Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kementerian Kesehatan telah menerbitkan surat keputusan Menteri Kesehatan
Permenkes

Nomor

15

Tahun

2013

tentang

Tata

Cara Penyediaan Fasilitas

Khusus Menyusui dan/atau Memerah Air Susu Ibu. Keberhasilan atas terwujudnya
Permenkes No. 15 ini diperlukan peran tenaga kesehatan salah satunya perawat. Perawat
dapat membantu dengan cara menjadi konselor, edukator, fasilitator agar cakupan ASI
eksklusif pada bayi terpenuhi, mengingat tahun 2012 di Indonesia pemberian ASI
eksklusif pada bayi 0-6 bulan menunjukkan penurunan dari 63,4 % menjadi 54,3% pada
tahun 2013. Masih rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi beberapa
hal, terutama masih terbatasnya tenaga konselor menyusui di fasilita pelayanan kesehatan,
belum maksimalnya kegiatan edukasi, advokasi kampanye terkait pemberian ASI maupun
MP-ASI, ketersediaan sarana dan prasarana KIE ASI dan MP-ASI.
Faktor lain yang mempengaruhi penurunan pemberian ASI adalah menurunnya
keyakinan bahwa Saya harus menyusui bayi saya, karena menyusui adalah realisasi dari
tugas yang wajar dan mulia dari seseorang ibu. Penurunan keyakinan tersebut terjadi
khususnya di kota-kota besar .Penurunan pemberian dan pemberian ASI terjadi karena
adanya kecenderungan dari masyarakat untuk meniru sesuatu yang dianggapnya modern
yang datang dari negara maju.
Direktur Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI
dr Mochtaruddin Mansyur SpOK mengatakan, untuk meningkatkan angka cakupan Air
Susu Ibu (ASI) eksklusif di Indonesia yang masih di bawah 50 persen, tak cukup hanya
dengan pemahaman tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif melainkan harus ada
dukungan dari pengurus tempat kerja dan penyelenggara tempat sarana umum untuk
melaksanakan program tersebut. Caranya dengan menyediakan fasilitas khusus untuk
menyusui atau memerah ASI dan menyimpannya. Sebab, mayoritas ibu yang menyusui
adalah usia pekerja. Dalam rangka menyediakan fasilitas berupa tempat untuk
meningkatkan angka cakupan ASI eksklusif harus melibatkan setiap komponen
1

masyarakat, mulai dari keluarga, tenaga kesehatan, tokoh kesehatan, tokoh agama, sampai
pemerintah.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Membantu mewujudkan terselenggaranya Permenkes No. 15 tahun 2013
dengan cara mengoptimalkan peran perawat dalam penyediaan fasilitas menyusui
agar cakupan ASI ekslusif bayi terpenuhi.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui permenkes No. 15 Tahun 2013 khususnya pasal yang membahas
mengenai peran perawat dalam penyediaan fasilitas menyusui.
b. Mengetahui peran perawat sebagai konselor, educator dan motivator pada

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1 Manfaat Untuk Mahasiswa
a. Mahasiswa keperawatan mengetahui tatacara penyediaan fasilitas ruang ibu
menyusui di tempat-tempat umum.
b. Mahasiswa keperawatan mengetahui berbagai peran dalam tata cara penyediaan
fasilitas ruang ibu menyusui di tempat-tempat umum.
1.3.2 Manfaat Untuk Para Ibu Menyusui
a. Memberikan informasi kepada para ibu menyusui tentang adanya perlindungan
kepada ibu dalam memberikan ASI Ekslusif dan memenuhi hak anak untuk
mendapatkan ASI Eksklusif
b. Ibu menyusui akan mendapatkan dukungan dari keluarga, masyarakat,
Pemerintah Daerah dan Pemerintah terhadap pemberian ASI

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Peran Perawat


Menjalankan praktik keperawatan harus senantiasa meningkatkan mutu
pelayanan profesinya,dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya. Dalam melaksanakan
praktik keperawatan, perawat juga dituntut melakukan peran dan fungsi sebagaimana
yang diharapkan oleh profesi dan masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan
keperawatan.
Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran perawat dipengaruhi
oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar profesi keperawatan dan bersifat
konstan. Doheny (1982) mengidentifikasikan beberapa elemen peran perawat
professional, meliputi:
2.1.1 Care Giver
Sebaga pelaku atau pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan
pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien,
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi: melakukan
pengkajian dalam upaya mengumpulkan data dan informasi yang benar,
menegakkan diagnosis keperawatan berdasarkan hasil analisis data, merencanakan
intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul dan
membuat langkah/cara pemecahan masalah, melaksanakan tindakan keperawatan
sesuai dengan rencana yang ada dan melakukan evaluasi berdasarkan respons klien
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukannya.
Dalam memberikan pelayanan/asuhan keperawatan, perawat memperhatikan
individu sebaga mahluk holistik dan unik. Peran utamanya adalah memberikan
asuhan keperawatan kepada klien yang meliputi intervensi/tindakan keperawatan,
observasi, pendidikan kesehatan dan menjalankan tindakan medis sesuai dengan
pendelegasian yang diberikan.
2.1.2 Client advocate
Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien
dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela
kepentingan klien dan membantu klien memahami semua informasi dan upaya
kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional
3

maupun professional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak


sebagai narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap
upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai
advocate (pembela klien) perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi
keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan.
Selain itu, perawat juga harus dapat mempertahankan dan melindungi hak-hak
klien, hak-hak klien tersebut antara lain:
a. Hak atas informasi; pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib
dan peraturan yang berlaku di rumah sakit/sarana pelayanan kesehatan tempat
klien menjalani perawatan.
b. Hak mendapat informasi yang meliputi hal-hal berikut.
a) Penyakit yang dideritanya
b) Tindakan medic apa yang hendak dilakukan
c) Kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk
d)
e)
f)
g)

mengatasinya
Alternative terapi lain beserta resikonya
Prognosis penyakitnya
Perkiraan biaya pengobatan/rincian biaya atas penyakit yang dideritanya
Hak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur

2.1.3 Konselor
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien
terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya pola interaksi ini merupakan dasar dalam
merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya. Memberikan
konseling/bimbingan kepada klien, keluarga dan masyarakat tentang masalah
kesehatan sesuai prioritas. Konseling diberikan kepada individu/keluarga dalam
mengintegrasikan

pengalaman

kesehatan

dengan

pengalaman

yang

lalu,

pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah perilaku


hidup ke arah perilaku hidup sehat.

2.1.4 Edukator
Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien meningkatkan kesehatannya
melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan
medic yang diterima sehingga klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab
terhadap hal-hal yang diketahuinya. Sebagai pendidik, perawat juga dapat
memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok keluarga yang beresiko
tinggi, kader kesehatan dan lain sebagainya.
4

2.1.5 Collaborator
Perawat bekerjasama dengan tim kesehatan lain dan keluarga dalam
menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawatan guna memenuhi
kebutuhan kesehatan klien.
2.1.6 Coordinator
Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang ada, baik
materi maupun kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga tidak ada
intervensi yang terlewatkan maupun tumpang tindih.
Dalam menjalankan peran sebagai koordinator perawat dapat melakukan hal-hal
berikut :
a.
b.
c.
d.

Mengoordinasi seluruh pelayanan keperawatan


Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas
Mengembangkan sistem pelayanan keperawatan
Memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan pelayanan
keperawatan pada sarana kesehatan.

2.1.7 Change Agent


Sebagai pembaru, perawat mengadakan inovasi dalam cara berpikir, bersikap,
bertingkah laku dan meningkatkan keterampilan klien/keluarga agar menjadi sehat.
Elemen ini mencakup perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dalam
berhubungan dengan klien dan cara memberikan perawatan kepada klien.
2.1.8 Consultant
Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan klien terhadap
informasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan. Dengan peran ini dapat
dikatakan, perawat adalah sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi
spesifik klien.
2.2 Tinjauan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2013
Tentang Peran Perawat dalam Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui

Pasal 3

(1) Pengurus Tempat Kerja dan Penyelenggara Tempat Sarana Umum harus
mendukung program ASI eksklusif.
(2) Dukungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:
a. penyediaan fasilitas khusus untuk menyusui dan/atau memerah ASI;
b. pemberian kesempatan kepada ibu yang bekerja untuk memberikan ASI
Eksklusif kepada bayi atau memerah ASI selama waktu kerja di Tempat Kerja;
c. Pembuatan peraturan internal yang mendukung keberhasilan program
pemberian ASI Eksklusif; dan
d. penyediaan Tenaga Terlatih Pemberian ASI.
Pasal 11
(2) Peralatan menyimpan ASI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain
meliputi:
a.
b.
c.
d.

lemari pendingin (refrigerator) untuk menyimpan ASI;


gel pendingin (ice pack);
tas untuk membawa ASI perahan (cooler bag); dan
sterilizer botol ASI.

(3) Peralatan pendukung lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain
meliputi:
a. meja tulis;
b. kursi dengan sandaran untuk ibu memerah ASI;
c. konseling menyusui kit yang terdiri dari model payudara, boneka, cangkir
minum ASI, spuit 5cc, spuit 10 cc, dan spuit 20 cc;
d. Media KIE tentang ASI dan inisiasi menyusui dini yang terdiri dari poster,
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.

foto, leaflet, booklet, dan buku konseling menyusui);


lemari penyimpan alat;
dispenser dingin dan panas;
alat cuci botol;
tempat sampah dan penutup;
penyejuk ruangan (AC/Kipas angin);
nursing apron/kain pembatas/ pakai krey untuk memerah ASI;
waslap untuk kompres payudara;
tisu/lap tangan; dan
bantal untuk menopang saat menyusui.

Pasal 13
6

(1) Setiap Pengurus Tempat Kerja dan Penyelenggara Tempat Sarana Umum dapat
menyediakan Tenaga Terlatih Pemberian ASI untuk memberikan konseling
menyusui kepada pekerja/buruh di Ruang ASI.
(2) Tenaga Terlatih Pemberian ASI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus telah
mengikuti pelatihan konseling menyusui yang diselenggarakan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan masyarakat.
(3) Pelatihan konseling menyusui sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus telah
tersertifikasi mengenai modul maupun tenaga pengajarnya.
Pasal 14
Dalam memberikan konseling menyusui sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13,
Tenaga Terlatih Pemberian ASI juga menyampaikan manfaat pemberian ASI Eksklusif
antara lain berupa:
a.
b.
c.
d.
e.

peningkatan kesehatan ibu dan anak;


peningkatan produktivitas kerja;
peningkatan rasa percaya diri ibu;
keuntungan ekonomis dan higienis; dan
penundaan kehamilan.

Pasal 15
(1) Setiap Ruangan ASI harus memiliki penanggung jawab yang dapat merangkap
sebagai konselor menyusui.
(2) Penanngung jawab Ruang ASI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditunjuk oleh
Pengurus Tempat Kerja dan Penyelenggara Tempat Saran Umum
Pasal 16
(1) Tenaga Terlatih Pemberian ASI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 harus
memahami pengelolaan pemberian ASI dan mampu memotivasi pekerja agar
tetap memberikan ASI kepada anaknya walaupun bekerja.
(2) Dalam hal Ruang ASI belum memiliki konselor menyusui, Pengurus Tempat
Kerja dan Penyelenggara Tempat Sarana Umum dapat bekerja sama dengan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau berkoordinasi dengan dinas kesehatan
provinsi/kabupaten/kota untuk memberikan pelatihan konseling menyusui.
Pasal 17

(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk
meningkatkan peran dan dukungan pengurus tempat kerja dan penyelenggara
sarana umum untuk keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif.
(4) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
melalui:
a. advokasi, sosialisasi, dan bimbingan teknis peningkatan pemberian ASI
Eksklusif; dan
b. monitoring dan evaluasi.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1

Peran Perawat Kaitannya dengan Permenkes No.15 Tahun 2013

3.1.1 Peran Perawat Sebagai Advokator


Sebagai advokat sebagaimana dalam Pasal 17 Ayat 4, perawat harus
mengetahui tempat kerja baik pabrik, perkantoran, terminal, stasiun , bandara,
rumah sakit yang ada di sekitar wilayah dimana ia bekerja. Perawat
mengadvokasi para pengurus dari tempat-tempat kerja tersebut agar bisa
merealisasikan Permenkes No. 15 Tahun 2013 untuk menyediakan fasilitas ruang
menyusui. Karena di tempat kerja tersebut terdapat wanita yang bekerja yang
berperan juga sebagai seorang ibu khusunya ibu menyusui. Sedangkan di fasilitas
umum seperti stasiun, terminal dan bandara, adanya ruangan menyusui bukan
hanya bermanfaat untuk pekerja wanita saja tetapi bisa digunakan juga untuk para
pengunjung fasilitas umum tersebut untuk menggunakan ruangan menyusui.
Jadi perawat harus bisa mempengaruhi dan meyakinkan bahwa ASI ekslusif
penting untuk diberikan sekalipun ibu sedang beraktivitas di luar rumah.
Sebagaimana tercantum pada Pasal 17 ayat 4:
Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
melalui:
a. advokasi, sosialisasi, dan bimbingan teknis peningkatan pemberian ASI
Eksklusif; dan
8

b. monitoring dan evaluasi


3.1.2 Peran Perawat Sebagai Konselor
Peran perawat sebagai konselor yaitu melayani individu yang lebih ingin
mengetahui tentang permasalahan ASI. Misalnya di ruang ASI tersebut
dicantumkan nomor kontak perawat sehingga memudahkan individu yang ingin
mencari pengetahuan lebih mengenai ASI karena perawat tidak mungkin terus
berdiam di ruang menyusui. Sehingga perawat masih bisa memberikan bimbingan
kepada individu yang membutuhkan informasi lebih.

3.1.3 Peran Perawat Sebagai Edukator


Dalam pasal 11 ayat 2 dan 3 dan pasal 14, peran perawat sebagai educator
adalah menyampaikan pendidikan mengenai manfaat ASI ekslusif berupa
peningkatan kesehatan ibu dan anak, peningkatan produktivitas kerja, peningkatan
rasa percaya diri ibu, keuntungan ekonomis dan higieni dan penundaan kehamilan.
Selain itu disajikan juga cara memerah ASI, cara menyusui bayi, dan cara
mempertahankan kelancaran produksi ASI.

Media untuk memberikan edukasi

tersebut adalah dengan menyediakan media KIE tentang ASI dan inisiasi menyusui
dini yang terdiri dari poster, foto, leaflet, booklet, tv dan buku konseling menyusui.
Media tersebut disediakan di ruangan menyusui agar para pengunjung lebih bisa
dengan mudah membaca dan memahami mengenai pemberian ASI.
3.1.4 Peran Perawat sebagai Kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dalam hal ini adalah bisa menyamakan
persepsi dengan profesi lain yaitu dokter, bidan, ahli gizi, farmasi mengenai isi dari
media KIE tentang ASI. Sehingga isi dari media tersebut berkualitas sesuai dengan
disiplin ilmu profesi lain.

3.1.5

Peran Perawat sebagai Koordinator


Sebagai coordinator dalam penyediaan fasilitas ruang menyusui, perawat
berkoordinasi atau bekerjasama dengan pengurus tempat kerja atau fasilitas
umum dalam menyelenggarakan ruangan menyusui. Seperti berkoordinasi
dengan pengurus tempat kerja atau fasilitas umum pada penyedian fasilitas sarana
prasarana yang harus ada seperti penyediaan lemari pendingin (refrigerator)
untuk menyimpan ASI;

gel pendingin (ice pack); tas untuk membawa ASI

perahan (cooler bag); dan sterilizer botol ASI.


Perawat pun dapat bekerjasama dengan dinas kesehatan setempat
untuk pengadaan tenaga terlatih di ruang menyusui tersebut. Tenaga
terlatih yang dimaksud sebagaimana dalam pasal 16 ayat 1 adalah
siapapun baik petugas kesehatan maupun non kesehatan. Tenaga
terlatih dari non kesehatan bisa masyarakat yang tergabung dalam
AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia). Anggota AIMI tersebut jika ada
yang sudah mahir mengenai seluk beluk menyusui ASI, bisa juga
dijadikan sebagai petugas di ruang menyusui untuk dijadikan konselor.

3.2 Masalah yang Sering Ditemukan dalam Penyediaan Fasilitas Umum Menyusui
Setelah melakukan kunjungan ke salah satu fasilitas umum menyusui, tepatnya di
Trans Studio Mall Lantai 1 ternyata masih ada kriteria fasilitas yang belum terpenuhi
seperti halnya dalam Permenkes No.15 Tahun 2013, antara lain:
a. Penanggung jawab ruangan itu bukanlah seorang tenaga terlatih,melainkan kepala
cleaning service toilet lantai 1
b. Tidak ada peralatan menyimpan ASI seperti lemari pendingin,gel pendingin,tas
untuk membawa ASI perahan dan sterilizer botol ASI
c. Peralatan pendukung lainnya pun tidak lengkap hanya ada dua sofa kecil, wastafel,
pendingin ruangan dan tempat sampah.
d. Tidak ada media KIE tentang ASI dan inisiasi menyusui dini yang terdiri dari
poster, foto, leaflet, booklet dan buku konseling menyusui

10

3.3 Alternatif Penyelesaian Masalah


Dalam setiap permasalahan tentunya ada alternatif penyelesaian, sehingga masalah
tersebut dapat terpecahkan. Alternatif penyelesaian yang bisa dimunculkan antara lain:
1. Mensosialisasikan Permenkes No.15 tahun 2013 kepada para pemegang kebijakan
dan masyarakat umum
2. Mengoptimalkan promosi kesehatan melalui metode dan media
3. Mengadvokasi pemegang kebijakan tertinggi dalam bidang kesehatan, terhadap
pentingnya penyediaan fasilitas ASI di tempat umum; contohnya kantor, mall,
bandara, stasiun, terminal dan lain-lain

11

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Peran perawat dalam menjalankan Permenkes No. 15 Tahun 2013 yaitu sebagai
konselor yaitu penyuluh yang memberikan informasi melalui poster, foto, leaflet
menyusui, menjelaskan konsep serta mendemonstrasikan mengenai menyusui kepada
pekerja atau buruh di Ruang ASI, menjelaskan pentingnya ASI bagi bayi dan memotivasi
Ibu agar selalu memberikan ASI secara ekslusif. Bisa menjadi seorang edukator atau
pendidik yang memberikan pendidikan kesehatan ibu menyusui melalui media tersebut.
4.2 Saran
Sebaiknya perawat mampu menjadi konselor, educator , kolaborator dan
coordinator bagi terselenggaranya ruang fasilitas menyusui di tempat kerja maupun di
sarana umum agar pemberian ASI eksklusif dapat tetap diberikan oleh ibunya meskipun
ibu sedang beraktifitas di luar rumah.

DAFTAR PUSTAKA

12

Kusmanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Asmadi.2008. Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Better

Work

Indonesia.2013.

Law

and

Regulation

on

Breasting.

[Online]

Tersedia:http://betterwork.org/Indonesia/Law dan Regulation on Breasting.


NN. 2013. Pentingnya Menyusui. [Online] Tersedia: http://www.gizikia.depkes.go.id/10170/

13

Anda mungkin juga menyukai