Mengingat
j. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu
bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari
Pemerintah Daerah yang bersangkutan;
k. Surat Setoran Retribusi Daerah yang dapat disingkat SSRD adalah surat yang
oleh Wajib Retribusi digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran
retribusi yang terutang ke kas daerah atau ketempat pembayaran lain yang
ditetapkan oleh Kepala Daerah;
l. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang dapat disingkat SKRD adalah surat
ketetapan retribusi yang menentukan besarnya pokok retribusi;
m. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang dapat disingkat SKRDLB
adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran
retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar dari pada retribusi yang
terutang atau tidak seharusnya terutang;
n. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang dapat disingkat STRD adalah surat untuk
melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau
denda;
o. Pemeriksanaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data
keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara obyektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan daerah dan retribusi dan/atau untuk tujuan lain dalam
rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan
daerah dan retribusi daerah.
p. Penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan daerah dan retribusi adalah
serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana
dibidang perpajakan daerah dan retribusi yang terjadi serta menemukan
tersangkanya.
BAB II
NAMA DAN JENIS JENIS RETRIBUSI JASA USAHA
Pasal 2
Jenis retribusi yang diatur dalam Peraturan Daerah ini, meliputi:
a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;
b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan;
c. Retribusi Tempat Pelelangan;
d. Retribusi Terminal;
e. Retribusi Tempat Khusus Parkir;
f. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa;
g. Retribusi Rumah Potong Hewan
h. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga; dan
i. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.
BAB III
RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH
Bagian Kesatu
Nama, Obyek, Subjek dan Wajib Retribusi
Pasal 3
(1) Dengan nama Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah dipungut Retribusi sebagai
pembayaran atas pemakaian kekayaan daerah.
(2) Obyek Retribusi Kekayaan Daerah adalah Pemakaian Kekayaan Daerah;
(3) Dikecualikan dari obyek Retribusi pemakaian kekayaan daerah
penggunaan tanah yang tidak mengubah fungsi dari tanah tersebut.
adalah
Pasal 4
(1) Subjek Retribusi pemakaian kekayaan daerah adalah orang pribadi atau badan
yang menggunakan/menikmati kekayaan daerah;
(2) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/memakai
Kekayaan Daerah.
Bagian Kedua
Golongan Retribusi dan cara mengukur tingkat penggunaan jasa
Pasal 5
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha.
Pasal 6
Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan jenis, jangka waktu dan luas
pemakaian kekayaan daerah.
Bagian Ketiga
Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 7
Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pemakaian kekayaan daerah didasarkan atas tujuan untuk memperoleh keuntungan
yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha sejenis
yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.
Bagian Keempat
Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 8
(1) Struktur tarif digolongkan berdasarkan jenis kekayan daerah;
(2) Struktur dan besarnya Tarif Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah ditetapkan
dalam lampiran Peraturan Daerah ini.
BAB IV
RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN/ATAU PERTOKOAN
Bagian Kesatu
Nama, Obyek, Subjek dan Wajib Retribusi
Pasal 9
(1) Dengan nama Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan dipungut retribusi
sebagai pembayaran atas pelayanan penyediaan pasar grosir dan/atau pertokoan
oleh Pemerintah Daerah.
(2) Obyek Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan adalah penyediaan fasilitas
pasar grosir berbagai jenis barang, dan fasilitas pasar/pertokoan yang
dikontrakkan, disediakan/diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah;
(3) Dikecualikan dari obyek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
fasilitas pasar yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD dan
pihak swasta.
Pasal 10
(1) Subjek Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan adalah orang pribadi atau
badan yang menggunakan/menikmati pasar grosir dan/atau pertokoan;
(2) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan Pasar
Grosir dan/atau Pertokoan.
Bagian Kedua
Golongan Retribusi dan cara mengukur tingkat penggunaan jasa
Pasal 11
Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan digolongkan sebagai Retribusi Jasa
Usaha.
Pasal 12
Tingkat penggunaan jasa pasar grosir dan/atau pertokoan dihitung berdasarkan jenis
luas dan jangka waktu penggunaan fasilitas pasar dan/atau pertokoan.
Bagian Ketiga
Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 13
Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi pasar
grosir dan/atau pertokoan didasarkan atas tujuan untuk memperoleh keuntungan
yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha sejenis
yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.
Bagian Keempat
Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 14
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan ditetapkan
sebagai berikut :
A. Untuk ruangan toko/kios tiap meter persegi (M2):
1. Untuk ruangan toko/kios tiap meter (m2):
a) Lantai I..................................................................Rp.10.000,-M2/bulan
b) Lantai II..................................................................Rp.3.500,-M2/bulan
2. Pertokoan kecamatan.................................................Rp.5.000,-M2/bulan
3. Pasar grosir Kabupaten (Pasar Renteng dan pasar Bulayak):
a) Type A....................................................................Rp.8.000,-M2/bulan
b) Type B....................................................................Rp.6.000,-M2/bulan
4. Pasar grosir Kecamatan...............................................Rp.5.000,-M2/bulan
B. Pasar ternak :
1. Untuk karcis masuk per ekor :
a. Sapi, Kerbau, Kuda...................................................Rp.1000,b. Kambing, Domba.......................................................Rp.500,2. Untuk jual beli per ekor :
a. Sapi, Kerbau, Kuda...................................................Rp.3000,b. Kambing, Domba.......................................................Rp.1000,3. Untuk sewa timbangan per ekor :
Sapi, Kerbau, Kuda.........................................................Rp.5000,-
BAB V
RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN
Bagian Kesatu
Nama, Obyek, Subjek dan Wajib Retribusi
Pasal 15
(1) Dengan nama Retribusi Tempat Pelelangan dipungut retribusi sebagai
pembayaran atas pelayanan penyediaan tempat pelelangan yang secara khusus
disediakan oleh Pemerintah Daerah.
(2) Obyek Retribusi Tempat Pelelangan adalah penyediaan tempat pelelangan yang
secara khusus disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk melakukan pelelangan
ikan, ternak, hasil bumi dan hasil hutan termasuk jasa pelelangan serta fasilitas
lainnya yang disediakan ditempat pelelangan.
(3) Termasuk obyek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah tempat
yang dikontrak oleh Pemerintah Daerah dari pihak lain untuk dijadikan sebagai
tempat pelelangan.
(4) Dikecualikan dari obyek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
tempat pelelangan yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD,
dan pihak swasta.
Pasal 16
(1) Subyek Retribusi Tempat Pelelangan adalah orang pribadi atau Badan yang
memperoleh pelayanan tempat pelelangan dari Pemerintah Daerah.
(2) Wajib Retribusi adalah Orang Pribadi atau Badan yang memperoleh pelayanan
tempat pelelangan dari Pemerintah Daerah.
Bagian Kedua
Golongan Retribusi dan cara mengukur tingkat penggunaan jasa
Pasal 17
Retribusi Tempat Pelelangan digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha
Pasal 18
Tingkat penggunaan jasa tempat pelelangan dihitung berdasarkan luas dan jangka
waktu penggunaan fasilitas tempat pelelangan.
Bagian Ketiga
Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 19
7
Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Tempat
Pelelangan didasarkan atas tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak
sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha sejenis yang
beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.
Bagian Keempat
Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 20
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Tempat Pelelangan ditetapkan sebesar 2 % dari
hasil penjualan.
BAB VI
RETRIBUSI TERMINAL
Bagian Kesatu
Nama, Obyek, Subjek dan Wajib Retribusi
Pasal 21
(1) Dengan nama Retribusi Terminal dipungut retribusi atas pelayanan penyediaan
fasilitas terminal oleh Pemerintah Daerah.
(2) Obyek Retribusi Terminal adalah pelayanan penyediaan tempat parkir untuk
kendaraan penumpang umum, tempat kegiatan usaha, dan fasilitas lainnya di
lingkungan terminal, yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah
Daerah;
(3) Dikecualikan dari obyek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
terminal yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN,
BUMD, dan pihak swasta.
Pasal 22
(1) Subjek Retribusi Terminal adalah orang
menggunakan/menikmati fasilitas terminal;
pribadi
atau
badan
yang
Rp. 10.000/bulan
c. Angkutan kota
Rp. 10.000/bulan
Rp. 15.000/bulan
(4) Besaran tarif retribusi untuk tempat kegiatan usaha dan/atau fasilitas lainnya
dalam lingkungan terminal Rp. 2.500/m2/bulan
BAB VII
RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR
Bagian Kesatu
Nama, Obyek, Subjek dan Wajib Retribusi
Pasal 27
(1) Dengan nama Retribusi Tempat Khusus Parkir dipungut retribusi atas pelayanan
tempat khusus parkir oleh Pemerintah Daerah.
(2) Obyek Retribusi Tempat Khusus Parkir adalah pelayanan tempat khusus parkir
yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah;
(3) Dikecualikan dari obyek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
pelayanan tempat parkir yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh
Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
Pasal 28
(1) Subjek Retribusi Tempat Khusus Parkir adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati fasilitas tempat khusus parkir;
(2) Wajib Retribusi adalah orang atau badan yang menggunakan tempat khusus
parkir.
Bagian Kedua
Golongan Retribusi dan cara mengukur tingkat penggunaan jasa
Pasal 29
Retribusi Tempat Khusus Parkir digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha.
Pasal 30
Tingkat penggunaan jasa Tempat Khusus Parkir dihitung berdasarkan frekuensi dan
jenis kendaraan yang parkir.
Bagian Ketiga
Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 31
Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Tempat
Khusus Parkir didasarkan atas tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak
sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha sejenis yang
beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.
Bagian Keempat
Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 32
(1)
(2)
Rp.1.000,-/sekali parkir
Rp.2.000,-/sekali parkir
Rp 3.000,-/sekali parkir
Rp.4.000,-/sekali parkir
10
(3)
Rp.3.000,-/sekali parkir
Rp 4.000,-/sekali parkir
11
Rp. 450.000,-/malam
Rp. 200.000,-/malam
BAB IX
12
(2) Wajib Retribusi adalah orang atau badan yang menggunakan/menikmati rumah
potong hewan.
Bagian Kedua
Golongan Retribusi dan cara mengukur tingkat penggunaan jasa
Pasal 41
Retribusi Rumah potong Hewan digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha
Pasal 42
Tingkat penggunaan jasa Rumah Potong Hewan dihitung berdasarkan jenis
pelayanan dan jenis serta jumlah ternak yang akan dipotong.
Bagian Ketiga
Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 43
Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Rumah
potong Hewan didasarkan atas tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak
sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha sejenis yang
beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.
Bagian Keempat
Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 44
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Rumah Potong Hewan ditetapkan sebagai
berikut :
A. Penggunaan kandang :
1. Sapi,kerbau dan kuda .
B. Pemeriksaan Hewan/ternak :
1. Sapi / kerbau dan kuda
a. Jantan
b. Betina.
C. Rumah potong
13
2. Kambing, domba ..
D. Pemeriksaan daging
Rp. 5.000,-/sample
BAB XI
RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA
Bagian Kesatu
Nama, Obyek dan Subjek Retribusi
Pasal 45
(1) Dengan nama Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga dipungut retribusi atas
pelayanan penyediaan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga oleh Pemerintah
Daerah.
(2) Obyek Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga adalah pelayanan tempat
rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola
oleh Pemerintah Daerah ;
(3) Dikecualikan dari obyek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang disediakan, dimiliki,
dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
Pasal 46
(1) Subjek Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga adalah orang pribadi atau badan
yang menggunakan/menikmati pelayanan tempat rekreasi dan olahraga;
(2) Wajib Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga adalah orang atau badan yang
menggunakan/menikmati tempat rekreasi dan olahraga.
Bagian Kedua
Golongan Retribusi dan cara mengukur tingkat penggunaan jasa
Pasal 47
Retribusi
Usaha.
Pasal 48
Tingkat penggunaan jasa Tempat Rekreasi dan Olahraga dihitung berdasarkan
kapasitas dan jumlah pengunjung yang menikmati dan menggunakan tempat
rekreasi dan olahraga.
14
Bagian Ketiga
Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 49
Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif Retribusi Tempat
Rekkreasi dan Olahraga didasarkan atas tujuan untuk memperoleh keuntungan yang
layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha sejenis yang
beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.
Bagian Keempat
Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 50
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga ditetapkan
sebagai berikut:
1. Taman Rekreasi ( Aikbukak )
2. Gelanggang/Renang ( Matra )
BAB XII
RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH
Bagian Kesatu
Nama, Obyek dan Subjek Retribusi
Pasal 51
(1) Dengan nama Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah dipungut retribusi atas
penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah.
(2) Obyek Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah adalah penjualan hasil
produksi usaha milik Pemerintah Daerah;
(3) Dikecualikan dari obyek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
penjualan produksi oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
Pasal 52
(1) Subjek retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah adalah orang pribadi atau
badan yang menggunakan/menikmati fasilitas produksi usaha daerah;
15
(2) Wajib Retribusi adalah orang atau badan yang menikmati/menggunakan Produksi
Usaha Daerah.
Bagian Kedua
Golongan Retribusi dan cara mengukur tingkat penggunaan jasa
Pasal 53
Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah digolongkan sebagai Retribusi Jasa
Usaha.
Pasal 54
Tingkat penggunaan retribusi penjualan produksi usaha daerah dihitung berdasarkan
jenis dan volume hasil produksi yang dijual.
Bagian Ketiga
Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 55
Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Penjualan Produksi Usaha Daerah didasarkan atas tujuan untuk memperoleh
keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh
pengusaha sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga
pasar.
Bagian Keempat
Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 56
(1) Retribusi penjualan produksi usaha daerah dipungut atas dasar jenis, volume dan
nilai pasar yang berlaku.
(2) Besarnya Retribusi dan jenis Usaha Produksi Usaha Daerah sebagai berikut:
A. PERIKANAN
NO
IKAN KONSUMSI
UKURAN BERAT
(KG )
HARGA PER
/KG
( Rp )
KARPER
30.000
TAWES
22.000
NILA
22.000
GURAMI
25.000
LELE JUMBO
18.000
BAWAL
18.000
GRASS CARP
25.000
16
UKURAN BERAT
(KG )
HARGA PER
/KG
( Rp )
KARPER
50.000
BAWAL
40.000
GURAMI
75.000
KOI
35.000
LELE LOKAL
35.000
LELE SANGKURIANG
50.000
GRASS CARP
50.000
NILA
45.000
UKURAN (CM)
HARGA (RP)
1-3
100
3-5
250
5-8
800
8-12
1500
1-3
75
3-5
200
5-8
500
8-12
1000
1-3
75
3-5
200
5-8
500
8-12
1000
1-3
250
3-5
1000
5-8
5000
1-3
100
3-5
250
5-8
600
8-12
1200
1-3
100
3-5
350
5-8
750
8-12
1000
1-3
200
3-5
500
5-8
1500
2.
3.
4.
5.
6.
7.
MAS
NILA
TAWES
GURAMI
LELE
BAWAL
IKAN KOI
KOMODITI
BENTUK/SATUAN KELAS
HARGA
(Rp/Kg)
Padi sawah
Gabah/kilogram
Kedelai
Jagung Kompusit
Biji/kilogram
Biji/kilogram
BD
Rp.8.000
BP
Rp.6.500
BR
Rp.3.500
BD
Rp.10.000
BP
Rp.7.500
BR
Rp.4.000
BD
Rp.9000
BP
Rp.7000
BR
Rp.4000
C. PERKEBUNAN
NO
JENIS
PENERIMAN/ SATUAN
KEGIATAN
/KELASIFIKASI
Kelapa Dalam
TARIF (Rp)
Tinggi < 50 cm
Rp.6.000
2-3 daun/50 cm
Rp.7.000
Biji
Rp.1500
Kopi Robusta
-
Bibit
Bibit
polybag/batang
dalam Rp.5.600/pohon
Kilogram
Rp.20.200
Kopi Arabika
-
60 cm
Rp.5.600
60 cm
Rp.4.700
Kilogram
Rp.19.600
D. PETERNAKAN
NO
Komoditi
Sapi Berahman
Ukuran
Tarif/Volume
(Rp/Ekor)
Harga
Betina
152 cm
Rp.10.000.000/Ekor
Jantan
154 cm
Rp.11.000.000/Ekor
Betina
110 cm
Rp.6.000.000/Ekor
Jantan
117 cm
Rp.7.000.000/Ekor
Kambing lokal
-
Betina
50 cm
Rp.700.000/Ekor
Jantan
55 cm
Rp.800.000/Ekor
Peranakan Kambing
Etawa Lokal
18
Pasar
Betina
60 cm
Rp. 1.500.000
Jantan
70 cm
Rp. 2.300.000
BAB XIII
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 57
Retribusi daerah dipungut diwilayah Kabupaten Lombok Tengah.
BAB XIV
MASA RETRIBUSI, SAAT RETRIBUSI TERUTANG
DAN SURAT PEMBERITAHUAN RETRIBUSI DAERAH
Pasal 58
Masa retribusi adalah jangka pada saat penggunaan/pemakaian
Pasal 59
Saat Retribusi Terutang adalah sejak diterbitkan SKRD.
Pasal 60
(1) Setiap wajib retribusi wajib mengisi SSRD;
(2) SSRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan
lengkap;
(3) SSRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) harus disampaikan kepada
Bupati selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa
retribusi;
(4) Bentuk, isi dan tata cara pengisian SSRD ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB XV
TATA CARA PUNGUTAN DAN PEMBAYARAN RETRIBUSI
Pasal 61
(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan;
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan.
(3) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
berupa karcis, kupon, dan kartu langganan.
Pasal 62
19
BAB XVI
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 63
(1)
Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau
kurang membayar dapat dikenakan sanksi administrasi;
(2)
20
BAB XVII
TATA CARA PENGURANGAN, KERINGANAN
DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 64
(1)
Bupati dapat
pembebasan retribusi;
memberikan
pengurangan,
keringanan
dan
(2)
BAB XVIII
TATA CARA PENAGIHAN RETRIBUSI
Pasal 65
(1) Surat teguran/peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan
pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh
tempo waktu pembayaran;
(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah diterimanya surat teguran/peringatan
dan/atau surat lain yang sejenis, wajib retribusi dapat melunasi retribusi terutang;
(3) Surat teguran yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan
oleh Bupati.
(4) Tata cara penagihan dan penertiban surat teguran/peringatan/surat lain yang
sejenis diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XIX
KEDALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 66
(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi kedaluwarsa setelah
melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi,
kecuali jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana dibidang retribusi.
(2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tertangguh jika:
a. Diterbitkan surat teguran; atau
b. ada pengakuan utang Retribusi dan Wajib Retribusi, baik langsung maupun
tidak langsung.
(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
a, kedaluarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran
tersebut.
21
(4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih
mempunyai utang Retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.
(1) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau
penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.
Pasal 67
(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditangih lagi karena hak utnuk melakukan
penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.
(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi yang sudah
kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan
Peraturan Bupati.
BAB XX
PENYIDIKAN
Pasal 68
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi
wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana
dibidang retribusi daerah sebagimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum
acara Pidana;
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negeri
sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
(3) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan memilih keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah agar keterangan
atau laporan menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi
atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan
dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan
sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;
d. Memeriksa buku, catatan dan dokumen lain yang berkenaan dengan tindak
pidana dibidang retribusi daerah;
e. Melakukan pemeriksaan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan dan dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan
bukti tersebut;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana dibidang retribusi daerah;
22
BAB XXI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 69
(1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan
keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau
denda paling banyak 3 kali jumlah retribusi terhutang.
(2) Tindak pidana sebagimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
BAB XXII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 70
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua ketentuan yang mengatur hal
yang sama masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan
Daerah ini.
BAB XXIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 71
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Peraturan Daerah ini diatur dengan
Peraturan Bupati.
23
Pasal 72
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Tengah.
Ditetapkan di Praya
pada tanggal 3 Oktober 2011
BUPATI LOMBOK TENGAH,
H. MOH. SUHAILI FT
Diundangkan di Praya
pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN LOMBOK TENGAH,
H. LALU SUPARDAN
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2011 NOMOR
24
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH
NOMOR 6 TAHUN 2011
TENTANG
RETRIBUSI JASA USAHA
I.
UMUM.
Bahwa untuk menunjang pelaksanaan Pemerintahan serta pelayanan kepada
masyarakat diperlukan dana yang memadai. Penerimaan Daerah dari
Retribusi Jasa Umum adalah cukup potensial untuk menunjang pelaksanaan
Otonomi Daerah yang dinamis, nyata dan bertanggung jawab, terutama di
Kabupaten Lombok Tengah.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, pada Pasal 126 disebutkan bahwa Retribusi
Jasa Usaha dimaksudkan untuk memanfaatkan kekayaan daerah dengan
menganut prinsip komersial dengan tetap mengedepankan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta pengaturan dan pengawasan atas kegiatan
pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana,
sarana atau fasilitas kekayaan daerah guna melindungi kepentingan umum
dan menjaga kelestarian lingkungan. Sehubungan fungsi strategis dari jenis
Retribusi Jasa Usaha ini, maka pembentukan Peraturan Daerah tentang
Retribusi Jasa Usaha menjadi mutlak adanya.
II.
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 3
Cukup jelas
Pasal 4
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
25
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Pasal 9
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 3
Cukup jelas
Pasal 10
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
26
Ayat 3
Cukup jelas
Ayat 4
Cukup jelas
Pasal 16
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 3
Cukup jelas
Pasal 22
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
27
Pasal 26
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 3
Cukup jelas
Ayat 4
Cukup jelas
Pasal 27
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 3
Cukup jelas
Pasal 28
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 3
Cukup jelas
Ayat 4
Cukup jelas
28
Pasal 33
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Pasal 34
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Cukup jelas
Pasal 37
Cukup jelas
Pasal 38
Cukup jelas
Pasal 39
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 3
Cukup jelas
Pasal 40
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Pasal 41
Cukup jelas
Pasal 42
Cukup jelas
Pasal 43
Cukup jelas
29
Pasal 44
Cukup jelas
Pasal 45
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 3
Cukup jelas
Pasal 46
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Pasal 47
Cukup jelas
Pasal 48
Cukup jelas
Pasal 49
Cukup jelas
Pasal 50
Cukup jelas
Pasal 51
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 3
Cukup jelas
Pasal 52
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Pasal 53
Cukup jelas
Pasal 54
Cukup jelas
30
Pasal 55
Cukup jelas
Pasal 56
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Pasal 57
Cukup jelas
Pasal 58
Cukup jelas
Pasal 59
Cukup jelas
Pasal 60
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 3
Cukup jelas
Ayat 4
Cukup jelas
Pasal 61
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Pasal 62
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 3
Cukup jelas
Ayat 4
Cukup jelas
31
Pasal 63
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Pasal 64
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Pasal 65
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 3
Cukup jelas
Ayat 4
Cukup jelas
Pasal 66
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 3
Cukup jelas
Ayat 4
Cukup jelas
Pasal 67
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 3
Cukup jelas
32
Pasal 68
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 3
Cukup jelas
Pasal 69
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Pasal 70
Cukup jelas
Pasal 71
Cukup jelas
Pasal 72
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2011 NOMOR
6
33
LAMPIRAN
6 Tahun 2011
Tentang
Rp. 250.000,-/hari
2. Gedung Koni..
Rp. 250.000,-/hari
3. Gedung PKK...
Rp. 250.000,-/hari
4.
Rp. 150.000,-/hari
Gedung Puspenmas.
5. Hotel Cantrika :
a. Ruang Rapat...
b.
Ruang Penginapan..
Rp100.000,-/hari
Rp. 50.000,-/hari
Rp. 50.000,-/hari
Ruang Penginapan
Rp. 10.000.-/hari
b.
7. Gedung Dikluspora :
a. Ruang Rapat...
Rp. 50.000,-/hari
b. Ruang Penginapan
Rp, 10.000,-/hari
C. RUMAH :
34
NO
JENIS ALAT
TARIF (SEWA/HARI)
(Rp)
3
Wheel Loader
175.000
Conerete Mixer
20.000
50.000
Dump Truck
75.000
Fan Mixer
40.000
20.000
450.000
200.000
200.000
10
175.000
11
Motor Grader
12
Stone Crusher
1.200.000
80.000
E. PEMERIKSAAN LABORATORIUM :
a. Pemeriksaan daging untk tiap ekor............................. Rp. 2.200,F. ALAT-ALAT LABORATORIUM :
NO
JENIS ALAT
TARIF
RETRIBUSI (Rp)
3
I.
Kadar Air
4.500
Berat Jenis
6.000
Atterberg
7.500
Analisa Saringan
5.500
Pemadatan Standart
25.500
35
KET.
Pemadatan Modified
34.000
CBR Laboratorium
35.000
Hidrometer
6.000
Shrinkage Limit
5.500
10
13.500
11
Konsolidasi
23.000
12
Berat Isi
13
14.000
14
10.500
15
10.500
16
Drixial ( U.U )
12.000
17
Drixial ( C.u )
100.000
II.
MEKANIKA BATUAN
2.500
5.500
13.500
12.500
17.500
15.500
15.500
4.500
1.500
10
2.000
11
10.000
12
Pelapukan
15.000
13
14
500
15
500
16
III.
20.000
10.000
SPT
10.000
30.000
4.000
6.500
13.000
36
10
11
12
13
35.000
14
35.000
IV.
HIDROKIMIA
36.000
95.000
36.500
19.500
V.
GEOHIDROLOGI
17.500
5.500
VI.
38.000
5.500
125.000
80.000
7.500
10.000
125.000
7.500
330.000
45.000
30.000
26.500
2.500
1.500
VII.
20.000
DINAMIKA TANAH
37.500
Resonaut colomu
26.000
VIII.
ASHPAL KERAS
Penetrasi
Titik lembek
10.000
7.500
37
Daktilitas
8.500
5.500
Kehilangan berat
10.000
10.250
Titik nyala
7.500
Berat jenis
5.500
IX.
ASPAL CAIR
Viskositas
10.500
Penyulingan
13.500
Penetrasi
10.000
Dektilitas
8.500
5.500
Berat jenis
5.500
Titik nyala
4.500
Pelekatan
8.500
Kadar air
7.000
X.
ASHPAL BUTON
Ekstrasi ( P.A )
20.000
12.500
XI.
ASHPAL EMULSI
VIkositas
10.500
Pengendapan / kestabilan
7.500
8.500
6.500
Campuran semen
6.500
Analisa saringan
6.500
Penyulingan
13.500
Penetrasi
10.000
Dektilitas
7.500
10
5.500
11
Klasifikasi
8.500
12
Muatan listrik
6.500
XII.
PENGAMBILAN
KERAS
CONTOH
38
ASHPAL
Dari tangki
23.500
Dari drum
25.500
Dari jalan
28.000
Ashpal cair
22.500
Ashpal buton
22.500
XIII.
AIR
PH Air
3.500
Tersuspensi
3.500
3.500
Bahan padat
XIV.
500
3.500
SEMEN
Konsistensi semen
5.500
10.000
Kehalusan semen
14.500
Kadar air
2.500
Ketetapan bentuk/buah
4.500
Bobot
3.000
XV.
5.500
10.500
AGREGAT
Abrasi
11.500
Gradasi
10.000
Berat jenis
10.000
Berat isi
5.000
Kadar Lumpur
5.000
Soundess
Organik
Mix design
85.000
25.500
XVI.
34.000
5.000
4.500
39
Kuat tarik
4.500
Kuat lentur
4.500
1.000
Gorong-gorong
18.500
Bantalan karet
23.000
XVII.
BESI
Kuat tarik
6.500
Kuat tekan
6.500
XVIII.
1
XIX.
PENGECORAN BETON
Pertitik
25.000
Kadar air
4.500
Berat jenis
6.000
Atterberg limit
7.500
Analisa saringan
5.500
Pemadatan Standart
25.500
Pemadatan Modified
34.000
CBR Standart
28.500
CBR Modified
30.000
XX.
AGREGAT
10.500
10.500
12.000
Berat isi
5.500
8.000
Impec test
33.500
26.500
10
Sand equivalent
XXI.
1
11.500
7.500
7.500
CAMPURAN ASHPAL
Kadar air campuran
11.500
40
Extrasi campuran
11.500
5.500
XXII.
UBIN SEMEN
Kadar air
2.500
Penyerapan
2.500
Berat isi
2.500
Kerat lentur
5.500
Keausan lentur
2.250
Ukuran
2.250
XXIII.
Bahan air
2.250
Penyerapan
2.500
Bobot isi
2.500
8.500
XXIV.
JENDELA PVC
2.000
2.000
2.000
2.000
Kemudahan gerak
2.000
Beban lentur
2.500
2.500
XXV.
1
XXVI.
1.
XXVII.
ALUMINIUM
Ketebalan anonizing luminium
2.000
PIPA PVC
kadar PVC sebagai vini klorida
2.500
CHLORIDA
Kasar Platisizer
2.000
1.500
1.500
Ketetapan ukuran
2.500
41
Hidrostatis
Impact
Penyerapan air
2.000
Perubahan ukuran
2.000
Titik pelunakan
1.000
10
Kerapatan air
XXVIII.
1.000
500
500
GENTENG KERAMIK
Ukuran berat
1.000
2.500
Beban lentur
8.500
Penyerapan air
1.000
Berat jenis
2.500
XXIX.
BATA MERAH
Ukuran berat
2.500
Kadar garam
1.500
XXX.
KAYU
Kadar air
2.500
2.500
Kekerasan
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
Penetrasi
33.000
2.500
XXXI.
PIPA KERAMIK
1.000
2.500
Hydrostatis / buah
1.000
XXXII.
PIPA BETON
2.500
Hydrostatis / buah
1.000
42
Kuat tekan
XXXIII.
TEST API
1.000
3.000
6.500
2.500
Sifat hantar
2.500
1.000
XXXIV.
ANALISA KIMIA
3.000
Si 02
3.000
FE2 03
3.000
H12 03
3.000
Ca 0
3.000
Hg 0
3.000
C04
3.000
Hilang pijar
3.000
XXXV.
KAPUR
Kadar air
2.500
Kehalusan
2.500
Ketetapan bentuk
3.500
Keteguhan aduk
9.500
Bobot isi
2.500
XXXVI.
Kadar air
2.500
Kehalusan
3.500
Pengikatan
4.000
Keteguhan aduk
9.500
Bobot isi
2.500
G. LAIN - LAIN
43
NO
JENIS ALAT
TARIF
KET.
RETRIBUSI (Rp)
1
50.000
Terop/unit/hari
15.000
Kursi lipat
250
H. MOH. SUHAILI FT
44