Anda di halaman 1dari 44

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH

NOMOR 6 TAHUN 2011


TENTANG
RETRIBUSI JASA USAHA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LOMBOK TENGAH,
Menimbang

: a. bahwa berdasarkan ketentuan pasal 27 ayat (1) Undang-Undang


Nomor 28 Tahun 2009, jenis retribusi perlu menyesuaikan tarif
dan jenis retribusi jasa usaha;
b. bahwa potensi penerimaan Retribusi Jasa Usaha merupakan
salah satu sumber pendapatan daerah yang cukup memadai
untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf
a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang
Retribusi Jasa Usaha;

Mengingat

1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan


Daerah-Daerah Tingkat II Dalam Wilayah Daerah-Daerah
Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655);
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1981 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3208);
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009


tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2009 Nomor 130, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan
dan
Pengawasan
atas
Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4090).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH
dan
BUPATI LOMBOK TENGAH
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
a. Daerah adalah Kabupaten Lombok Tengah;
b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah;
c. Bupati adalah Bupati Lombok Tengah;
d. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Lombok
Tengah;
e. Pejabat adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas tertentu dibidang
Perpajakan Daerah sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku yang
ditunjuk oleh Bupati;
f. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khsusus
disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang
pribadi atau badan.
g. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang
menyebabkan barang, fasilitas atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati
oleh orang pribadi atau badan;
h. Jasa Usaha adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah
untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh
orang pribadi atau badan;
i. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan
perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi
termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu;
2

j. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu
bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari
Pemerintah Daerah yang bersangkutan;
k. Surat Setoran Retribusi Daerah yang dapat disingkat SSRD adalah surat yang
oleh Wajib Retribusi digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran
retribusi yang terutang ke kas daerah atau ketempat pembayaran lain yang
ditetapkan oleh Kepala Daerah;
l. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang dapat disingkat SKRD adalah surat
ketetapan retribusi yang menentukan besarnya pokok retribusi;
m. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang dapat disingkat SKRDLB
adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran
retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar dari pada retribusi yang
terutang atau tidak seharusnya terutang;
n. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang dapat disingkat STRD adalah surat untuk
melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau
denda;
o. Pemeriksanaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data
keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara obyektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan daerah dan retribusi dan/atau untuk tujuan lain dalam
rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan
daerah dan retribusi daerah.
p. Penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan daerah dan retribusi adalah
serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana
dibidang perpajakan daerah dan retribusi yang terjadi serta menemukan
tersangkanya.

BAB II
NAMA DAN JENIS JENIS RETRIBUSI JASA USAHA
Pasal 2
Jenis retribusi yang diatur dalam Peraturan Daerah ini, meliputi:
a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;
b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan;
c. Retribusi Tempat Pelelangan;
d. Retribusi Terminal;
e. Retribusi Tempat Khusus Parkir;
f. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa;
g. Retribusi Rumah Potong Hewan
h. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga; dan
i. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.

BAB III
RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH
Bagian Kesatu
Nama, Obyek, Subjek dan Wajib Retribusi
Pasal 3
(1) Dengan nama Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah dipungut Retribusi sebagai
pembayaran atas pemakaian kekayaan daerah.
(2) Obyek Retribusi Kekayaan Daerah adalah Pemakaian Kekayaan Daerah;
(3) Dikecualikan dari obyek Retribusi pemakaian kekayaan daerah
penggunaan tanah yang tidak mengubah fungsi dari tanah tersebut.

adalah

Pasal 4
(1) Subjek Retribusi pemakaian kekayaan daerah adalah orang pribadi atau badan
yang menggunakan/menikmati kekayaan daerah;
(2) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/memakai
Kekayaan Daerah.
Bagian Kedua
Golongan Retribusi dan cara mengukur tingkat penggunaan jasa
Pasal 5
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha.
Pasal 6
Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan jenis, jangka waktu dan luas
pemakaian kekayaan daerah.

Bagian Ketiga
Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 7
Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pemakaian kekayaan daerah didasarkan atas tujuan untuk memperoleh keuntungan
yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha sejenis
yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

Bagian Keempat
Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 8
(1) Struktur tarif digolongkan berdasarkan jenis kekayan daerah;
(2) Struktur dan besarnya Tarif Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah ditetapkan
dalam lampiran Peraturan Daerah ini.
BAB IV
RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN/ATAU PERTOKOAN
Bagian Kesatu
Nama, Obyek, Subjek dan Wajib Retribusi
Pasal 9
(1) Dengan nama Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan dipungut retribusi
sebagai pembayaran atas pelayanan penyediaan pasar grosir dan/atau pertokoan
oleh Pemerintah Daerah.
(2) Obyek Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan adalah penyediaan fasilitas
pasar grosir berbagai jenis barang, dan fasilitas pasar/pertokoan yang
dikontrakkan, disediakan/diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah;
(3) Dikecualikan dari obyek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
fasilitas pasar yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD dan
pihak swasta.
Pasal 10
(1) Subjek Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan adalah orang pribadi atau
badan yang menggunakan/menikmati pasar grosir dan/atau pertokoan;
(2) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan Pasar
Grosir dan/atau Pertokoan.
Bagian Kedua
Golongan Retribusi dan cara mengukur tingkat penggunaan jasa
Pasal 11
Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan digolongkan sebagai Retribusi Jasa
Usaha.
Pasal 12
Tingkat penggunaan jasa pasar grosir dan/atau pertokoan dihitung berdasarkan jenis
luas dan jangka waktu penggunaan fasilitas pasar dan/atau pertokoan.

Bagian Ketiga
Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 13
Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi pasar
grosir dan/atau pertokoan didasarkan atas tujuan untuk memperoleh keuntungan
yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha sejenis
yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.
Bagian Keempat
Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 14
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan ditetapkan
sebagai berikut :
A. Untuk ruangan toko/kios tiap meter persegi (M2):
1. Untuk ruangan toko/kios tiap meter (m2):
a) Lantai I..................................................................Rp.10.000,-M2/bulan
b) Lantai II..................................................................Rp.3.500,-M2/bulan
2. Pertokoan kecamatan.................................................Rp.5.000,-M2/bulan
3. Pasar grosir Kabupaten (Pasar Renteng dan pasar Bulayak):
a) Type A....................................................................Rp.8.000,-M2/bulan
b) Type B....................................................................Rp.6.000,-M2/bulan
4. Pasar grosir Kecamatan...............................................Rp.5.000,-M2/bulan
B. Pasar ternak :
1. Untuk karcis masuk per ekor :
a. Sapi, Kerbau, Kuda...................................................Rp.1000,b. Kambing, Domba.......................................................Rp.500,2. Untuk jual beli per ekor :
a. Sapi, Kerbau, Kuda...................................................Rp.3000,b. Kambing, Domba.......................................................Rp.1000,3. Untuk sewa timbangan per ekor :
Sapi, Kerbau, Kuda.........................................................Rp.5000,-

BAB V
RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN
Bagian Kesatu
Nama, Obyek, Subjek dan Wajib Retribusi
Pasal 15
(1) Dengan nama Retribusi Tempat Pelelangan dipungut retribusi sebagai
pembayaran atas pelayanan penyediaan tempat pelelangan yang secara khusus
disediakan oleh Pemerintah Daerah.
(2) Obyek Retribusi Tempat Pelelangan adalah penyediaan tempat pelelangan yang
secara khusus disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk melakukan pelelangan
ikan, ternak, hasil bumi dan hasil hutan termasuk jasa pelelangan serta fasilitas
lainnya yang disediakan ditempat pelelangan.
(3) Termasuk obyek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah tempat
yang dikontrak oleh Pemerintah Daerah dari pihak lain untuk dijadikan sebagai
tempat pelelangan.
(4) Dikecualikan dari obyek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
tempat pelelangan yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD,
dan pihak swasta.

Pasal 16
(1) Subyek Retribusi Tempat Pelelangan adalah orang pribadi atau Badan yang
memperoleh pelayanan tempat pelelangan dari Pemerintah Daerah.
(2) Wajib Retribusi adalah Orang Pribadi atau Badan yang memperoleh pelayanan
tempat pelelangan dari Pemerintah Daerah.
Bagian Kedua
Golongan Retribusi dan cara mengukur tingkat penggunaan jasa
Pasal 17
Retribusi Tempat Pelelangan digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha
Pasal 18
Tingkat penggunaan jasa tempat pelelangan dihitung berdasarkan luas dan jangka
waktu penggunaan fasilitas tempat pelelangan.
Bagian Ketiga
Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 19
7

Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Tempat
Pelelangan didasarkan atas tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak
sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha sejenis yang
beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.
Bagian Keempat
Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 20
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Tempat Pelelangan ditetapkan sebesar 2 % dari
hasil penjualan.
BAB VI
RETRIBUSI TERMINAL
Bagian Kesatu
Nama, Obyek, Subjek dan Wajib Retribusi
Pasal 21
(1) Dengan nama Retribusi Terminal dipungut retribusi atas pelayanan penyediaan
fasilitas terminal oleh Pemerintah Daerah.
(2) Obyek Retribusi Terminal adalah pelayanan penyediaan tempat parkir untuk
kendaraan penumpang umum, tempat kegiatan usaha, dan fasilitas lainnya di
lingkungan terminal, yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah
Daerah;
(3) Dikecualikan dari obyek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
terminal yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN,
BUMD, dan pihak swasta.
Pasal 22
(1) Subjek Retribusi Terminal adalah orang
menggunakan/menikmati fasilitas terminal;

pribadi

atau

badan

yang

(2) Wajib Retribusi adalah orang atau badan yang memanfaatkan/menggunakan


Terminal.
Bagian Kedua
Golongan Retribusi dan cara mengukur tingkat penggunaan jasa
Pasal 23
Retribusi Terminal digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha.
Pasal 24

Tingkat penggunaan jasa Retribusi Terminal diukur berdasarkan jenis pelayanan,


jangka waktu pelayanan, jenis kendaraan, frekuensi, satuan luas dan fasilitas
terminal.
Bagian Ketiga
Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 25
(1) Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Terminal didasarkan atas tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak
(2) Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah keuntungan
yang diperoleh apabila pelayanan jasa usaha tersebut dilakukan secara efisien
dan berorientasi pada harga pasar
Bagian Keempat
Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 26
(1) Tarif retribusi terminal digolongkan berdasarkan jenis fasilitas dan jenis
kendaraaan;(dipending)
(2) Besarnya tarif retribusi adalah sebagai berikut :
b. Angkutan Perdesaan

Rp. 10.000/bulan

c. Angkutan kota

Rp. 10.000/bulan

d. AKDP (Angkutan Kota Dalam Provinsi)

Rp. 15.000/bulan

(4) Besaran tarif retribusi untuk tempat kegiatan usaha dan/atau fasilitas lainnya
dalam lingkungan terminal Rp. 2.500/m2/bulan
BAB VII
RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR
Bagian Kesatu
Nama, Obyek, Subjek dan Wajib Retribusi
Pasal 27
(1) Dengan nama Retribusi Tempat Khusus Parkir dipungut retribusi atas pelayanan
tempat khusus parkir oleh Pemerintah Daerah.
(2) Obyek Retribusi Tempat Khusus Parkir adalah pelayanan tempat khusus parkir
yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah;
(3) Dikecualikan dari obyek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
pelayanan tempat parkir yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh
Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

Pasal 28
(1) Subjek Retribusi Tempat Khusus Parkir adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati fasilitas tempat khusus parkir;
(2) Wajib Retribusi adalah orang atau badan yang menggunakan tempat khusus
parkir.
Bagian Kedua
Golongan Retribusi dan cara mengukur tingkat penggunaan jasa
Pasal 29
Retribusi Tempat Khusus Parkir digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha.
Pasal 30
Tingkat penggunaan jasa Tempat Khusus Parkir dihitung berdasarkan frekuensi dan
jenis kendaraan yang parkir.

Bagian Ketiga
Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 31
Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Tempat
Khusus Parkir didasarkan atas tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak
sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha sejenis yang
beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.
Bagian Keempat
Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 32
(1)

Besarnya pengenaan retribusi adalah sekali parkir berdasarkan jenis


kendaraan yang diparkir di tempat khusus parkir.

(2)

Setiap penggunaan tempat parkir dipungut retribusi yang besarnya sebagai


berikut :
b. Sepeda motor

Rp.1.000,-/sekali parkir

c. Oplet/Jeep/Pick Up/Mini Bus/Sedan

Rp.2.000,-/sekali parkir

d. Bus/Micro Bus/Truck dan sejenisnya

Rp 3.000,-/sekali parkir

e. Tronton/Tralier dan sejenisnya

Rp.4.000,-/sekali parkir
10

(3)

Untuk setiap penggunaan gedung parkir dipungut retribusi yang besarnya


sebagai berikut :
a. Sepeda motor

Rp. 1.500-/sekali parkir

b. Oplet/Jeep/Pick Up/Mini Bus/Sedan

Rp.3.000,-/sekali parkir

(roda empat) dan sejenisnya


c. Bus/Micro Bus/Truck dan sejenisnya
(4)

Rp 4.000,-/sekali parkir

Bagi kendaraan yang bermalam dikenakan retribusi yang besarnya di tempat


khusus parkir dikenakan tarif retribusi 5 x tarif parkir
BAB VIII
RETRIBUSI TEMPAT PENGINAPAN/PESANGGRAHAN/VILLA
Bagian Kesatu
Nama, Obyek dan Subjek Retribusi
Pasal 33

(1) Dengan Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa dipungut retribusi


atas pelayanan penyediaan fasilitas tempat penginapan/pesanggrahan/villa oleh
Pemerintah Daerah.
(2) Obyek Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa adalah pelayanan
tempat penginapan/pesanggrahan/villa yang disediakan, dimiliki, dan/atau
dikelola oleh Pemerintah Daerah;
(2) Dikecualikan dari obyek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
tempat penginapan/pesanggrahan/villa yang disediakan, dimiliki, dan/atau
dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
Pasal 34
(1) Subjek Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa adalah orang pribadi
atau
badan
yang
menggunakan/menikmati
tempat
penginapan/pesanggrahan/villa;
(2) Wajib Retribusi adalah orang atau badan yang menggunakan/menikmati tempat
penginapan/pesanggrahan/villa.
Bagian Kedua
Golongan Retribusi dan cara mengukur tingkat penggunaan jasa
Pasal 35
Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa digolongkan sebagai Retribusi
Jasa Usaha.
Pasal 36

11

Tingkat penggunaan jasa Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa dihitung


berdasarkan kapasitas dan jumlah pengunjung yang menggunakan jasa
penginapan/pesanggrahan/villa.
Bagian Ketiga
Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 37
Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya Tarif Retribusi Tempat
Penginapan/Pesanggrahan/Villa didasarkan atas tujuan untuk memperoleh
keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh
pengusasha sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga
pasar.
Bagian Keempat
Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 38
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa
ditetapkan sebagai berikut :
a. Bintang I / setara Bintang I

Rp. 450.000,-/malam

b. Melati / setara Melati

Rp. 200.000,-/malam
BAB IX

RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN


Bagian Kesatu
Nama, Obyek,Subjek dan Wajib Retribusi
Pasal 39
(1) Dengan nama Retribusi Rumah Potong Hewan dipungut retribusi atas pelayanan
penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan oleh Pemerintah Daerah.
(2) Obyek Retribusi Rumah Potong Hewan adalah pelayanan penyediaan fasilitas
rumah pemotongan hewan ternak termasuk pelayanan pemeriksaan kesehatan
hewan sebelum dan sesudah dipotong, yang disediakan, dimiliki, dan/atau
dikelola oleh Pemerintah Daerah
(3) Dikecualikan dari obyek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
fasilitas rumah pemotongan hewan ternak yang disediakan, dimiliki, dan/atau
dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD dan pihak swasta.
Pasal 40
(1) Subjek Retribusi Rumah Potong Hewan adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan rumah potong hewan.

12

(2) Wajib Retribusi adalah orang atau badan yang menggunakan/menikmati rumah
potong hewan.
Bagian Kedua
Golongan Retribusi dan cara mengukur tingkat penggunaan jasa
Pasal 41
Retribusi Rumah potong Hewan digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha
Pasal 42
Tingkat penggunaan jasa Rumah Potong Hewan dihitung berdasarkan jenis
pelayanan dan jenis serta jumlah ternak yang akan dipotong.
Bagian Ketiga
Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 43
Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Rumah
potong Hewan didasarkan atas tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak
sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha sejenis yang
beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

Bagian Keempat
Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 44
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Rumah Potong Hewan ditetapkan sebagai
berikut :
A. Penggunaan kandang :
1. Sapi,kerbau dan kuda .

Rp. 3.000,- / ekor

2. Kambing dan domba...

Rp. 1.000,- / ekor

B. Pemeriksaan Hewan/ternak :
1. Sapi / kerbau dan kuda
a. Jantan

Rp. 10.000,- / ekor

b. Betina.

Rp. 15.000,- / ekor

2. Kambing dan domba

Rp. 2.500,- / ekor

C. Rumah potong
13

1. Sapi , kerbau dan kuda .

Rp. 5.000,- / ekor

2. Kambing, domba ..

Rp. 1.000,- / ekor

D. Pemeriksaan daging

Rp. 5.000,-/sample

BAB XI
RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA
Bagian Kesatu
Nama, Obyek dan Subjek Retribusi
Pasal 45
(1) Dengan nama Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga dipungut retribusi atas
pelayanan penyediaan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga oleh Pemerintah
Daerah.
(2) Obyek Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga adalah pelayanan tempat
rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola
oleh Pemerintah Daerah ;
(3) Dikecualikan dari obyek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang disediakan, dimiliki,
dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
Pasal 46
(1) Subjek Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga adalah orang pribadi atau badan
yang menggunakan/menikmati pelayanan tempat rekreasi dan olahraga;
(2) Wajib Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga adalah orang atau badan yang
menggunakan/menikmati tempat rekreasi dan olahraga.
Bagian Kedua
Golongan Retribusi dan cara mengukur tingkat penggunaan jasa
Pasal 47
Retribusi
Usaha.

Tempat Rekreasi dan Olahraga digolongkan sebagai Retribusi Jasa

Pasal 48
Tingkat penggunaan jasa Tempat Rekreasi dan Olahraga dihitung berdasarkan
kapasitas dan jumlah pengunjung yang menikmati dan menggunakan tempat
rekreasi dan olahraga.
14

Bagian Ketiga
Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 49
Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif Retribusi Tempat
Rekkreasi dan Olahraga didasarkan atas tujuan untuk memperoleh keuntungan yang
layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha sejenis yang
beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.
Bagian Keempat
Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 50
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga ditetapkan
sebagai berikut:
1. Taman Rekreasi ( Aikbukak )

Rp. 3.000,- / Orang

2. Gelanggang/Renang ( Matra )

Rp. 5.000,- / Orang

3. Pemandian Alam (Benang Setokel, Benang Kelambu)Rp.2.000,-/Orang


4. Kolam Memancing ( Aikbukak )

Rp. 10.000,- / Orang

5. Gelanggang Olah Raga (Koni Praya, Koni Puyung)Rp. 10.000,- / Orang

BAB XII
RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH
Bagian Kesatu
Nama, Obyek dan Subjek Retribusi
Pasal 51
(1) Dengan nama Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah dipungut retribusi atas
penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah.
(2) Obyek Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah adalah penjualan hasil
produksi usaha milik Pemerintah Daerah;
(3) Dikecualikan dari obyek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
penjualan produksi oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
Pasal 52
(1) Subjek retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah adalah orang pribadi atau
badan yang menggunakan/menikmati fasilitas produksi usaha daerah;

15

(2) Wajib Retribusi adalah orang atau badan yang menikmati/menggunakan Produksi
Usaha Daerah.
Bagian Kedua
Golongan Retribusi dan cara mengukur tingkat penggunaan jasa
Pasal 53
Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah digolongkan sebagai Retribusi Jasa
Usaha.
Pasal 54
Tingkat penggunaan retribusi penjualan produksi usaha daerah dihitung berdasarkan
jenis dan volume hasil produksi yang dijual.
Bagian Ketiga
Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 55
Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Penjualan Produksi Usaha Daerah didasarkan atas tujuan untuk memperoleh
keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh
pengusaha sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga
pasar.
Bagian Keempat
Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 56
(1) Retribusi penjualan produksi usaha daerah dipungut atas dasar jenis, volume dan
nilai pasar yang berlaku.
(2) Besarnya Retribusi dan jenis Usaha Produksi Usaha Daerah sebagai berikut:
A. PERIKANAN
NO

IKAN KONSUMSI

UKURAN BERAT
(KG )

HARGA PER
/KG
( Rp )

KARPER

30.000

TAWES

22.000

NILA

22.000

GURAMI

25.000

LELE JUMBO

18.000

BAWAL

18.000

GRASS CARP

25.000

16

HARGA JUAL INDUK IKAN

UKURAN BERAT
(KG )

HARGA PER
/KG
( Rp )

KARPER

50.000

BAWAL

40.000

GURAMI

75.000

KOI

35.000

LELE LOKAL

35.000

LELE SANGKURIANG

50.000

GRASS CARP

50.000

NILA

45.000

UKURAN (CM)

HARGA (RP)

1-3

100

3-5

250

5-8

800

8-12

1500

1-3

75

3-5

200

5-8

500

8-12

1000

1-3

75

3-5

200

5-8

500

8-12

1000

1-3

250

3-5

1000

5-8

5000

1-3

100

3-5

250

5-8

600

8-12

1200

1-3

100

3-5

350

5-8

750

8-12

1000

1-3

200

3-5

500

5-8

1500

HARGA JUAL BIBIT IKAN


1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

MAS

NILA

TAWES

GURAMI

LELE

BAWAL

IKAN KOI

B. PERTANIAN TANAMAN PANGAN


NO

KOMODITI

BENTUK/SATUAN KELAS

HARGA
(Rp/Kg)

Bibit Tanaman Pangan dan Holtikultura


17

Padi sawah

Gabah/kilogram

Kedelai

Jagung Kompusit

Biji/kilogram

Biji/kilogram

BD

Rp.8.000

BP

Rp.6.500

BR

Rp.3.500

BD

Rp.10.000

BP

Rp.7.500

BR

Rp.4.000

BD

Rp.9000

BP

Rp.7000

BR

Rp.4000

C. PERKEBUNAN
NO

JENIS
PENERIMAN/ SATUAN
KEGIATAN
/KELASIFIKASI

Kelapa Dalam

TARIF (Rp)

Bibit Kelapa Dalam

Tinggi < 50 cm

Rp.6.000

Bibit Kelapa Dalam

2-3 daun/50 cm

Rp.7.000

Buah Kelapa Dalam

Biji

Rp.1500

Kopi Robusta
-

Bibit

Bibit
polybag/batang

dalam Rp.5.600/pohon

Biji kopi robusta

Kilogram

Rp.20.200

Kopi Arabika
-

Bibit dalam polybag

60 cm

Rp.5.600

Bibit tanpa polybag

60 cm

Rp.4.700

Biji kopi Arabika

Kilogram

Rp.19.600

D. PETERNAKAN
NO

Komoditi

Sapi Berahman

Ukuran

Tarif/Volume
(Rp/Ekor)

Harga

Betina

152 cm

Rp.10.000.000/Ekor

Jantan

154 cm

Rp.11.000.000/Ekor

Sapi Lokal/Sapi Bali


-

Betina

110 cm

Rp.6.000.000/Ekor

Jantan

117 cm

Rp.7.000.000/Ekor

Kambing lokal
-

Betina

50 cm

Rp.700.000/Ekor

Jantan

55 cm

Rp.800.000/Ekor

Peranakan Kambing
Etawa Lokal
18

Pasar

Betina

60 cm

Rp. 1.500.000

Jantan

70 cm

Rp. 2.300.000

BAB XIII
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 57
Retribusi daerah dipungut diwilayah Kabupaten Lombok Tengah.
BAB XIV
MASA RETRIBUSI, SAAT RETRIBUSI TERUTANG
DAN SURAT PEMBERITAHUAN RETRIBUSI DAERAH
Pasal 58
Masa retribusi adalah jangka pada saat penggunaan/pemakaian
Pasal 59
Saat Retribusi Terutang adalah sejak diterbitkan SKRD.

Pasal 60
(1) Setiap wajib retribusi wajib mengisi SSRD;
(2) SSRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan
lengkap;
(3) SSRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) harus disampaikan kepada
Bupati selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa
retribusi;
(4) Bentuk, isi dan tata cara pengisian SSRD ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB XV
TATA CARA PUNGUTAN DAN PEMBAYARAN RETRIBUSI
Pasal 61
(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan;
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan.
(3) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
berupa karcis, kupon, dan kartu langganan.
Pasal 62
19

(1) Pembayaran retribusi harus dilakukan sekaligus atau lunas;


(2) Pembayaran retribusi dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk
sesuai dengan SKRD.
(3) Dalam hal pembayaran dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, maka hasil
penerimaan retribusi harus disetor ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1 (satu)
kali 24 (dua puluh empat) jam.
(4) Tata cara pembayaran, penentuan tempat pembayaran angsuran dan penundaan
pembayaran retribusi diatur dalam Peraturan Bupati.

BAB XVI
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 63
(1)

Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau
kurang membayar dapat dikenakan sanksi administrasi;

(2)

Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu)


berupa pengenaan bunga sebeasar 2 % (dua persen) setiap bulan dari jumlah
retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan
STRD.

20

BAB XVII
TATA CARA PENGURANGAN, KERINGANAN
DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 64
(1)

Bupati dapat
pembebasan retribusi;

memberikan

pengurangan,

keringanan

dan

(2)

Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan


retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan
Bupati.

BAB XVIII
TATA CARA PENAGIHAN RETRIBUSI
Pasal 65
(1) Surat teguran/peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan
pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh
tempo waktu pembayaran;
(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah diterimanya surat teguran/peringatan
dan/atau surat lain yang sejenis, wajib retribusi dapat melunasi retribusi terutang;
(3) Surat teguran yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan
oleh Bupati.
(4) Tata cara penagihan dan penertiban surat teguran/peringatan/surat lain yang
sejenis diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XIX
KEDALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 66
(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi kedaluwarsa setelah
melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi,
kecuali jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana dibidang retribusi.
(2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tertangguh jika:
a. Diterbitkan surat teguran; atau
b. ada pengakuan utang Retribusi dan Wajib Retribusi, baik langsung maupun
tidak langsung.
(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
a, kedaluarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran
tersebut.

21

(4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih
mempunyai utang Retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.
(1) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau
penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.
Pasal 67
(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditangih lagi karena hak utnuk melakukan
penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.
(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi yang sudah
kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan
Peraturan Bupati.

BAB XX
PENYIDIKAN
Pasal 68
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi
wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana
dibidang retribusi daerah sebagimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum
acara Pidana;
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negeri
sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
(3) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan memilih keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah agar keterangan
atau laporan menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi
atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan
dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan
sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;
d. Memeriksa buku, catatan dan dokumen lain yang berkenaan dengan tindak
pidana dibidang retribusi daerah;
e. Melakukan pemeriksaan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan dan dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan
bukti tersebut;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana dibidang retribusi daerah;

22

g. Menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau


tempat pada saat pemeriksan sedang berlangsung dan memeriksa identitas
orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa;
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan Daerah
dan Retribusi
i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
j. Menghentikan penyidikan; dan/atau
k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak
pidana dibidang perpajakan Daerah dan Retribusi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya
penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum
melalui Penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

BAB XXI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 69
(1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan
keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau
denda paling banyak 3 kali jumlah retribusi terhutang.
(2) Tindak pidana sebagimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XXII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 70
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua ketentuan yang mengatur hal
yang sama masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan
Daerah ini.

BAB XXIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 71
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Peraturan Daerah ini diatur dengan
Peraturan Bupati.
23

Pasal 72
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Tengah.
Ditetapkan di Praya
pada tanggal 3 Oktober 2011
BUPATI LOMBOK TENGAH,

H. MOH. SUHAILI FT
Diundangkan di Praya
pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN LOMBOK TENGAH,

H. LALU SUPARDAN
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2011 NOMOR

24

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH
NOMOR 6 TAHUN 2011
TENTANG
RETRIBUSI JASA USAHA
I.

UMUM.
Bahwa untuk menunjang pelaksanaan Pemerintahan serta pelayanan kepada
masyarakat diperlukan dana yang memadai. Penerimaan Daerah dari
Retribusi Jasa Umum adalah cukup potensial untuk menunjang pelaksanaan
Otonomi Daerah yang dinamis, nyata dan bertanggung jawab, terutama di
Kabupaten Lombok Tengah.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, pada Pasal 126 disebutkan bahwa Retribusi
Jasa Usaha dimaksudkan untuk memanfaatkan kekayaan daerah dengan
menganut prinsip komersial dengan tetap mengedepankan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta pengaturan dan pengawasan atas kegiatan
pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana,
sarana atau fasilitas kekayaan daerah guna melindungi kepentingan umum
dan menjaga kelestarian lingkungan. Sehubungan fungsi strategis dari jenis
Retribusi Jasa Usaha ini, maka pembentukan Peraturan Daerah tentang
Retribusi Jasa Usaha menjadi mutlak adanya.

II.

PASAL DEMI PASAL.

Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 3
Cukup jelas
Pasal 4
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas

25

Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Pasal 9
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 3
Cukup jelas
Pasal 10
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas

26

Ayat 3
Cukup jelas
Ayat 4
Cukup jelas
Pasal 16
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 3
Cukup jelas
Pasal 22
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
27

Pasal 26
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 3
Cukup jelas
Ayat 4
Cukup jelas
Pasal 27
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 3
Cukup jelas
Pasal 28
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 3
Cukup jelas
Ayat 4
Cukup jelas

28

Pasal 33
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Pasal 34
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Cukup jelas
Pasal 37
Cukup jelas
Pasal 38
Cukup jelas
Pasal 39
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 3
Cukup jelas
Pasal 40
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Pasal 41
Cukup jelas
Pasal 42
Cukup jelas
Pasal 43
Cukup jelas

29

Pasal 44
Cukup jelas
Pasal 45
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 3
Cukup jelas
Pasal 46
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Pasal 47
Cukup jelas
Pasal 48
Cukup jelas
Pasal 49
Cukup jelas
Pasal 50
Cukup jelas
Pasal 51
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 3
Cukup jelas
Pasal 52
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Pasal 53
Cukup jelas
Pasal 54
Cukup jelas
30

Pasal 55
Cukup jelas
Pasal 56
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Pasal 57
Cukup jelas
Pasal 58
Cukup jelas
Pasal 59
Cukup jelas
Pasal 60
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 3
Cukup jelas
Ayat 4
Cukup jelas
Pasal 61
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Pasal 62
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 3
Cukup jelas
Ayat 4
Cukup jelas
31

Pasal 63
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Pasal 64
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Pasal 65
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 3
Cukup jelas
Ayat 4
Cukup jelas
Pasal 66
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 3
Cukup jelas
Ayat 4
Cukup jelas
Pasal 67
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 3
Cukup jelas

32

Pasal 68
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 3
Cukup jelas
Pasal 69
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Pasal 70
Cukup jelas
Pasal 71
Cukup jelas
Pasal 72
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2011 NOMOR
6

33

LAMPIRAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH


Nomor

6 Tahun 2011

Tentang

: Retribusi Jasa Usaha

Lampiran Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah


Struktur dan Besarnya tarif retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah ditetapkan
sebagai berikut :
A. TANAH :
1. Sewa tanah milik Pemerintah Daerah untuk perdagangan dan jasa lainnya
dikenakan sewa 10 % dari NJOP untuk penyewaan selama 1 tahun/m2.
2. Sewa tanah milik Pemerintah Daerah untuk keperluan pertanian tanaman
pangan dikenakan sewa 5 % dari NJOP untuk penyewaan selama 1 tahun /
m2 sedangkan untuk kegiatan usaha komersial dikenakan sewa 10 % dari
NJOP untuk penyewaan selama 1 tahun / m2.
3. Untuk penggunaan yang bersifat insidentil dan merupakan kegitan
usaha/komersial dengan penghitungan waktu sekurang-kurangnya 1 x 24
jam dikenakan sewa dengan kriteria sebagai berikut :
3.1 1 (satu) m2 sampai dengan 3 (tiga) m2 dikenakan sewa Rp. 500/m2
3.2 3,01 (tiga koma nol satu) m2 sampai dengan 6 (enam) m2 dikenakan
sewa Rp. 300/m2.
3.3 6,01 (enam koma nol satu) m2 sampai dengan 9 (sembilan) m2
dikenakan sewa Rp. 250/m2.
3.4 9,01 (sembilan koma nol satu) m2 sampai dengan seterusnya
dikenakan sewa Rp. 150/m2.
B. GEDUNG :
1. Gedung Serba Guna............................

Rp. 250.000,-/hari

2. Gedung Koni..

Rp. 250.000,-/hari

3. Gedung PKK...

Rp. 250.000,-/hari

4.

Rp. 150.000,-/hari

Gedung Puspenmas.

5. Hotel Cantrika :
a. Ruang Rapat...
b.

Ruang Penginapan..

Rp100.000,-/hari
Rp. 50.000,-/hari

6. Gedung Balai Karya :


a. Ruang Rapat...

Rp. 50.000,-/hari

Ruang Penginapan

Rp. 10.000.-/hari

b.

7. Gedung Dikluspora :
a. Ruang Rapat...

Rp. 50.000,-/hari

b. Ruang Penginapan

Rp, 10.000,-/hari

C. RUMAH :
34

Rumah Golongan III :


a. Di Ibu Kota Kabupaten Rp. 50.000,-/bulan
b. Di Ibu Kota Kecamatan... Rp. 25.000,-/bulan
D. ALAT BERAT :

NO

JENIS ALAT

TARIF (SEWA/HARI)
(Rp)
3

Wheel Loader

175.000

Conerete Mixer

20.000

Vibro baby Roller

50.000

Dump Truck

75.000

Fan Mixer

40.000

Vibrator Plate Tamper

20.000

Road Roller MGT6

450.000

Road Roller MG6

200.000

Road Roller MV6V

200.000

10

Road Roller M6BI

175.000

11

Motor Grader

12

Stone Crusher

1.200.000
80.000

E. PEMERIKSAAN LABORATORIUM :
a. Pemeriksaan daging untk tiap ekor............................. Rp. 2.200,F. ALAT-ALAT LABORATORIUM :

NO

JENIS ALAT

TARIF
RETRIBUSI (Rp)
3

I.

LABORATORIUM TANAH (GROTEK)

Kadar Air

4.500

Berat Jenis

6.000

Atterberg

7.500

Analisa Saringan

5.500

Pemadatan Standart

25.500
35

KET.

Pemadatan Modified

34.000

CBR Laboratorium

35.000

Hidrometer

6.000

Shrinkage Limit

5.500

10

Inco Ppinit Comp Stringht

13.500

11

Konsolidasi

23.000

12

Berat Isi

13

Kuat Geser Langsung

14.000

14

Permeabilitas (constan head)

10.500

15

Permeabilitas (filing head)

10.500

16

Drixial ( U.U )

12.000

17

Drixial ( C.u )

100.000

II.

MEKANIKA BATUAN

Pengukuran sifat-sifat Ds. Batuan ( 1x Uji )

2.500

Kuat Lentur ( 1 x Uji )

5.500

Kuat Tekan ( 1 x Uji )

13.500

Kuat Geser Tak Langsung ( 1 x Uji )

12.500

Kuat Geser Langsung ( 1 x Uji )

17.500

Pengukuran Cepat tambat gelombang ultra


sonik
( 1 x Uji )

15.500

Kuat Tekan Maksimal ( 1 x Uji )

15.500

Stake durability Batuan ( 1 x Uji )

4.500

Analisa Petrologi ( 1 x Uji )

1.500

10

Analisa Petrografie ( 1 x Uji )

2.000

11

Pauch teat ( 1 x Uji )

10.000

12

Pelapukan

15.000

13

Poin Load Strength

14

Pemotongan contoh batuan per cm2

500

15

Pembentukan contoh bantuan per cm2

500

16

Kuat Tekanan batuan

III.

PEKERJAAN LAPANGAN (GEOTEK)

Pemboran tangan (per meter)

20.000

Pengambilan contoh tanah asli

10.000

SPT

10.000

Pemboran mesin tanah (per meter)

30.000

4.000

6.500

13.000

36

Pemboran mesin batu ( per meter )

Sumur Uji ( per meter )

Geolistrik Per titik

Penyondiran ringan per titik

Seis mic per meter rentangan

10

Venvest per titik

11

Penyondiran berat per titik

12

DPC (per titik DPC)

13

CBR Lapangan pertitik

35.000

14

Bengkel Man Beam

35.000

IV.

HIDROKIMIA

Kualitas air lengkap / per contoh

36.000

Sedimen lengkap / per contoh

95.000

Pencemaran air / per contoh

36.500

Biologi / per contoh

19.500

V.

GEOHIDROLOGI

Lapisan exiper / per uji

Pengaruh dan penyusupan air laut / uji

17.500

Kelembapan tanah permukaan per uji

5.500

Karakteristk sumur / per uji

VI.

38.000
5.500
125.000
80.000
7.500
10.000
125.000
7.500

330.000

45.000

HIDROLIKA MUARA / PANTAI

Pengukuran gelombang / per bulan

30.000

Sunding kedalaman laut / per km

26.500

Pengukuran arus / per jam

2.500

Pengukuran kegaraman / per jam

1.500

Pengukuran pasang surut / jam

VII.

20.000

DINAMIKA TANAH

Triaxil dinamik / per uji

37.500

Resonaut colomu

26.000

VIII.

ASHPAL KERAS

Penetrasi

Titik lembek

10.000
7.500
37

Daktilitas

8.500

Larutan dalam CHCL 3

5.500

Kehilangan berat

10.000

Penetrasi setelah kehilangan berat

10.250

Titik nyala

7.500

Berat jenis

5.500

IX.

ASPAL CAIR

Viskositas

10.500

Penyulingan

13.500

Penetrasi

10.000

Dektilitas

8.500

Larutan dalam CHCL 3

5.500

Berat jenis

5.500

Titik nyala

4.500

Pelekatan

8.500

Kadar air

7.000

X.

ASHPAL BUTON

Ekstrasi ( P.A )

20.000

Kelarutan dalam CHCL 3

12.500

XI.

ASHPAL EMULSI

VIkositas

10.500

Pengendapan / kestabilan

7.500

Kelekatan ashpal terhadap batuan kering

8.500

Kelekatan ashpal terhadap batuan basah

6.500

Campuran semen

6.500

Analisa saringan

6.500

Penyulingan

13.500

Penetrasi

10.000

Dektilitas

7.500

10

Kelarutan dalam CHCL 3

5.500

11

Klasifikasi

8.500

12

Muatan listrik

6.500

XII.

PENGAMBILAN
KERAS

CONTOH

38

ASHPAL

Dari tangki

23.500

Dari drum

25.500

Dari jalan

28.000

Ashpal cair

22.500

Ashpal buton

22.500

XIII.

AIR

PH Air

3.500

Tersuspensi

3.500

Minyak dalam air

3.500

Ton sulfat dalam air

Bahan padat

XIV.

500
3.500

SEMEN

Konsistensi semen

Pengikatan awal semen

Kuat tekan mortar

5.500

Berat jenis semen

10.000

Kehalusan semen

14.500

Kadar air

2.500

Ketetapan bentuk/buah

4.500

Bobot

3.000

XV.

5.500
10.500

AGREGAT

Abrasi

11.500

Gradasi

10.000

Berat jenis

10.000

Berat isi

5.000

Kadar Lumpur

5.000

Soundess

Organik

Mix design

85.000

Modifikasi mix ( satu set )

25.500

XVI.

34.000
5.000

BENDA UJI (KUBUS, CYLINDER, BETON


DLL)
Kuat tekanan

4.500
39

Kuat tarik

4.500

Kuat lentur

4.500

Kuat tekanan dengan hammer test

1.000

Gorong-gorong

18.500

Bantalan karet

23.000

XVII.

BESI

Kuat tarik

6.500

Kuat tekan

6.500

XVIII.
1
XIX.

PENGECORAN BETON
Pertitik

25.000

TANAH BAHAN JALAN

Kadar air

4.500

Berat jenis

6.000

Atterberg limit

7.500

Analisa saringan

5.500

Pemadatan Standart

25.500

Pemadatan Modified

34.000

CBR Standart

28.500

CBR Modified

30.000

XX.

AGREGAT

Analisa saringan / gradasi

10.500

Berat jenis dan penyerapan agregat kasar

10.500

Berat jenis dan penyerapan agregat halus

12.000

Berat isi

5.500

Kelekatan terhadap ashpal

8.000

Keausan dengan mesin lossangels/abrasi

Impec test

Soundness agregat kasar

33.500

Sundness aregat halus

26.500

10

Sand equivalent

XXI.
1

11.500
7.500

7.500

CAMPURAN ASHPAL
Kadar air campuran

11.500
40

Extrasi campuran

11.500

Berat isi campuran

5.500

XXII.

UBIN SEMEN

Kadar air

2.500

Penyerapan

2.500

Berat isi

2.500

Kerat lentur

5.500

Keausan lentur

2.250

Ukuran

2.250

XXIII.

BAK CETAK TRAS, KAPUR

Bahan air

2.250

Penyerapan

2.500

Bobot isi

2.500

Kuat tekan/10 buah

8.500

XXIV.

JENDELA PVC

Ketahanan terhadap beban angin

2.000

Ketahanan terhadap kebocoran udara

2.000

Ketahanan kebocoran air

2.000

Kemudahan buka tutup

2.000

Kemudahan gerak

2.000

Beban lentur

2.500

Perubahan bentuk aluminium

2.500

XXV.
1
XXVI.
1.
XXVII.

ALUMINIUM
Ketebalan anonizing luminium

2.000

PIPA PVC
kadar PVC sebagai vini klorida

2.500

CHLORIDA

Kasar Platisizer

2.000

Ketahanan terhadap acton

1.500

Pengaruh asam sulfat sifat fisik mekanik

1.500

Ketetapan ukuran

2.500
41

Hidrostatis

Impact

Penyerapan air

2.000

Perubahan ukuran

2.000

Titik pelunakan

1.000

10

Kerapatan air

XXVIII.

1.000
500

500

GENTENG KERAMIK

Ukuran berat

1.000

Ketahanan terhadap rembesan air

2.500

Beban lentur

8.500

Penyerapan air

1.000

Berat jenis

2.500

XXIX.

BATA MERAH

Ukuran berat

2.500

Kadar garam

1.500

XXX.

KAYU

Kadar air

2.500

Berat jenis kering udara

2.500

Kekerasan

2.500

Kuat lentur / Buah

2.500

Kuat tarik / Buah

2.500

Kuat tekan / Buah

2.500

Kuat geser / Buah

2.500

Pengeringan 120 m3 / hari

Penetrasi

33.000
2.500

XXXI.

PIPA KERAMIK

Muatan uji / buah

1.000

Ketahanan terhadap perembesan air

2.500

Hydrostatis / buah

1.000

XXXII.

PIPA BETON

Ketahanan terhadap rembesan air / buah

2.500

Hydrostatis / buah

1.000
42

Kuat tekan

XXXIII.

TEST API

1.000

Sifat bakar (Konsustibility)

3.000

Sifat penjalaran permukaan

6.500

Ketahanan api tungu

2.500

Sifat hantar

2.500

Sifat kecepatan terbakar

1.000

XXXIV.

ANALISA KIMIA

Bagian yang tak laut HCL

3.000

Si 02

3.000

FE2 03

3.000

H12 03

3.000

Ca 0

3.000

Hg 0

3.000

C04

3.000

Hilang pijar

3.000

XXXV.

KAPUR

Kadar air

2.500

Kehalusan

2.500

Ketetapan bentuk

3.500

Keteguhan aduk

9.500

Bobot isi

2.500

XXXVI.

T R A S S (SAMA DENGAN KAPUR)

Kadar air

2.500

Kehalusan

3.500

Pengikatan

4.000

Keteguhan aduk

9.500

Bobot isi

2.500

G. LAIN - LAIN
43

NO

JENIS ALAT

TARIF

KET.

RETRIBUSI (Rp)
1

Mobil tangki air

50.000

Terop/unit/hari

15.000

Kursi lipat

250

BUPATI LOMBOK TENGAH

H. MOH. SUHAILI FT

44

Anda mungkin juga menyukai