Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Filtrasi (penyaringan) adalah proses pemisahan partikel zat padat dari


fluida dengan jalan melewatkan fluida tersebut melalui suatu medium penyaring
atau septum (septum), dimana zat padat itu tertahan. Istilah medium penyaring
dapat dikatakan juga sebagai medium berpori (filter cloth). Dalam operasi filtrasi,
partikel - partikel padatan tersuspensi dalam cairan atau gas dihilangkan secara
fisika atau mekanis dengan cara melewatkannya melalui medium penyaringan
tersebut. Didalam campuran zat cair, partikel-partikel padat tersuspensi dapat
berupa partikel yang sangat halus, partikel tegar (rigid) atau plastis, berbentuk
bulat atau beragam dan partikel agregat atau individual (diskrit).
Filter medium (medium penyaring) adalah bahan padat berpori yang
berfungsi menahan partikel-partikel padatan berukuran lebih besar dan
meloloskan partikel padat berukuran lebih kecil dari diameter porinya bersamasama dengan cairan. Beberapa filter medium yang sering digunakan antara lain
seperti nilon, dacron cloth, kawat baja (steel mesh) gulungan baja tahan karat
berbentuk koil, kain kasa dan lain-lain.

BAB 2

UNIT FILTRASI

2.1. Tujuan Filtrasi


Filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida (cair
maupun gas) yang membawanya menggunakan suatu medium berpori atau
bahan berpori lain untuk menghilangkan sebanyak mungkin zat padat halus
yang tersuspensi dan koloid. Pada

pengolahan air minum, filtrasi

digunakan untuk menyaring air hasil dari proses koagulasi flokulasi


sedimentasi sehingga dihasilkan air minum dengan kualitas tinggi. Di
samping mereduksi kandungan zat padat, filtrasi dapat pula mereduksi
kandungan bakteri, menghilangkan warna, rasa, bau, besi dan mangan.
Perencanaan suatu sistem filter untuk pengolahan air tergantung pada
tujuan pengolahan dan pre-treatment yang telah dilakukan pada air baku
sebagai influen filter.

Pada filtrasi dengan media berbutir, terdapat mekanisme


filtrasi sebagai berikut:

a. Penyaringan secara mekanis (mechanical straining)


b. Sedimentasi
c. Adsorpsi atau gaya elektrokinetik
d. Koagulasi di dalam filter bed
e. Aktivitas biologis

2.2. Tipe Filter


Berdasarkan pada kapasitas produksi air yang terolah, filter pasir
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu filter pasir cepat dan filter pasir lambat.

2.2.1. Filter Pasir Cepat


Filter pasir cepat atau rapid sand filter adalah filter yang mempunyai
kecepatan filtrasi cepat, berkisar 4 hingga 21 m/jam. Filter ini selalu
didahului dengan proses koagulasi flokulasi dan pengendapan untuk
memisahkan padatan tersuspensi. Jika kekeruhan pada influen filter pasir
cepat berkisar 5 10 NTU maka efisiensi penurunan kekeruhannya dapat
mencapai 90 98%. Bagian-bagian dari filter pasir cepat meliputi (Gambar
2.1):
a. Bak filter, merupakan tempat proses filtrasi berlangsung.
Jumlah dan ukuran bak tergantung debit pengolahan (minimum dua
bak).
b. Media filter, merupakan bahan berbutir/granular yang
membentuk pori-pori di antara butiran media. Pada pori-pori inilah
air mengalir dan terjadi proses penyaringan.
c. Sistem underdrain. Underdrain merupakan sistem pengaliran
air yang telah melewati proses filtrasi yang terletak di bawah media
filter. Underdrain terdiri atas:
Orifice, yaitu lubang pada sepanjang pipa lateral sebagai
jalan masuknya air dari media filter ke dalam pipa.
Lateral, yaitu pipa cabang yang terletak di sepanjang pipa
manifold.
Manifold, yaitu pipa utama yang menampung air dari lateral
dan mengalirkannya ke bangunan penampung air.

Gutter
Bak filter
Media filter

Media penyangga
Lateral

Manifold

Gambar 2.1 komponen filter

Pengoperasian filter pasir cepat adalah sebagai berikut:

1. Selama proses filtrasi berlangsung, partikel yang terbawa air


akan tersaring di media filter. Sementara itu, air terus mengalir
melewati media pasir dan penyangga, masuk lubang/orifice, ke
pipa lateral, terkumpul di pipa manifold, dan akhirnya air keluar
menuju bak penampung (lihat Gambar 2.2).
2. Partikel

yang

tersaring

menyumbat

pori-pori

di

media

media sehingga

lama

kelamaan akan

terjadi

clogging

(penyumbatan). Clogging ini akan meningkatkan headloss aliran


air di media. Peningkatan headloss dapat dilihat dari meningkatnya
permukaan air di atas media atau menurunnya debit filtrasi. Untuk
menghilangkan clogging, dilakukan pencucian media.
3. Pencucian dilakukan dengan cara memberikan aliran balik
pada media (backwash) dengan tujuan untuk mengurai media dan
mengangkat kotoran yang

menyumbat pori- pori media filter.

Aliran air dari manifold, ke lateral, keluar orifice, naik ke media


hingga media terangkat, dan air dibuang melewati gutter yang

terletak di atas media (lihat Gambar 2.3).


4. Bila media filter telah bersih, filter dapat dioperasikan kembali.

Gambar 2.2 Aliran air pada saat operasi filter

Gambar 7.3 Aliran air pada saat pencucian filter

Filter pasir cepat dapat dibedakan dalam beberapa kategori:


1. Menurut sistem kontrol kecepatan filtrasi
2. Menurut arah aliran
3. Menurut sistem pengaliran

2.2.1.1. Tipe Filter Berdasar Sistem Kontrol Kecepatan


Berdasarkan sistem kontrol kecepatannya, filter dikelompokkan
menjadi:

1. Constant rate: debit hasil proses filtrasi konstan sampai pada level
tertentu. Hal ini dilakukan dengan memberikan kebebasan kenaikan level
muka air di atas media filter.
2. Declining rate atau constant head: debit hasil proses filtrasi menurun
seiring dengan waktu filtrasi, atau level muka air di atas media filter
dirancang pada nilai yang tetap.

2.2.1.2. Tipe Filter Berdasar Arah Aliran


Berdasarkan arah alirannya, filter dikelompokkan menjadi:
1. Filter aliran down flow (kebawah).
2. Filter aliran upflow (keatas).
3. Filter aliran horizontal.

2.2.1.3. Tipe Filter Berdasar Sistem Pengaliran

Berdasarkan sistem pengalirannya, filter dikelompokkan menjadi:


1. Filter dengan aliran secara grafitasi (gravity filter).
2. Filter dengan aliran bertekanan (pressure filter).

2.2.2. Filter Pasir Lambat


Filter pasir lambat atau slow sand filter adalah filter yang
mempunyai kecepatan filtrasi lambat, yaitu sekitar 0,1 hingga 0,4 m/jam.
Kecepatan yang lebih lambat ini disebabkan ukuran media pasir lebih kecil
(effective size = 0,15 0,35 mm). Filter pasir lambat merupakan sistem
filtrasi yang pertama kali digunakan untuk pengolahan air, dimana sistem ini
dikembangkan sejak tahun 1800 SM. Prasedimantasi dilakukan pada air baku
mendahului proses filtrasi.

Filter

pasir

lambat

cukup

efektif

digunakan

untuk

menghilangkan kandungan bahan organik dan organisme patogen pada air

baku yang mempunyai kekeruhan relatif rendah. Filter pasir lambat banyak
digunakan untuk pengolahan air dengan kekeruhan air baku di bawah 50
NTU. Efisiensi filter pasir lambat tergantung pada distribusi ukuran partikel
pasir, ratio luas permukaan filter terhadap kedalaman dan kecepatan filtrasi.
Filter pasir lambat bekerja dengan cara pembentukan lapisan
biofilm

di

beberapa milimeter bagian atas lapisan pasir halus yang

disebut lapisan hypogeal atau

schmutzdecke. Lapisan ini mengandung

bakteri, fungi, protozoa, rotifera, dan larva serangga air. Schmutzdecke


adalah lapisan yang melakukan pemurnian efektif dalam pengolahan air
minum. Selama air melewati schmutzdecke, partikel akan terperangkap
dan organik terlarut akan teradsorpsi, diserap dan dicerna oleh bakteri,
fungi, dan protozoa. Proses yang terjadi dalam schmutzdecke sangat
kompleks

dan

bervariasi,

tetapi

yang

utama

adalah

mechanical

straining terhadap kebanyakan bahan tersuspensi dalam lapisan tipis yang


berpori-pori sangat kecil, kurang dari satu mikron. Ketebalan lapisan ini
meningkat terhadap waktu hingga mencapai sekitar 25 mm, yang
menyebabkan

aliran mengecil. Ketika kecepatan filtrasi turun sampai

tingkat tertentu, filter harus dicuci dengan mengambil lapisan pasir bagian
atas setebal sekitar 25 mm.
Keuntungan filter lambat antara lain:

Biaya konstruksi rendah

Rancangan dan pengoperasian lebih sederhana

Tidak diperlukan tambahan bahan kimia

Variasi kualitas air baku tidak terlalu mengganggu

Tidak diperlukan banyak air untuk pencucian,

pencucian tidak menggunakan backwash, hanya dilakukan di bagian


atas media

Kerugian filter pasir lambat adalah besarnya kebutuhan lahan, yaitu


sebagai akibat dari lambatnya kecepatan filtrasi.

Secara umum,filter pasir lambat hampir sama dengan filter pasir


cepat. Filter

lambat tersusun oleh bak filter, media pasir, dan sistem

underdrain (Gambar 7.4)

Gambar 2.4 Skema filter pasir lambat

Tabel 2.1 Perbedaan Kriteria Filter Pasir Cepat dan Filter Pasir Lambat

Kriteria
Kecepatan
Ukuran bed
filtrasi

Kedalaman bed

Filter Pasir
4 21
Cepat
Kecil,
40 400 m2
m/jam

Filter Pasir
Lambat 0,1 0,4 m/jam
Besar, 2000 m2

30 45 cm kerikil, 60

30 cm kerikil, 90 110 cm

70 cm pasir, tidak

pasir, berkurang 50 80 cm

berkurang saat pencucian

saat pencucian

Ukuran pasir

Distribusi ukuran
Sistem underdrain
media

Effective size >0,55

Effective size 0,25-0,3

mm, uniformity

mm, uniformity

coefficient <1,5

coefficient 2-3

Terstratifikasi
Pipa lateral berlubang

Tidak terstratifikasi
Sama dengan filter cepat atau

yang mengalirkan air ke


pipa utama
Kehilangan energi

Filter run (jarak


waktu pencucian)
Metoda pembersihan

batu kasar dan beton


berlubang sebagai saluran

30 cm saat awal,

6 cm
saat awal,
utama

hingga 275 cm

hingga 120 cm saat

saat
12 akhir
72

akhir
20
60 hari

jam
Mengangkat kotoran dan

Mengambil lapisan pasir di

pasir ke atas dengan

permukaan dan mencucinya

backwash
Jumlah air untuk

1 6% dari air tersaring

0,2 0,6% dari air tersaring

pembersihan
Peng
olahan

Koagulasiflokulasi-sedimentasi

pendahuluan
Biaya
Relatif
Relatif
konstruksiBiaya
tinggi
operasi Biaya
tinggi Relatif
Sumber: Schulz dan Okun (1984)
depresiasi
tinggi

Biasanya tidak ada


bila kekeruhan kurang dari 50
NTU

Relatif rendah
Relatif rendah
Relatif rendah

2.3. Media Filter dan Distribusi Media


Bagian filter yang berperan penting dalam melakukan penyaringan
adalah media filter. Media Filter dapat tersusun dari pasir silika alami,
anthrasit, atau pasir garnet. Media ini umumnya memiliki variasi dalam
ukuran, bentuk dan komposisi kimia. Pemilihan media filter yang akan
digunakan dilakukan dengan analisa ayakan (sieve analysis). Hasil ayakan

suatu media filter digambarkan

dalam

kurva

(Gambar

ukuran

efektif (effective

2.5)

untuk

keseragaman media

mencari

akumulasi

distribusi
size)

dan

yang diinginkan (dinyatakan sebagai uniformity

coefficient).
Effective Size (ES) atau ukuran efektif media filter adalah ukuran
media filter bagian atas yang dianggap paling efektif dalam memisahkan
kotoran yang besarnya 10 % dari total kedalaman lapisan media filter atau 10
% dari fraksi berat, ini sering dinyatakan sebagai d10

(diameter pada

persentil 10).
Uniformity
adalah

angka

Coefficient (UC)

atau

koefisien

keseragaman

keseragaman media filter yang dinyatakan dengan

perbandingan antara ukuran diameter pada 60 % fraksi berat terhadap ukuran


efektif atau dapat ditulis: UC = d60/d10. d60

adalah diameter butiran

pada persentil 60).


Berdasarkan jenis dan jumlah media yang digunakan dalam
penyaringan, media filter dikategorikan menjadi:
1. Single media: Satu jenis media seperti pasir silika,
atau dolomit saja. Filter cepat tradisional biasanya menggunakan
pasir kwarsa. Pada sistem ini penyaringan SS terjadi pada lapisan
paling atas sehingga dianggap kurang efektif karena sering
dilakukan pencucian.
2. Dual media: misalnya digunakan pasir silica, dan
anthrasit. Filter dual media sering digunakan filter dengan media
pasir kwarsa di lapisan bawah dan antharasit pada lapisan atas.
Keuntungan dual media:
a. Kecepatan filtrasi lebih tinggi (10 15 m/jam)
b. Periode pencucian lebih lama
c. Merupakan peningkatan filter single media (murah)
3. Multi media: misalnya digunakan pasir silica, anthrasit
dan garnet atau dolomit. Fungsi multi

media

adalah

untuk

memfungsikan

seluruh

lapisan

filter

agar berperan

sebagai

penyaring.

Susunan media berdasarkan ukurannya dibedakan menjadi:


Seragam (uniform), ukuran butiran media filter relatif sama dalam
satu bak
Gradasi (stratified), ukuran butiran media tidak sama dan tersusun
bertingkat
Tercampur (mixed), ukuran butiran media tidak sama dan bercampur
Kriteria nilai ukuran efektif dan keseragaman media untuk
beberapa jenis dan jumlah media filter dapat dilihat pada Tabel 7.2. Bila
suatu stok pasir tidak memenuhi kriteria, maka harus dilakukan pemilihan
ukuran hingga memenuhi kriteria tersebut.
Tabel 2.2 Kriteria Perencanaan Media Filter untuk Pengolahan Air
Minum

nilai
Karakte

rentang

tipikal

ristik
I. Single Media
A. Media pasir:
Kedalaman (mm)

610 760

685

ES (mm)

0,35 0,70

0,6

<1,7

<1,7

Kedalaman (mm)

610 760

685

ES (mm)

0,70 0,75

0,75

<1,75

<1,75

1,36 3,40

2,72

UC
B. Media anthrasit:

UC
C. Rate Filtrasi (l/det-m2)

II. Dual Media


A.

Anthrasit:
Kedalaman

(mm)
ES (mm)

460 610

610

0,9 1,1

1,0

1,6 1,8

1,7

150 205

150

0,45 0,55

0,5

1,5 1,7
420 530
2,04 5,44
0,95 1,0

1,6
460
3,4
1,0

UC
III.B.
Multi Media
A. Anthrasit:
P
asir Kedalaman (mm)
ES (mm)
Kedalaman

(mm)

UC

ES (mm)

B.

UC
P

C.

asir Rate Filtrasi (l/det


Kedalaman
(mm)
m 2)
ES (mm)
UC
C.
Ga

1,55 1,75

<1,75

150 230

230

0,45 0,55

0,50

1,5 1,65

1,60

75 115

75

0,20 0,35

0,20

1,6 2,0

<1,6

2,72 6,80

4,08

rnet
Kedalaman (mm)
ES (mm)
UC
D. Rate Filtrasi (l/det
m 2)

Sumber: Reynolds dan Richards (1996)

2.4. Dimensi Bak Filter

Luas permukaan bak filter tergantung pada jumlah bak, debit


pengolahan, dan kecepatan (rate) filtrasi. Jumlah bak ditentukan berdasarkan
debit pengolahan dengan rumus pendekatan: N = 1,2 Q0,5, dengan Q adalah
debit pengolahan (mgd). Jumlah bak juga dapat ditentukan dengan batasan
luas permukaan maksimum 100 m2 per bak. Jumlah bak minimum adalah
dua.
Besarnya kehilangan tekanan pada media filter dapat ditentukan
dengan menggunakan percobaan piezometrik dalam skala laboratorium seperti
terlihat pada Gambar 7.6. Gambar 7.6(a) memperlihatkan rangkaian alat yang
digunakan untuk mengukur tinggi tekanan air (head) pada piezometer selama
percobaan filtrasi berlangsung. Makin ke bawah lokasi titik sampling, maka
head makin menurun (karena kehilangan tekanan atau headloss bertambah).
Selama proses filtrasi berlangsung, head di setiap piezometer dicatat seperti
digambarkan pada Gambar 7.6(b). Dengan bertambahnya waktu filtrasi, head
makin

menurun (karena terjadi clogging yang menyebabkan headloss

meningkat), bahkan bisa mencapai head negatif, artinya tinggi muka air di
piezometer berada di bawah dasar media filter.

(a)

(b)

Gambar 7.6 Kehilangan tekanan pada filter, (a) percobaan


piezemetrik (b) profil kehilangan tekanan selama proses filtrasi.

Headloss pada proses filtrasi akan selalu meningkat sejalan


dengan waktu operasi filtrasi. Naiknya headloss ini dapat digunakan
untuk menentukan filter run atau siklus filtrasi, yaitu periode waktu
operasi filtrasi di antara dua pencucian media. Filter run ditentukan
dengan melakukan pencatatan kekeruhan pada efluen filter dan
headloss

yang

terjadi

selama

filter beroperasi. Gambar 7.7

memperlihatkan hubungan antara headloss dan kekeruhan dengan waktu.


Dengan mengacu pada besarnya kekeruhan maksimum pada efluen,
waktu

backwash

dapat ditentukan. Waktu backwash juga dapat

ditentukan dengan memberi batasan pada nilai headloss maksimum

7.6. Hidrolika Pencucian (Backwashing)


Filter pasir cepat, setelah digunakan dalam kurun waktu
tertentu akan mengalami penyumbatan akibat tertahannya partikel halus dan
koloid oleh media filter. Tersumbatnya media filter ditandai oleh:
1. Penurunan kapasitas produksi (untuk filter constant head)
2. Peningkatan kehilangan energi (head loss) yang diikuti
oleh kenaikan muka air di atas media filter (untuk filter constant
rate)
3. Penurunan kualitas air produksi

Jika keadaan ini tercapai, seperti ditunjukkan oleh adanya head


yang

negatif

pada Gambar 2 .6b, maka filter harus dicuci. Teknik

pencucian filter cepat dapat dilakukan dengan menggunakan aliran balik


(backwashing),

dengan

kecepatan

tertentu

agar

media

filter

terfluidisasi dan terjadi tumbukan antar media. Tumbukan antar media


menyebabkan lepasnya kotoran yang menempel pada media, selanjutnya
kotoran yang telah terkelupas akan terbawa bersama dengan aliran air.
Untuk

meningkatkan kinerja backwashing, sering didahului dengan

pencucian di permukaan (surface washing) dan/atau memberikan tekanan


udara dari bawah dengan blower (air washing).

Tujuan

pencucian

filter

adalah

melepaskan

kotoran

yang

menempel pada media filter dengan aliran ke atas (upflow) hingga media
terekspansi. Umumnya tinggi ekspansi sebesar 15 sampai 35% (Droste,
1997). Lama pencucian sekitar 3 hingga 15 menit. Ada beberapa sistem
pencucian filter, yaitu:
Menggunakan menara air
Interfilter
Pompa backwash

Untuk menghitung head pompa pencucian atau tinggi menara, maka harus

dihitung headloss melalui media, dasar filter (under drain), dan sistem
perpipaan pada saat awal backwash. Saat awal backwash, tekanan air
backwash harus mampu memecahkan media yang kemungkinan memadat
akibat adanya kotoran yang melekat pada permukaan media. Tekanan air
backwash juga harus mampu mengangkat pasir hingga ketinggian tertentu
(terfluidasi). Pada saat terfluidasi, massa butiran pasir tidak berubah. Massa
butiran pasir saat operasi filtrasi sama dengan massa pasir saat terfluidasi.
2.7. Sistem Underdrain

Sistem underdrain adalah sistem pengaliran air di bawah


media filter setelah air melewati proses penyaringan. Persyaratan sistem
underdrain adalah:
a. dapat mendukung media di atasnya
b. distribusi merata pada saat pencucian

Kriteria untuk sistem underdrain adalah sebagai berikut:


i.

Dasar filter dapat terdiri dari sistem perpipaan yang

tersusun dari lateral dan manifold, dimana air diterima melalui lubang
orifice yang diletakkan pada pipa lateral.
ii. Kecepatan pencucian 36 m/jam (600 l/m2.menit), dengan
tinggi ekspansi sebesar 15 cm sehingga headloss = 25 cm.
iii. Manifold dan lateral ditujukan agar distribusi merata,
headloss 1 3 m dengan kriteria sistem manifold lateral:
a. Perbandingan luas orifice/filter = 0,0015 0,005
b. Perbandingan luas lateral/ orifice = 2 4
c. Perbandingan luas manifold/lateral = 1,5 3
d. Diameter orifice = 0,6 2 cm.
e. Jarak antara orifice = 7,5 30 cm
f. Jarak antara lateral = orifice.
Gambar 2.8 sampai 2 .11 di bawah ini adalah bentuk sistem

underdrain dengan model orifife-lateral-manifold dan bentuk sistem


underdrain lainnya.

Manifold

Gambar 2.8 Sistem underdrain dengan model manifold pipe

Gambar 7.9 Sistem underdrain


dengan model perforated plate

Gambar 7.10 Sistem underdrain dengan model nozzle dan strainer

Gambar 7.11 Sistem underdrain dengan model block filter

BAB III
PENUTUP

Filtrasi adalah proses pemisahan dari campuran heterogen yang


mengandung cairan dan partikel-partikel padat dengan menggunakan media filter
yang hanya meloloskan cairan dan menahan partikel-partikel padat. Pada unit
penyaring, pasir aktif digunakan untuk menghilangkan besi dan mangan atau juga
untuk filtrasi flokulasi. Pasir aktif yang sudah mempunyai lapisan katalistik di
permukaan butirannya dapat mempercepat proses penghilangan besi (Fe) dan
mangan (Mn).

Filter untuk menghilangkan besi dan mangan dengan proses biologis


atau maupun untuk nitrifikasi dibutuhkan waktu awal operasional penyaring yang
lebih panjang sampai beberapa bulan. Fase itu bisa dikurangi untuk filter dengan
cara biologis dengan menjaga potensi redoks dan nilai pH optimal dan juga
dengan menambah nutrisi untuk mikroorganisme/bakteri yang dibutuhkan. Untuk
penyaringan flok atau flok filtration bisa juga ditambah polielektrolit kedalam
air pencucian sehingga status beban elektrik dari partikel media filter bisa
dipengaruhi untuk mempercepat proses flokulasi. Pada filtrasi dengan media
berbutir mekanismenya yaitu penyaringan secara mekanis, sedimentasi, adsorbsi,
koagulasi di dalam filter bed dan aktivitas biologis.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Droste, R.L., Theory and Practice of Water and Wastewater Treatment,


John Wiley & Sons, Inc., 1997

2.

Fair, G.M., J.C. Geyer, dan D.A. Okun, Water and Wastewater
Engineering, Volume 2: Water Purification and Wastewater
Treatment and Disposal, John Wiley and Sons Inc. New York,
1981

3.

Huisman, L., Rapid Sand Filtration, Lecture Notes, IHE Delft Netherlands,
1994

4.

Huisman, L., Slow Sand Filtration, Lecture Notes, IHE Delft Netherlands,
1994

5.

Kawamura, S., Integrated Design of Water Treatmrnt Fcilities, John


Wiley & Sons, Inc., 1991

6.

Qasim, S.R., Motley, E.M., dan Zhu, G., Water Work Engineering:
Planning, Design & Operation, Prentice Hall PTR, Texas, 2000

7.

Rich, L.G., Unit Operations of Sanitary Engineering, John Wiley & Sons,
Inc., 1974

8.

Reynolds T.D. dan P.A. Richards, Unit Operations and Processes in


Environmental Engineering, PWS Publishing Company,20 Park Plaza,
MA 12116, 1996

MAKALAH
ANALISIS PASIR

Disusun Oleh :
Elisabeth Priscila ( 21080111130035 )
Futry Tria Christy ( 21080111130049 )
Hutami Dinar Estikarini ( 21080111120007 )
Muhammad Rizki Apritama ( 21080111120017 )

TEKNIK LINGKUNGAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO

Anda mungkin juga menyukai