelajaran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri
seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat
pengalaman dan latihan. Tingkah laku yang baru itu misalnya tahu, timbulnya
pengertian-pengertian baru, perubahan dalam sikap, kebiasaan-kebiasaan,
keterampilan, kesanggupan menghargai, perkembangan sifat-sifat sosial,
emosional dan pertumbuhan jasmaniah (Hamalik, 2003)
Dimiyati (2006) jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku,
maka beberapa perubahan tertentu yang dimaksudkan kedalam ciri-ciri
belajar:
1. Perubahan yang terjadi secara sadar
Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau
sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu
perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya
bertambah, kecakapannya bertambah dll.
2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu
berlangsung terus-menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi
akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi
kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.
3. Perubahan belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah
dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumya.
Perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha
individu itu sendirinya.
4. Perubahan dalam belajar bukan sifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara (temporer) yang terjadi hanya
untuk beberapa saat saja, seperti keluar air mata dan sebagainya tidak

dapat digolongkan sebagai perubahan dalam pengertian belajar. Perubahan


yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini
berarti tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku benar-benar
disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah
menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik,
atau tingkatan kecakapan mana yang dicapainya. Dengan demikian,
perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah pada tingkah laku
yang telah ditetapkan.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses
belajar meliputi perbuatan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar
sesuatu sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara
menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan
sebagainya. Jadi, aspek perubahan yang satu berhubungan erat dengan
aspek lainnya. Dengan demikian ciri-ciri belajar sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari kerangka pemahaman terhadap masalah belajar.
Dari beberapa pernyataan diatas maka penulis menyimpulkan bahwa
belajar merupakan aktivitas mental atau psikis yang berlangsung pada diri
individu yang berinteraksi dengan lingkungannya dengan penuh kesadaran
dan hasil belajar itu ditandai adanya perubahan-perubahan baik dari cara
berfikir maupun bertingkah laku.
B. Hasil Belajar
Hasil

belajar

Menurut

Sudjana

(2009)

adalah

kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.


Sedangkan menurut Syamsuddin (1996) hasil belajar adalah wujud perubahan
tingkah laku yang bersifat fungsional, struktural, material, substansial dan
behavioral.

Menurut Bloom dalam Suparno (2001) ada 3 ranah (domain) hasil


belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga ranah tersebut menjadi
objek penilaian hasil belajar.
Hasil belajar adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam
suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktek atau latihan.
Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor (Sudjana, 2009), yaitu :
1. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari diri manusia sendiri. Faktor
internal terdiri dari faktor biologis (usia, kematangan, kesehatan) dan
faktor psikologis.
2. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri manusia. Faktor
eksternal terdiri dari faktor manusia (keluarga, teman, masyarakat) dan
faktor non manusia.
Hasil belajar dapat dilihat dari perubahan tingkah laku pada orang
yang telah mengalami proses belajar. Perubahan tingkah laku dalam
pembelajaran harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pemberian tes hasil
belajar yang diberikan pada setiap akhir proses belajar mengajar dapat
dilihat perkembangan hasil belajar pada suatu materi pelajaran. Hasil belajar
tersebut diperlihatkan dalam bentuk skor yang dapat dilihat oleh siswa.
Dari beberapa pendapat dapat diambil maknanya bahwa hasil belajar
IPS merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa dalam belajar
IPS dalam hal ini berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorisnya.
C. Mind Mapping (Peta Pikiran)
Mind Mapping (Peta Pikiran) dapat diartikan sebagai proses
memetakan

pikiran

untuk

menghubungkan

konsep-konsep

tentang

permasalahan tertentu dari cabang-cabang sel saraf membentuk korelasi


konsep menuju pada suatu pemahaman dan hasilnya dituangkan langsung di
atas kertas dengan animasi yang disukai dan gampang dimengerti oleh
pembuatnya. Sehingga tulisan yang dihasilkan merupakan gambaran
langsung dari cara kerja koneksi-koneksi di dalam otak. Senada dengan yang

dikemukakan dalam bukunya Pintar Mind Map Mind Mapping adalah cara
mengembangkan kegiatan berpikir ke segala arah, menangkap berbagai
pikiran dalam berbagai sudut. Mind Mapping mengembangkan cara berpikir
divergen, berpikir kreatif. Mind Mapping adalah alat berpikir organisasional
yang sangat hebat. Mind Mapping dapat diistilahkan sebagai Pisau tentera
Swiss Otak. Mind Mapping adalah cara termudah untuk menempatkan
informasi ke dalam otak dan mengambil informasi itu ketika dibutuhkan.
(Tony Buzan, 2008).
Hal itu juga dibenarkan oleh Eric Jensen yang menyatakan,
Mind Mapping merupakan teknik visualisasi verbal ke dalam gambar. Mind
Mapping sangat bermanfaat untuk memahami materi, terutama materi yang
diberikan secara verbal. Mind Mapping bertujuan membuat materi pelajaran
terpola secara visual dan grafis yang akhirnya dapat membantu merekam,
memperkuat, dan mengingat kembali informasi yang telah dipelajari. (R. Teti
Rostikawati, 2008)
Hasil dari Mind Mapping akan menggambarkan pola pikir seseorang
secara teratur, penuh dengan warna, garis lengkung, simbol, kata dan gambar
yang sesuai dengan satu rangkaian yang sederhana, mendasar, alami, dan
sesuai dengan cara kerja otak. Mind Mapping buka hal yang sukar dilakukan
dan berharga mahal, hanya membutuhkan kemauan untuk mengerti suatu
materi. Karena menurut Tony Buzan (2008), orang yang memperkenalkan
Mind Mapping untuk membuatnya hanya diperlukan bahan-bahan berikut:
kertas kosong tak bergaris, pena dan pensil warna, otak dan maginasi.
Sedangkan untuk Mind Mapping ada beberapa komponen yang harus
diperhatikan yaitu konsep utama, isu utama, sub isu (dari setiap isu utama),
sub-sub-isu (dari setiap isu), dan proposisi. Sehingga langkah-langkah dasar
Mind Mapping menurut Tony Buzan (2008) adalah:
1. Mulailah dari tengah kertas kosong
2. Gunakan gambar (simbol) untuk ide utama
3. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat.
4. Buatlah ranting-ranting yang berhubungan ke cabang dan seterusnya

5. Buatlah garis hubung yang melengkung


6. Gunakan satu kunci untuk setiap garis
7. Gunakan gambar
Sekarang ini, telah banyak yang merasakan dan mengakui bahwa
Mind Mapping sangat bermanfaat dalam kegiatan manusia, karena
menghasilkan catatan yang langsung menggambarkan cabang-cabang pikiran
pencatat, sehingga pencatat mudah memahami isi catatanya walaupun hanya
melihat sepintas dalam bukunya Buku Pintar Mind Map Toni Buzan
menuliskan beberapa nama para ahli yang sukses karena pekerjaannya
diawali dengan mind mapping. Mind Mapping dinilai dapat pemecahan
masalah dengan efektif.
Menurut Toni Buzan (2008) Mind Mapping dapat membantu kita
untuk banyak hal seperti merencanakan, berkomunikasi, menjadi lebih
kreatif, menyelesaikan masalah, memusatkan perhatian, menyusun dan
menjelaskan pikiran-pikiran, mengingat dengan baik, belajar lebih cepat dan
efisien dan melatih gambar keseluruhan
Sedangkan menurut De Porter (2002), jika dikaitkan dengan berpikir
kreatif, Mind Mapping dapat membantu:
1. Meningkatkan kecepatan berpikir
2. Memberi kita kelenturan yang terbatas
3. Menjelajah jauh dari pemikiran kita ke tempat ide-ide orisinal menunggu
Menurut Suyatno (2009) untuk anak-anak, Mind Mapping memiliki
manfaat, sebagai berikut: membantu dalam mengingat, mendapatkan ide,
menghemat waktu, berkonsentrasi, mendapatkan nilai yang lebih bagus,
mengatur pikiran dan hobi, media bermain, bersenang-senang dalam
menuangkan imajinasi yang tentunya memunculkan kreativitas
Mind Mapping yang dilakukan oleh siswa harus diarahkan oleh guru
agar Mind Map siswa searah dengan inti materi yang disajikan guru. Oleh
karena itu, jika Mind Mapping diterapkan dalam pembelajaran maka harus
melalui langkah-langkah konkrit membentuk sebuah model pembelajaran

yang dapat mengubah cara mencatat siswa dari linear panjang menjadi Mind
Map sintaksnya adalah sebagai berikut:
Informasi kompetensi, sajian permasalahan terbuka, siswa berkelompok
untuk menanggapi dan membuat berbagai alternatif jawaban, presentasi hasil
diskusi kelompok, siswa membuat kesimpulan dari hasil setiap kelompok,
evaluasi dan refleksi. (Herdian,2009)
Kelebihan pembelajaran model Mind Mapping :
1. Dapat mengemukakan pendapat secara bebas.
2. Dapat bekerjasama dengan teman lainnya
3. Catatan lebih padat dan jelas
4. Lebih mudah mencari catatan jika diperlukan.
5. Catatan lebih terfokus pada inti materi
6. Mudah melihat gambaran keseluruhan
7. Membantu Otak untuk : mengatur, mengingat, membandingkan dan
membuat hubungan
8. Memudahkan penambahan informasi baru
9. Pengkajian ulang bisa lebih cepat
10. Setiap peta bersifat unik
Kekurangan pembelajaran model Mind Mapping :
1. Hanya siswa yang aktif yang terlibat.
2. Tidak sepenuhnya murid yang belajar
3. Mind map siswa bervariasi sehingga guru akan kewalahan memeriksa
mind map siswa. (Herdian.2009)
D. Kerangka Berpikir
Mata pelajaran IPS perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari
sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.
Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan
memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup
pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Berdasarkan observasi, terungkap belajar IPS siswa belum bermakna


di kelas VI SD Negeri 016 Tarakan, sehingga pengertian siswa tentang konsep
sangat lemah dan pelajaran IPS pun dirasakan sulit dan membosankan. Hal
ini dapat dilihat dari rendahnya hasil belajar IPS siswa

materi pokok

sebelumnya. Pihak siswa atau anak didik tidak boleh disalahkan begitu saja
jika hasil belajarnya kurang atau jauh dari yang diharapkan bersama. Karena
banyak

faktor

yang

mempengaruhi dalam

proses

pembelajaran,

diantaranya faktor guru, siswa, metode mengajar, sarana dan prasarana


pendidikan maupun materi pelajaran. Dari beberapa faktor tersebut, faktor
yang dianggap cukup berperan penting adalah faktor gurunya dalam
menerapkan metode dan strategi belajar yang kurang tepat pada saat
proses belajar mengajar berlangsung.
Namun pada kenyataannya yang sampai kini terjadi adalah pelajaran
IPS di negeri ini seringkali justru menjadi sebuah beban bagi peserta didiknya
selain melalui muatan-muatan kurikulumnya, juga melalui pendekatannya
yang cenderung bersifat satu arah dan mengutamakan adanya pemaksaan
keyakinan. Melalui proses belajar mengajar seringkali peserta didik dijadikan
obyek dari sebuah proses transfer pengetahuan dengan menghafal muatanmuatan pelajaran IPS.
Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu proses belajar
dikelas yang memperhatikan peta pikir dalam proses pembelajaran. Adapun
tujuan dari peta pikiran ini adalah agar para siswa dapat memperoleh ilmu dari
IPS secara berjenjang mulai dari materi dasar hingga materi lanjutan. Dalam
penyusunan peta pikir ini diharapkan pula agar siswa mempunyai alur pikir
yang benar dan sistimatis didalam menyelesaikannya.
Peta pikir ini diusahakan berkesinambungan sehingga proses
pemahaman siswa tentang suatu materi tidak terputus. Peta pikir juga akan
membuat suatu keterkaitan materi dapat tergambar dengan jelas dan bisa
dipahami oleh para pendidik. Sehingga dalam pembuatan peta pikir
diperlukan pemikiran yang mendalam tentang keterkaitan setiap bidang materi
agar siswa bisa menerima dan memahaminya dengan mudah.

E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berfikir dapat dirumuskan
hipotesis tindakan

yaitu: model pembelajaran dengan menerapkan peta

pikiran (mind mapping) dapat memperbaiki hasil belajar IPS siswa.

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

B. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitan


1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam perbaikan pembelajaran ini adalah mata
pelajaran IPS kelas VI SD Negeri 016 Tarakan.
2. Tempat dan Lokasi Pelaksanaan
Tempat

: SD Negeri 016 Tarakan

Kelas

: VI (Enam)

Alamat

: Jl. KH. Dewantara No.95 RT. 12, Kr. Balik, Kota Tarakan

3. Waktu Pelaksanaan
a. Siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 07 Oktober 2014.
b. Siklus II dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 14 Oktober 2014.
C. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas. Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk penelitian
dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu yaitu pembelajaran menerapkan
penggunaan Peta Pikiran kepada siswa agar dapat memperbaiki atau
meningkatkan kualitas pembelajaran serta dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
Prosedur pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini terdiri dari siklussiklus yang dilaksanakan berulang dan berkelanjutan dengan harapan adanya
perubahan kearah peningkatan hasil yang diinginkan dari siklus pertama ke
siklus selanjutnya. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang
ingin dicapai.
Tahapan-tahapan

pelaksanaan

penelitian

tindakan

kelas

dapat

dijabarkan sebagai berikut:


1. Tahap Perencanaan Perbaikan
Pada tahap perencanaan siklus I, peneliti melakukan kegiatan
sebagai berikut:

1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran melalui pembelajaran


dengan Teknik Mind Mapping pada sub pokok bahasan pengertian
dan macam-macam peta.
2) Membuat dan menyiapkan perangkat pembelajaran.
3) Membuat lembar observasi.
4) Membuat tes formatif sebagai tes akhir siklus.
2. Tahap Pelaksanaan Perbaikan
Pada tahap pelaksanaan tindakan ini dilaksanakan kegiatan belajar
mengajar disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.
Adapun langkah-langkah pelaksanaannya secara garis besar adalah:
1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2) Siswa dibagi menjadi 5 kelompok secara heterogen.
3) Guru menjelaskan metode yang digunakan yaitu peta pikiran dan
menjelaskan cara membuat peta pikiran.
4) Kelompok siswa dituntut untuk membuat peta pikiran sesuai dengan
materi yang dipelajari.
5) Guru membimbing agar setiap kelompok saling mendiskusikan
kerjaannya.
6) Setiap kelompok mempersentasikan hasil kerjaannya.
7) Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran.
3. Tahap Observasi
Pada tahap observasi, guru melakukan kegiatan belajar mengajar
dengan model pembelajaran dengan peta pikiran untuk mengobservasi
peoses pembelajaran di dalam kelas dilakukan oleh supervisor 2 dengan
menggunakan lembar observasi.
4. Tahap Refleksi
Refleksi ini dilakukan pada setiap akhir siklus. Refleksi dilakukan
dengan tujuan untuk melihat ketuntasan hasil belajar siswa pada setiap
siklus. Pada tahap ini peneliti sebagai guru dan supervisor 2 melakukan
diskusi mengenai hasil perubahan yang telah diperoleh dengan melihat

hasil belajar dan hasil observasi pada setiap siklus yang digunakan
sebagai revisi dan acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.
C. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data perbaikan pembelajaran ini secara deskriptif
yang artinya hanya memaparkan data yang diperoleh melalui observasi dan
tes hasil belajar. Data yang diperoleh kemudian disusun, dijelaskan dan
dianalisis dengan cara menggambarkan atau mendeskripsikan data tersebut ke
dalam bentuk yang sederhana. Secara rinci analisis dilakukan dalam dua
tahap, yaitu:
1. Reduksi data
Pada tahap reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data
kasar yang muncul dari catatan-catatan yang diperoleh di lapangan.
2. Penyajian data
Untuk menghitung persentase ketuntasan hasil belajar keseluruhan
siswa yang diperoleh skor tes akhir siklus dihitung dengan menggunakan
rumus:

Keterangan :
E = Persentase ketuntasan belajar siswa
n = Jumlah siswa yang mencapai nilai 70 dari skor maksimal
N = Jumlah seluruh siswa

(Sudjana, 2009)

Hasil belajar siswa dikatakan tuntas, apabila memenuhi Kriteria


ketuntasan hasil belajar siswa sebagai berikut :
1) Ketuntasan perorangan, seseorang siswa dikatakan tuntas belajar
apabila telah mencapai skor 70 (Nilai KKM) dari skor maksimal
100.
2) Ketuntasan klasikal, suatu kelas dinyatakan tuntas apabila terdapat
minimal 80% dari jumlah siswa telah mencapai ketuntasan
individual. (Depdiknas : 2003)

BAB IV
HASIL PERBAIKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Perbaikan ini dilaksanakan dalam dua siklus, yang tiap siklus terdiri dari
satu pertemuan. Setiap pembelajaran dalam siklus, aktivitas guru dan siswa
akan dinilai oleh supervisor 2 dengan menggunakan lembar observasi dan pada
akhir siklus akan diberikan tes untuk mengetahui kemampuan siswa. Kemudian
hasil tes dan observasi tersebut dianalisis untuk mengetahui seberapa besar
peningkatan hasil belajar dan proses pembelajaran IPS dengan menerapkan
peta pikiran siswa persiklus sebagai bahan refleksi. Apabila permasalahan
tersebut belum terselesaikan, maka akan dipecahkan pada siklus berikutnya.
Sebelum menerapkan metode eksperimen maka terdapat permasalahanpermasalahan dari hasil pengamatan peneliti diantaranya rendahnya hasil
ulangan harian IPA siswa pada pokok bahasan sebelumnya. Lebih dari 50%
dari keseluruhan siswa kelas VI dinyatakan belum tuntas dengan nilai rata-rata
60,36. Nilai IPA siswa di katakan tuntas apabila lebih dari atau sama dengan
80% siswa mencapai nilai KKM yaitu 65. Selain itu, Siswa kurang aktif dalam
proses pembelajaran sehingga kurangnya siswa dalam memahami konsep
materi

pembelajaran

serta

selama

proses

pembelajaran

guru

masih

menggunakan metode pembelajaran konvensional sehingga siswa kebanyakan


terfokus pada guru sebagai sumber dalam proses pembelajaran
Secara garis besar, hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah hasil
belajar siswa dan hasil observasi. Adapun hasil penelitian pada setiap siklus
dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Hasil Pembelajaran Siklus I
a. Hasil belajar
Hasil belajar diperoleh dari tes akhir siklus yang diadakan setiap
akhir siklus untuk mengetahui kemampuan siswa kelas VI SD Negeri
016 Tarakan pada mata pelajaran IPS khususnya pada sub materi
pengertian dan jenis-jenis peta dengan menerapkan peta pikiran.

Nilai rata-rata hasil belajar IPS siswa pada siklus I setelah diterapkan
penerapan peta pikiran adalah 75,50. Ini berarti, terjadi peningkatan hasil
belajar dari rata-rata nilai pra siklus 66,36 menjadi 70,45 pada siklus I.
Berdasarkan data diperoleh bahwa dari 22 orang siswa yang
belum tuntas ada 7 orang dengan persentase 32% dan 15 orang yang
dinyatakan sudah tuntas dengan persentase 68%
b. Hasil Observasi
Berdasarkan hasil observasi oleh supervisor 2 diperoleh bahwa
pembelajaran keseluruhan dilinai cukup, dengan melihat hasil observasi
modus kriteria yang sering muncul pada setiap karakteristik adalah
cukup, sehingga kegiatan pembelajaran dinilai baik.
c. Hasil Refleksi
Berdasarkan hasil refleksi, maka pada perbaikan pembelajaran
siklus

terdapat

kekurangan-kekurangan

yang

menyebabkan

pembelajaran siklus I belum dapat dikatakan tuntas, diantaranya :


1) Beberapa siswa masih asing dengan metode yang diterapkan.
2) Beberapa siswa masih bingung untuk mengelompokkan ide-ide
sekunder di sekeliling ide utama.
3) Guru kurang menyampaikan secara terperinci tentang apa saja yang
harus dilakukan siswa sebelum melaksanakan proses mind mapping.
4) Guru kurang membimbing dan memotivasi semua kelompok secara
merata.
2. Hasil Pembelajaran Siklus II
a. Hasil belajar
Hasil belajar diperoleh dari tes akhir siklus diadakan setiap akhir
siklus untuk mengetahui kemampuan siswa kelas IV SD Negeri 016
Tarakan pada mata pelajaran IPS khususnya pada sub materi komponen
peta dengan menerapkan Peta Pikiran.
Nilai rata-rata hasil belajar IPS siswa pada siklus II setelah
diterapkan peta pikiran adalah 76,18. Ini berarti, terjadi peningkatan hasil
belajar dari rata-rata nilai siklus I 70,45 menjadi 76,18 pada siklus I.

Berdasarkan data diperoleh bahwa dari 22 orang siswa yang


belum tuntas ada 4 orang dengan persentase 18% dan 18 orang yang
dinyatakan sudah tuntas dengan persentase 85%.
b. Hasil Observasi
Berdasarkan hasil observasi oleh supervisor 2 diperoleh bahwa
pada perbaikan pembelajaran siklus II pembelajaran keseluruhan dinilai
sangat baik, dengan melihat hasil observasi modus kriteria yang sering
muncul pada setiap karakteristik adalah baik, sehingga kegiatan
pembelajaran dinilai baik. Hal ini berarti terjadi peningkatan proses
pembelajaran dari siklus I sehingga kekurangan-kekurangan pada siklus I
dapat teratasi.
c. Hasil Refleksi
Berdasarkan hasil belajar dan observasi siklus II, maka pada
perbaikan pembelajaran siklus II ini telah memenuhi indikator
keberhasilan suatu pembelajaran sehingga dapat dinyatakan tuntas.
Terdapat beberapa kelebihan-kelabihan dibandingkan pada pembelajaran
sebelumnya, diantaranya :
1) Peneliti sebagai pengajar telah melakukan persiapan yang baik
dalam mengajar.
2) Siswa lebih aktif dalam pembelajaran daripada pembelajaran
sebelum diterapkannya penggunaan peta pikiran.
3) Melalui mind mapping siswa lebih berpikir secara sistematis dan
analitis sehingga meningkatkan kecepatan berpikir siswa.
4) Siswa lebih memahami konsep materi, hal ini dikarenakan setiap
pertanyaan dari guru atau dari temannya ketika diskusi kelompok
selalu dijawab dengan baik.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Sebelum melaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan peta
pikiran terdapat permasalahan-permasalahan yang terjadi pada siswa kelas VI

SD Negeri 016 Tarakan yang menyebabkan hasil belajar IPS tergolong rendah,
permsalahan-permasalahan tersebut antara lain:
1. Kurang aktifnya siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, baik aktif
dalam menjawab pertanyaan guru maupun aktif bertanya jika belum
memahami materi.
2. Kurangnya pemahaman siswa dalam penguasaan mata pelajaran IPS.
3. Komunukasi antara siswa juga kurang lancar, sehingga menyebabkan
siswa malu bertanya dengan temannya jika belum memahami materi.
Berdasarkan

pengamatan

peneliti

yang

juga

sebagai

guru,

permasalahan-permasalahan tersebut terjadi karena beberapa hal, diantaranya :


1. Selama pembelajaran, guru menyadari metode pembelajaran yang
digunakan monoton, hanya menggunakan metode ceramah sehingga
kurang menarik minat siswa dan siswa merasa bosan.
2. Guru lebih mendominasi pembelajaran sehingga siswa tidak diberikan
kesempatan untuk lebih aktif dalam pembelajaran.
3. Guru kurang memanfaatkan media pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang terjadi, maka peneliti
terdorong untuk melakukan perbaikan pembelajaran yang bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar IPS melalui pembelajaran dengan penerapan peta
pikiran.
Pada siklus I, proses pembelajaran mengalami peningkatan, baik dari
hasil belajar maupun aktivitas pembelajaran karena berasarkan hasil refleksi
secara garis besar siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan mind mapping. Sehingga dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas
sebelum PTK yaitu 66,36 meningkat pada siklus I menjadi 70,45 dan
pembelajaran dinilai cukup oleh supervisor 2. Namun pada perbaikan siklus I
ini dari 22 orang siswa hanya 15 orang siswa dengan persentase 68% yang
dapat menguasai materi secara tuntas, dengan nilai 70. Sehingga perbaikan
pada siklus I tidak memenuhi indikator keberhasilan yaitu suatu kelas
dinyatakan tuntas apabila terdapat minimal 80% dari jumlah siswa telah
mencapai

ketuntasan

individual.

Dengan

demikian

proses

perbaikan

pembelajaran pada siklus I belum dapat dinyatakan tuntas. Sehingga perlu


diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus sebelumnya.
Berdasarkan hasil refleksi siklus I bahwa terdapat kekurangankekurangan proses pembelajaran pada siklus I yang menyebabkan indikator
keberhasilan belum tercapai. Dengan melihat kekurangan-kekurangan pada
aktivitas guru dan aktivitas siswa pada siklus I. diantaranya:
1. Aktivitas guru
Pada siklus I, kekurangan-kekurangan aktivitas guru menurut hasil
diskusi peneliti dan teman sejawat diantaranya :
a) Guru kurang terperinci menjelaskan metode yang diterapkan.
b) Bahasa yang digunakan guru sulit dipahami oleh siswa.
c) Guru kurang membimbing dan memotivasi siswa untuk saling
bekerjasama dengan kelompoknya.
2. Aktivitas siswa
Kekurangan-kekurangan aktivitas guru pada siklus I berpengaruh
terhadap aktivitas siswa, diantaranya :
a) Siswa masih bingung dengan metode yang diterapkan
b) Siswa kurang mengikuti apa yang diinsturksikan guru dengan baik.
c) Kurangnya kerjasama antar kelompok siswa.
d) Hanya beberapa siswa yang aktip dalam proses pembelajaran.
e) Siswa masih bingung menentukan ide-ide sekunder dalam penerapan
Peta Pikiran.
Sebelum melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II peneliti dan
teman sejawat merencanakan suatu tindakan untuk mengatasi kekurangankekurangan pada siklus I, diantaranya :
1. Guru menjelaskan lebih terperinci lagi tentang langkah-langkah membuat
Peta Pikiran, agar tidak ada siswa yang bingung dengan metode yang
diterapkan.
2. Penyampaian guru harus tepat, jelas dan bahasa yang digunakan mudah
dipahami oleh siswa.

3. Bimbingan dan motivasi lebih dioptimalkan lagi terutama dalam kerjasama


kelompok, agar semua siswa aktip dalam proses pembelajaran.
Pada siklus II, proses pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus
sebelumnya, baik dari hasil belajar maupun aktivitas pembelajaran. Hal ini
dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas siklus I yaitu 70,45 meningkat pada siklus
II menjadi 76,18 dan pembelajaran dinilai baik oleh supervisor 2. Serta dari 22
siswa terdapat 18 siswa dengan persentase 82% memperoleh nilai 70. Hal ini
menunjukkan bahwa pada perbaikan siklus II dapat dinyatakan tuntas, karena
80% dari jumlah siswa kelas VI mencapai nilai KKM mata pelajaran IPS
yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 70 dan rencana pembelajaran terlaksana
dengan baik. Oleh karena itu, peneliti dan teman sejawat memutuskan untuk
tidak melanjutkan tindakan pada siklus berikutnya. Dikarenakan hasil yang
diperoleh pada siklus II baik ditinjau dari segi proses maupun dari segi hasil
telah cukup untuk melihat peningkatan hasil belajar IPS siswa melalui
penerapan peta pikiran.
Berdasarkan hasil refleksi siklus II bahwa terdapat kelebihan-kelebihan
sehingga proses pembelajaran dapat dikatakan tuntas. Hal ini terlihat dari
aktivitas guru dan aktivitas siswa meningkat dari siklus sebelumnya,
diantaranya:
1. Aktivitas guru
Dalam aktivitas guru siklus II, langkah-langkah dalam pembelajaran dengan
menggunakan peta pikiran (mind mapping) telah terlaksana lebih optimal
dari siklus sebelumnya. Hal ini dapat di uraikan dalam hasil observasi oleh
teman sejawat, yaitu :
a) Guru membimbing siswa dalam mengidentifikasi ide pokok materi .
b) Guru membimbing siswa dalam mengidentifikasi ide khusus dari ide
pokok tersebut.
c) Guru mengontrol siswa dalam membuat peta pikiran dan membimbing
siswa yang mengalami kesulitan.

d) Guru membimbing dan memotivasi setiap siswa agar aktip dalam proses
belajar mengajar, baik aktif dalam bekerjasama maupun aktip dalam
presentasi hasil kerja.
2. Aktivitas siswa
a) Siswa mulai paham dengan metode yang diterapkan, hal ini dapat dilihat
siswa dapat menentukan ide-ide utama dan ide-ide sekunder pada materi.
b) Siswa lebih aktip dalam pembelajaran, hal ini karena semua siswa
bekerjasama dengan kelompoknya untuk membuat peta pikiran dan
banyaknya siswa bertanya atau memberi tanggapan pada saat diskusi
hasil kerja.
c) Siswa lebih mudah memahami materi dengan menggunakan peta pikiran.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perbaikan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar IPS siswa kelas VI SD Negeri 016 tahun pembelajaran 2014/2015
pada materi peta dan komponennya setelah diterapkan pembelajaran dengan
menerapkan peta pikiran mengalami peningkatan hasil belajar setiap siklusnya
dan rencana pembelajaran yang direncanakan terlaksana sesuai yang
direncanakan. Hal ini dapat dilihat pada peningkatan ketuntasan hasil belajar
setiap siklusnya dan hasil observasi. Pada siklus I dari 22 orang siswa terdapat
15 siswa dinyatakan tuntas dengan persentase ketuntasan hanya 68% serta
proses pembelajaran dinilai cukup. Sedangkan pada siklus II meningkat dari
22 orang siswa nilai terdapat 18 siswa dinyatakan tuntas dengan persentase
ketuntasan 82% serta proses pembelajaran dinilai baik.
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat peneliti berikan setelah melaksanakan
perbaikan, anatara lain:
1. Bagi siswa, agar dapat lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran IPS di
kelas, dengan selalu bekerjasama dengan siswa lain melalui kerja kelompok
guna mencapai hasil yang maksimal.
2. Bagi guru, bila menggunakan teknik mind mapping dalam meningkatkan
hasil belajar diharapkan dapat lebih memperhatikan pengelolaan kelas
dengan baik dan membimbing siswa dengan merata.
3. Bagi penulis, agar dapat mengkaji penelitian ini untuk menambah
pengetahuan guna meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya pelajaran
IPS.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, suhardjono dan supardi, 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:


Bumi Aksara
Buzan, T. 2008. Mind Map Untuk Meningkatkan Aktifitas, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
De Porter, dkk. 2002. Quamtum Teaching Memperaktikkan Quantum Teaching di
Ruang-ruang Kelas. Bandung : Mizan Media Utama.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2006 Standar Kompetensi
Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta : Depdiknas
Herdian, 2009, http://herdy07.wordpress.com /2009/04/29/model-pembelajaranmind-mapping/ (diakses pada tanggal 04 Oktober 2014)
Oemar Hamalik. 2003. Proses Belajar Mengajar. PT. Bumi Aksara. Bandung.
Rostikawati, T.R. 2008. Mind Mapping dalam Metode Quantum Learning
Pengaruh Terhadap Prestasi Belajar dan Kreativitas Siswa. (Online)
Tersedia : http://fikp.unpak.org/teti.htm (diakses pada tanggal 04 Oktober
2014)
Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Suparno, As. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Syamsuddin. 1996. Psikologi pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Syaiful Bahri Djamarah, 2000. Strategi Belajar Mengajar. PT. Rineka Cipta.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai