Anda di halaman 1dari 8

Pendorong Dilaksanakannya Pengendalian Proses

PENGENDALIAN PROSES KIMIAWI


Karakteristik dan Problema-Problema
yang Menyertainya

Maksud dari tiga bab pertama (pendahuluan) adalah sebagai berikut:


1. Untuk mendefinisikan apa yang dimaksud dengan pengendalian proses
2. Untuk menjelaskan kebutuhan dan pendorong dilaksanakannya pengendalian proses
(kimiawi)
3. Untuk menganalisis karakteristik sistem pengendalian dan merumuskan persoalan
yang harus diselesaikan selama perancangan
4. Untuk menyiapkan pemikiran dasar yang diperlukan dalam mempelajari materi
yang dibahas dalam bab-bab berikutnya.

Pendorong Dilaksanakannya Pengendalian Proses

PENDORONG DILAKSANAKANNYA
PENGENDALIAN PROSES

Pabrik kimia adalah rangkaian satuan-satuan pemroses seperti reaktor, kolom


distilasi, absorber, pompa, evaporator dan sebagainya, yang dihubungkan satu sama
lain secara sistematik dan logis. Tujuan keseluruhan pabrik kimia adalah mengkonversi
bahan-bahan tertentu menjadi satu atau beberapa jenis produk, menggunakan sumber
energi yang tersedia dengan cara yang seekonomis mungkin.
Pengoperasian pabrik kimia harus memenuhi beberapa persyaratan yang
ditetapkan oleh perancangnya dan harus memenuhi persyaratan teknis, ekonomis serta
sosial, jika terjadi gangguan dari luar. Persyaratan-persyaratan tersebut adalah
keselamatan kerja, spesifikasi produksi, kendala-kendala operasional, keekonomisan
dan peraturan lingkungan hidup.
1. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja dalam pengoperasian sebuah pabrik kimia adalah persyaratan utama
bagi para pekerja di pabrik dan untuk menunjang kesinambungan pengembangan
ekonomi. Hal tersebut mengharuskan kondisi operasi seperti temperatur, konsentrasi
bahan kimia, tekanan operasi dan yang lainnya, selalu berada dalam batas-batas yang
diperbolehkan. Sebagai contoh, jika reaktor dirancang untuk dioperasikan sampai
tekanan 100 psig, maka sistem harus dikendalikan pada tekanan di bawah 100 psig.
Contoh lainnya, pembentukan senyawa yang mudah meledak harus dihindari, selama
operasi berlangsung.
2. Spesifikasi produksi
Sebuah pabrik harus menghasilkan jumlah dan kualitas produk akhir seperti yang
diinginkan. Jika sebuah pabrik ingin memproduksi 2 juta pound etilena 99,5 % setiap
hari, maka harus dikendalikan untuk menjamin bahwa laju produksinya 2 juta pound
setiap hari dengan kemurnian 99,5 %.
3. Peraturan Lingkungan Hidup
Konsentrasi dan laju alir bahan kimia yang keluar dari pabrik harus berada di bawah
batas-batas tertentu. Sebagai contoh, berapa jumlah SO2 yang boleh dibuang dari suatu
pabrik ke atmosfir dan bagaimana kualitas air yang boleh dibuang ke sungai atau
danau.
4. Keterbatasan Operasional
Beberapa jenis peralatan di pabrik kimia memiliki kendala pada pengoperasiannya.
Misalnya pompa harus dipertahankan pada net positive suction head, tangki tidak boleh
kering atau banjir, kolom distilasi tidak boleh banjir, temperatur dalam reaktor
berkatalis tidak boleh melebihi temperatur yang akan merusak katalis. Sistem
pengendalian diperlukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut.

Pendorong Dilaksanakannya Pengendalian Proses

5. Keekonomisan
Pengoperasian pabrik kimia harus memperhatikan ketersediaan bahan baku dan
permintaan produk, sehingga penggunaan bahan baku, energi, dana dan pekerja, harus
seekonomis mungkin. Pengendalian perlu dilakukan untuk menjaga kondisi operasi
yang memerlukan biaya optimum tetapi keuntungan maksimum dan sebagainya.
Persyaratan-persyaratan tersebut di atas menuntut adanya pemantauan secara
terus menerus terhadap jalannya operasi, sehingga memerlukan pengendalian untuk
menjamin tercapainya tujuan-tujuan operasional pabrik. Pemantauan dan pengendalian
tersebut dilaksanakan melalui penggunaan peralatan (alat ukur, pengendali, komputer,
katup kendali) dan intervensi manusia (perancang dan operator) yang secara
keseluruhan membentuk sistem pengendalian.
Tujuan umum yang harus diwujudkan oleh sistem pengendalian dikelompokkan
menjadi tiga yaitu:
1. menekan pengaruh gangguan dari lingkungan,
2. menjamin kestabilan proses,
3. mengoptinasikan kinerja proses.
1.1 Menekan Pengaruh Gangguan dari Lingkungan
Menekan pengaruh gangguan dari lingkungan terhadap proses adalah tujuan utama
pengendalian. Gangguan-gangguan terhadap reaktor, alat pemisah, penukar kalor,
kompresor dan lain-lain, umumnya diluar jangkauan kemampuan operator untuk
mencegahnya. Sistem pengendalian diperlukan untuk melakukan perubahan yang tepat
pada proses, agar efek merugikan yang mungkin timbul dari adanya gangguan, dapat
diminimumkan.
Contoh 1.1 Pengendalian pada pengoperasian tangki pemanas berpengaduk
Perhatikan tangki pemanas pada Gambar 1.1. Cairan yang mengalir ke dalam tangki dengan laju
alir Fm (ft3/menit) dan temperatur Tm (oF), dipanaskan menggunakan kukus jenuh dengan laju alir Fku
(lb/menit). Misalkan F dan T adalah laju alir dan temperatur keluaran dari tangki. Tangki dianggap
teraduk sempurna sehingga temperatur keluaran sama dengan dengan temperatur dalam tangki.
Tujuan operasional pemanasan ini adalah untuk:
1.
2.

mendapatkan aliran cairan yang keluar dari tangki dengan temperatur tetap, Ts
menjaga agar volume cairan dalam tangki tetap, Vs.

Pengoperasian pemanas dipengaruhi oleh faktor-faktor luar seperti perubahan laju alir dan
temperatur umpan (Fm dan Tm). Temperatur dan volume cairan dalam tangki akan tetap Ts dan Vs, jika
tidak ada yang dapat mengubah kondisi proses, dan sistem dapat ditinggalkan tanpa perlu dikendalikan
ataupun diawasi. Hal tersebut tidak mungkin tercapai, karena laju alir dan temperatur masukan ke tangki
sering kali berubah, sehingga diperlukan tindakan pengendalian untuk menekan pengaruh gangguan serta
untuk mempertahankan T dan V pada angka yang diinginkan. Pola pengendalian proses pemanasan
tersebut diperlihatkan pada Gambar 1.2.
Tindakan pengendalian yang diperlihatkan pada Gambar 1.2 adalah untuk mempertahankan
T = Ts, jika Tm atau Fm berubah. Mekanisme pengendalian temperatur sistem di atas berlangsung sebagai
berikut:

temokopel mengukur temperatur cairan dalam tangki, T


hasil pengukuran termokopel dibandingkan dengan temperatur yang dikehendaki yaitu set point Ts,
selisih antara T dengan Ts disebut penyimpangan, = Ts T

Pendorong Dilaksanakannya Pengendalian Proses

nilai diinformasikan ke pengendali (controller) yang akan memutuskan tindakan apa yang perlu
dilakukan agar T kembali menuju Ts:

bila > 0 (Ts > T), pengendali akan memperbesar bukaan katup kukus sehingga Q membesar,
kemudian temperatur naik menuju Ts,
bila < 0 (Ts < T), pengendali akan memperkecil bukaan katup kukus sehingga Q mengecil dan
T turun menuju Ts,
bila = 0 (T = Ts), posisi bukaan katup tidak diubah.

Sistem pengendalian dengan mengukur variabel penting secara langsung (dalam hal ini T)
setelah gangguan dirasakan pengaruhnya, disebut sistem pengendalian umpan balik (feed back control
system). Angka yang dikehendaki Ts disebut titik acuan (set point), yang ditetapkan dan diatur oleh
operator (ditentukan secara eksternal).
Fm, Tm

Fm, Tm

F,QT

Termokopel

h
T

F,QT

T
Set point

F, T

Tku +

F, T

Pengendali
Fku, Tku

Fku, Tku

Gambar 1.1 Tangki pemanas berpengaduk

Gambar 1.2 Skema pengendalian umpan balik


tangki pemanas berpengaduk

Konfigurasi sistem pengendalian yang sama dapat digunakan untuk mengendalikan volume atau
aras cairan dalam tangki (h) pada titik acuan hs, jika Fm berubah. Pengukuran (dalam kasus ini),
dilakukan terhadap aras cairan dalam tangki kemudian kerangan dibuka atau ditutup untuk merubah laju
alir keluar F, atau laju alir masuk Fm (Gambar 1.3). Sistem pengendalian pada Gambar 1.3, juga sistem
pengendalian umpan balik. Sistem pengendalian pada Gambar 1.2 dan 1.3 bertindak setelah pengaruh
gangguan dirasakan oleh proses.
Rangkaian sistem pengendalian yang lain dapat digunakan, misalnya untuk mempertahankan
T = Ts jika Tm berubah. Pengukuran dilakukan terhadap temperatur masukan Tm kemudian kerangan
kukus dibuka atau ditutup untuk mengatur laju alir kukus. Pengendalian tersebut dinamakan sistem
pengendalian umpan maju seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.4. Pengendali bertindak sebelum
gangguan berpengaruh terhadap sistem. Karakteristik sistem pengendalian umpan balik maupun umpan
maju akan dipelajari lebih lanjut di bab berikutnya.
Fm, Tm

Fm, Tm

Pengendali

Alat ukur aras


h

Set point

Set point

Alat ukur aras

h+

T
Pengendali

F, T

F, T
Gambar 1.3 Alternatif skema pengendalian aras cairan

Pendorong Dilaksanakannya Pengendalian Proses

Fm, Tm

Termokopel
T
Pengendali

Gambar 1.4 Pengendalian temperatur tangki pemanas berpengaduk


dengan pengendalian umpan maju

1.2 Menjamin Kestabilan Proses


Perhatikan perilaku variabel x (tempertur, konsentrasi, laju alir, tekanan) pada
Gambar 1.5. Nilai x yang asalnya konstan, pada t = to berubah karena mendapat
gangguan, tetapi selanjutnya kembali ke nilai asal dan tetap. Proses tersebut dikatakan
stabil atau memiliki kemampunan mengendalikan diri (self regulating) sehingga untuk
menstabilkannya tidak perlu intervensi dari luar. Mekanisme pengendalian untuk
menekan x kembali ke nilai asal, tidak diperlukan.
Perilaku kebalikan dari yang diuraikan di atas ditunjukkan oleh variabel y pada
Gambar 1.6. Variabel y tidak kembali ke nilai asal setelah mendapat gangguan dari
luar. Proses demikian disebut proses yang tidak stabil sehingga diperlukan
pengendalian untuk menstabilkannya. Proses penyalaan bahan bakar hidrokarbon oleh
udara adalah contoh sistem yang tidak stabil. Pengendara sepeda mengayuh pedal,
diikuti gerakan badan ke kiri dan ke kanan, merupakan contoh usaha menstabilkan
sistem yang tidak stabil.
y

t
Gambar 1.5 Respon sistem yang stabil

t
Gambar 1.6 Respon sistem yang tidak stabil

Contoh 1.2 Pengendalian reaktor yang tidak stabil


Perhatikan reaktor alir tangki berpengaduk (CSTR) tempat berlangsungnya reaksi eksotermik
searah A B. Kalor reaksi dipindahkan menggunakan media pendingin yang dialirkan melalui selimut
sekeliling reaktor, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.7. Kalor yang menyertai reaksi eksoterm
mengikuti pola sigmoid terhadap temperatur (kurva A pada Gambar 1.8), sedangkan kalor yang
dipindahkan melalui media pendingin, merupakan fungsi linier dari temperatur (kurva B pada Gambar
1.8). Laju produksi kalor pada keadaan stasioner sama dengan kalor yang dipindahkan dari reaktor ke

Pendorong Dilaksanakannya Pengendalian Proses

media pendingin. Keadaan tersebut diperlihatkan oleh titik-titik P1, P2 dan P3, yaitu perpotongan kurva A
dengan B. Titik P2 adalah keadaan stasioner yang tidak stabil sedangkan titik P1 dan P3, stabil. Kita
perhatikan keadaan tunak P2 untuk memeahami konsep kestabilan.
Fm, Tm, cAm
Fd, Tdk

Pendingin
Fd, Tdm

Produk
F, T, cA

Gambar 1.7 CSTR dengan selimut pendingin


Misalkan proses dapat dimulai pada keadaan P2 dan cA2 dengan temperatur T2. Jika temperatur
aliran masukan (Tm) naik, maka temperatur campuran reaksi akan naik dari T2 ke T2 dan kalor yang
dilepaskan menjadi Q2 yang lebih besar dari kalor yang diterima air pendingin Q2 (lihat Gambar 1.8).
Temperatur reaktor akan naik dan laju reaksi lebih cepat. Kenaikan laju reaksi akan mempercepat
pelepasan kalor dan akan menaikkan lagi temperatur, begitu seterusnya. Jadi kenaikan temperatur aliran
masukan Tm akan merubah keadaan dari P2 ke P3. (Gambar 1.9a). Jika reaktor dioperasikan pada keadaan
P1 atau P3 dan mendapat gangguan, maka akan selalu kembali ke keadaan asal (Gambar 1.9c dan 1.9d).

Kalor
waktu

P3

Q 2
B
Q 2

P2

Q2
P1
T1

T 2 T 2

T3

Temperatur

Gambar 1.8 Tiga keadaan tunak CSTR

T3

T3

T2

T2

T1

T1
(b)

(a)
T3

T3

T2

T2

T1

T1
(c)

(d)

Gambar 1.9 Respon dinamik CSTR: (a) dan (b) ketidakstabilan keadaan 2 pada Gambar 1.8
(c) dan (d) kestabilan keadaan 1 dan 3 pada Gambar 1.8.

Pendorong Dilaksanakannya Pengendalian Proses

Reaktor tangki seringkali harus dioperasikan pada kondisi yang tidak stabil, karena pada P1
temperatur terlalu rendah sehingga laju reaksi kecil, sedangkan pada P3 temperatur terlalu tinggi
sehingga akan mengakibatkan kerusakan katalis. Pengendali diperlukan untuk menjamin kestabilan
operasi pada kondisi setimbang dan temperatur moderat yang stabil. (Pembaca diminta untuk
mengusulkan mekanisme pengendalian, untuk menstabilkan pengoperasian reaktor pada keadaan tunak
tidak stabil, P2). Contoh ini merupakan gambaran yang sangat jelas mengenai pentingnya penggunaan
sistem pengendalian yang akan mengembalikan sistem ke keadaan yang diinginkan.

1.3 Mengoptimasikan Kerja Proses


Keamanan dan pemenuhan spesifikasi produksi adalah dua tujuan pokok
pengendalian sebuah pabrik kimia. Tujuan pengendalian proses selanjutnya adalah
membawa operasi ke keadaan yang memungkinkan sistem produksi lebih
menguntungkan. Kondisi yang berpengaruh terhadap pengoperasian suatu pabrik, tidak
selalu sama, sehingga diperlukan kemampuan untuk mengubah kondisi operasi (laju
alir, tekanan, konsentrasi, temperatur) agar tujuan ekonomi (keuntungan) selalu
maksimal. Tujuan tersebut bervariasi bergantung kepada pengendali dan operator
pabrik.
Perhatikan contoh sebuah unit tunggal dari industri proses yang menggunakan
pengendali untuk mengoptimalkan kinerja ekonomi.
Contoh 1.3 Optimalisasi kinerja reaktor curah.
Reaksi seri endotermik orde 1: A B C yang dilangsungkan dalam reaktor curah (batch).
Kalor yang diperlukan untuk reaksi disalurkan melalui selimut sekeliling reaktor (Gambar 1.10). Produk
yang diinginkan adalah B. Tujuan ekonomi pengoperasian reaktor curah tersebut adalah untuk
memaksimalkan keuntungan dengan rentang waktu tR.
tR

= {[Hasil jual B] - [Biaya kukus]} dt - [[Biaya pembelian A]

(1.1)

Kukus

Kondensat

ABC

Gambar 1.10 Reaktor curah dengan reaksi seri


Variabel yang dapat diubah untuk memaksimalkan keuntungan adalah laju alir kukus Q. Laju alir kukus
akan mempengaruhi temperatur reaktor dan mempengaruhi reaksi yang diinginkan maupun tidak
diinginkan. Bagaimana mengubah Q(t) terhadap waktu agar keuntungan maksimal. Tinjau dua kondisi
berlawanan yang berkaitan dengan (t).
1.

2.

Jika Q(t) dialirkan sebesar mungkin selama selang waktu tR, temperatur campuran akan maksimum.
Jika cA awal besar, maka perolehan B akan besar, tetapi biaya kukus menjadi besar pula. Kenaikan
konsentrasi B selama reaksi berlangsung, diikuti oleh kenaikan konsentrasi C. Konsekwensinya pada
bagian akhir reaksi, temperatur harus diturunkan (untuk memperlambat pembentukan C) dengan
cara memperkecil laju alir kukus.
Jika laju alir kukus dijaga pada harga terrendah [Q(t) = 0] selama reaksi berlangsung, maka tidak
perlu biaya kukus, tetapi tidak diperoleh B.

Gambar 1.11 adalah bentuk umum laju alir kukus yang harus diikuti untuk mengoptimumkan
keuntungan . Sistem pengendalian diperlukan untuk:
(1) setiap saat menghitung laju alir kukus paling tepat selama reaksi berlangsung,

Pendorong Dilaksanakannya Pengendalian Proses

(2) mengatur kerangan kukus agar laju alir kukus tepat [hasil perhitungan (1)].

Qmaks

Qmin

Waktu
TR

Gambar 1.11 Profil laju alir kukus optimal untuk reaktor curah pada Contoh 1.3

Contoh di atas menunjukkan bahwa pengendalian laju alir kukus bukan untuk
menjamin kestabilan reaktor atau menekan pengaruh gangguan dari luar terhadap
reaktor, tetapi untuk mengoptimalkan kinerja ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai