Anda di halaman 1dari 5

Leiomyoma

merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya. Mioma uteri berbatas tegas, tidak
berkapsul, dan berasal dari otot polos jaringan fibrous, sehingga mioma uteri dapat
berkonsistensi padat jika jaringan ikatnya dominan, dan berkonsistensi lunak jika otot rahimnya
yang dominan. Mioma uteri biasa juga disebut leiomioma uteri, fibroma uteri, fibroleiomioma,
mioma fibroid atau mioma simpel. Sebagian besar mioma uteri ditemukan pada masa reproduksi,
karena diduga berhubungan dengan aktivitas estrogen. Dengan demikian mioma uteri tidak
dijumpai sebelum menarke dan akan mengalami regresi setelah menopause, tetapi tidak jika
mioma uteri tidak regresi setelah menopause atau bahkan bertambah besar maka kemungkinan
besar mioma uteri tersebut telah mengalami degenerasi ganas menjadi sarkoma uteri.
Bila ditemukan pembesaran abdomen sebelum menarke, hal itu pasti bukan mioma uteri tetapi
kemungkinan besar kista ovarium dan resiko untuk mengalami keganasan sangat besar
Etiologi dan Patogenesis
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan penyakit
multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan
dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas
kromosom, khususnya pada kromosom lengan 12q13-15.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi genetik,
adalah estrogen, progesteron dan human growth hormone.
1. Estrogen

Mioma uteri dijumpai setelah menarke.


Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen
eksogen.
Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium
Adanya hubungan dengan kelainan lainnya yang tergantung estrogen seperti
endometriosis (50%), perubahan fibrosistik dari payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%)
dan hiperplasia endometrium (9,3%).
Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan
sterilitas.
17B hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol (sebuah estrogen kuat) menjadi
estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan miomatous, yang
juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak daripada miometrium
normal.

2. Progesteron

Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat


pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17B hidroxydesidrogenase dan
menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.

3. Hormon pertumbuhan

Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang mempunyai
struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat pada periode ini, memberi kesan
bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama kehamilan mingkin merupakan
hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan Estrogen

Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor
predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :

Umur: mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10%
pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala
klinis antara 35-45 tahun.
Paritas: lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanirta yang relatif infertil, tetapi
sampai saat ini belum diketahui apakan infertilitas menyebabkan mioma uteri atau
sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini
saling mempengaruhi.
Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam,
angka kejadian mioma uteri tinggi. 14 Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi
pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
Fungsi ovarium: diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan
mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah kehamilan dan
mengalami regresi setelah menopause.

Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi
ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon
mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain

Klasifikasi
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena.
1. Lokasi
a. Mioma Uteri Subserosa

Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula
sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai.
Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut sebagai
mioma intraligamenter.

Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa.
Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem
peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin
mengecil dan terputus, sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor
yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.

b. Mioma Uteri Intramural

Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih kecil tidak
merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol,
uterus bertambah besar dan berubah bentuknya.
Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena
adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah.
Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma
submukosa. Di dalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak
(jaringan otot rahim dominan).

c. Mioma Uteri Submukosa

Terletak di bawah endometrium. Dapat pula bertangkai maupun tidak. Mioma bertangkai
dapat menonjol melalui kanalis servikalis, dan pada keadaan ini mudah terjadi torsi atau
infeksi. Tumor ini memperluas permukaan ruangan rahim.
Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting
dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural
walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak
berarti.
Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan
perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga sebagai terapinya
dilakukan histerektomi.

Secara makroskopis terlihat uterus berbenjol-benjol dengan permukaan halus. Pada potongan,
tampak tumor berwarna putih dengan struktur mirip potongan daging ikan. Tumor berbatas tegas
dan berbeda dengan miometrium yang sehat, sehingga tumor mudah dilepaskan. Konsistensi
kenyal, bila terjadi degenerasi kistik maka konsistensi menjadi lunak. Bila terjadi kalsifikasi
maka konsistensi menjadi keras.
Secara histologik tumor ditandai oleh gambaran kelompok otot polos yang membentuk pusaran,
meniru gambaran kelompok sel otot polos miometrium. Fokus fibrosis, kalsifikasi, nekrosis
iskemik dari sel yang mati. Setelah menopause, sel-sel otot polos cenderung mengalami atrofi,

ada kalanya diganti oleh jaringan ikat.

Gambaran Klinik
Gejala klinik hanya terjadi pada 35% - 50% penderita myoma . Hampir sebagian besar penderita
tidak mengetahui bahwa terdapat kelainan di dalam uterusnya. Keluhan bergantung pada lokasi
dan jenis myoma yang diderita. Berbagai keluhan dapat berupa :
Tanda dan gejala
Pada umumnya wanita dengan leiomioma tidak mengalamai gejala. Gejala yang terjadi
berdasarkan
ukuran dan lokasi dari leiomioma yaitu :
1. Menoragia (menstruasi dalam jumlah banyak)
2. Perut terasa penuh dan membesar
3. Nyeri panggul kronik (berkepanjangan)
Nyeri bisa terjadi saat menstruasi, setelah berhubungan seksual, atau ketika terjadi penekanan
padapanggul. Nyeri terjadi karena terpuntirnya mioma yang bertangkai, pelebaran leher rahim
akibatdesakan mioma atau degenerasi (kematian sel) dari mioma
Gejala gangguan berkemih akibat mioma yang besar dan menekan saluran kemih
menyebabkan
gejala frekuensi (sering berkemih) dan hidronefrosis (pembesaran ginjal)
Penekanan rektosigmoid (bagian terbawah usus besar) yang mengakibatkan konstipasi (sulit
BAB) atau sumbatan usus
Prolaps atau keluarnya mioma melalui leher rahim dengan gejala nyeri hebat, luka, dan infeksi
Bendungan pembuluh darah vena daerah tungkai serta kemungkinan tromboflebitis sekunder
karena penekanan pelvis (rongga panggul)
Poilisitemia (salah satu penyakit kelainan darah)
Asites (penimbunan cairan di rongga perut)

Terapi
Pilihan terapi untuk leiomioma adalah konservatif meliputi pemeriksaan berkala dengan
menggunakan
USG, terapi hormonal, operasi, dan intervensi radiologi.
1. Pemeriksaan berkala
Tidak ada ukuran standar kapan mioma harus diterapi. Mioma besar tanpa gejala dan tidak
mengarah
ke keganasan tidak perlu diterapi. Pemeriksaan fisik dan USG harus diulangi setiap 6-8 minggu
untuk
mengawasi pertumbuhan baik ukuran maupun jumlah. Apabila pertumbuhan stabil maka pasien
diobservasi setiap 3-4 bulan
1. Terapi hormonal
Dapat menggunakan preparat progestin atau Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH).
Preparat
tersebut memproduksi efek hipoestogen yang memiliki hasil memuaskan untuk terapi mioma

Terapi operasi
Miomektomi (operasi pengambilan mioma uteri)
Dipertimbangkan apabila seorang wanita masih berusia muda atau masih ingin memiliki anak
lagi.Setelah miomektomi, pasien disarankan untuk menunda kehamilan selama 4-6 bulan karena
rahimmasih dalam keadaan rapuh setelah dioperasi. Komplikasi dari miomektomi berupa risiko
perdarahanharus dipertimbangkan. Kemungkinan untuk pertumbuhan mioma lagi setelah
miomektomi berkisar20-25% pasien
Histerektomi
Pengangkatan rahim keseluruhan yang dipertimbangkan pada wanita yang sudah
tidakmenginginkananak lagi, pertumbuhan mioma yang berulang setelah miomektomi, dan nyeri
hebat yang tidak sembuhdengan terapi konvensional

Miolisis
Koagulasi laparaskopik mioma dilakukan menggunakan neodymium
Embolisasi arteri uteri
Sumbatan pada pembuluh darah arteri di rahim untuk menangani komplikasi perdarahan pada
operasikebidanan dan kandungan

Anda mungkin juga menyukai