Anda di halaman 1dari 28

TAHAP I

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA


Nama Kepala Keluarga

: Tn. Budi

Alamat lengkap

: Ngemplak Sutan, RT/RW 03/37 Surakarta

Bentuk Keluarga

: Extended Family

Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga Tn. Budi yang Tinggal dalam Satu Rumah
No Nama
1.
2.

Tn. Budi
Ny. Narsi
Tn.
3.
Suwarno
4. Ny. Tari
5. Ny. Mita
6. Ny. Sari
An.
7.
Dicky
An.
8.
Nanda
9. An. Elin
An.
10.
Indah
11. An Apin
An.
12.
Ridho

Keduduka
n
KK
Istri

L
Umur
/P
L 63 th
P 58 th

Pendidika
n Terakhir
SD
SD

Pekerjaa
n
Swasta
Swasta

Pasien/
Bukan
Bukan
Bukan

Menantu

30 th

SMP

Swasta

Bukan

Anak
Anak
Anak

P
P
P

28 th
26 th
24 th

Swasta
Swasta
Swasta

Bukan
Bukan
Bukan

Anak

14 th

SD

Bukan

Anak

10 th

Bukan

Anak

7 th

Bukan

Anak

5 th

Bukan

Anak

4 th

Bukan

Anak

2 th

Pasien

Gizi kurang

Ket.
-

Kesimpulan
Pasien atas nama An. Ridho merupakan cucu dari kepala keluarga Tn.
Budi (63 th) dan istrinya, Ny. Narsi (58 th). Pasien saat ini didapatkan gizi kurang.
Pasien merupakan anak dari pasangan Tn. Suwarno (30 th) dan Ny. Sari (24 th).
Pasien juga tinggal serumah dengan keluarga yang lainnya, yaitu kakak dari ibu
pasien, Ny. Tari (28 th) yang bersuamikan Tn. Suwarno (30 th) namun belum
dikaruniai anak. Pasien juga tinggal serumah dengan yaitu kakak dari ibu pasien
yang lainnya, yaitu Ny. Mita yang juga bersuamikan Tn. Suwarno (30 th), dan
memiliki anak yang juga tinggal satu rumah yaitu Dicky (14 th), Nanda (10 th),
Elin (7 th), Indah (5 th), dan Apin (4 th).

TAHAP II
STATUS PENDERITA
A. PENDAHULUAN
Laporan ini disusun berdasarkan kasus yang didapat dari seorang
pasien anak dengan gizi kurang, berjenis kelamin laki-laki, usia 2 tahun,
dengan berbagai permasalahan yang dihadapi pasien.
Status gizi merupakan salah satu indikator kesehatan yang dinilai
keberhasilan pencapaiannya dalam MDGs. Status gizi balita diukur
berdasarkan umur (U), berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Variabel BB
dab TB ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu berat
badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat
badan menurut tinggi badan (BB/TB). Status gizi adalah keadaan tubuh
sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ini
menjadi penting karena merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya
kesakitan dan kematian.
Gizi

kurang

merupakan

salah

satu persoalan

utama

dalam

pembangunan manusia. Di dunia, satu dari tiga anak meninggal setiap tahun
akibat buruknya kualitas nutrisi. Sebuah riset juga menunjukkan setidaknya
3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena kekurangan gizi serta buruknya
kualitas makanan. Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa 54
persen kematian anak disebabkan oleh keadaan gizi yang buruk.
Di Indonesia, gizi buruk

mengakibatkan lebih dari 80 persen

kematian anak. Menurut Menteri Kesehatan, saat ini prevalensi gizi kurang
pada balita masih 17,9 persen. Sementara target Millenium Development
Goals tahun 2015 adalah gizi buruk ditekan hingga 15 persen. Di tingkat
provinsi, persentase balita dengan gizi kurang (BB/U) Provinsi Jawa Tengah
tahun 2011 sebesar 5,35%.
Masalah gizi tidak hanya menimbulkan masalah kesehatan, tetapi juga
menurunkan kualitas sumber daya manusia serta dapat mengancam ketahanan

nasional. Keadaan gizi kurang dan buruk dapat menurunkan daya tahan tubuh
terhadap berbagai penyakit, terutama penyakit infeksi yang mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan jaringan otak yang akan
mengurangi kualitas sumber daya manusia Indonesia. Dengan demikian,
masalah gizi kurang perlu mendapatkan perhatian khusus dan tata laksana
yang sesuai.
B. IDENTITAS PENDERITA
Nama

: An. Ridho

Umur

: 2 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Pekerjaan

: Belum bekerja

Pendidikan

: Belum bersekolah

Agama

: Islam

Alamat

: Ngemplak Sutan, RT/RW 03/37 Surakarta

Status pernikahan

: Belum Menikah

Suku

: Jawa

Tanggal pemeriksaan : 14 November 2014, 18 November 2014 dan 22


November 2014.
C. ANAMNESIS
1. Keluhan utama
Pasien datang ke puskesmas dengan badan kurus
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang diantar keluarga dan tokoh masyarakat di
lingkungannya dengan keluhan badan kurus yang tampak sejak kurang
lebih 1,5 tahun yang lalu. Pasien merupakan pasien Puskesmas Sibela
yang sudah rutin melakukan imunisasi di Puskesmas. Pasien hanya makan
2 sendok setiap kali makan, dengan saur dan lauk pauk seadanya. Pasien
sering minta minum susu, 4-5 botol sehari. Keluhan batuk dan demam
disangkal, pilek dirasakan sejak 2 minggu sebelumnya. Keluarga
4

mengatakan pasien sering rewel. Buang air besar dan buang air kecil tidak
ada keluhan. BAB 1 kali sehari, warna coklat kekuningan, @ setengah
gelas aqua. BAK 5-6 kali sehari, warna kuning jernih, @ sepertiga gelas
aqua.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat sakit gula
b. Riwayat sakit asma
c. Riwayat alergi obat/makanan
d. Riwayat trauma

: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga


a.
b.
c.
d.
e.

Riwayat tekanan darah tinggi


Riwayat sakit gula
Riwayat sakit asma
Riwayat sakit jantung
Riwayat sakit ginjal

f. Riwayat sakit serupa

: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal

5. Riwayat Kelahiran dan Pemeriksaan Antenatal


Pasien lahir spontan, dibantu oleh bidan. Ibu pasien tidak rutin
memeriksakan kandungannya ke bidan dengan alasan tidak ada yang
mengantar.

6. Riwayat Iunisasi
Pasien telah mendapatkan imunisasi dasar.
Tabel 2. Imunisasi yang Telah didapatkan Pasien
0 hari
1 bulan
2 bulan
3 bulan
4 bulan
9 bulan

Hepatitis B 0
BCG, Polio 1
DPT/HB 1, Polio 2
DPT/HB 2, Polio 3
DPT/HB 3, Polio 4
Campak

7. Riwayat Sosial Ekonomi :


Pasien merupakan anak dari Tn. Suwarno (30 th) dan Ny. Sari (24
th). Ayah dan Ibu pasien tidak menikah, tetapi tinggal dalam satu rumah.
Ayah pasien bekerja sebagai pengamen, dan bertanggung jawab dalam
mengurus istri-istrinya, yaitu Ny. Tari dan Ny. Mita dengan 5 anaknya. Ibu
pasien bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik plastik, sehingga asuhan
sehari-hari pasien dilakukan oleh kakak ibunya, yaitu Ny. Tari. Kakek
pasien bekerja sebagai tukang becak, sedangkan nenek pasien bekerja
sebagai buruh di pabrik plastik yang sama dengan ibu pasien. Keluarga
pasien sering mengeluh tidak memiliki uang untuk belanja kebutuhan
makanan sehari-hari. Ayah pasien yang juga seorang perokok, memiliki
penghasilan Rp 400.000,00 hingga Rp 500.000,00 per bulan sehingga
tidak cukup untuk membiayai seluruh keluarganya.
7. Riwayat Gizi
Pasien makan dua sampai tiga kali dalam sehari dengan lauk tahu,
tempe dan terkadang sayur mayur, sekali makan hanya 2 sendok. Keluarga
pasien mengaku jarang mengkonsumsi lauk-pauk hewani karena harganya
yang tidak terjangkau. Pasien minum susu botol 4-5 kali perhari, namun
pembuatan susu formula tidak sesuai dengan petunjuk penggunaan karena
kesulitan ekonomi untuk membeli susu formula. Sejak lahir, pasien hanya
diberi ASI hingga usia 2 bulan. Ibu pasien tidak memberikan ASI eksklusif
karena bekerja.
8. Anamnesis Sistem
Keluhan Utama : Badan kurus
1. Kulit
: luka (-), nyeri (-), pucat (-).
2. Kepala
: sakit kepala (-), berputar (-), luka (-), benjolan (-)
3. Mata
: pandangan mata berkunang-kunang (-), pandangan
4. Hidung

mata kabur (-)


: tersumbat (-), mimisan (-), pilek (+)
6

5. Telinga

: pendengaran berkurang (-), berdenging (-), keluar cairan

6. Mulut

(-)
: sariawan (-), mulut terasa asam (-), mukosa basah (+),

7. Tenggorokan
8. h. Pernafasan

papil lidah atropi (-)


: sakit menelan (-), serak (-)
: sesak nafas (-), batuk (-), mengi (-), batuk darah (-),

dahak (-), nyeri dada (-)


9. Kardiovaskuler : berdebar-debar (-)
10. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), mudah haus (+), diare (-), nafsu
makan menurun (+), nyeri perut (-), BAB tidak ada
11. Genitourinaria

keluhan.
: BAK 4-5 kali sehari warna kuning jernih dan jumlah

dalam batas normal.


12. Muskuloskeletal : nyeri sendi (-), nyeri otot (-)
13. Ekstremitas
:
Atas kanan

: bengkak (-), luka (-), ujung jari tangan dingin (-)

Atas kiri

: bengkak (-), luka (-), ujung jari tangan dingin (-)

Bawah kanan

: bengkak (-), luka (-), ujung jari kaki dingin(-)

Bawah kiri

: bengkak (-), luka (-), ujung jari kaki dingin(-)

D. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 19 Mei 2014
1. Keadaan Umum
Kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan kurang
2. Tanda Vital
Tensi

: 100/70 mmHg

Nadi

: 92 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup

Pernafasan

: 19 x/menit

Suhu

: 36,0oC per axiler

VAS

:1

3. Status Gizi
BB

: 8.4 kg
7

TB

: 79 cm

BB/U

: -3 < SD < -2

BB/TB

: -3 < SD < -2

TB/U

: -3 < SD < -2

Status gizi

: gizi kurang

4. Kulit
Sawo matang, rambut hitam, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), pucat (-),
venektasi (-), petechie (-), spider nevi (-), luka (-).
5. Kepala
Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut sukar dicabut.
6. Mata
Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek
kornea (+/+).
7. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (+), epistaksis (-), deviasi septum (-).
8. Mulut
Bibir pucat (-), bibir kering (-), papil lidah atrofi (-), gusi berdarah (-), gigi
tanggal (-)
9. Telinga
Membran timpani intak, sekret (-)
10. Tenggorokan
Tonsil membesar (-), faring hiperemis (-), dahak (-)
11. Leher
JVP tidak meningkat, trakea di tengah, KGB tidak membesar
12. Thoraks
Normochest, simetris, pernapasan thoracoabdominal, retraksi (-), spider nevi
(-), pulsasi infrasternalis (-), sela iga melebar (-)
- Cor

: I : ictus cordis tak tampak


P : ictus cordis tak kuat angkat
P : batas kiri atas
batas kanan atas

: SIC II LPSS
: SIC II LPSD

batas kiri bawah

: SIC V LMCS

batas kanan bawah : SIC IV LPSD


pinggang jantung : SIC III LPSS
batas jantung kesan tidak melebar
A: BJ III intensitas normal, regular, bising (-)
- Pulmo :
I : pengembangan dada kanan = dada kiri
P : fremitus raba kanan = kiri
P : sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler (+ N/+ N)
ronkhi basah kasar (-/-), wheezing (-/-)
13. Abdomen
I: dinding perut sejajar dinding dada, venektasi (-)
P: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba
P: timpani seluruh lapang perut
A: bising usus (+) normal
14. Ektremitas

Edema
Sianosis
Pucat
Akral dingin
Kuku pucat
Fungsi motorik
Fungsi sensorik
Reflek fisiologis

: lihat status lokalis


Extremitas superior
Dextra
Sinistra
5
5
Normal
Normal
+2
+2

Extremitas inferior
Dextra
Sinistra
5
5
Normal
Normal
+2
+2

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
F. RESUME
Pasien datang dengan keluhan badan kurus yang tampak sejak
kurang lebih 1,5 tahun yang lalu. Pasien hanya mau makan 2 sendok setiap

kali makan, dengan saur dan lauk pauk seadanya. Pasien sering minta
minum susu, 4-5 botol sehari. Keluhan batuk dan demam disangkal, pilek
dirasakan sejak 2 minggu sebelumnya. Keluarga mengatakan pasien sering
rewel. Buang air besar dan buang air kecil tidak ada keluhan. Pasien lahir
spontan, dibantu oleh bidan. Ibu pasien tidak rutin memeriksakan
kandungannya ke bidan dengan alasan tidak ada yang mengantar. Pasien
mendapatkan imunisasi di Puskesmas.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak compos
mentis, status gizi kesan kurang. Tanda vital T: 100/70 mmHg, N: 92
x/menit, RR: `19 x/menit, S: 36,0C peraxiller, BB: 8.4 kg, TB: 79 cm.

G. FLOW SHEET
Nama

: An. Ridho

Diagnosis : Gizi kurang


Tabel 3. Flow Sheet (14, 18, dan 22 November 2014)
N
o
1.

Keluhan/
Kondisi
pasien
14Keluhan :
11
Badan
2014 kurus
Tgl

Pemeriksaan Fisik
Tensi: 100/70
mmHg
Nadi: 92 x/menit,
reguler, isi dan
tegangan cukup
Pernafasan :19x
/menit
Suhu :36,0oC
(axiler)
BB : 8.4 kg
TB : 79 cm

Terapi

Planning

Kuratif :
Curvit 1x1

1. Lanjut
terapi

Promotif :
Edukasi kepada
keluarga pasien tentang
cara membuat susu
formula yang benar

2. Kontrol ke
Puskesmas
Sibela sesuai
jadwal

Edukasi kepada
keluarga pasien tentang
kebutuhan kalori yang

Target
Meningkatkan
berat badan
pasien dan
kesadaran
keluarga
tentang
pentingnya
makanan
bergizi bagi
balita

10

BB/U: -3 < SD < -2


BB/TB : -3 < SD < -2
TB/U: -3 < SD < -2
Status gizi
: gizi
kurang
Px Mata dalam
batas normal.
Px hidung : sekret
(+)

cukup untuk balita


Edukasi kepada
keluarga pasien tentang
cara menyiapkan menu
makanan yang bergizi
tetapi tidak mahal

Px Paru, jantung,
dan abdomen dalam
batas normal
Ekstremitas dalam
batas normal

2.

18Berat Badan
11sedikit
2014 bertambah.
Keluhan
pilek
membaik.
.

Tensi: 100/70
mmHg
Nadi: 92 x/menit,
reguler, isi dan
tegangan cukup
Pernafasan :19x
/menit
Suhu :36,0oC
(axiler)
BB : 8.6 kg
TB : 79 cm

Kuratif :
Curvit 1x1

1. Terapi
lanjut

Promotif :
Edukasi kepada
keluarga pasien tentang
cara membuat susu
formula yang benar

2. Kontrol ke
Puskesmas
Sibela sesuai
jadwal

Edukasi kepada
keluarga pasien tentang
kebutuhan kalori yang
cukup untuk balita

Meningkatkan
berat badan
pasien dan
kesadaran
keluarga
tentang
pentingnya
makanan
bergizi bagi
balita

BB/U: -3 < SD < -2


BB/TB : -3 < SD < -2
TB/U: -3 < SD < -2
Status gizi
: gizi
kurang
Px Mata dalam
batas normal.
Px hidung : sekret

Edukasi kepada
keluarga pasien tentang
cara menyiapkan menu
makanan yang bergizi
tetapi tidak mahal

11

(-)
Px Paru, jantung,
dan abdomen dalam
batas normal

3.

Ekstremitas dalam
batas normal
22Berat Badan Tensi: 100/70
11bertambah. mmHg
2014 Keluhan
Nadi: 92 x/menit,
pilek
reguler, isi dan
membaik
tegangan cukup
Pernafasan :19x
/menit
Suhu :36,0oC
(axiler)
BB : 8.8 kg
TB : 79 cm

Kuratif :
Curvit 1x1
Promotif :
Edukasi kepada
keluarga pasien tentang
cara membuat susu
formula yang benar
Edukasi kepada
keluarga pasien tentang
kebutuhan kalori yang
cukup untuk balita

1. Terapi
lanjut
2. Kontrol ke
Puskesmas
Sibela sesuai
jadwal

Meningkatkan
berat badan
pasien dan
kesadaran
keluarga
tentang
pentingnya
makanan
bergizi bagi
balita
.

BB/U: -3 < SD < -2


BB/TB : -3 < SD < -2
TB/U: -3 < SD < -2
Status gizi
: gizi
kurang
Px Mata dalam
batas normal.
Px hidung : sekret
(-)

Edukasi kepada
keluarga pasien tentang
cara menyiapkan menu
makanan yang bergizi
tetapi tidak mahal

Px Paru, jantung,
dan abdomen dalam
batas normal
Ekstremitas dalam
batas normal

12

TAHAP III
IDENTIFIKASI FUNGSI - FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI HOLISTIK
1.

Fungsi Biologis
Penderita atas nama An. Ridho (2 th). Bentuk keluarga Penderita
extended family. Penderita tinggal dalam satu rumah dengan Ibu, Ny. Sari
(24 tahun), Ayah Tn. Suwarno (30 th), 2 Kakak ibunya yaitu Ny. Tari (28
tahun) dan Ny. Mita (26 tahun), Kakek Tn. Budi (63 tahun), Nenek (Ny.
Narsi, 58 tahun) dan 5 orang sepupu yaitu An. Dicky (14 tahun), An.
Nanda (10 tahun), An. Elin (7 tahun), An. Indah (5 tahun), An. Apin (4
tahun). Keluarga memahami kondisi pasien dan berupaya memberikan
kondisi yang nyaman bagi pasien.

2.

Fungsi Psikologis
Hubungan pasien dengan keluarga inti tidak terlalu baik. Pasien
diperiksakan ke puskesmas oleh kakak ibu pasien (Ny. Tari) dengan
diantar Ketua RT setempat. Kakak ibu pasien beberapa kali datang ke
Puskesmas diantar ketua RT untuk pelayanan imunisasi. Ibu pasien
belum pernah memeriksakan Pasien baik ke posyandu maupun
puskesmas dengan alasan sibuk bekerja dan tidak ada yang mengantar.

3.

Fungsi Sosial
Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam
masyarakat. Tidak terdapat masalah dalam hubungan penderita dan
keluarga ataupun dengan masyarakat disekitar rumah. Penyakit yang
diderita tidak mengurangi keaktifan pasien di masyarakarat.

4.

Fungsi Ekonomi
Pemasukan utama keluarga ini berasal dari Kakek pasien yang
bekerja sebagai tukang becak. Pemasukan yang lain berasal dari Ayah
pasien (Tn. Suwarno) yang bekerja sebagai pengamen, Nenek (ny. Narsi),
Ibu (Ny. Sari), dan Kakak dari Ibu Pasien (Ny. Mita) yang bekerja
sebagai buruh pabrik plastik. Pasien belum memiliki jaminan kesehatan

13

5.

Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi


Menurut keluarga, keputusan-keputusan penting dalam keluarga
diambil dengan musyawarah. Seluruh anggota keluarga dewasa saling
mengungkapkan pendapatnya dan memiliki andil dalam pengambilan
keputusan.

B. FUNGSI FISIOLOGIS
Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR
score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau
dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya
dengan anggota keluarga yang lain.
1. Adaption
An. Ridho sehari-hari diasuh oleh kakak ibunya (Ny. Tari) karena Ibu pasien
(Ny. Sari) bekerja. Dalam menghadapi masalah, pasien masih kurang
mendapatkan perhatian dari anggota keluarga lainnya, dilihat dari pasien
dan pengasuh yang diantar ke pelayanan kesehatan oleh orang diluar
keluarganya.
2. Partnership
Setiap ada permasalahan mengenai pasien, Ny. Tari memberitahu anggota
keluarga dewasa lainnya.
3. Growth
An. Ridho mendapat dukungan dari pengasuhnya dan peduli dengan
kesembuhan pasien.
4. Affection
Dalam keluarga cukup terdapat rasa saling menyayangi satu sama lain.
5. Resolve
Kuantitas maupun kualitas kebersamaan anggota keluarga masih perlu
ditambah.
Skoring
Hampir selalu

: 2 poin

Kadang kadang

: 1 poin

Hampir tak pernah

: 0 poin

14

Kriteria nilai APGAR


8 - 10

: baik

5- 7

: sedang

1-4

: buruk

Tabel 4. APGAR keluarga An. Ridho


APGAR keluarga Tn. Sarwo Rejo

Tn

Ny.

Tn. Ny. Ny. Ny.

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

.B
2

N
2

S
1

T
1

M
1

S
2

perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan

saya membagi waktu bersama-sama


Total Nilai

keluarga saya bila saya menghadapi masalah


Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan

saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,

Fungsi Fisiologis Keluarga = (7+7+6+7+7+6) : 4 = 6.67 (SEDANG)


Kesimpulan
Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga An. Ridho adalah
sedang. Hal ini menunjukkan ada sedikit masalah maupun hambatan pada
interaksi antar individu pada keluarga An. Ridho
C.

FUNGSI PATOLOGIS SCREEM


Tabel 5. Tabel SCREEM

15

SUMBER
SOCIAL

PATOLOGI
KET
Interaksi sosial cukup antar anggota keluarga. Keluarga tidak terlalu aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Kondisi yang
dialami An. Ridho tidak mengurangi keaktifan Tn.Saijo di

CULTURAL

Masyarakat
Banyak tradisi budaya yang masih diikuti seperti mengikuti acara-acara yang bersifat hajatan, sunatan, dll. Pasien

RELIGION

menguasai bahasa jawa dan adat kesopanan jawa.


Beberapa dari keluarga pasien mengaku jarang ke masjid +
maupun mengikuti kegiatan keagamaan. Keluarga pasien
mengaku sholat lima waktu. Akan tetapi pada keluarga pasien,
ayah pasien menikah dengan 3 istri yang memiliki hubungan
keluarga satu sama lain, yang mana hal ini tidak sesuai dengan

ECONOMY

ajaran agama yang dianut pasien.


Ekonomi keluarga ini tergolong rendah dan tidak menetap, +
untuk kebutuhan sekunder dan tersier kadang sulit terpenuhi.
Rencana ekonomi tidak memadai, diperlukan skala prioritas

EDUCATION

untuk pemenuhan kebutuhan hidup.


Pendidikan anggota keluarga kurang memadai. Tn. Budi dan +
Ny. Narsi hanya lulusan SD, Ny. Tari, Ny. Mita, dan Ny. Sari
tidak menamatkan SD, sedangkan Tn. Suwarno hanya
mengenyam pendidikan hingga SMP. Untuk anak-anak dalam
keluarga ini, 1 orang sedang mengenyam bangku SMP (An.

MEDICAL

Dicky), 2 orang SD (An. Nanda dan An. Elin)


Perhatian keluarga yang diberikan kepada pasien masih +
kurang, seperti tidak pernah mengantar pasien ke posyandu
dan puskesmas jika tidak dengan dorongan pihak luar
(Puskesmas dan Ketua RT). Pengetahuan keluarga dan
pasien terhadap penyakit, pola makan, dan perilaku hidup
bersih sehat masih kurang.
Dalam

mencari

pelayanan

kesehatan,

pasien

belum

didaftarkan untuk memiliki jaminan kesehatan

16

Kesimpulan
Dalam keluarga An. Ridho ini, didapatkan hampir semua fungsi
patologis, diantaranya adalah ketidaktaatan beragama, pendapatan ekonomi
yang masih rendah dan tidak menentu, tingkat pendidikan keluarga yang
masih rendah serta perhatian dan pengetahuan mengenai kondisi dan faktorfaktor yang mempengaruhi kondisi pasien masih kurang.

D. GENOGRAM

17

Gambar 1. Genogram keluarga An. Ridho


Keterangan :
: Laki-laki yang telah meninggal
: Laki-laki yang masih hidup
: Wanita yang masih hidup
: Tinggal satu rumah
: Pasien

Kesimpulan

18

Kakak pertama dari Ibu An. Ridho (Ny. Dewi) sudah meninggal. Saat
ini pasien tinggal dalam satu rumah dengan Ibu, Ny. Sari (24 tahun), Ayah Tn.
Suwarno (30 th), 2 Kakak ibunya yaitu Ny. Tari (28 tahun) dan Ny. Mita (26
tahun), Kakek Tn. Budi (63 tahun), Nenek (58 tahun) dan 5 orang sepupu
yaitu An. Dicky (14 tahun), An. Nanda (10 tahun), An. Elin (7 tahun), An.
Indah (5 tahun), An. Apin (4 tahun).
E.

POLA INTERAKSI KELUARGA

Gambar 2. Pola interaksi keluarga


Keterangan
: Hubungan Harmonis
: Hubungan tidak harmonis
Kesimpulan
Hubungan antara tiap anggota keluarga ada yang kurang harmonis.
F. FAKTOR-FAKTOR PERILAKU YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
1.

Pemahaman
19

Pengetahuan mengenai penyakit masih kurang. Seluruh anggota


keluarga tidak mengetahui bahwa pasien mengalami gizi kurang dan
tidak rutin menimbangkan badan ke posyandu.
Keluarga telah mendapat penjelasan bahwa kondisi An. Ridho ini
dapat diperbaiki dengan perbaikan pola makan. Keluarga juga telah
mendapat penjelasan bahwa kondisi ini dapat mempengaruhi tumbuh
kembang pasien jika tidak segera diperbaiki.
2.

Sikap
Keinginan pasien dan keluarga untuk perbaikan kondisi pasien
besar akan tetapi faktor sosial ekonomi pasien dan keluarga masih menjadi
suatu hambatan. Perbaikan pola makan dan pola hidup bersih sehat belum
bisa di implementasikan dengan baik.

3. Tindakan
Pasien dan keluarga memperlihatkan tindakan yang jauh dari
memperjuangkan kesembuhan penyakit. Beberapa tindakan seperti makan
tidak teratur, porsi makan kurang, tidak rutin menimbangkan badan ke
posyandu, menunjukkan pasien dan keluarga pasien belum menyadari
pentingnya pengobatan dan menharapkan kondisi pasien lebih baik.
G. FAKTOR-FAKTOR NON PERILAKU YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
1.

Lingkungan
Rumah yang dihuni An. Ridho dan keluarga adalah rumah pribadi
atas nama Tn. Budhi dengan kondisi sederhana, luas rumah sesuai dengan
kriterian kepadatan hunian (10 x 10 m). Rumah terdiri dari ruang tamu, dua
kamar utama, ruang makan, dapur, dan sumur. Pencahayaan di ruang tamu
cukup baik namun ruang-ruang tengah tampak gelap dengan ventilasi
sedikit. Rumah tampak rapi di ruang-ruang bersama akan tetapi beberapa
kamar tampak berantakan. Lantai dapur sebagian dilapisi dengan semen
Sumber air bersih untuk mandi, mencuci dan masak berasal dari sumur.

20

Halaman rumah cukup kecil, berbatasan langsung dengan semen dan


beberapa tanaman pot.
2.

Keturunan
Tidak didapatkan riwayat gizi kurang di keluarga.

3.

Pelayanan Kesehatan
Rumah penderita relatif dekat dengan pusat pelayanan kesehatan
primer. Pusat pelayanan kesehatan seperti PKD dan puskesmas dapat
dicapai dengan sepeda motor, tetapi tidak ada akses angkutan umum. Pasien
belum memiliki jaminan kesehatan. Untuk mencapai Puskesmas pasien
menggunakan sepeda motor dengan diantar tetangga atau tokoh masyarakat
seperti ketua RT.
Lingkungan:
Penerangan dan ventilasi
kurang.

Pemahaman:
Pasien dan keluarga
tidak cukup faham
mengenai penyakit

Sikap:
Sikap pasien terhadap
penyakit yang diderita
masih kurang baik.

Keturunan:
Tidak terdapat faktor
keturunan yang
berpengaruh terhadap
penyakit

An. Ridho
(2 th)

Tindakan:
Usaha untuk mencapai
derajat kesehatan yang
lebih baik masih
kurang

Pelayanan Kesehatan
Jarak antara rumah pasien
dan puskesmas cukup
dekat, akan tetapi masih
bergantung pada orang
lain

Gambar 3. Faktor Perilaku dan Non Perilaku


: Faktor Perilaku
: Faktor Non Perilaku
H.

IDENTIFIKASI INDOOR DAN OUTDOOR

21

Kamar tidur

WC
Kamar tidur

Dapur

Ruang Tamu

Gambar 4. Denah Rumah An. Ridho

22

TAHAP IV
DIAGNOSIS HOLISTIK
A. Diagnosis Biologis
Gizi kurang (Berdasar Indeks Antropometri WHO)
B. Diagnosis Psikologis
Hubungan penderita dengan anggota keluarga lain tidak harmonis. Pasien
merupakan anak yang tidak diinginkan oleh keluarga. Pengasuhan pasien
tidak dilakukan langsung oleh ibu pasien, tetapi keluarga lain (kakak ibu
pasien).
C. Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya
Pasien tinggal di lingkungan keluarga yang kurang secara ekonomi dan
memiliki banyak masalah di keluarga.

23

TAHAP V
PEMBAHASAN DAN SARAN KOMPREHENSIF
1. PEMBAHASAN
Masalah

gizi

adalah

masalah

kesehatan

masyarakat

yang

penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan


pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi disamping merupakan sindroma
kemiskinan yang erat kaitannya dengan masalah ketahanan pangan ditingkat
rumah tangga juga menyangkut aspek pengetahuan dan perilaku yang kurang
mendukung pola hidup sehat.
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari
organ-organ, serta menghasilkan energi.
Tidak ada satu jenis makanan yang mengandung semua zat gizi, yang
mampu membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan
produktif. Oleh karena itu, setiap orang perlu mengkonsumsi aneka ragam
makanan; kecuali bayi umur 0-6 bulan yang cukup mengkonsumsi Air Susu
Ibu (ASI) saja. Bagi bayi 0-6 bulan, ASI adalah satu-satunya makanan tunggal
yang penting dalam proses tumbuh kembang dirinya secara wajar dan sehat.
Tujuan home visite yang kami lakukan adalah untuk mengevaluasi
penyebab gizi kurang pada pasien dan mengevaluasi kondisi yang
mempengaruhi kondisi gizi kurang pada pasien.
Dari hasil anamnesis di Puskesmas didapatkan keluhan utama anak
kurus yang tampak sejak kurang lebih 1,5 tahun yang lalu. Kemudian dari
pengukuran status gizi dengan indeks antropometri, yaitu berat badan menurut
umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB), pasien didiagnosis dengan gizi kurang.
Dari anamnesis di puskesmas dan pelaksanaan home visite juga
didapatkan informasi mengenai asupan makan yang kurang. Kurangnya
asupan makanan ini disebabkan karena beberapa faktor, yaitu:
1. Tidak tersedianya makanan secara adekuat

24

Kondisi ini terkait langsung dengan kondisi sosial ekonomi. Pengasuh pasien
belum memahami metode pemberian makanan bergizi yang murah.
2. Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang
makanan alamiah terbaik bagi bayi yaitu Air Susu Ibu (ASI), yang tidak
didapatkan oleh pasien. Sesudah usia 6 bulan, pasien tidak mendapat Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat, baik jumlah dan kualitasnya. Pasien
hanya makan nasi dengan tahu, tempe, terkadang sayur seadanya. Pasien
mengonsumsi susu formula sejak bayi, pada usia ini pasien biasa minum susu
formula 4-5 botol/hari. Akan tetapi saat home visite dapat dilihat bahwa
pembuatan susu formula belum sesuai takaran, sehingga kualitas gizi yang
didapat pasien masuh sangat kurang
3. Pola makan yang salah
Suatu studi "positive deviance" mempelajari mengapa dari sekian banyak bayi
dan balita di suatu desa miskin hanya sebagian kecil yang gizi buruk, padahal
orang tua mereka semuanya petani miskin. Dari studi ini diketahui pola
pengasuhan anak berpengaruh pada timbulnya gizi buruk. Anak yang diasuh
ibunya sendiri dengan kasih sayang, apalagi ibunya berpendidikan, mengerti
soal pentingnya ASI, manfaat posyandu dan kebersihan, meskipun sama-sama
miskin, ternyata anaknya lebih sehat. Pasien ini tidak diasuh oleh ibunya
sendiri, tetapi oleh kakak ibunya, dengan pendidikan yang tidak tinggi
Dilihat dari fungsi Biopsikososial, kami melihat adanya suatu
gangguan fungsi dalam keluarga An. Ridho, keluarga belum memahami
kondisi pasien dan upaya untuk meningkatkan kondisi pasien masih kurang.
Hubungan antara pasien dengan anggota keluarga inti juga tidak terlalu baik,
dilihat dari pola asuhan anak yang diserahkan ke kakak ibu pasien.
Penghasilan keluarga yang masih jauh dari cukup serta tingat pendidikan
keluarga yang rendah mungkin menjadi faktor yang menyebabkan
pemahaman pasien dan keluarga tentang bagaimana untuk hidup sehat juga
masih sangat kurang.
Untuk melihat fungsi Fisiologis digunakan APGAR score. Dari hasil
APGAR Score didapatkan secara keseluruhan total poin dari APGAR

25

keluarga An. Ridho adalah sedang. Hal ini menunjukkan ada sedikit masalah
maupun hambatan pada interaksi antar individu pada keluarga An. Ridho
Dilhat dari Fungsi Patologis Screem, Dalam keluarga. An. Ridho ini,
didapatkan hampir semua fungsi patologis, diantaranya adalah ketidaktaatan
beragama, pendapatan ekonomi yang masih rendah dan tidak menentu,
tingkat pendidikan keluarga yang masih rendah serta perhatian dan
pengetahuan mengenai kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi
pasien, seperti pola hidup bersih dan sehat, pola asuhan, dan pola makan
masih kurang.

B. SARAN KOMPREHENSIF
1. Promotif dan Preventif
Edukasi kepada keluarga pasien berupa:
a.
b.

Pemahaman tentang gizi kurang pada keluarga pasien


Pemahaman tentang pentingnya gizi untuk pertumbuhan dan

c.
d.

kecerdasan anak, serta komplikasi gizi kurang dan gizi buruk


Pengenalan gejala-gejala gizi kurang pada balita
Pencegahan terhadap penyakit yang dapat memperberat/menyebabkan

e.

anak menderita kurang gizi


Pemahaman mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi gizi kurang,
seperti asupan makan yang tidak adekuat, pola makan yang salah, dan

f.

pola asuhan.
Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada secara optimal, seperti
rutin menimbangkan badan ke posyandu dan segera periksa ke
puskesmas bila ada keluhan sakit, serta mendaftarkan diri untuk

g.

mendapat jaminan kesehatan.


Komunikasikan terhadap antar anggota keluarga untuk mendukung
kondisi psikologis dan pengobatan pasien, seperti menjaga kondisi
rumah tetap harmonis, mengembalikan asuhan pasien ke ibu kandung,
kontrol ke posyandu maupun puskemas, mendukung pola hidup sehat
pada pasien,dll

26

2. Kuratif
Non Medikamentosa
a. Edukasi pasien dan keluarga agar memperbaiki pola makan pasien
b. Mengatur pola makan dan menu harian untuk pasien
Contoh pembagian makanan sehari untuk balita kurang gizi
o Pagi : centong nasi, 1 porsi telur, 1 porsi tahu, 1 potong
daging/ikan/ayam

ukuran

kecil-sedang

gelas

setup

buncis+wortel, gelas susu. 1 buah pisang ukuran sedang.


(ASI tetap diberikan sebanyak anak mau)
o Pukul 10.00 : 3 buah biscuit (selingan)
o Siang : 1 centong nasi, 1 porsi tempe, 1 porsi telur, 1 gelas
sayuran, 1 potong buah pepaya ukuran sedang. (ASI tetap
diberikan sebanyak anak mau)
o Pukul 16.00 : 1 mangkok bubur kacang ijo (selingan)
o Malam : 1 centong nasi tim, porsi daging/ikan/ayam, 1 porsi
tempe, 1 gelas sayuran 1 buah pisang ukuran sedang. (ASI
tetap diberikan sebanyak anak mau)
c. Pendanaan gizi keluarga
Medikamentosa
a. Curvit 1x1

27

DAFTAR PUSTAKA
Basuki, U. 2003, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi
Baduta (6-23 bulan) pada Keluarga Miskin & Tidak Miskin di Kota
Bandar Lampung, FKMUI
FK UI. 2007, Ilmu Kesehatan Anak, Cetakan kesebelas, Bagian
Ilmukesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia
Hidayati, 2000. Status Gizi Balita Berdasarkan Karakteristik Balita dan
Keluarga di Provinsi Sumatera Barat Tahun 1998, Skripsi, FKM-UI,
Depok
Hadi, I. 2005, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita
di Kelurahan Neglasari dan Kedaung Wetan, Skripsi, FKM-UI,
Depok
Hermann, W. 2003, USDA Nutrient Database, American Journal of
Clinical Nutr.
Hermansyah, 2002, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
KEP Anak Umur 6-59 Bulan Pada Keluarga Miskin di Kota Sawah
Lunto, Tesis, FKMUI
Supriatna, N. 2004. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi
Anak Usia 24-60 Bulan di Kecamatan Rajagaluh Kabupaten
Majalengka, FKM-UI
Susanto,MKM. Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan IMT/U
pada Balita Vegetarian Lakto Ovo dan Non Vegetarian di DKI
Jakarta, 2008
LAMPIRAN

28

Anda mungkin juga menyukai