PENDAHULUAN
Nomor
15
Tahun
2013
tentang
Tata
Khusus Menyusui dan/atau Memerah Air Susu Ibu. Keberhasilan atas terwujudnya
Permenkes No. 15 ini diperlukan peran tenaga kesehatan salah satunya perawat. Perawat
dapat membantu dengan cara menjadi konselor, edukator, fasilitator agar cakupan ASI
eksklusif pada bayi terpenuhi, mengingat tahun 2012 di Indonesia pemberian ASI
eksklusif pada bayi 0-6 bulan menunjukkan penurunan dari 63,4 % menjadi 54,3% pada
tahun 2013. Masih rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi beberapa
hal, terutama masih terbatasnya tenaga konselor menyusui di fasilita pelayanan kesehatan,
belum maksimalnya kegiatan edukasi, advokasi kampanye terkait pemberian ASI maupun
MP-ASI, ketersediaan sarana dan prasarana KIE ASI dan MP-ASI.
Faktor lain yang mempengaruhi penurunan pemberian ASI adalah menurunnya
keyakinan bahwa Saya harus menyusui bayi saya, karena menyusui adalah realisasi dari
tugas yang wajar dan mulia dari seseorang ibu. Penurunan keyakinan tersebut terjadi
khususnya di kota-kota besar .Penurunan pemberian dan pemberian ASI terjadi karena
adanya kecenderungan dari masyarakat untuk meniru sesuatu yang dianggapnya modern
yang datang dari negara maju.
Direktur Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI
dr Mochtaruddin Mansyur SpOK mengatakan, untuk meningkatkan angka cakupan Air
Susu Ibu (ASI) eksklusif di Indonesia yang masih di bawah 50 persen, tak cukup hanya
dengan pemahaman tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif melainkan harus ada
dukungan dari pengurus tempat kerja dan penyelenggara tempat sarana umum untuk
melaksanakan program tersebut. Caranya dengan menyediakan fasilitas khusus untuk
menyusui atau memerah ASI dan menyimpannya. Sebab, mayoritas ibu yang menyusui
adalah usia pekerja. Dalam rangka menyediakan fasilitas berupa tempat untuk
meningkatkan angka cakupan ASI eksklusif harus melibatkan setiap komponen
1
masyarakat, mulai dari keluarga, tenaga kesehatan, tokoh kesehatan, tokoh agama, sampai
pemerintah.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Membantu mewujudkan terselenggaranya Permenkes No. 15 tahun 2013
dengan cara mengoptimalkan peran perawat dalam penyediaan fasilitas menyusui
agar cakupan ASI ekslusif bayi terpenuhi.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui permenkes No. 15 Tahun 2013 khususnya pasal yang membahas
mengenai peran perawat dalam penyediaan fasilitas menyusui.
b. Mengetahui peran perawat sebagai konselor, educator dan motivator pada
BAB II
TINJAUAN TEORI
mengatasinya
Alternative terapi lain beserta resikonya
Prognosis penyakitnya
Perkiraan biaya pengobatan/rincian biaya atas penyakit yang dideritanya
Hak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur
2.1.3 Konselor
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien
terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya pola interaksi ini merupakan dasar dalam
merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya. Memberikan
konseling/bimbingan kepada klien, keluarga dan masyarakat tentang masalah
kesehatan sesuai prioritas. Konseling diberikan kepada individu/keluarga dalam
mengintegrasikan
pengalaman
kesehatan
dengan
pengalaman
yang
lalu,
2.1.4 Edukator
Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien meningkatkan kesehatannya
melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan
medic yang diterima sehingga klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab
terhadap hal-hal yang diketahuinya. Sebagai pendidik, perawat juga dapat
memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok keluarga yang beresiko
tinggi, kader kesehatan dan lain sebagainya.
4
2.1.5 Collaborator
Perawat bekerjasama dengan tim kesehatan lain dan keluarga dalam
menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawatan guna memenuhi
kebutuhan kesehatan klien.
2.1.6 Coordinator
Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang ada, baik
materi maupun kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga tidak ada
intervensi yang terlewatkan maupun tumpang tindih.
Dalam menjalankan peran sebagai koordinator perawat dapat melakukan hal-hal
berikut :
a.
b.
c.
d.
Pasal 3
(1) Pengurus Tempat Kerja dan Penyelenggara Tempat Sarana Umum harus
mendukung program ASI eksklusif.
(2) Dukungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:
a. penyediaan fasilitas khusus untuk menyusui dan/atau memerah ASI;
b. pemberian kesempatan kepada ibu yang bekerja untuk memberikan ASI
Eksklusif kepada bayi atau memerah ASI selama waktu kerja di Tempat Kerja;
c. Pembuatan peraturan internal yang mendukung keberhasilan program
pemberian ASI Eksklusif; dan
d. penyediaan Tenaga Terlatih Pemberian ASI.
Pasal 11
(2) Peralatan menyimpan ASI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain
meliputi:
a.
b.
c.
d.
(3) Peralatan pendukung lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain
meliputi:
a. meja tulis;
b. kursi dengan sandaran untuk ibu memerah ASI;
c. konseling menyusui kit yang terdiri dari model payudara, boneka, cangkir
minum ASI, spuit 5cc, spuit 10 cc, dan spuit 20 cc;
d. Media KIE tentang ASI dan inisiasi menyusui dini yang terdiri dari poster,
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
Pasal 13
6
(1) Setiap Pengurus Tempat Kerja dan Penyelenggara Tempat Sarana Umum dapat
menyediakan Tenaga Terlatih Pemberian ASI untuk memberikan konseling
menyusui kepada pekerja/buruh di Ruang ASI.
(2) Tenaga Terlatih Pemberian ASI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus telah
mengikuti pelatihan konseling menyusui yang diselenggarakan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan masyarakat.
(3) Pelatihan konseling menyusui sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus telah
tersertifikasi mengenai modul maupun tenaga pengajarnya.
Pasal 14
Dalam memberikan konseling menyusui sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13,
Tenaga Terlatih Pemberian ASI juga menyampaikan manfaat pemberian ASI Eksklusif
antara lain berupa:
a.
b.
c.
d.
e.
Pasal 15
(1) Setiap Ruangan ASI harus memiliki penanggung jawab yang dapat merangkap
sebagai konselor menyusui.
(2) Penanngung jawab Ruang ASI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditunjuk oleh
Pengurus Tempat Kerja dan Penyelenggara Tempat Saran Umum
Pasal 16
(1) Tenaga Terlatih Pemberian ASI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 harus
memahami pengelolaan pemberian ASI dan mampu memotivasi pekerja agar
tetap memberikan ASI kepada anaknya walaupun bekerja.
(2) Dalam hal Ruang ASI belum memiliki konselor menyusui, Pengurus Tempat
Kerja dan Penyelenggara Tempat Sarana Umum dapat bekerja sama dengan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau berkoordinasi dengan dinas kesehatan
provinsi/kabupaten/kota untuk memberikan pelatihan konseling menyusui.
Pasal 17
(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk
meningkatkan peran dan dukungan pengurus tempat kerja dan penyelenggara
sarana umum untuk keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif.
(4) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
melalui:
a. advokasi, sosialisasi, dan bimbingan teknis peningkatan pemberian ASI
Eksklusif; dan
b. monitoring dan evaluasi.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
tersebut adalah dengan menyediakan media KIE tentang ASI dan inisiasi menyusui
dini yang terdiri dari poster, foto, leaflet, booklet, tv dan buku konseling menyusui.
Media tersebut disediakan di ruangan menyusui agar para pengunjung lebih bisa
dengan mudah membaca dan memahami mengenai pemberian ASI.
3.1.4 Peran Perawat sebagai Kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dalam hal ini adalah bisa menyamakan
persepsi dengan profesi lain yaitu dokter, bidan, ahli gizi, farmasi mengenai isi dari
media KIE tentang ASI. Sehingga isi dari media tersebut berkualitas sesuai dengan
disiplin ilmu profesi lain.
3.1.5
3.2 Masalah yang Sering Ditemukan dalam Penyediaan Fasilitas Umum Menyusui
Setelah melakukan kunjungan ke salah satu fasilitas umum menyusui, tepatnya di
Trans Studio Mall Lantai 1 ternyata masih ada kriteria fasilitas yang belum terpenuhi
seperti halnya dalam Permenkes No.15 Tahun 2013, antara lain:
a. Penanggung jawab ruangan itu bukanlah seorang tenaga terlatih,melainkan kepala
cleaning service toilet lantai 1
b. Tidak ada peralatan menyimpan ASI seperti lemari pendingin,gel pendingin,tas
untuk membawa ASI perahan dan sterilizer botol ASI
c. Peralatan pendukung lainnya pun tidak lengkap hanya ada dua sofa kecil, wastafel,
pendingin ruangan dan tempat sampah.
d. Tidak ada media KIE tentang ASI dan inisiasi menyusui dini yang terdiri dari
poster, foto, leaflet, booklet dan buku konseling menyusui
10
11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Peran perawat dalam menjalankan Permenkes No. 15 Tahun 2013 yaitu sebagai
konselor yaitu penyuluh yang memberikan informasi melalui poster, foto, leaflet
menyusui, menjelaskan konsep serta mendemonstrasikan mengenai menyusui kepada
pekerja atau buruh di Ruang ASI, menjelaskan pentingnya ASI bagi bayi dan memotivasi
Ibu agar selalu memberikan ASI secara ekslusif. Bisa menjadi seorang edukator atau
pendidik yang memberikan pendidikan kesehatan ibu menyusui melalui media tersebut.
4.2 Saran
Sebaiknya perawat mampu menjadi konselor, educator , kolaborator dan
coordinator bagi terselenggaranya ruang fasilitas menyusui di tempat kerja maupun di
sarana umum agar pemberian ASI eksklusif dapat tetap diberikan oleh ibunya meskipun
ibu sedang beraktifitas di luar rumah.
DAFTAR PUSTAKA
12
Kusmanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Asmadi.2008. Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Better
Work
Indonesia.2013.
Law
and
Regulation
on
Breasting.
[Online]
13