: Tn. Budi
Alamat lengkap
Bentuk Keluarga
: Extended Family
Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga Tn. Budi yang Tinggal dalam Satu Rumah
No Nama
1.
2.
Tn. Budi
Ny. Narsi
Tn.
3.
Suwarno
4. Ny. Tari
5. Ny. Mita
6. Ny. Sari
An.
7.
Dicky
An.
8.
Nanda
9. An. Elin
An.
10.
Indah
11. An Apin
An.
12.
Ridho
Keduduka
n
KK
Istri
L
Umur
/P
L 63 th
P 58 th
Pendidika
n Terakhir
SD
SD
Pekerjaa
n
Swasta
Swasta
Pasien/
Bukan
Bukan
Bukan
Menantu
30 th
SMP
Swasta
Bukan
Anak
Anak
Anak
P
P
P
28 th
26 th
24 th
Swasta
Swasta
Swasta
Bukan
Bukan
Bukan
Anak
14 th
SD
Bukan
Anak
10 th
Bukan
Anak
7 th
Bukan
Anak
5 th
Bukan
Anak
4 th
Bukan
Anak
2 th
Pasien
Gizi kurang
Ket.
-
Kesimpulan
Pasien atas nama An. Ridho merupakan cucu dari kepala keluarga Tn.
Budi (63 th) dan istrinya, Ny. Narsi (58 th). Pasien saat ini didapatkan gizi kurang.
Pasien merupakan anak dari pasangan Tn. Suwarno (30 th) dan Ny. Sari (24 th).
Pasien juga tinggal serumah dengan keluarga yang lainnya, yaitu kakak dari ibu
pasien, Ny. Tari (28 th) yang bersuamikan Tn. Suwarno (30 th) namun belum
dikaruniai anak. Pasien juga tinggal serumah dengan yaitu kakak dari ibu pasien
yang lainnya, yaitu Ny. Mita yang juga bersuamikan Tn. Suwarno (30 th), dan
memiliki anak yang juga tinggal satu rumah yaitu Dicky (14 th), Nanda (10 th),
Elin (7 th), Indah (5 th), dan Apin (4 th).
TAHAP II
STATUS PENDERITA
A. PENDAHULUAN
Laporan ini disusun berdasarkan kasus yang didapat dari seorang
pasien anak dengan gizi kurang, berjenis kelamin laki-laki, usia 2 tahun,
dengan berbagai permasalahan yang dihadapi pasien.
Status gizi merupakan salah satu indikator kesehatan yang dinilai
keberhasilan pencapaiannya dalam MDGs. Status gizi balita diukur
berdasarkan umur (U), berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Variabel BB
dab TB ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu berat
badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat
badan menurut tinggi badan (BB/TB). Status gizi adalah keadaan tubuh
sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ini
menjadi penting karena merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya
kesakitan dan kematian.
Gizi
kurang
merupakan
salah
satu persoalan
utama
dalam
pembangunan manusia. Di dunia, satu dari tiga anak meninggal setiap tahun
akibat buruknya kualitas nutrisi. Sebuah riset juga menunjukkan setidaknya
3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena kekurangan gizi serta buruknya
kualitas makanan. Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa 54
persen kematian anak disebabkan oleh keadaan gizi yang buruk.
Di Indonesia, gizi buruk
kematian anak. Menurut Menteri Kesehatan, saat ini prevalensi gizi kurang
pada balita masih 17,9 persen. Sementara target Millenium Development
Goals tahun 2015 adalah gizi buruk ditekan hingga 15 persen. Di tingkat
provinsi, persentase balita dengan gizi kurang (BB/U) Provinsi Jawa Tengah
tahun 2011 sebesar 5,35%.
Masalah gizi tidak hanya menimbulkan masalah kesehatan, tetapi juga
menurunkan kualitas sumber daya manusia serta dapat mengancam ketahanan
nasional. Keadaan gizi kurang dan buruk dapat menurunkan daya tahan tubuh
terhadap berbagai penyakit, terutama penyakit infeksi yang mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan jaringan otak yang akan
mengurangi kualitas sumber daya manusia Indonesia. Dengan demikian,
masalah gizi kurang perlu mendapatkan perhatian khusus dan tata laksana
yang sesuai.
B. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: An. Ridho
Umur
: 2 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Belum bekerja
Pendidikan
: Belum bersekolah
Agama
: Islam
Alamat
Status pernikahan
: Belum Menikah
Suku
: Jawa
mengatakan pasien sering rewel. Buang air besar dan buang air kecil tidak
ada keluhan. BAB 1 kali sehari, warna coklat kekuningan, @ setengah
gelas aqua. BAK 5-6 kali sehari, warna kuning jernih, @ sepertiga gelas
aqua.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat sakit gula
b. Riwayat sakit asma
c. Riwayat alergi obat/makanan
d. Riwayat trauma
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
6. Riwayat Iunisasi
Pasien telah mendapatkan imunisasi dasar.
Tabel 2. Imunisasi yang Telah didapatkan Pasien
0 hari
1 bulan
2 bulan
3 bulan
4 bulan
9 bulan
Hepatitis B 0
BCG, Polio 1
DPT/HB 1, Polio 2
DPT/HB 2, Polio 3
DPT/HB 3, Polio 4
Campak
5. Telinga
6. Mulut
(-)
: sariawan (-), mulut terasa asam (-), mukosa basah (+),
7. Tenggorokan
8. h. Pernafasan
keluhan.
: BAK 4-5 kali sehari warna kuning jernih dan jumlah
Atas kiri
Bawah kanan
Bawah kiri
D. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 19 Mei 2014
1. Keadaan Umum
Kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan kurang
2. Tanda Vital
Tensi
: 100/70 mmHg
Nadi
Pernafasan
: 19 x/menit
Suhu
VAS
:1
3. Status Gizi
BB
: 8.4 kg
7
TB
: 79 cm
BB/U
: -3 < SD < -2
BB/TB
: -3 < SD < -2
TB/U
: -3 < SD < -2
Status gizi
: gizi kurang
4. Kulit
Sawo matang, rambut hitam, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), pucat (-),
venektasi (-), petechie (-), spider nevi (-), luka (-).
5. Kepala
Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut sukar dicabut.
6. Mata
Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek
kornea (+/+).
7. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (+), epistaksis (-), deviasi septum (-).
8. Mulut
Bibir pucat (-), bibir kering (-), papil lidah atrofi (-), gusi berdarah (-), gigi
tanggal (-)
9. Telinga
Membran timpani intak, sekret (-)
10. Tenggorokan
Tonsil membesar (-), faring hiperemis (-), dahak (-)
11. Leher
JVP tidak meningkat, trakea di tengah, KGB tidak membesar
12. Thoraks
Normochest, simetris, pernapasan thoracoabdominal, retraksi (-), spider nevi
(-), pulsasi infrasternalis (-), sela iga melebar (-)
- Cor
: SIC II LPSS
: SIC II LPSD
: SIC V LMCS
Edema
Sianosis
Pucat
Akral dingin
Kuku pucat
Fungsi motorik
Fungsi sensorik
Reflek fisiologis
Extremitas inferior
Dextra
Sinistra
5
5
Normal
Normal
+2
+2
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
F. RESUME
Pasien datang dengan keluhan badan kurus yang tampak sejak
kurang lebih 1,5 tahun yang lalu. Pasien hanya mau makan 2 sendok setiap
kali makan, dengan saur dan lauk pauk seadanya. Pasien sering minta
minum susu, 4-5 botol sehari. Keluhan batuk dan demam disangkal, pilek
dirasakan sejak 2 minggu sebelumnya. Keluarga mengatakan pasien sering
rewel. Buang air besar dan buang air kecil tidak ada keluhan. Pasien lahir
spontan, dibantu oleh bidan. Ibu pasien tidak rutin memeriksakan
kandungannya ke bidan dengan alasan tidak ada yang mengantar. Pasien
mendapatkan imunisasi di Puskesmas.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak compos
mentis, status gizi kesan kurang. Tanda vital T: 100/70 mmHg, N: 92
x/menit, RR: `19 x/menit, S: 36,0C peraxiller, BB: 8.4 kg, TB: 79 cm.
G. FLOW SHEET
Nama
: An. Ridho
Keluhan/
Kondisi
pasien
14Keluhan :
11
Badan
2014 kurus
Tgl
Pemeriksaan Fisik
Tensi: 100/70
mmHg
Nadi: 92 x/menit,
reguler, isi dan
tegangan cukup
Pernafasan :19x
/menit
Suhu :36,0oC
(axiler)
BB : 8.4 kg
TB : 79 cm
Terapi
Planning
Kuratif :
Curvit 1x1
1. Lanjut
terapi
Promotif :
Edukasi kepada
keluarga pasien tentang
cara membuat susu
formula yang benar
2. Kontrol ke
Puskesmas
Sibela sesuai
jadwal
Edukasi kepada
keluarga pasien tentang
kebutuhan kalori yang
Target
Meningkatkan
berat badan
pasien dan
kesadaran
keluarga
tentang
pentingnya
makanan
bergizi bagi
balita
10
Px Paru, jantung,
dan abdomen dalam
batas normal
Ekstremitas dalam
batas normal
2.
18Berat Badan
11sedikit
2014 bertambah.
Keluhan
pilek
membaik.
.
Tensi: 100/70
mmHg
Nadi: 92 x/menit,
reguler, isi dan
tegangan cukup
Pernafasan :19x
/menit
Suhu :36,0oC
(axiler)
BB : 8.6 kg
TB : 79 cm
Kuratif :
Curvit 1x1
1. Terapi
lanjut
Promotif :
Edukasi kepada
keluarga pasien tentang
cara membuat susu
formula yang benar
2. Kontrol ke
Puskesmas
Sibela sesuai
jadwal
Edukasi kepada
keluarga pasien tentang
kebutuhan kalori yang
cukup untuk balita
Meningkatkan
berat badan
pasien dan
kesadaran
keluarga
tentang
pentingnya
makanan
bergizi bagi
balita
Edukasi kepada
keluarga pasien tentang
cara menyiapkan menu
makanan yang bergizi
tetapi tidak mahal
11
(-)
Px Paru, jantung,
dan abdomen dalam
batas normal
3.
Ekstremitas dalam
batas normal
22Berat Badan Tensi: 100/70
11bertambah. mmHg
2014 Keluhan
Nadi: 92 x/menit,
pilek
reguler, isi dan
membaik
tegangan cukup
Pernafasan :19x
/menit
Suhu :36,0oC
(axiler)
BB : 8.8 kg
TB : 79 cm
Kuratif :
Curvit 1x1
Promotif :
Edukasi kepada
keluarga pasien tentang
cara membuat susu
formula yang benar
Edukasi kepada
keluarga pasien tentang
kebutuhan kalori yang
cukup untuk balita
1. Terapi
lanjut
2. Kontrol ke
Puskesmas
Sibela sesuai
jadwal
Meningkatkan
berat badan
pasien dan
kesadaran
keluarga
tentang
pentingnya
makanan
bergizi bagi
balita
.
Edukasi kepada
keluarga pasien tentang
cara menyiapkan menu
makanan yang bergizi
tetapi tidak mahal
Px Paru, jantung,
dan abdomen dalam
batas normal
Ekstremitas dalam
batas normal
12
TAHAP III
IDENTIFIKASI FUNGSI - FUNGSI KELUARGA
A. FUNGSI HOLISTIK
1.
Fungsi Biologis
Penderita atas nama An. Ridho (2 th). Bentuk keluarga Penderita
extended family. Penderita tinggal dalam satu rumah dengan Ibu, Ny. Sari
(24 tahun), Ayah Tn. Suwarno (30 th), 2 Kakak ibunya yaitu Ny. Tari (28
tahun) dan Ny. Mita (26 tahun), Kakek Tn. Budi (63 tahun), Nenek (Ny.
Narsi, 58 tahun) dan 5 orang sepupu yaitu An. Dicky (14 tahun), An.
Nanda (10 tahun), An. Elin (7 tahun), An. Indah (5 tahun), An. Apin (4
tahun). Keluarga memahami kondisi pasien dan berupaya memberikan
kondisi yang nyaman bagi pasien.
2.
Fungsi Psikologis
Hubungan pasien dengan keluarga inti tidak terlalu baik. Pasien
diperiksakan ke puskesmas oleh kakak ibu pasien (Ny. Tari) dengan
diantar Ketua RT setempat. Kakak ibu pasien beberapa kali datang ke
Puskesmas diantar ketua RT untuk pelayanan imunisasi. Ibu pasien
belum pernah memeriksakan Pasien baik ke posyandu maupun
puskesmas dengan alasan sibuk bekerja dan tidak ada yang mengantar.
3.
Fungsi Sosial
Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam
masyarakat. Tidak terdapat masalah dalam hubungan penderita dan
keluarga ataupun dengan masyarakat disekitar rumah. Penyakit yang
diderita tidak mengurangi keaktifan pasien di masyarakarat.
4.
Fungsi Ekonomi
Pemasukan utama keluarga ini berasal dari Kakek pasien yang
bekerja sebagai tukang becak. Pemasukan yang lain berasal dari Ayah
pasien (Tn. Suwarno) yang bekerja sebagai pengamen, Nenek (ny. Narsi),
Ibu (Ny. Sari), dan Kakak dari Ibu Pasien (Ny. Mita) yang bekerja
sebagai buruh pabrik plastik. Pasien belum memiliki jaminan kesehatan
13
5.
B. FUNGSI FISIOLOGIS
Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR
score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau
dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya
dengan anggota keluarga yang lain.
1. Adaption
An. Ridho sehari-hari diasuh oleh kakak ibunya (Ny. Tari) karena Ibu pasien
(Ny. Sari) bekerja. Dalam menghadapi masalah, pasien masih kurang
mendapatkan perhatian dari anggota keluarga lainnya, dilihat dari pasien
dan pengasuh yang diantar ke pelayanan kesehatan oleh orang diluar
keluarganya.
2. Partnership
Setiap ada permasalahan mengenai pasien, Ny. Tari memberitahu anggota
keluarga dewasa lainnya.
3. Growth
An. Ridho mendapat dukungan dari pengasuhnya dan peduli dengan
kesembuhan pasien.
4. Affection
Dalam keluarga cukup terdapat rasa saling menyayangi satu sama lain.
5. Resolve
Kuantitas maupun kualitas kebersamaan anggota keluarga masih perlu
ditambah.
Skoring
Hampir selalu
: 2 poin
Kadang kadang
: 1 poin
: 0 poin
14
: baik
5- 7
: sedang
1-4
: buruk
Tn
Ny.
.B
2
N
2
S
1
T
1
M
1
S
2
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
15
SUMBER
SOCIAL
PATOLOGI
KET
Interaksi sosial cukup antar anggota keluarga. Keluarga tidak terlalu aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Kondisi yang
dialami An. Ridho tidak mengurangi keaktifan Tn.Saijo di
CULTURAL
Masyarakat
Banyak tradisi budaya yang masih diikuti seperti mengikuti acara-acara yang bersifat hajatan, sunatan, dll. Pasien
RELIGION
ECONOMY
EDUCATION
MEDICAL
mencari
pelayanan
kesehatan,
pasien
belum
16
Kesimpulan
Dalam keluarga An. Ridho ini, didapatkan hampir semua fungsi
patologis, diantaranya adalah ketidaktaatan beragama, pendapatan ekonomi
yang masih rendah dan tidak menentu, tingkat pendidikan keluarga yang
masih rendah serta perhatian dan pengetahuan mengenai kondisi dan faktorfaktor yang mempengaruhi kondisi pasien masih kurang.
D. GENOGRAM
17
Kesimpulan
18
Kakak pertama dari Ibu An. Ridho (Ny. Dewi) sudah meninggal. Saat
ini pasien tinggal dalam satu rumah dengan Ibu, Ny. Sari (24 tahun), Ayah Tn.
Suwarno (30 th), 2 Kakak ibunya yaitu Ny. Tari (28 tahun) dan Ny. Mita (26
tahun), Kakek Tn. Budi (63 tahun), Nenek (58 tahun) dan 5 orang sepupu
yaitu An. Dicky (14 tahun), An. Nanda (10 tahun), An. Elin (7 tahun), An.
Indah (5 tahun), An. Apin (4 tahun).
E.
Pemahaman
19
Sikap
Keinginan pasien dan keluarga untuk perbaikan kondisi pasien
besar akan tetapi faktor sosial ekonomi pasien dan keluarga masih menjadi
suatu hambatan. Perbaikan pola makan dan pola hidup bersih sehat belum
bisa di implementasikan dengan baik.
3. Tindakan
Pasien dan keluarga memperlihatkan tindakan yang jauh dari
memperjuangkan kesembuhan penyakit. Beberapa tindakan seperti makan
tidak teratur, porsi makan kurang, tidak rutin menimbangkan badan ke
posyandu, menunjukkan pasien dan keluarga pasien belum menyadari
pentingnya pengobatan dan menharapkan kondisi pasien lebih baik.
G. FAKTOR-FAKTOR NON PERILAKU YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
1.
Lingkungan
Rumah yang dihuni An. Ridho dan keluarga adalah rumah pribadi
atas nama Tn. Budhi dengan kondisi sederhana, luas rumah sesuai dengan
kriterian kepadatan hunian (10 x 10 m). Rumah terdiri dari ruang tamu, dua
kamar utama, ruang makan, dapur, dan sumur. Pencahayaan di ruang tamu
cukup baik namun ruang-ruang tengah tampak gelap dengan ventilasi
sedikit. Rumah tampak rapi di ruang-ruang bersama akan tetapi beberapa
kamar tampak berantakan. Lantai dapur sebagian dilapisi dengan semen
Sumber air bersih untuk mandi, mencuci dan masak berasal dari sumur.
20
Keturunan
Tidak didapatkan riwayat gizi kurang di keluarga.
3.
Pelayanan Kesehatan
Rumah penderita relatif dekat dengan pusat pelayanan kesehatan
primer. Pusat pelayanan kesehatan seperti PKD dan puskesmas dapat
dicapai dengan sepeda motor, tetapi tidak ada akses angkutan umum. Pasien
belum memiliki jaminan kesehatan. Untuk mencapai Puskesmas pasien
menggunakan sepeda motor dengan diantar tetangga atau tokoh masyarakat
seperti ketua RT.
Lingkungan:
Penerangan dan ventilasi
kurang.
Pemahaman:
Pasien dan keluarga
tidak cukup faham
mengenai penyakit
Sikap:
Sikap pasien terhadap
penyakit yang diderita
masih kurang baik.
Keturunan:
Tidak terdapat faktor
keturunan yang
berpengaruh terhadap
penyakit
An. Ridho
(2 th)
Tindakan:
Usaha untuk mencapai
derajat kesehatan yang
lebih baik masih
kurang
Pelayanan Kesehatan
Jarak antara rumah pasien
dan puskesmas cukup
dekat, akan tetapi masih
bergantung pada orang
lain
21
Kamar tidur
WC
Kamar tidur
Dapur
Ruang Tamu
22
TAHAP IV
DIAGNOSIS HOLISTIK
A. Diagnosis Biologis
Gizi kurang (Berdasar Indeks Antropometri WHO)
B. Diagnosis Psikologis
Hubungan penderita dengan anggota keluarga lain tidak harmonis. Pasien
merupakan anak yang tidak diinginkan oleh keluarga. Pengasuhan pasien
tidak dilakukan langsung oleh ibu pasien, tetapi keluarga lain (kakak ibu
pasien).
C. Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya
Pasien tinggal di lingkungan keluarga yang kurang secara ekonomi dan
memiliki banyak masalah di keluarga.
23
TAHAP V
PEMBAHASAN DAN SARAN KOMPREHENSIF
1. PEMBAHASAN
Masalah
gizi
adalah
masalah
kesehatan
masyarakat
yang
24
Kondisi ini terkait langsung dengan kondisi sosial ekonomi. Pengasuh pasien
belum memahami metode pemberian makanan bergizi yang murah.
2. Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang
makanan alamiah terbaik bagi bayi yaitu Air Susu Ibu (ASI), yang tidak
didapatkan oleh pasien. Sesudah usia 6 bulan, pasien tidak mendapat Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat, baik jumlah dan kualitasnya. Pasien
hanya makan nasi dengan tahu, tempe, terkadang sayur seadanya. Pasien
mengonsumsi susu formula sejak bayi, pada usia ini pasien biasa minum susu
formula 4-5 botol/hari. Akan tetapi saat home visite dapat dilihat bahwa
pembuatan susu formula belum sesuai takaran, sehingga kualitas gizi yang
didapat pasien masuh sangat kurang
3. Pola makan yang salah
Suatu studi "positive deviance" mempelajari mengapa dari sekian banyak bayi
dan balita di suatu desa miskin hanya sebagian kecil yang gizi buruk, padahal
orang tua mereka semuanya petani miskin. Dari studi ini diketahui pola
pengasuhan anak berpengaruh pada timbulnya gizi buruk. Anak yang diasuh
ibunya sendiri dengan kasih sayang, apalagi ibunya berpendidikan, mengerti
soal pentingnya ASI, manfaat posyandu dan kebersihan, meskipun sama-sama
miskin, ternyata anaknya lebih sehat. Pasien ini tidak diasuh oleh ibunya
sendiri, tetapi oleh kakak ibunya, dengan pendidikan yang tidak tinggi
Dilihat dari fungsi Biopsikososial, kami melihat adanya suatu
gangguan fungsi dalam keluarga An. Ridho, keluarga belum memahami
kondisi pasien dan upaya untuk meningkatkan kondisi pasien masih kurang.
Hubungan antara pasien dengan anggota keluarga inti juga tidak terlalu baik,
dilihat dari pola asuhan anak yang diserahkan ke kakak ibu pasien.
Penghasilan keluarga yang masih jauh dari cukup serta tingat pendidikan
keluarga yang rendah mungkin menjadi faktor yang menyebabkan
pemahaman pasien dan keluarga tentang bagaimana untuk hidup sehat juga
masih sangat kurang.
Untuk melihat fungsi Fisiologis digunakan APGAR score. Dari hasil
APGAR Score didapatkan secara keseluruhan total poin dari APGAR
25
keluarga An. Ridho adalah sedang. Hal ini menunjukkan ada sedikit masalah
maupun hambatan pada interaksi antar individu pada keluarga An. Ridho
Dilhat dari Fungsi Patologis Screem, Dalam keluarga. An. Ridho ini,
didapatkan hampir semua fungsi patologis, diantaranya adalah ketidaktaatan
beragama, pendapatan ekonomi yang masih rendah dan tidak menentu,
tingkat pendidikan keluarga yang masih rendah serta perhatian dan
pengetahuan mengenai kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi
pasien, seperti pola hidup bersih dan sehat, pola asuhan, dan pola makan
masih kurang.
B. SARAN KOMPREHENSIF
1. Promotif dan Preventif
Edukasi kepada keluarga pasien berupa:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
pola asuhan.
Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada secara optimal, seperti
rutin menimbangkan badan ke posyandu dan segera periksa ke
puskesmas bila ada keluhan sakit, serta mendaftarkan diri untuk
g.
26
2. Kuratif
Non Medikamentosa
a. Edukasi pasien dan keluarga agar memperbaiki pola makan pasien
b. Mengatur pola makan dan menu harian untuk pasien
Contoh pembagian makanan sehari untuk balita kurang gizi
o Pagi : centong nasi, 1 porsi telur, 1 porsi tahu, 1 potong
daging/ikan/ayam
ukuran
kecil-sedang
gelas
setup
27
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, U. 2003, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi
Baduta (6-23 bulan) pada Keluarga Miskin & Tidak Miskin di Kota
Bandar Lampung, FKMUI
FK UI. 2007, Ilmu Kesehatan Anak, Cetakan kesebelas, Bagian
Ilmukesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia
Hidayati, 2000. Status Gizi Balita Berdasarkan Karakteristik Balita dan
Keluarga di Provinsi Sumatera Barat Tahun 1998, Skripsi, FKM-UI,
Depok
Hadi, I. 2005, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita
di Kelurahan Neglasari dan Kedaung Wetan, Skripsi, FKM-UI,
Depok
Hermann, W. 2003, USDA Nutrient Database, American Journal of
Clinical Nutr.
Hermansyah, 2002, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
KEP Anak Umur 6-59 Bulan Pada Keluarga Miskin di Kota Sawah
Lunto, Tesis, FKMUI
Supriatna, N. 2004. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi
Anak Usia 24-60 Bulan di Kecamatan Rajagaluh Kabupaten
Majalengka, FKM-UI
Susanto,MKM. Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan IMT/U
pada Balita Vegetarian Lakto Ovo dan Non Vegetarian di DKI
Jakarta, 2008
LAMPIRAN
28