Bab I
Bab I
PENDORONG DILAKSANAKANNYA
PENGENDALIAN PROSES
5. Keekonomisan
Pengoperasian pabrik kimia harus memperhatikan ketersediaan bahan baku dan
permintaan produk, sehingga penggunaan bahan baku, energi, dana dan pekerja, harus
seekonomis mungkin. Pengendalian perlu dilakukan untuk menjaga kondisi operasi
yang memerlukan biaya optimum tetapi keuntungan maksimum dan sebagainya.
Persyaratan-persyaratan tersebut di atas menuntut adanya pemantauan secara
terus menerus terhadap jalannya operasi, sehingga memerlukan pengendalian untuk
menjamin tercapainya tujuan-tujuan operasional pabrik. Pemantauan dan pengendalian
tersebut dilaksanakan melalui penggunaan peralatan (alat ukur, pengendali, komputer,
katup kendali) dan intervensi manusia (perancang dan operator) yang secara
keseluruhan membentuk sistem pengendalian.
Tujuan umum yang harus diwujudkan oleh sistem pengendalian dikelompokkan
menjadi tiga yaitu:
1. menekan pengaruh gangguan dari lingkungan,
2. menjamin kestabilan proses,
3. mengoptinasikan kinerja proses.
1.1 Menekan Pengaruh Gangguan dari Lingkungan
Menekan pengaruh gangguan dari lingkungan terhadap proses adalah tujuan utama
pengendalian. Gangguan-gangguan terhadap reaktor, alat pemisah, penukar kalor,
kompresor dan lain-lain, umumnya diluar jangkauan kemampuan operator untuk
mencegahnya. Sistem pengendalian diperlukan untuk melakukan perubahan yang tepat
pada proses, agar efek merugikan yang mungkin timbul dari adanya gangguan, dapat
diminimumkan.
Contoh 1.1 Pengendalian pada pengoperasian tangki pemanas berpengaduk
Perhatikan tangki pemanas pada Gambar 1.1. Cairan yang mengalir ke dalam tangki dengan laju
alir Fm (ft3/menit) dan temperatur Tm (oF), dipanaskan menggunakan kukus jenuh dengan laju alir Fku
(lb/menit). Misalkan F dan T adalah laju alir dan temperatur keluaran dari tangki. Tangki dianggap
teraduk sempurna sehingga temperatur keluaran sama dengan dengan temperatur dalam tangki.
Tujuan operasional pemanasan ini adalah untuk:
1.
2.
mendapatkan aliran cairan yang keluar dari tangki dengan temperatur tetap, Ts
menjaga agar volume cairan dalam tangki tetap, Vs.
Pengoperasian pemanas dipengaruhi oleh faktor-faktor luar seperti perubahan laju alir dan
temperatur umpan (Fm dan Tm). Temperatur dan volume cairan dalam tangki akan tetap Ts dan Vs, jika
tidak ada yang dapat mengubah kondisi proses, dan sistem dapat ditinggalkan tanpa perlu dikendalikan
ataupun diawasi. Hal tersebut tidak mungkin tercapai, karena laju alir dan temperatur masukan ke tangki
sering kali berubah, sehingga diperlukan tindakan pengendalian untuk menekan pengaruh gangguan serta
untuk mempertahankan T dan V pada angka yang diinginkan. Pola pengendalian proses pemanasan
tersebut diperlihatkan pada Gambar 1.2.
Tindakan pengendalian yang diperlihatkan pada Gambar 1.2 adalah untuk mempertahankan
T = Ts, jika Tm atau Fm berubah. Mekanisme pengendalian temperatur sistem di atas berlangsung sebagai
berikut:
nilai diinformasikan ke pengendali (controller) yang akan memutuskan tindakan apa yang perlu
dilakukan agar T kembali menuju Ts:
bila > 0 (Ts > T), pengendali akan memperbesar bukaan katup kukus sehingga Q membesar,
kemudian temperatur naik menuju Ts,
bila < 0 (Ts < T), pengendali akan memperkecil bukaan katup kukus sehingga Q mengecil dan
T turun menuju Ts,
bila = 0 (T = Ts), posisi bukaan katup tidak diubah.
Sistem pengendalian dengan mengukur variabel penting secara langsung (dalam hal ini T)
setelah gangguan dirasakan pengaruhnya, disebut sistem pengendalian umpan balik (feed back control
system). Angka yang dikehendaki Ts disebut titik acuan (set point), yang ditetapkan dan diatur oleh
operator (ditentukan secara eksternal).
Fm, Tm
Fm, Tm
F,QT
Termokopel
h
T
F,QT
T
Set point
F, T
Tku +
F, T
Pengendali
Fku, Tku
Fku, Tku
Konfigurasi sistem pengendalian yang sama dapat digunakan untuk mengendalikan volume atau
aras cairan dalam tangki (h) pada titik acuan hs, jika Fm berubah. Pengukuran (dalam kasus ini),
dilakukan terhadap aras cairan dalam tangki kemudian kerangan dibuka atau ditutup untuk merubah laju
alir keluar F, atau laju alir masuk Fm (Gambar 1.3). Sistem pengendalian pada Gambar 1.3, juga sistem
pengendalian umpan balik. Sistem pengendalian pada Gambar 1.2 dan 1.3 bertindak setelah pengaruh
gangguan dirasakan oleh proses.
Rangkaian sistem pengendalian yang lain dapat digunakan, misalnya untuk mempertahankan
T = Ts jika Tm berubah. Pengukuran dilakukan terhadap temperatur masukan Tm kemudian kerangan
kukus dibuka atau ditutup untuk mengatur laju alir kukus. Pengendalian tersebut dinamakan sistem
pengendalian umpan maju seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.4. Pengendali bertindak sebelum
gangguan berpengaruh terhadap sistem. Karakteristik sistem pengendalian umpan balik maupun umpan
maju akan dipelajari lebih lanjut di bab berikutnya.
Fm, Tm
Fm, Tm
Pengendali
Set point
Set point
h+
T
Pengendali
F, T
F, T
Gambar 1.3 Alternatif skema pengendalian aras cairan
Fm, Tm
Termokopel
T
Pengendali
t
Gambar 1.5 Respon sistem yang stabil
t
Gambar 1.6 Respon sistem yang tidak stabil
media pendingin. Keadaan tersebut diperlihatkan oleh titik-titik P1, P2 dan P3, yaitu perpotongan kurva A
dengan B. Titik P2 adalah keadaan stasioner yang tidak stabil sedangkan titik P1 dan P3, stabil. Kita
perhatikan keadaan tunak P2 untuk memeahami konsep kestabilan.
Fm, Tm, cAm
Fd, Tdk
Pendingin
Fd, Tdm
Produk
F, T, cA
Kalor
waktu
P3
Q 2
B
Q 2
P2
Q2
P1
T1
T 2 T 2
T3
Temperatur
T3
T3
T2
T2
T1
T1
(b)
(a)
T3
T3
T2
T2
T1
T1
(c)
(d)
Gambar 1.9 Respon dinamik CSTR: (a) dan (b) ketidakstabilan keadaan 2 pada Gambar 1.8
(c) dan (d) kestabilan keadaan 1 dan 3 pada Gambar 1.8.
Reaktor tangki seringkali harus dioperasikan pada kondisi yang tidak stabil, karena pada P1
temperatur terlalu rendah sehingga laju reaksi kecil, sedangkan pada P3 temperatur terlalu tinggi
sehingga akan mengakibatkan kerusakan katalis. Pengendali diperlukan untuk menjamin kestabilan
operasi pada kondisi setimbang dan temperatur moderat yang stabil. (Pembaca diminta untuk
mengusulkan mekanisme pengendalian, untuk menstabilkan pengoperasian reaktor pada keadaan tunak
tidak stabil, P2). Contoh ini merupakan gambaran yang sangat jelas mengenai pentingnya penggunaan
sistem pengendalian yang akan mengembalikan sistem ke keadaan yang diinginkan.
(1.1)
Kukus
Kondensat
ABC
2.
Jika Q(t) dialirkan sebesar mungkin selama selang waktu tR, temperatur campuran akan maksimum.
Jika cA awal besar, maka perolehan B akan besar, tetapi biaya kukus menjadi besar pula. Kenaikan
konsentrasi B selama reaksi berlangsung, diikuti oleh kenaikan konsentrasi C. Konsekwensinya pada
bagian akhir reaksi, temperatur harus diturunkan (untuk memperlambat pembentukan C) dengan
cara memperkecil laju alir kukus.
Jika laju alir kukus dijaga pada harga terrendah [Q(t) = 0] selama reaksi berlangsung, maka tidak
perlu biaya kukus, tetapi tidak diperoleh B.
Gambar 1.11 adalah bentuk umum laju alir kukus yang harus diikuti untuk mengoptimumkan
keuntungan . Sistem pengendalian diperlukan untuk:
(1) setiap saat menghitung laju alir kukus paling tepat selama reaksi berlangsung,
(2) mengatur kerangan kukus agar laju alir kukus tepat [hasil perhitungan (1)].
Qmaks
Qmin
Waktu
TR
Gambar 1.11 Profil laju alir kukus optimal untuk reaktor curah pada Contoh 1.3
Contoh di atas menunjukkan bahwa pengendalian laju alir kukus bukan untuk
menjamin kestabilan reaktor atau menekan pengaruh gangguan dari luar terhadap
reaktor, tetapi untuk mengoptimalkan kinerja ekonomi.