hal itu terjadi secara berulang-ulang. Dalam sistem Freud, insting bertindak sebagai perangsang
pikiran mendorong individu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu. Insting juga bisa
dipandang sebagai gambaran psikologis dari proses biologis yang berlangsung.
Teori kepribadian psikoanalisis berkembang dari gagasan-gasan Sigmund Freud. Konsep utama
tentang kepribadian menurut Freud terdiri dari tiga sistem utama, yaitu : id, ego, dan superego.
Secara kasar, id mewakili impuls liar, superego suara hati nurani, dan ego pemikiran rasional.
Hall & Lindzey (1985: 36) memamparkan struktur kepribadian menurut Freud sebagai berikut.
ID
EGO
psikis
SUPEREGO
dari
dengan
id
dunia
dunia
batin
dan
nilai
tidak
dalam
memiliki
pengetahuan
kepribadian.
tentang
orangtua.
hati
Dibagi
nurani
ke
(yang
realitas objektif
membedakan
subjektif
dan
karenanya,
pikiran
sebagai
dihukum
antara
objektif;
adalah
sebagai
perbuatan
Mengikuti
kenikmatan
dan beroperasi oleh proses sekunder. antara yang benar dan salah
mengoperasikan
oleh Bertujuan
proses primer.
antara
sehingga
untuk
fantasi
untuk
kenyataan mematuhi
memenuhi
striktur
moral.
ID
EGO
SUPEREGO
organisme.
membedakan mengkoordinasikan
tuntutan
id,
sakit
hanya
sehingga secara
keseluruhan
untuk
kesenangan
pemenuhan
insting Menghambat
pemuasan
konflik
dengan
Bersifat rasional
Bersifat non-rasional
Proses pembentukan kepribadian menurut Freud merupakan proses belajar mengenai cara baru
untuk mereduksi tekanan (Hall & Lindzey, 1985:42). Menurut Freud terdapat lima tahapan
perkembangan kepribadian, tiga diantaranya dilalui pada masa anak-anak.
1. oral (0-18 bulan)
2. anal (18 bulan - 3 1 / 2 tahun)
3. tahap phalik (3 1 / 2 tahun - 6 tahun)
4. latency (6 tahun - pubertas)
5. genital (pubertas - dewasa)
(erotgenic zones)
pemuasannya
(object
1. pre-genital period :
Infrantile sexuality
Late oral
dengan sadis
Late anal
Memeriksa
memainkan
dan
duburnya
ke duburnya
Memainkan
menyentuhnya/memasukan
dan
memperhatikan
duburnya
2. early genital period Menyentuh,
(phalic)
(oedipus phantaties)
memegang,
melihat,
menunjukan
kelaminnya
alat
Daerah
(erotgenic zones)
pemuasannya
(object
Berkembangannya
baru
perasaan sosial
- Reaksi formasi
-
Sublimasi,
perasaan-
dan
kecenderungan
kasih sayang
C. Masa remaja (adolecent or pubertal period)
3. Late genital period
- Hidup kembali daerah - Mengurangi cara- sensitif
waktu
kanak-kanak
-
Akhirnya
berfungsinya
kelamin
Menyenengi
atau
diri
sendiri
oedipus
object
choice-nya
KASUS KEJAHATAN
Tersangka Wanita JIS Akan Jalani Pemeriksaan Psikologis
Penyidik Reserse Kriminal Umum akan melakukan tes psikologis terhadap tersangka wanita kejahatan
seksual di sekolah internasional TK JIS, Afriska. Dia menjadi satu-satunya wanita dalam kasus ini.
"Penyidik memeriksa AF secara psikologis. Mengapa dia seorang wanita, namun aktif dalam pelecehan
seksual tersebut," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto, Kamis (8/5/2014).
Afrisca, kata Rikwanto, diduga memiliki kelainan seksual. Dia mengatakan, jarang ada wanita yang
berperan aktif dalam kejahatan seksual semacam kasus JIS ini. "AF membantu memegangi korban,
membuka baju, dan menyekapnya," ujar dia. Selain Afrisca, penyidik juga masih mendalami empat
tersangka lainnya. Setiap hari, ujar Rikwanto, setidaknya satu tersangka menjalani pemeriksaan.
Seperti diberitakan, AK (6), siswa TK JIS mengalami kejahatan seksual di toilet sekolah. Berdasarkan
penyelidikan kepolisian, AK berkali-kali menjadi korban kejahatan seksual yang dilakukan bergantian
oleh para pelaku yang adalah para petugas kebersihan alih daya.
Lima tersangka dalam kasus ini adalah Agun Iskandar alias AG, Virgiawan alias AW, Syahrial alias SY,
Zainal alias Za, dan Afrisca Setyani alias AF. Sementara itu, satu orang tersangka lain, yakni Azwar alias
AZ, tewas bunuh diri ketika menjalani pemeriksaan. Untuk menelusuri kemungkinan adanya korban dan
tersangka lain di JIS, polisi juga memeriksa kepala sekolah, guru, dan seluruh petugas kebersihan di JIS.
Polisi juga meminta foto para siswa TK kepada JIS untuk dikonfirmasi oleh para tersangka.
Dalam pengakuan para tersangka, mereka mengatakan telah melakukan perbuatannya terhadap
beberapa anak. Namun, para tersangka mengaku lupa identitas para korban mereka itu.
(sumber :
http://megapolitan.kompas.com/read/2014/05/09/0351153/Tersangka.Wanita.JIS.Akan.Jalani.Pemeriks
aan.Psikologi)
ANALISA
Berdasarkan teori psikoanalitik Sigmun Freud yang menjelaskan bahwa kepribadian terdiri dari
tiga elemen, Ketiga unsur kepribadian itu dikenal sebagai id, ego dan superego yang bekerja
sama untuk menciptakan perilaku manusia yang kompleks. Dan kami akan mencoba
menganalisis hubungan antara psikologis para tersangka dengan teori psikoanalitik Sigmund
Freud.
Di BAB sebelumnya telah dijelaskan bahwa Id merupakan tempat terletaknya dorongan
biologikal dan tenaga-teaga naluri. Id ini diwarisi, bersifat primitif, dan tidak disadari, ia terletak
terletak pada tahap alam tidak sadar. Naluri-naluri yang terdapat pada sistem id dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu naluri hidup (eros) dan naluri mati (thanatos). Naluri hidup
ialah naluri seperti seksual, lapar dan sebagainya dimana ia membantu manusia untuk terus hidup
(survival), dan naluri mati ialah naluri penghancur dimana manusia mempunyai hasrat dan
kehendak untuk mati. Dari kedua uraian tersebut dapat dikatakan bahawa naluri daripada Id
adalah terdiri dari naluri seperti seksual, biologikal, impuls kelangsungan dan juga kehancuran.
Id merupakan sumber libido, yaitu satu tenaga psikik yang berfungsi untuk menggerakkan
pemikiran dan tingkah laku seseorang. Id beroperasi berlandaskan kepada prinsip kenikmatan
dengan mencari kepuasan dan mengehindari kesakitan.
Dalam mencapai matlamat itu tidak semuanya naluri dapat dipuaskan, yang kemudian timbul
ketegangan dan pergelutan. untuk mengurangi ketegangan tersebut, id menggunakan proses
pemikiran asas atau premier (primery process) dengan cara membentuk dan membayangkan
objek yang diingini. Sebagai contohnya apabila kita dalam keadaan mengantuk kita mungkin
akan membayangkan diri kita tidur di atas kasur yang empuk. Begitu pula dengan pelaku
tersebut, yang merasakan hasrat untuk melakukan hubungan intim yang memungkinkan mereka
melakukan hal tersebutdengan anak kecil .
Dan
kemudian sistem kepribadian yang kedua adalah ego, yaitu bagian kepribadian yang
mempunyai sifat realistis, rasional dan logikal. Ia bertindak seolah-olah seperti penguasa
eksekutif yang mengawal kepada tindakan-tindakan pikiran dan tingkah laku yang sesuai dengan
keadaan sekitar. Ego beroperasi berlandaskan kepada prinsip realistis karena ia perlu mencari
jalan yang realistis dan pertimbangan wajar dalam memenuhi keperluan dan dalam waktu yang
sama mencoba mengelak masalah yang disebabkan oleh pikiran dan tingkah laku yang bersifat
mementingkan diri sendiri.
Untuk memenenuhi kehendak id, ego yang menjalankan fungsi realistis akan melihat halanganhalangan disekitar dalam konsep dunia yang nyata. Dalam strategi ego untuk menyelesaikan
masalah yang wujud, ego menggunakan proses pemikiran sekunder (secondary process) dengan
cara tertentu. Sebagai contonya ketika para tersangka mempunyai hasrat untuk melampiaskan
dendamnya terhadap orang-orang yang menyakiti mereka dulu, ego yang ada pada diri mereka
akan membuat keputusan diamana mereka harus memenuhi hasrat mereka. Karena situasi dan
keadaan yang tidak memungkinkan untuk memenuhi hasrat mereka, akhirnya mereka melakukan
pemerkosaan atau pelecahan dengan bagaimanapun caranya mereka harus menyalurkan hasrat
mereka entah harus dengan penyiksaan terhadap anak kecil.
Selanjutnya superego adalah sistem kepribadian yang ketiga, ia merupakan komponen
kepribadian yang mempunyai nilai moral. Menurut Freud, Id dan Ego tidak mempunyai nilainilai moral dimana Id mencoba bertindak memenuhi kepuasan dengan segera dan menhindari
penderitaan, begitu pula Ego mencoba mencari jalan realistik memenuhi keperluan tersebut
tetapi sebenarnya tidak memandang kepada apakah cara-cara tersebut benar atau salah dalam
pandangan sistem sosial seperti dalam moral masyarakat, agama budaya dan sebagainya.
Superego akan bertindak mendesak Id untuk tidak mengeluarkan impuls kepuasannya untuk
mencapai kenikmatan semata-mata, Superego juga akan mengarahkan ego agar dapat mengikuti
nilai-nilai moral yang dipegang oleh masyarakat sekeliling. Dan pada hakekatnya ketika
tersangka melakukan pemerkosaa atau pelecehann, superego mereka tidak mampu mengontrol
id dan ego mereka. Kemudian bisa dikatakan bahwa para tersangka tersebut benar-benar tidak
bermoral, karena dalam hal ini superego merupakan komponen kepribadian yang berkaitan
dengan nilai moral.
KESIMPULAN
Dari hasil analisis yang telah kita bahas kami dapat menyimpulkan bahwa ada keterkaitan antara
perilaku psikologis tersangka yang melakukan pemerkosaan atau pelecehan
terhadap para
korban di JIS (dimana di situ adalah anak TK usia 5-6 tahun) dengan teori psikoanalitik Sigmun
Freud. Hal itu terjadi karena tersangka tidak mempunyai keseimbangan kepribadian antara id,
ego dan super ego. Menurut Freud, kunci kepribadian yang sehat adalah keseimbangan antara id,
ego, dan superego. Dan saya berharap bahwa analisis ini dapat memberikan pengertian yang
lebih baik untuk kita semua mengenai teori psikoanalitik Sigmund Freud.