Menimbang :
Mengingat :
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
TENTANG BAHAN TAMBAHAN MAKANAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :
BAB II
BAHAN YANG DIIZINKAN
Pasal 2
(1) Bahan Tambahan Makanan yang diizinkan dengan pemakaian
maksimum terlimit dalam makanan tertentu ditetapkan dalam Lampiran
I dari Peraturan ini;
(2) Bahan Tambahan Makanan selain dari yang ditetapkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dapat digunakan sebagai bahan tambahan
makanan setelah mendapat persetujuan sebelumnya dari Direktur
BAB III
BAHAN YANG DILARANG
Pasal 3
(1) Bahan Tambahan yang dilarang untuk dipergunakan sebagai bahan
tambahan makanan adalah sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II
Peraturan ini.
(2) Sebagai tambahan terhadap bahan tambahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), bahan pewarna dilarang untuk digunakan sebagai bahan
tambahan makanan. Adalah sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Zat Pewarna Tertentu
Yang Dinyatakan sebagai suatu Substansi Berbahaya.
Pasal 4
(1) Bahan tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)
dinyatakan sebagai suatu substansi berbahaya jika diguakan dalam
makanan;
(2) Makanan berisi bahan tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 dinyatakan sebagai suatu makanan berbahaya.
BAB IV
PRODUKSI, IMPORTASI DAN DISTRIBUSI
Pasal 5
Bahan selain dari yang terdaftar dalam Lampiran I, jika digunakan
sebagai bahan, hanya dapat diproduksi, diimpor atau didistribusikan
setelah dievaluasi oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan.
Pasal 6
Pasal 7
Produser yang memproduksi bahan harus didaftarkan pada Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan makanan.
Pasal 8
Bahan tertentu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pengawasan obat
dan Makanan harus didaftarkan pada Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan.
Pasal 9
Importir Bahan Tambahan Makanan harus melapor secara tertulis
sesegera mungkin kepada Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan berkaitan dengan impor bahan tambhan makanan setelah
kedatangan bahan tersebut dipelabuhan.
Pasal 10
Bahan Tambahan Makanan impor harus disertai suatu Sertifikat Analisis
dari produsen Negara asal.
Pasal 11
Bahan Tambahan Makanan impor hanya dapat didistribusikan jika
Sertifikat Analisis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 disetujui
Direktur Jenderal Pengawasan obat dan Makanan.
Pasal 12
Direktur Jenderal Pengawasan obat dan Makanan. Akan menetapkan
prosedur evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, prosedur
registrasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 7dan 8, prosedur
laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal9, dan ketentuan Serifikat
Analisis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10.
Pasal 13
(1) Kemasan dari bahan tambahan makanan harus berlabel;
(2) Label dari bahan tambahan makanan harus memenuhi Peraturan
Menetri Kesehatan Republik Indonesia tentang Label dan Iklan
Makanan;
(3) Sebagai tambahan terhadap ketentuan ayat (2) dari Pasal ini, label
bahan tambahan makanan harus juga memuat hal-hal berikut :
(4) Sebagai tambahan terhadap ketentuan dalam ayat (2) and (3) dari
Pasal ini, label dari bahan tambahan makanan dalam kemasan eceran
juga harus berisi cara penggunaan.
Pasal 14
Sebagai tambahan dari Pasal 13 Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan akan menetapkan apakah label dari bahan tambahan
makanan tertentu memenuhi ketentuan yang ditetapkan.
Pasal 15
(1) Label dari makanan mengandung bahan tambahan makanan, harus
berisi nama kelas dari bahan tambahan makanan;
(2) Sebagai tambahan dari ketentuan pada ayat (1) dari Pasal ini, label
dari makanan mengandung bahan tambahan makanan, seperti
antioksidan, pemanis buatan, pengawet, pewarna atau penambah rasa
juga berisi nama dari bahan tambahan makanan, dan nomor indeks
untuk pewarna.
Pasal 16
BAB V
LARANGAN
Pasal 17
Dilarang menggunakan bahan tambahan makanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 jika :
Pasal 18
Dilarang memproduksi, mengimpor atau mendistribusikan bahan
tambahan makanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2)
sebagai bahan tambahan makanan sebelum mendapat persetujuan
Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan makanan.
Pasal 19
Dilarang memproduksi, mengimpor, mendistribusikan atau menggunakan
bahan tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 sebagai bahan
tambahan makanan.
Pasal 20
Dilarang memproduksi, mengimpor atau mendistribusikan makanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dan bahan makanan
tambahan yang belum dievaluasi oleh Direktur Jenderal Pengawasan
obat dan Makanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.
Pasal 21
Pasal 22
Dilarang mendistribusikan bahan tambahan makanan yang diproduksi
oleh produsen yang tidak terdaftar sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7.
Pasal 23
Dilarang mendistribusikan bahan tambahan makanan tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 yang tidak terdaftar pada
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan makanan.
Pasal 24
Dilarang mendistribusikan bahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
sebelum Sertiikat Analisis disetujui Direktur Jenderal Pengawasan Obat
dan Makanan.
Pasal 25
Dilarang mendistribusikan makanan dan bahan yang tidak memenuhi
ketentuan pelabelan.
Pasal 26
Dilarang menggunakan bahan tambahan melebihi batas maksimum
pemakaian yang telah diizinkan untuk setiap jenis makanan.
BAB VI
KEWENANGAN
Pasal 27
Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan atau pejabat yang
ditunjuknya berwenang untuk mengawasi pelaksanaan Peraturan ini.
BAB VII
SANKSI
Pasal 28
Selain berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Kode Penal,
setiap pelanggaran terhadap Pasal 19 dan 20 akan dikenakan sanksi
berdasarkan Pasal 2 ayat (1) dari Undang-undang tentang Substansi
Berbahaya.
Pasal 29
Pelanggaran terhadap ketentuan lainnya dari Peraturan ini akan
dikenakan sanksi administrasi dan atau sanksi lainnya berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 30
(1) Perusahaan yang telah memproduksi atau mengimpor bahan atau
makanan berisi bahan pada saat Peraturan ini diterbitkan, diberikan
waktu 6 (enam) bulan untuk memenuhi ketentuan sesuai dengan
Peraturan ini;
Makanan yang berisi bahan yang telah diedarkan, diizinkan untuk dijual
dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak Peraturan ini ditetapkan.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 31
Dengan ditetapkannya Peraturan ini, maka Peraturan-peraturan dibawah
ini tidak berlaku lagi :
Pasal 32
Masalah teknis yang belum diatur dalam Peraturan ini, akan diatur lebih
lanjut oleh Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan.
Pasal 33
Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Untuk kepentingan
masyarakat, Peraturan ini akan dipublikasikan dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta,
Pada tanggal 20 September 1988
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
ttd,
DR. ADHYATMA, MPH
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN NOMOR : 722/MENKES/PER/IX/88
TENTANG
BAHAN TAMBAHAN MAKANAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Lampiran (I, V)
Menimbang :
a. bahwa makanan berisi bahan tambahan yang tidak memenuhi
peraturan dapat merugikan kesehatan konsumen;
b. bahwa konsumen perlu dilindungi dari makanan mengandung
bahan tambahan yang tidak memenuhi standar kesehatan;
c. bahwa Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
235/MENKES/PER/VI/79 tentang Bahan Tambahan Makanan;
Mengingat :
1. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Dasar Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 131 Tahun 1960,
tambahan terhadap Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
2068);
2. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1961 Barang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 215 Tahun 1961, tambahan
terhadap Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2210);
3. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1962 tentang Kesehatan untuk
Perusahan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
2475) ;
4. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Publik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 1981,
tambahan terhadap Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3209);
5. Ordonansi Barang Berbahaya (Stbl. 1949 Nomor 377);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
329/MENKES/PER/XII/76 tentang Produksi dan Distribusi;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
339/MENKES/PER/XII/76 tentang Wajib Daftar Makanan;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
79/MENKES/PER/III/78 tentang Label dan Iklan;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
558/MENKES/SK/84 tentang Struktur Organisasi dan Prosedur
Kerja Departemen Kesehatan;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
239/MENKES/PER/85 tentang Bahan Pewarna Tertentu yang
dinyatakan sebagai Bahan Berbahaya.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pasal 2
Pasal 9
(4) Sebagai tambahan terhadap ketentuan dalam ayat (2) and (3) dari
Pasal ini, label dari bahan tambahan makanan dalam kemasan eceran
juga harus berisi cara penggunaan.
Pasal 14
Masalah teknis yang belum diatur dalam Peraturan ini, akan diatur lebih
lanjut oleh Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan.
Pasal 33