Anda di halaman 1dari 17

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan
dari dalam kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat
berupa cairan transudat atau cairan eksudat (www.google.com).
Pleura adalah membrane tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura
viseralis dan pleura parietalis.

(Sudoyo, Aru W. 2006)

Efusi pleura adalah istilah yang di gunakan bagi penimbunan cairan


dalam rongga pleura.

(Price, 2005)

Efusi pleura adalah adanya cairan yang berlebih dalam rongga pleura
baik transudat maupun eksudat.

(Davey, 2005)

Jadi kesimpulan dari efusi pleura adalah akumulasi cairan abnormal


atau penimbunan cairan yang berlebih dalam rongga pleura baik transudat
maupun eksudat.

B. Anatomi dan fisiologi


1. Anatomi

Gbr. 1 : Gambar Paru-paru


(Sumber : Syaifudin, 2001)

Paru-paru terletak pada rongga dada. Masing-masing paru


berbentuk kerucut. Paru kanan dibagi oleh dua buah fisura kedalam tiga
lobus atas, tengah dan bawah. Paru kiri dibagi oleh sebuah tisuda ke
dalam dua lobus atas dan bawah
Permukaan datar paru menghadap ke tengah rongga dada atau
kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau
hillus paru-paru dibungkus oleh selaput yang tipis disebut Pleura
(Syaifudin 1997).
Pleura merupakan membran tipis, transparan yang menutupi paru
dalam dua lapisan : Lapisan viseral, yang dekat dengan permukaan paru

dan lapisan parietal menutupi permukaan dalam dari dinding dada.Paruparu yaitu: paru-pau kanan, terdiri dara 3 lobus (belah paru), lobus pulmo
dekstra superior, lobus nedia, dan lobus inferior, tiap lobus tersusun olh
lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari, pulmo sinester, lobus superior, dan
lobus inferior, tiap-tiap lobus terdiri dari belahan-belahan yang lebih kecil
bernama segment. Paru-paru kiri mempunyai 10 segment yaitu: lima buah
segment pada lobus superior, dua buah segment pada lobus medialis tiga
buah segmen pada lobus inferior.Kapasitas paru-paru merupakan
kesanggupan paru-paru dalam menampung udara didalamnya.Kapasitas
paru-paru dapat dibedakan sebagai berikut: 1.Kapasitas total yaitu jumlah
udara yang dapat megisi paru-paru pada inspirasi sedalam dalamnya. 2.
Kapasitas vital yaitu jumlah udara yang dapat dikrluarkan setelah ekspirasi
maksimal.
2. Fisiologi
a. Pernapasan pulmoner
Merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang trjadi
pada pau-paru.
Empat proses yang berhubugan dengan pernapasan polmuner
yaitu:
1) Ventilasi pulmoner, gerakan pernapasan yang menukar udara
dalam alveoli dengan udara luar.
2) Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk
keseluruh tubuh, karbondiaksoda dari seluruh tubuh masuk ke

paru-paru
3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa degan jumlah
yang tepat yang bias dicapai untuk semua bagian.
4) Difusi gas yang menembus mambran alveoli dan kapiler
karbondioksida.
Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida, konsentrasi
dalam darah nenpengaruhi dan merangsang pusat pernapasan terdapat
dalam otak untuk memperbesar kecepatan dalam pernapasan sehingga
terjadi pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 lebih banyak.
b. Pernafasan jaringan (Pernafasan interna)
Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandung oksigen
dari seluruh tubuh masuk kedalam jaringan akhirnya mencapai kapiler,
darah

mengeluarkan

oksigen

kedalam

jaringan,

mengambil

karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru terjadi pernafasan eksterna.


c. Daya muat paru-paru
Besarnya daya muat udara dalam paru-paru 4500 ml 5000 ml
(4,5 - 5 liter) udara yang diproses dalam paru-paru (inspirasi dan
ekspirasi) hanya 10 %, 500 ml disebut juga udara pasang surut (pidal
air) yaitu yang dihirup dan yang dihembuskan pada pernafasan biasa.
d. Pengendalian pernafasan
Mekanisme pernafasan diatur dan dikendalikan oleh dua faktor
utama kimiawi dan pengendalian saraf. Adanya faktor tertentu
merangsang pusat pernafasan yang terletak di dalam medula oblongata

10

kalau dirangsang mengeluarkan impuls yang disalurkan melalui saraf


spinal.
Otot

pernafasan

(otot

diafragma

atau

interkostalis)

pengendalian oleh saraf pusat otomatik dalam medula oblongata


mengeluarkan impuls eferen keotot pernafasan melalui radik saraf
servikalis diantarkan ke diafragma oleh saraf prenikus. Impuls ini
menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma dan inter costalis
yang kecepatanya kira-kira 15 kali setiap menit.
Pengendalian secara kimia, pengendalian dan pengaturan
secara kimia meliputi frekuensi kecepatan dan dalamnya gerakan
pernafasan, pusat pernafasan dalam sumsum sangat peka, sehingga
kadar alkali harus tetap dipertahankan, karbondioksida adalah produksi
asam dari metabolisme dan bahan kimia yang asam merangsang pusat
pernafasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang bekerja atas otot
pernafasan.
e. Kecepatan pernafasan
Pada wanita lebih tinggi dari pada pria, pernafasan secara
normal maka ekspirasi akan menyusul inspirasi dan kemudian
istirahat, pada bayi adakalanya terbalik, inspirasi istirahat ekspirasi
disebut juga pernafasan terbalik
Kecepatan setiap menit
Bayi baru lahir

: 30 40 x/menit

12 bulan

: 30 x/menit

11

2 - 5 tahun

: 24 x/ menit

Orang dewasa

: 10 20 x/menit

f. Kebutuhan tubuh terhadap oksigen


Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan, manusia
sangat

membutuhkan

oksigen

dalam

hidupnya,

kalau

tidak

mendapatkan oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan kerusakan


pada otak yang tak dapat diperbaiki dan bisa menimbulkan kematian,
kalau penyediaan oksigen berkurang akan menimbulkan kacau pikiran
dan anoksia serebralis misalnya orang bekerja pada ruangan yang
sempit, tertutup, ruang kapal, kapal uap dan lain-lain, bila oksigen
tidak mencukupi maka warna darah merahnya hilang berganti kebirubiruan misalnya yang terjadi pada bibir, telinga, lengan dan kaki
disebut sianosis.

C. Etiologi
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi menjadi
transudat, eksudat dan hemoragis.
1. Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal
jantung kiri), sindroma nefrotik, asites (oleh karena sirosis kepatis),
syndroma vena cava superior, tumor, sindroma meig.
2. Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, preumonia dan sebagainya, tumor,
infark, paru, radiasi, penyakit kolagen.

12

3. Effusi hemoragis dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark


paru, tuberkulosis.
4. Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, effusi dibagi menjadi unilateral
dan bilateral. Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik
dengan penyakit penyebabnya akan tetapi effusi yang bilateral ditemukan
pada penyakit-penyakit dibawah ini :Kegagalan jantung kongestif,
sindroma nefrotik, asites, infark paru, tumor dan tuberkolosis.

D. Patofisiologi
Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam
rongga pleura. Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan
hidrostatis pleura parietalis sebesar 9 cm H2O. Akumulasi cairan pleura dapat
terjadi apabila tekanan osmotik koloid menurun misalnya pada penderita
hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler akibat ada proses
keradangan atau neoplasma, bertambahnya tekanan hidrostatis akibat
kegagalan jantung dan tekanan negatif intra pleura apabila terjadi atelektasis
paru (Alsagaf H, Mukti A, 1998).
Effusi pleura berarti terjadi pengumpulan sejumlah besar cairan bebas
dalam kavum pleura. Kemungkinan penyebab efusi antara lain : (1)
penghambatan drainase limfatik dari rongga pleura, (2) gagal jantung yang
menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi sangat tinggi
sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke dalam rongga
pleura (3) sangat menurunnya tekanan osmotik kolora plasma, jadi juga

13

memungkinkan transudasi cairan yang berlebihan (4) infeksi atau setiap


penyebab peradangan apapun pada permukaan pleura dari rongga pleura, yang
memecahkan membran kapiler dan memungkinkan pengaliran protein plasma
dan cairan ke dalam rongga secara cepat (Guyton dan Hall , Egc, 1999, 623624).

E. Manifestasi klinik
Manifestasi kinik yang muncul (Tierney, 2002 dan Tucker, 1998) ) adalah
1. Sesak nafas
2. Nyeri dada
3. Kesulitan bernafas
4. Peningkatan suhu tubuh jika ada infeksi
5. Keletihan
6. Batuk

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada efusi pleura ini adalah (Mansjoer, 2001)
1. Thorakosentasis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif
seperti nyeri, dispnea dan lain-lain. Cairan efusi sebanyak 1 1,5 liter
perlu dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru. Jika
jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutnya baru
dapat dilakukan 1 jam kemudian.

14

2. Pemberian anti biotik


Jika ada infeksi.
3. Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan obat
(tetrasiklin, kalk dan bieomisin) melalui selang interkostalis untuk
melekatkan kedua lapisan pleura dan mencegah cairan terakumulasi
kembali.
4. Tirah baring
Tirah baring ini bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen
karena peningkatan aktivitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen
sehingga dyspnea akan semakin meningkat pula.
5. Biopsi pleura, untuk mengetahui adanya keganasan.

G. Komplikasi
1. Infeksi
2. Fibrosis paru
(Mansjoer, 2001)

H. Pengkajian fokus
1. Biodata
Umur, alamat, pekerjaan
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri dada, sesak nafas, takipneu, hipoksemia

15

b. Riwayat penyakit sekarang


Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya
tanda-tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada
dada, berat badan menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan
mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan
untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti
TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya.
Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor
predisposisia.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura
seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya
3. Pola fungsional Gordon yang terkait
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan
pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status
nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan kebiasaan makan dan
minum sebelum dan selama MRS pasien dengan effusi pleura akan
mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan
penekanan pada struktur abdomen. Peningkatan metabolisme akan

16

terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan effusi pleura keadaan


umumnya lemah nutrisi dan metabolik
b. Pola persepsi sensori dan kognitif
Akibat dari efusi pleura adalah penekanan pada paru oleh cairan
sehingga menimbulkan rasa nyeri
c. Pola aktivitas dan latihan
Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi dan
akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal. Disamping itu
pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri dada.
Dan untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien
dibantu oleh perawat dan keluarganya.
d. Istirahat dan tidur
Karena adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh
akan

berpengaruh

terhadap

pemenuhan

kebutuhan

tidur

dan

istitahatnya
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum

: Pasien tampak sesak nafas

b. Tingkat kesadaran

: Composmentis

c. TTV
RR : Takhipnea
N : Takhikardia
S : Jika ada infeksi bisa hipertermia
TD : Bisa hipotensia

17

d. Kepala

: Mesochepal

e. Mata

: Conjungtiva anemis

f. Hidung

: Sesak nafas, cuping hidung

g. Dada

: Gerakan pernafasan berkurang

h. Pulmo (paru-paru )
Inspeksi

: Terlihat ekspansi dada simetris, tampak sesak nafas


tampak penggunaan otot bantu nafas

Palpasi

: Vokal Fremitus menurun

Perkusi

: Pekak (skonidulnes), redup

Auskultasi

: Bunyi nafas menghilang atau tidak terdengar diatas


bagian yang terkena

5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan torak sinar
Terlihat

: -

Sudut kostofrenik tumpul


Obstruksi

diafragma

sebagian

putih

komplet

(opaqul densitas ) pada area yang sakit.


b. Torasentesis
Mengambil cairan efusi dan untuk melihat jenis cairannya serta adakah
bakteri dalam cairan
c. Biopsi pleura
Jika penyebab efusi adalah Ca untuk menunjukkan adanya keganasan.

18

d. GDA
Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi
gangguan mekanik pernafasan. dan kemampuan mengkompensasi
PaCO2 kadang-kadang meningkat PaO2 mungkin normal atau
menurun, saturasi O2 biasanya menurun.

19

I. Pathways keperawatan
Etiologi
Transudat disebabkan oleh
Payah jantung
Penyakit ginjal
Penyakit hati
Eksudat disebabkan oleh infeksi
EFUSI PLEURA
Pengumpulan cairan dalam rongga pleura

Normal cairan 10-20 ml

Ekspansi paru menurun


Pertukaran O2 dialveoli

Sebagai pelican gesekan kedua


pleura pada waktu bernafas

Dyspnea
Serosa jernih
Pola nafas tidak efektif
Darah

Nanah

Batuk

Cairan seperti
susu
Iritasi membran mukosa
dalam saluran pernafasan
Nyeri dada
Gg. Rasa nyaman nyeri

Sputum
Bau sputum tertinggal
dimulut
Mual

Reaksi paru
terhadap iritan

Adanya tumor paru


Sputum merah muda

Mengalir ke tenggorok
Akumulasi sputum

Muntah
Tidak nafsu makan

Bersihan jalan nafas tidak


efektif

Anoreksia
Nutrisi < kebutuhan tubuh
(Sumber : Brunner & Suddarth, 2001)

20

J. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan pengembangan
paru.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan nyeri dada
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubugan dengan akumulasi sekret
4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

K. Intervensi dan Rasional


1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan pengembangan
paru.
Tujuan

: Pola nafas kembali efektif

KH

: Tidak ada dispnea, tidak ada penggunaan otot bantu nafas,


RR normal (16 - 20 x/menit)

Intervensi

a. Observasi pernafasan khususnya bunyi nafas dan perkusi


Rasional : Bunyi nafas dapat menurun
b. Pertahankan posisi yang nyaman dengan kepala ditinggikan
Rasional : Meningkatkan inspirasi maksimum
c. Anjurkan klien untuk tidak banyak aktivitas
Rasional : Aktivitas yang meningkat akan meningkatkan kebutuhan
O2
d. Kolaborasi pemberian O2
Rasional : Alat membantu meningkatkan O2

21

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubugan dengan nyeri dada


Tujuan

: Tidak ada nyeri dada

KH

: - keluhan nyeri berkurang


- skala nyeri menurun

Intervensi

a. Kaji perkembangan nyeri


Rasional : Untuk mengetahui terjadiya komplikasi
b. Ajarkan klien tehnik relaksasi
Rasional: Untuk meringankan nyeri
c. Beri posisi yang nyaman
Rasional : Untuk memberikan kenyamanan klien
d. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : untuk mengurangi rasa sakit
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubugan dengan akumulasi sekret
Tujuan : jalan nafas menjadi efektif
KH

: - Tidak ada pengumpulan secret


- Tidak ada pengguaan alat bantu nafas

Intervensi

1. Observasi karakteristik batuk


Rasional : Untuk mengetahui batuk apakah menetap atau tidak efektif
2. Ajarkan batuk efektif
Rasional : membantu pengeluaran secret

22

3. Berikan pasian posisi semi fowler


Rasional : Membantu memaksimalkan ekspansi paru.
4. Kolaborasi pemberian Oksigen
Rasional : Dapat meningkatkan intake oksigen
4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
Tujuan

: Tidak terjadi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

KH

: Nafsu makan meningkat, porsi habis, BB tidak turun drastis

Intervensi

a. Observasi nafsu makan klien


Rasional : Porsi makan yang tidak habis menunjukkan nafsu makan
belum baik
b. Beri makan klien sedikit tapi sering
Rasional : Meningkatkan masukan secara perlahan
c. Beritahu klien pentingnya nutrisi
Rasional : Klien dapat memahami dan mau meningkatkan masukan
nutrisi
d. Pemberian diit TKTP
Rasional : Peningkatan energi dan protein pada tubuh sebagai
pembangun

23

Anda mungkin juga menyukai