Anda di halaman 1dari 21

Judul

: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi


KPK Dan FPB Melalui Pembelajaran Kooperatif
Tipe Make A Match di Kelas SDK Frater Don
Bosco Tarakan

Nama

: Birgita Bibiana Roti

NIM

: 822147735

Email

: jamhari.arie@yahoo.co.id

ABSTRAK
Nama
NIM
Judul

: Birgita Bibiana Roti


: 822147735
: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi KPK Dan FPB
Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match di Kelas
SDK Frater Don Bosco Tarakan

Kata Kunci

: Hasil Belajar Matematika, Materi KPK dan FPB, Kooperatif


Tipe Make A Match

Rendahnya pemahaman siswa terhadap konsep matematika dan kurangnya


minat siswa dalam pembelajaran matematika menyebabkan rendahnya hasil
belajar matematika siswa kelas VI. Hal ini dikarenakan dalam penyampaian
materi pelajaran masih berjalan satu arah, guru menjadi pusat kegiatan. Oleh
karena itu, peneliti yang juga sebagai guru melakukan perbaikan pembelajaran
kooperatif tipe make a match.Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas
yang bertujuan untuk mendeskripsikan cara meningkatkan hasil belajar
matematika materi KPK dan FPB melalui pembelajaran kooperatif tipe make a
match di kelas SDK Frater Don Bosco Tarakan.Penelitian ini dilaksanakan
tanggal 09 Oktober 2014 dan 16 Oktober 2014 di SDK Frater Don Bosco Tarakan
di Jalan Jl. Pattimura No.1, Kota Tarakan, Tarakan. Teknik analisis data yang
digunakan adalah teknik analisis data kualitatif untuk hasil observasi dan
kuantitatif untuk hasil belajar.Dari hasil penelitian, diketahui pada siklus I dari 20
orang siswa hanya 65% siswa yang dapat dinyatakan dan proses pembelajaran
dinilai cukup, sedangkan pada siklus II dari 20 orang siswa terdapat 85% siswa
dinyatakan tuntas dan proses pembelajaran dinilai baik. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas
VI SDK Frater Don Bosco Tarakan pada materi KPK dan FPB setelah diterapkan
pembelajaran kooperatif tipe make a match mengalami peningkatan.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran matematika di SD mempunyai peranan cukup besar
dalam memberikan berbagai kemampuan ke-pada siswa untuk keperluan
penataan kemampuan berpikir dan kemampuan memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan tuju-an pendidikan matematika.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, di ketahui bahwa hasil
belajar matematika siswa kelas VI SDK Frater Don Bosco Tarakan masih
rendah, ini dapat dilihat dari rata-rata nilai ulangan harian pokok bahasan
sebelumnya adalah bahwa jumlah siswa yang tuntas kurang dari 50% dari
keseluruhan siswa, Nilai matematika siswa di katakan tuntas apabila lebih
dari atau sama dengan 80% siswa mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal) yaitu 70.
1. Identifikasi Masalah
Peneliti menemukan permasalahan yang terjadi pada siswa kelas
VI sebagai berikut :
a. Rendahnya pemahaman siswa terhadap konsep matematika.
b. Kurangnya keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran.
Akibatnya siswa memiliki banyak pengetahuan tetapi tidak terlatih
untuk menemukan pengetahuan dan konsep sendiri.
c. Siswa cenderung cepat bosan dalam mengikuti pelajaran yang
berdampak pada rendahnya hasil belajar.
d. Kurang kemandirian siswa dalam pembelajaran, hal ini bisa dilihat
apabila ada jam kosong siswa belum bisa memanfaatkannya
dengan baik.
2. Analisis Masalah
Berdasarkan pengamatan peneliti selama mengajar, faktor yang
menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam pengusaan mata
pelajaran matematika adalah sebagai berikut :

a. Dalam penyampaian materi pelajaran masih berjalan satu arah, guru


menjadi pusat kegiatan (teacher centered learning).
b. metode yang digunakan lebih banyak didominasi dengan ceramah
(konvensional).
c. Kurangnya guru menggunakan media pembelajaran.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Peneliti menggunakan model kooperatif teknik Make a Match
karena siswa dilibatkan dalam sebuah permainan yang menyenangkan
dengan mencari/mencocokkan sebuah kartu be-risi materi ajar. Dengan
adanya suasana yang menyenangkan, maka siswa akan tergugah
motivasinya untuk belajar dan memahami materi, juga akan merang-sang
kemampuan kognitif, afektif, dan motorik siswa.
Teknik Make a Match (mencari pasangan) adalah teknik
pembelajaran Kooperatif yang dikembangkan oleh Lorna Curran dengan
memberikan ke-sempatan kepada siswa untuk mem-pelajari suatu konsep
atau topik tertentu dalam suasana menyenangkan. (Lie, 2008)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan pada
penelitian ini adalah Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar matematika
materi KPK dan FPB melalui pembelajaran kooperatif tipe make a match di
kelas VI SDK Frater Don Bosco Tarakan?.

C. Tujuan Perbaikan
Perbaikan ini bertujuan untuk mendeskripsikan cara meningkatkan
hasil belajar matematika materi KPK dan FPB melalui pembelajaran
kooperatif tipe make a match di kelas VI SDK Frater Don Bosco Tarakan.
D. Manfaat Perbaikan
Hasil perbaikan diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi siswa : sebagai motivator agar siswa lebih aktif dalam belajar
matematika .

2. Bagi guru : sebagai bahan pertimbangan menerapkan pembelajaran


kooperatif tipe make a match, untuk dijadikan metode dalam mengajar
matematika.
3. Bagi penulis : sebagai pengalaman baru untuk menambah pengetahuan
guna

meningkatkan

Matematika.

kualitas

pembelajaran

khususnya

pelajaran

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar
Belajar menurut W.S. Winkel dikutip Sutadi (1996) adalah suatu
aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif
konstan dan berbekas.
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan
diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan
dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan
tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan kemampuan, daya reaksi, daya
penerima dan lain-lain aspek yang ada pada individu (Sudjana, 2001).
Belajar menurut Slameto (2003) merupakan suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memeperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya, perubahan-perubahan yang terjadi setelah interaksi
dengan lingkungannya tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku
Berdasarkan pendapat di atas, belajar adalah suatu proses yang
dilakukan individu dalam interaksi dengan lingkungannya, ditandai dengan
adanya perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari pengalamanpengalaman untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan
nilai sikap.
B. Tujuan Belajar
Hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses
belajar (Winkel,2005). Hasil belajar merupakan gambaran kemampuan siswa
dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu
kompetensi dasar (Sanjaya,2007),

Tujuan belajar merupakan komponen yang sangat penting dalam


belajar, karena tujuan menjadi pedoman bagi seluruh aktivitas belajar.
Sebelum proses belajar berlangsung, tujuan belajar harus ditetapkan lebih
dahulu (Sutadi, 1996). Kegunaan tujuan belajar menurut Sutadi antara lain:
1. Merupakan pedoman bagi guru untuk bahan pelajaran dan metode
mengajar serta memilih aktivitas yang efektif dan efisien.
2. Dipakai

sebagai

kriteria

internal

bagi

siswa

untuk

menilai

keberhasilannya dalam belajar, dengan adanya tujuan belajar siswa


mengetahui arah belajarnya.
3. Memandu guru menciptakan kondisi belajar yang menunjang pencapaian
tujuan belajar.
4. Membantu guru menyusun alat evaluasi yang dipergunakan untuk
mengetahui apakah proses belajar dan pembelajaran telah berhasil atau
gagal.
Tujuan belajar seyogyanya meliputi ranah kognitif, psikomotorik, dan
kalau mungkin ranah afektif. Ketiga ranah ini harus berkembang atau berubah
selama proses belajar berlangsung, mengingat tujuan pendidikan adalah
membentuk manusia yang utuh.
C. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaa atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum
dan lain-lain (Sutadi, 1996). Selanjutnya Joyce manyatakan bahwa setiap
model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran
untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran
tercapai.
Adapun Dimiyati

(2006) mengemukakan pembelajaran adalah:

Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistimatis dalam


mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan

berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para


pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Hal ini sejalan
dengan apa yang dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak bahwa model
pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar.
D. Pembelajaran Make A Match
Teknik metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan
dikembangkan oleh (Lie, 2008). Pembelajaran tipe make match merupakan
suatu metode mencari pasangan kartu jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
Sehingga setiap siswa yang mendapat kartu soal dituntut untuk mampu
menyelesaikan permasalahan yang ada. Kemudian mencari pasangan kartu
yang merupakan jawaban dari kartu yang dipegang. Salah satu keunggulan
tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu
konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan (Lie, 2008).
Adapun langkah-langkah dalam tipe make a match adalah sebagai
berikut (Suyatno, 2009).
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi persoalan dan kartu yang
berisi jawabannya.
2. Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari
kartu yang dipegang.
3. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan
kartunya (kartu soal/kartu jawaban)
4. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang
berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya
5. Guru memanggil kelompok yang telah mencocokkan kartu pasangannya
untuk mempresentasikan di kelas
6. Kesimpulan.
Adapun beberapa keunggulan dari make a match ini ialah (Trianto,
2007) :
1. Suasana
2. Kerjasama

kegembiraan
antar

akan

sesama

tumbuh

dalam

siswa

terwujud

proses

pembelajaran

dengan

3. Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa

dinamis.

Beberapa kelemahan dari make a match ialah sebagai berikut:


1. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan
2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak
bermain-main dalam proses pembelajaran.
3. Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai
Untuk mengatasi kelemahan pembelajaran kooperatif tipe Make A
Match diatas, maka penulis akan mengatur susunan tempat duduk kelompok
siswa, yang mendapat kartu soal dan kartu jawaban, agar waktu yang
digunakan lebih efektif dan siswa lebih mudah mendapatkan kartu
pasangannya.
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka dan rumusan masalah dapat dirumuskan
hipotesis tindakan

yaitu: dengan menggunakan pembelajaran make a

match. Maka hasil belajar matematika materi FPB dan KPK dikelas VI SDK
Frater Don Bosco Tarakan.

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

F. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitan, Pihak yang Membantu


1. Tempat dan Lokasi Pelaksanaan
Tempat

: SDK Frater Don Bosco Tarakan

Kelas

: VI

Alamat

: Jl. Pattimura No.1, Kota Tarakan

2. Waktu Pelaksanaan
a. Siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 09 Oktober 2014
b. Siklus II dilaksanakan pada hari Kamis, 16 Oktober 2014
3. Subjek Perbaikan
Subjek penelitian dalam perbaikan pembelajaran ini adalah mata
pelajaran matematika dengan topik FPB dan KPK.
4. Pihak yang membantu
a) Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amir M., M. Kes selaku supervisor
1.
b) Bapak Fr. Gorius CMM, S. Pd selaku kepala sekolah SD Kristen
Frater Don Bosco.
c) Ibu Yuliana Kaha,S.Pd selaku supervisor 2 dan penilai 1
d) Ibu Rofinus Lama Hoda, S.Pd selaku penilai 2
e) Siswa SDK Frater Don Bosco Tarakan kelas VI.
G. Desain Prosedur Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam perbaikan ini adalah penelitian
tindakan kelas (PTK). Menurut Supardi (2009), PTK adalah suatu pendekatan
untuk meningkatkan pendidikan dengan melakukan perubahan ke arah
perbaikan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang
dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap
siklus yaitu (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) pengamatan dan (d) refleksi.

Secara rinci prosedur pelaksanaan rancangan penelitian tindakan kelas


dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Permasalahan
Permasalahan yang timbul dalam penelitian ini adalah : Kurangnya
keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran, guru masih
menggunakan metode ceramah, Kurang kemandirian siswa dalam
pembelajaran, serta dengan melihat nilai ulangan harian matematika materi
pokok sebelumnya, lebih dari 50% siswa belum mencapai nilai KKM
untuk mata pelajaran matematika, yaitu 70.
Keadaan tersebut mendorong peneliti untuk meningkatkan nilai
hasil belajar siswa untuk materi pokok bilangan bulat dengan melakukan
proses pembelajaran melalui pembelajaran make a match.
2. Tahap perencanaan tindakan
Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan ini
adalah:
a. Membuat

rencana

pelaksanaan

pembelajaran

dengan

model

pembelajaran make a match.


b. Membuat kartu soal agar pembelajaran make a match dapat terlaksana.
c. Membuat alat evaluasi hasil belajar matematika siswa yang
dilaksanakan pada setiap akhir siklus.
d. Membuat lembar observasi aktifitas siswa dan guru yang mengajar,
untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas pada saat
model pembelajaran make a match dilaksanakan, dan sebagai bahan
untuk refleksi.
3. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tahap lanjutan dari tahap perencanaan adalah tahap pelaksanaan.
Dalam tahap ini menggambarkan proses berlangsungnya kegiatan
pembelajaran matematika, menggunakan pembelajaran make a match,
yang bertindak sebagai guru dalam penelitian ini adalah peneliti. Tahap
awal yang dilakukan oleh guru adalah, guru mengkondisikan siswa dan
memberi penjelasan tentang model pembelajaran yang akan digunakan,

dan kegiatan pembelajarannya akan dipantau oleh seorang supervisor 2,


dimana supervisor 2 tersebut mengamati kegiatan guru dan siswa.
Selanjutnya, pada pertemuan terakhir untuk masing-masing siklus
diadakan evaluasi hasil belajar matematika sesuai dengan materi yang
telah dibahas pada tiap-tiap siklus. Waktu yang digunakan dalam
pembelajaran untuk satu siklus adalah 2 jam pelajaran atau 70 menit, 50
menit digunakan untuk pelajaran dan 20 menit digunakan untuk tes akhir
siklus.

4. Tahap Observasi
Pada tahap observasi, peneliti bertindak sebagai guru melakukan
kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran make a match,
untuk mengobservasi aktivitas guru dan siswa di dalam kelas dilakukan
oleh supervisor 2 dengan menggunakan lembar observasi. Sedangkan
untuk mengobservasi hasil belajar siswa dengan menggunakan tes tiap
akhir siklus.
5. Tahap Refleksi
Kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahap ini, peneliti bersama
teman sejawat mendiskusikan kembali segala sesuatu yang dilakukan
dalam kegiatan pembelajaran dan hasil-hasilnya, dengan memperbaiki
proses pembelajaran dan melihat data hasil observasi setiap siklus. Hasil
analisis data tersebut digunakan sebagai acuan untuk merencanakan
tindakan pada siklus selanjutnya.
C. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif. Data
dalam statistik deskriptif dapat disajikan dalam bentuk grafik, tabel, dan
chart. Statistik deskriptif ini juga dapat menyajikan kecendrungan pemusatan
dalam bentuk rata-rata (mean), modus, dan median.
Analisis yang dilakukan meliputi :
a. Rata-rata

Rata-rata digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa


dengan menggunakan rata-rata skor hasil belajar masing-masing siklus
menggunakan rumus:

(Sudjana,2009)

Keterangan:
x

= Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada setiap siklus

= Banyaknya siswa
n

= Jumlah nilai seluruh siswa.

i 1

b. Persentase
Untuk menghitung persentase ketuntasan hasil belajar keseluruhan
siswa yang diperoleh skor tes akhir siklus dihitung dengan menggunakan
rumus:

Keterangan :
a = Jumlah siswa yang mencapai nilai 70 dari skor maksimal
b = Jumlah seluruh siswa

(Sudjana,2009).

Kriteria ketuntasan belajar siswa adalah :


1. Ketuntasan perorangan, seseorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila
telah mencapai skor 70 (Nilai KKM) dari skor maksimal 100.
2. Ketuntasan klasikal, suatu kelas dinyatakan tuntas apabila terdapat
minimal 80% dari jumlah siswa telah mencapai ketuntasan individual.
(Depdiknas : 2003)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penelitian ini dilaksanakan di SDK Frater Don Bosco Tarakan pada
siswa yang diberi perlakuan adalah siswa pada kelas VI dengan jumlah 20
orang siswa, dan peneliti mempercayakan kepada supervisor 2 untuk menjadi
observator dalam perbaikan ini, sebagai salah satu guru kelas di sekolah
tersebut.
Perbaikan ini dilaksanakan dalam dua siklus, yang tiap siklus terdiri dari
satu pertemuan. Pada akhir siklus diberikan tes untuk mengetahui kemampuan
siswa. Kemudian hasil tes tersebut dianalisis untuk mengetahui seberapa besar
peningkatan hasil belajar matematika siswa persiklus. Apabila permasalahan
tersebut belum terselesaikan, maka akan dipecahkan pada siklus berikutnya.
Analisis data dilakukan untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa dan
untuk mengetahui kemampuan guru dan siswa dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Nilai
akhir hasil belajar matematika diperoleh dari rata-rata nilai tes di akhir siklus.
Sebelum menerapkan pembelajaran kooperatif tipe make a macth maka
terdapat

permasalahan-permasalahan

dari

hasil

pengamatan

peneliti

diantaranya siswa cenderung pasif dalam mengikuti pelajaran yang diberikan


oleh guru kelas, selama proses pembelajaran guru masih menggunakan cara
lama yaitu metode konvensional dan siswa cenderung untuk membentuk
kelompok sendiri sehingga komunikasi dengan sesama siswa kurang lancar
serta melihat hasil ulangan harian matematika materi sebelumnya siswa
mencapai nilai 70 (Nilai KKM) masih dibawah 80% dari keseluruhan siswa
dengan nilai rata-rata 65.
Secara garis besar, hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah hasil
belajar siswa dan hasil observasi. Adapun hasil penelitian pada setiap siklus
dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Hasil Pembelajaran Siklus I


a. Hasil belajar
Hasil belajar diperoleh dari tes akhir siklus yang diadakan setiap
akhir siklus untuk mengetahui kemampuan siswa kelas VI SD SDK
Frater Don Bosco Tarakan pada mata pelajaran matematika khususnya
pada sub materi KPK dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe
make a match.

Dari 20 orang siswa terdapat 7 siswa tidak tuntas dengan


persentase 35% dan hanya 13 siswa yang tuntas dengan persentase 65%.
b. Hasil Observasi
Selama peneliti bertindak sebagai pengajar dengan melakukan
kegiatan-kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah
direncanakan sebelumnya, maka akan diobservasi oleh supervisor 2
dengan menggunakan lembar observasi untuk menilai kegiatan
pembelajaran dengan fokus observasi pembelajaran yang menerapkan
pembelajaran kooperatif tipe make a match. Hasil observasi siklus I yang
dapat dilihat pada lampiran.
Berdasarkan hasil observasi oleh supervisor 2 diperoleh bahwa
pembelajaran keseluruhan dilinai cukup, dengan melihat hasil observasi
modus kriteria yang sering muncul pada setiap karakteristik adalah
cukup, sehingga kegiatan pembelajaran dinilai cukup.
c. Hasil Refleksi
Berdasarkan hasil refleksi, maka pada perbaikan pembelajaran
siklus

terdapat

kekurangan-kekurangan

yang

menyebabkan

pembelajaran siklus I belum dapat dikatakan tuntas, diantaranya :


1. Beberapa siswa masih belum paham dengan pembelajaran yang
diterapkan.
2. Beberapa siswa enggan bekerjasama, dan langsung mencocokkan
kartu yang dipegang tanpa menulis cara mendapatkan jawaban,
3. Guru kurang menjelaskan secara terperinci langkah-langkah kegiatan
kooperatif tipe make a match.

2. Hasil Pembelajaran Siklus II


a. Hasil belajar
Hasil belajar diperoleh dari tes akhir siklus diadakan setiap akhir
siklus untuk mengetahui kemampuan siswa pada mata pelajaran
matematika khususnya pada sub materi FPB dengan menerapkan
pembelajaran kooperatif tipe make a match.
Dari 20 orang siswa terdapat 3 siswa tidak tuntas dengan
persentase 15% dan hanya 17 siswa yang tuntas dengan persentase 85%.
b. Hasil Observasi
Berdasarkan hasil observasi oleh supervisor 2 diperoleh bahwa
pada perbaikan pembelajaran siklus II pembelajaran keseluruhan dinilai
baik, dengan melihat hasil observasi modus kriteria yang sering muncul
pada setiap karakteristik adalah baik, sehingga kegiatan pembelajaran
dinilai baik. Hal ini berarti terjadi peningkatan proses pembelajaran dari
siklus I sehingga kekurangan-kekurangan pada siklus I dapat teratasi.
c. Hasil Refleksi
Berdasarkan hasil belajar dan observasi siklus II, maka pada
perbaikan pembelajaran siklus II ini telah memenuhi indikator
keberhasilan suatu pembelajaran sehingga dapat dinyatakan tuntas. Hal
ini tidak lepas karena adanya optimalisasi pembelajaran pada siklus II
berdasarkan hasil refleksi siklus I, oleh karena itu selama menerapkan
pembelajaran kooperatif tipe make a match, terdapat beberapa kelebihankelabihan dibandingkan pada pembelajaran sebelumnya, diantaranya :
1) Peneliti sebagai pengajar telah melakukan persiapan yang baik
dalam mengajar.
2) Penjelasan materi yang disampaikan cukup jelas dan sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
3) Siswa tidak terlihat bosan dan mengantuk pada saat pelajaran
disampaikan,

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Sebelum melaksanakan proses pembelajaran kooperatif tipe make a
match, permasalahan dalam perbaikan ini adalah kurangnya keterlibatan siswa

secara aktif dalam pembelajaran, guru masih menggunakan metode ceramah,


Kurang kemandirian siswa dalam pembelajaran, serta dengan melihat nilai
ulangan harian matematika materi pokok sebelumnya, lebih dari 50% siswa
belum mencapai nilai KKM untuk mata pelajaran matematika yaitu 70 dengan
nilai rata-rata 65,0.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah diterapkan, terlihat
bahwa data yang dikumpulkan telah memenuhi dan sesuai dengan indikator
dan format panduan observasi. Dalam melaksanakan model pembelajaran
kooperatif tipe make a match terlebih dahulu diperkenalkan kepada siswa,
bahwa pembelajaran yang akan dilaksanakan berbeda dengan pembelajaran
yang biasa dilaksanakan. Model pembelajaran ini mengandalkan kerjasama
siswa, untuk mencari pasangan kartu jawaban atau kartu soal dari kartu yang
dipegang. Sehingga setiap kelompok siswa yang mendapat kartu soal dituntut
untuk mampu menyelesaikan permasalahan yang ada. Kemudian mencari
pasangan kartu yang merupakan jawaban dari kartu yang dipegang. Salah satu
keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai
suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. (Lie, 2008).
Adapun hasil pembahasan pada setiap siklus dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Siklus I
Pembelajaran yang dilakukan tiap siklus mempengaruhi hasil
belajar matematika siswa yaitu rata-rata hasil belajar matematika siswa
pada nilai awal sebelum diterapkan pembelajaran kooperatif tipe make a
match sebesar 65 pada siklus I meningkat menjadi 70, tetapi dari 20 siswa

hanya

65% siswa dinyatakan tuntas dan hasil observasi siklus I

menunjukkan proses pembelajaran dinilai baik. Berdasarkan hasil refleksi


siklus I hal tersebut terjadi karena terdapat kekurangan-kekurangan dalam
proses pembelajaran berdsarkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif
tipe make a math seperti :

a. Guru suadah menyiapkan beberapa kartu yang berisi persoalan dan


kartu yang berisi jawabannya,
b. Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal
dari kartu yang dipegang,
c. Sebagian besar siswa masih bingung pada saat siswa mencari
pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya
sehingga pembelajaran kurang kondusif.
d. Hanya beberapa siswa yang dapat mencocokkan kartu pasangannya
dan mempresentasikannya di kelas
Beradasarkan hal tersebut, perlu diadakan proses pembelajaran kooperatif
tipe make a macth pada siklus selanjutnya.
2. Siklus II
Pada siklus II, proses pembelajaran kooperatif tipe make a match
mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar
siswa siklus II meningkat dari 70 pada siklus I menjadi 75,25 dan dari 20
orang terdapat 85%. Selain itu, hasil observasi pada siklus II proses
pembelajaran dinilai baik. Oleh karena itu, kriteria ketuntasan belajar
siswa telah tercapai yaitu kelas dinyatakan tuntas apabila terdapat minimal
80% dari jumlah siswa telah mencapai nilai 70 (nilai KKM) untuk mata
pelajaran matematika.
Pada siklus ke-II hasil belajar yang diperoleh lebih dari 80% dari
jumlah siswa telah mencapai standar KKM yang ditetapkan dan proses
pembelajaran berdasarkan penilaian supervisor 2 telah baik sehingga
peneliti dan supervisor 2 sepakat untuk tidak melanjutkan perbaikan pada
siklus selanjutnya.
Dari uraian hasil perbaikan dan pembahasan, ternyata hipotesis
tindakan dapat diterima yaitu dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe make a match, maka hasil belajar matematika siswa pada
pokok bahasan KPK dan FPB dikelas VI SDK Frater Don Bosco Tarakan
mengalami peningkatan dan pembelajaran yang direncanakan terlaksana

dengan sangat baik. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe make a


macth terlaksana dengan baik seperti :
a. Guru menjelaskan lagi lebih terperinci langkah-langkah yang harus
dilakukan siswa sebelum pembelajaran kooperatif tipe make a macth
dimulai,
b. Guru sudah menyiapkan beberapa kartu yang berisi persoalan dan
kartu yang berisi jawabannya dengan baik,
c. Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal
dari kartu yang dipegang,
d. Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan
kartunya.
e. Sebagian besar siswa yang dapat mencocokkan kartu pasangannya
f. Sebagian besar siswa dapat mempresentasikan hasil kerjaannya.
Setelah melakukan perbaikan pembelajaran oleh peneliti dan di
observasi

oleh

supervisor

2,

maka

dengan

menerapkan

model

pembelajaran kooperatif tipe make a match dalam pembelajaran matematika


pokok bahasan KPK dan FPB di kelas VI SDK Frater Don Bosco Tarakan
terdapat kemajuan-kemajuan yang diperoleh yaitu sebagai berikut :

a. Peneliti sebagai pengajar telah melakukan persiapan yang baik dalam


mengajar
b. Siswa tidak terlihat bosan dan mengantuk pada saat pelajaran
disampaikan.
c. Melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
pada bab sebelumnya dari siklus I dan siklus II ketuntasan hasil belajar siswa
mengalami peningkatan dan mencapai kriteria ketuntasan belajar siswa yang
sudah ditetapkan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan
pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa pada pokok bahasan KPK dan FPB di kelas VI SDK Frater
Don Bosco Tarakan.

B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat peneliti berikan setelah melaksanakan
penelitian, anatara lain:
1. Bagi siswa, agar dapat lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran matematika
di kelas, dengan selalu bekerjasama dengan siswa lain melalui kerja
kelompok guna mencapai hasil yan maksimal.
2. Bagi guru, bila menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a
match dalam meningkatkan hasil belajar diharapkan dapat lebih
memperhatikan pengelolaan kelas dengan baik dan membimbing siswa
dengan merata.
3. Bagi penulis, agar dapat mengkaji penelitian ini untuk menambah
pengetahuan guna meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya pelajaran
matematika.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto S, suhardjono dan supardi, 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Bumi Aksara
Cianda.
2013.
Model
Pembelajaran
Make
a
Macth.
http://coretanpenacianda.wordpress.com/2013/02/10/modelpembelajaran- make-a-match/. (diakses hari selasa tanggal 28 oktober 2014 jam
11.45 WITA).
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2006 Standar Kompetensi
Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta : Depdiknas
Dimayati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka
Cipta
Lie, A. 2008. Cooperative Learnining. Jakarta : PT. Grasindo
Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana
Slameto. 2003. Belajar dan Faktorfaktor yang Mempengaruhinya. Jakarta :
Rineka Cipta
Sudjana, N. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:Sinar Baru.
Sutadi, Rusda Koto. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Semarang:IKIP Semarang
Press.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo : Masmedia Buana


Pustaka
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Konsep,
Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan(KTSP). Jakarta: Kencana.
Winkel, W.S. 2005. Psikologi Pengajaran, Jakarta: Grafindo

Anda mungkin juga menyukai