ABORTUS KOMPLIT
Kasus
ABORTUS KOMPLIT
Identitas
Nama
Usia
: 33 tahun
Admisi
No. RM
: 04 34 99
ANAMNESIS
Pasien datang sendiri ke PONEK dengan keluhan keluar darah prongkol-prongkol sejak jam
01.30. Nyeri (+),
Riwayat Obstetri : I hamil ini
Riwayat Menstruasi: teratur, 28 hari, lama 4 hari, menarche 12 tahun, HPMT 14-9-2014
Riwayat menikah: 1 x, usia 30 tahun, suami 31 tahun, lama 3,5 tahun
Riwayat KB: tidak pernah
Riwayat ANC: rutin 5x di bidan, belum pernah periksa USG
Riwayat HT (-), DM (-), asma (-), alergi (-)
HPL
: 21-06-2014
UK
: 11+2 minggu
BB
: 42 kg
TB
: 154 cm
Pemeriksaan Fisik
KU
: Baik, CM
VS
Cor pulmo: S1 S2 reguler, vesikuler +/+, wheezing -/-, ronkhi -/Abdomen: Datar, bising usus (+), timpani, nyeri tekan (+) suprapubik
PD/VT: V/U tenang, dinding vagina licin, portio di posterior, serviks keras dan tebal, pembukaan
(-), keluar darah 10 mL, keluar jaringan 10 mL
Extremitas: edema (-)
Pemeriksaan Penunjang
Hb : 11,2 mg/dL
Diagnosis
Abortus komplit, G1P0A0, uk 11+2 minggu
Manajemen
Pemeriksaan USG
Monitor KU
Tinjauan Pustaka
ABORTUS KOMPLIT
Kriteria Diagnosis
Gestational Hipertensi
TD >140/90, muncul setelah 20 minggu, proteinuria (-)
Preeclampsia Ringan
TD >140/90, muncul setelah 20 minggu, proteinuria +1/ >300 mg/24 jam
Preeclampsia Berat
TD >160/110, muncul setelah 20 minggu, proteinuria +2/ >5 g/24 jam, atau disertai keterlibatan organ
lain: trombositopenia, kenaikan liver enzyme, sakit kepala, skotoma, IUGR, oligohidramnion
Faktor Resiko
Nullipara
Usia >40 tahun
Hipertensi kronis
Merokok
Anak pertama dari suami yang baru
Faktor Predisposisi
Kehamilan kembar
Penyakit trofoblast
Hidramnion
Diabetes mellitus
Gangguan vaskular plasenta
Hereditary factor
Riwayat preeclampsia sebelumnya
Obesitas sebelum hamil
Sosioekonomi rendah
Kemenkes, 2013; Ramesh dkk, 2014
Patofisiologi
Kegagalan implantasi sempurna plasenta pada tahap kedua yang terjadi pada trimester 2.
Akibatnya terjadi iskemia plasenta. Hal ini direspon dengan disekresikannya sFlt-1 yang bersifat
antagonis reseptor VEGF. Akibatnya terjadi disfungsi endotel maternal sehingga terjadi proses
inflamasi vasa. Proses lanjut ini menyebabkan terjadinya DIC. Disfungsi endotel menyebabkan
gangguan keseimbangan tromboxane A2 dan prostacyclin. Akibatnya terjadi vasokontriksi yang
mendasari naiknya tekanan darah. Hipertensi berdampak buruk bagi banyak organ. Bagi ginjal,
terjadi kerusakan glomerulus dan tubulus menyebabkan protein loss dan penurunan absorbsi
air. Bagi hepar, terjadi kerusakan yang ditandai peningkatan enzim hati. Bagi otak, terjadi edem
yang berakibat gangguan influk elektrolit sehingga terjadi kejang atau koma.
Pencegahan
Aspirin dapat diberikan sebagai pencegahan preeclampsia pada kelompok resiko
Supplementasi Calcium masih kontroversial dalam kemanfaatannya mencegah preeclampsia.
Direkomendasikan diberikan pada populasi dengan intake yang rendah
Antioxidant berupa vitamin A dan E tidak terbukti mencegah preeclampsia dibanding plasebo
karenanya tidak direkomendasikan diberikan sebagai pencegahan.
Diet tinggi kalori dan kenaikan berat badan berlebihan meningkatkan resiko terjadinya
preeclampsia
Manajemen
Obati hipertensi jika TD >150/100 dengan labetalol atau nifedipin. Beberapa guideline ada yang membolehkan
metildopa ada yang tidak. Metildopa terbukti tidak memiliki dampak pada janin namun efek samping yang
terjadi berupa kenaikan liver enzim dapat mengacaukan diagnosis HELLP syndrome
Terminasi kehamilan pada usia <34 minggu setelah pemberian kortikosteroid pada kasus hipertensi berat
Terminasi kehamilan pada usia 34-36 minggu pada kasus hipertensi ringan tergantung kondisi ibu dan janin
Bayi harus dilahirkan dalam 24-48 jam pada usia kehamilan >37 minggu
Berikan anti kejang MgSO4 pada kasus PEB, 4 gram iv dalam 20 menit dilanjutkan infus 1 g/jam sampai 24 jam
baik sebagai pencegahan maupun terminasi kejang.
Jangan gunakan diazepam atau phenitoin sebagai alternatif MgSO4. WHO memperbolehkan penggunaan
diazepam setelah pengulangan MgSO4 masih terdapat kejang.
Special Interests:
Supplementasi Rutin Magnesium
Kadar Mg serum pada pasien dengan preeclampsia lebih rendah dibanding pada kehamilan
normal (Tavana, 2013)
Kadar Mg serum yang tinggi (15 mg/dL) dapat berakibat terjadinya depresi nafas namun angka
kejadiannya rendah, 1,3 % (Smith dkk, 2013)
Monitoring ketat refleks patella memiliki sensitivitas yang tinggi dalam mencegah intoksikasi Mg
karena refleks menghilang pada kadar serum 8-12 mg/dL (Mousse dkk, 2014)
Diskusi
PREECLAMPSIA BERAT
Pasien didiagnosis sebagai PEB atas dasar proteinuria +2 padahal TD 140/90 mmHg. Menurut
pustaka, seharusnya masuk PER tapi pada kasus ini dimasukkan menjadi PEB atas pertimbangan
kekhawatiran perburukan yang cepat.
Pasien diberikan metildopa yang secara evidence sudah mulai ditinggalkan karena efek samping
abnormal liver enzym yang bisa mengacaukan diagnosis HELLP syndrome
Anti hipertensi seharusnya diberikan hanya jika TD > 150/100 mmHg, pada kasus ini metildopa
diberikan terprogram
Kesimpulan
PREECLAMPSIA BERAT
Pasien mengalami over diagnosis yang berdampak pada over treatment sehingga meningkatkan
resiko efek samping obat
Daftar Pustaka
PREECLAMPSIA BERAT
Cunningham FG dkk. 2005. Williams Obstetrics. 22th ed. New York: Mc Graw Hill
Schoenaker D dkk. 2014. The association between dietary factors and gestational hypertension
and pre-eclampsia: a systematic review and meta-analysis of observational studies. BMC
medicine. 12:157
Smith, JM dkk. 2013. An integrative review of the side effects related to the use of magnesium
sulfate for pre-eclampsia and eclampsia management. BMC Pregnancy and Childbirth.13:34
Tavana Z; Hosseinmirzaei S. 2013. Comparison of Maternal Serum Magnesium Level in Preeclampsia and Normal Pregnant Women. Iran Red Cres Medical Journal. 15(12)