Anda di halaman 1dari 8

Proses Homeostasis terhadap Perubahan Suhu Lingkungan

Tamy S. Kabinani
102013325
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl.Terusan Arjuna no.6, Jakarta Barat
stephanieytammy@yahoo.co.id
Abstract
The human body is very good at maintaining internal stability, though in fact the external environment is
always changing, and even less likely to harm the human body. Stable conditions of the human body are
called homeostasis. Internal environment inside the human body must be in a normal condition, both in
terms of chemical and physiological so the activity and metabolic processes of cells in the body could run
well. Moisture content, nutrients, electrolytes and oxygen, temperature and pressure are the aspects that
must be maintained at normal range. When our body is in an unfavorable external conditions, the body
will take a response to maintain the situation, by providing feedback, both negative feedback and positive
feedback. Feedback would be happen through a rate called reflex arc, starting from stimulus till the final
response. In another words, feedback is a sign that our body is compensating for the external
environment. If the compensation is done successfully, then the body will stay healthy. However, if the
body is unable to compensate, then as a result our body will be sick.
Key word: homeostasis, feedback
Abstrak
Tubuh manusia sangat lihai dalam mempertahankan stabilitas internalnya, meskipun sesungguhnya tubuh
sedang berada di lingkungan eksternal yang selalu berubah-ubah, bahkan cenderung membahayakan
tubuh manusia akibat perubahan tersebut. Kondisi yang stabil dari tubuh manusia ini disebut homeostasis.
Lingkungan internal di dalam tubuh manusia harus berada dalam kondisi normal, baik dalam hal kimiawi
maupun juga fisiologis, agar proses metabolisme dan setiap aktivitas sel-sel di dalam tubuh dapat berjalan
dengan baik. Secara khusus aspek - aspek yang harus dipertahankan dalam rentang normal adalah seperti
kadar uap air, nutrisi, elektrolit dan oksigen, suhu dan juga tekanan. Saat tubuh berada dalam kondisi
eksternal yang tidak mendukung, tubuh melakukan respon untuk mempertahankan keadaannya, yaitu
dengan memberikan umpan balik, baik umpan balik negatif maupun umpan balik positif. Umpan balik
yang dilakukan ini terjadi melalui sebuah rute yang disebut lengkung refleks, dimulai dari stimulus awal
hingga terjadinya respon akhir. Dengan kata lain, umpan balik merupakan suatu bukti bahwa tubuh
melakukan kompensasi terhadap lingkungan eksternal. Apabila kompensasi yang dilakukan itu berhasil,
maka tubuh akan tetap berada dalam keadaan sehat. Namun, jika tubuh tidak mampu berkompensasi,
maka sebagai akibatnya tubuh akan menjadi sakit.
Kata kunci : homeostasis, umpan balik

Pendahuluan
Tubuh manusia diupayakan agar selalu berada dalam kondisi yang normal dan konstan,
meskipun lingkungan luar tubuh selalu menunjukan perubahan yang begitu signifikan, tubuh
dengan mekanismenya sendiri akan menjaga kestabilannya. Semua organ dan sistem yang berada
di dalam tubuh terorganisir untuk menciptakan suatu keadaan yang disebut homeostasis.
Keadaan homeostasis yang dimaksudkan bukan berarti suatu kondisi yang secara mutlak selalu
konstan atau tetap, melainkan suatu keadaan yang relatif konstan atau tidak berubah-ubah
begitu saja seiring dengan terjadinya perubahan pada lingkungan luar tubuh. Homeostasis amat
penting dalam rangka menjaga tubuh agar selalu berada dalam kondisi sehat, dimana seluruh
proses kimiawi maupun fisiologis yang terjadi di dalam sel berjalan dengan semestinya.
Misalnya dalam menghadapi perubahan temperatur eksternal hingga diatas atau dibawah batas
normal, tubuh harus tetap mempertahankan temperatur normalnya, dengan cara melakukan
respon tertentu hingga kembali berada dalam keadaan stabil.

Pembahasan
Fisiologi Sel
Fisiologi adalah ilmu mengenai fungsi dari tubuh yang hidup. Ilmu fisiologi didasarkan pada
fungsi selular dan molecular dan untuk memepelajarinya diperlukan pengetahuan tentang prinsip
dasar kimia dan fisika. Ilmu fisiologi juga mencakup bidang-bidang khusus mengenai fungsi
sistem organ atau bagian tertentu, salah satunya adalah fisiologi sel. Fisiologi sel mempelajari
lebih rinci mengenai fungsi sel secara individual, sebagai unit paling kecil yang mampu
melaksanakan fungsi kehiupan.1

Homeostasis
Homeostasis merupakan pemeliharaan aneka kondisi yang hampir selalu konstan di lingkungan
dalam meskipun lingkungan luar selalu berubah-ubah. Pada dasarnya semua organ dalam

jaringan tubuh melaksanakan aneka fungsi untuk membantu mempertahankan kondisi yang
konstan ini.2
Homeostasis terjadi secara terus-menerus untuk memelihara stabilitas, baik stabilitas kimia
maupun fisiologis. Persyaratan kimia untuk mempertahankan kondisi konstan seperti volume air
yang mencukupi dan elektrolit, nutrisi (zat gizi), konsentrasi O2 dan CO2 dan oksigen yang
mencukupi. Sedangkan persyaratan fisiologis meliputi suhu dan tekanan.1
Dalam tubuh manusia, homeostasis dikendalikan oleh system endokrin dan system saraf otonom,
dan terjadi melalui beberapa cara sebagai berikut.2
Pengaturan diri (self regulation). Secara otomatis, cara ini terjadi pada orang yang sehat,
contohnya seperti dalam pengaturan fungsi organ tubuh manusia.2
Kompensasi. Tubuh cenderung bereaksi terhadap ketidaknormalan yang terjadi di dalam tubuh.
Sebagai contoh, pelebaran pupil untuk meningkatkan persepsi visual pada saat tubuh mengalami
ancaman, peningkatan keringat untuk mengontrol kenaikan suhu tubuh, serta penyempitan
pembuluh darah dan terangsangnya pembuluh darah bagian dalam untuk meningkatkan kegiatan
yang dapat menghasilkan panas (menggigil) sehingga suhu tubuh tetap stabil apabila lingkungan
menjadi dingin secara tiba-tiba. Kompensasi yang dilakukan tubuh akan diikuti oleh umpan balik
(feedback). 2
Umpan Balik (Feedback). Umpan balik terbagi atas umpan balik positif dan umpan balik
negative. Yang pertama adalah Umpan balik negatif (Negative feedback). Dalam keadaan
abnormal dimana beberapa faktor penting dalam tubuh menjadi berlebihan atau terlalu kurang
tubuh secara otomatis akan melakukan mekanisme umpan balik negatif dalam rangka
menyeimbangkan kembali penyimpangan yang terjadi, sehingga faktor-faktor tersebut kembali
pada rentang nilai tertentu yang normal. Hasil dari umpan balik negatif adalah control yang
bersifat stabil.2 Mekanisme umpan balik negatif terjadi dimana informasi balasan untuk system
(input) mengurangi perubahan (output) sehingga dapat kembali ke set point yang sesuai. Salah
satu contohnya adalah kemampuan untuk mempertahankan glukosa darah pada kadar yang relatif
konstan yaitu sampai 110/100 ml darah. Mekanismenya adalah pertama-tama peningkatan kadar
glukosa darah merangsang keluarnya insulin dari sel-sel khusus dalam pankreas. Tahap ini
terjadi tepat setelah makan. Kemudian, insulin yang dilepaskan akan memfasilitasi masuknya

glukosa ke dalam sel-sel tubuh sehingga mengurangi kadar glukosa darah. Penurunan kadar
glukosa darah ini lalu mempengaruhi sel-sel pelepas insulin (umpan balik negatif) untuk
mengurangi aktivitasnya sehingga glukosa darah dipertahankan dalam keasaan yang normal
(sesuai).1,3
Yang kedua adalah umpan balik positif (feedback positive). Umpan balik positif akan
menghasilkan kontrol yang tidak stabil. Mekanisme umpan balik positif terjadi dimana informasi
balasan ke sistem meningkatkan atau memperpanjang durasinya, bukan mengurangi seperti
dalam mekanisme umpan balik negatif. Dengan kata lain mekanisme ini merupakan
penyimpangan dari kondisi fisiologis normal. Umpan balik positif sering membawa pengaruh
yang buruk bagi tubuh. Tetapi umpan balik positif yang ringan dapat diatasi oleh mekanisme
pengaturan umpan balik negatif yang dimiliki tubuh. Manfaat umpan balik positif yang benarbenar penting adalah pada proses melahirkan. Saat kontraksi uterus sudah cukup kuat sehingga
kepala bayi mulai mendorong serviks, regangan pada serviks akan mengirimkan sinyal melalui
otot uterus ke korpus uteri sehingga kontraksi menjadi lebih kuat lagi. Bila proses ini cukup kuat,
bayi akan lahir. Bila tidak, kontraski biasanya hilang, dan diperlukan beberapa hari lagi untuk
memulai kontraksi baru.1,2,4
Ketika tubuh berada pada kondisi eksternal yang ekstrim dimana temperatur lingkungan luar
menurun drastis, maka tubuh akan menggigil kedinginan dengan maksud agar kontraksi otot
yang terjadi mampu untuk mengembalikan temperatur tubuh dalam rentang normal. Di sisi lain,
saat temperatur lingkungan ekstenal berubah kembali (temperatur meningkat dengan pemanas
ruangan misalnya) maka akan terjadi mekanisme umpan balik negatif sehingga kontraksi otot
berhenti karena suhu tubuh sudah berada dalan rentang normal. Jika umpan balik negatif diganti
dengan umpan balik positif maka suhu tubuh akan terus meningkat dan justru akan
membahayakan tubuh manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, umpan balik positif lebih dikenal
dengan sebutan lingkungan setan.4

Set Point
Normalnya tubuh manusia akan selalu mempertahankan kondisi tubuh agar tetap dalam kondisi
yang stabil, meskipun berada pada lingkungan luar yang tidak stabil. Untuk mencapai keadaan

stabil, tubuh mempunyai suatu batas atau rentang khusus berkaitan dengan variabel-variabel
internal yang sangat berpengaruh bagi tubuh da oleh sebab itulah setiap variabel harus berada
dalam batas yang normal. Batas-batas itu disebut juga set point. Dengan kata lain, set point
merupakan nilai fisiologis dari masing-masing variabel tubuh, seperti temperarur, konsentrasi zat
dalam cairan ekstraselular, atau kadar keasaman dan kadar kebasaan darah. Set point dipengaruhi
oleh genetik seseorang dan juga apakah seseorang telah melakukan adaptasi terhadap
lingkungannya atau belum.1
Salah satu contohnya dalam konsep set point untuk pengaturan suhu tubuh, semua mekanisme
pengaturan suhu secara terus-menerus akan berupaya untuk mengembalikan suhu tubuh kembali
ke nilai set point, yaitu pada suhu sekitar 37,10C. Pada saat suhu tubuh berada diatas nilai ini,
kecepatan kehilangan panas akan lebih besar dari kecepatan pembentukan panas, sehingga suhu
tubuh akan menurun mendekati 37,10C. Untuk menurunkan suhu tubuh salah satu caranya adalah
melalui keringat yang keluar melalui kulit. Sebaliknya, pada saat suhu tubuh berada di bawah
nilai ini, kecepatan pembentukan panas, lebih besar daripada kecepatan kehilangan panas,
sehingga suhu tubuh kini meningkat dan mendekati 37,10. Salah satu cara pembentukan panas
oleh tubuh manusia adalah menggigil.4

Lingkungan Dalam dan Lingkungan Luar


Cairan tubuh manusia terbagi atas cairan intrasel dan cairan ekstrasel.. Sebagian besar dari
keseluruhan cairan tubuh adalah cairan intrasel, dan hanya sekitar sepertiga yang berada di luar
sel. Sesungguhnya, yang dikatakan lingkungan dalam dari makhluk hidup disebut cairan
interstisial atau cairan ekstrasel. Cairan ini mengisi ruangan (luar) antara sel-sel untuk
mempertukarkan nutrisi dan buangan dengan darah dalam pembuluh kapiler. Cairan ekstrasel
secara terus-menerus akan bergerak ke seluruh tubuh dan dengan cepat di angkut di dalam
sirkulasi darah sehingga tercampur diantara darah melalui difusi.4
Tubuh manusia akan mempertahankan kolam internalnya ini pada suhu konstan sekitar 37,10C
dan juga mengontrol pH darah dan pH cairan interstisial. Konsep untuk mempertahankan
lingkungan internal inilah yang juga kita pahami sebagai konsep homeostasis.

Selain cairan ekstrasel, ada juga cairan intrasel. Cairan intrasel adalah cairan yang berada di
dalam sel. Cairan intrasel secara spesifik mengandung banyak sekali ion kalium, magnesium,
dan fosfat daripada natrium dan klorida yang banyak ditemukan di dalam cairan ekstrasel.
Berbagai

mekanisme

khusus

untuk

pengangkutan

ion

melaui

membran

sel

akan

memepertahankan perbedaan konsentrasi ion tersebut diantara cairan intrasel dan ekstrasel.4
Lingkungan luar adalah segala sesuatu yang berupa benda hidup atau mati, ruang energi,
keadaan sosial, ekonomi, maupun budaya yang dapat membawa pengaruh terhadap kehidupan
manusia di permukaan bumi ini.5

Lengkung Refleks Pengaturan Suhu Tubuh


Setiap kontrol Homeostasis memiliki tiga komponen fungsional utama yaitu reseptor, pusat
kontrol dan efektor. Reseptor berfungsi mendeteksi perubahan beberapa variabel lingkungan
internal, salah satunya adalah perubahan suhu tubuh. Pusat control akan memproses informasi
yang diterima dari reseptor dan mengarahkan suatu respons yang tepat melalui efektor.6
Secara lengkap, lengkung refleks dapat dijelaskan melalui contoh berikut. Mulanya, terjadi
penurunan suhu lingkugan eksternal yang cukup drastis dibawah 37,10C (suhu normal).
Perubahan suhu ini merupakan suatu sinyal atau stimulus yang akan diterima oleh reseptor, yairu
permukaan kulit manusia. Selanjutnya, reseptor akan mengirimkan informasi ke pusat kontrol
melalui suatu jalur yang dinamakan jalur aferen. Pusat control, yang biasa disebut juga pusat
integrasi ini akan memproses informasi tersebut dalam kurun waktu yang sangat singkat.
Kemudian pusat control akan mengarahkan suatu respon agar suhu tubuh mengalami
peningkatan melalui jalur eferen kepada efektor. Efektor pun akan bereaksi dan mengakibatkan
respon berupa kontraksi otot-otot tubuh (menggigil) hingga suhu tubuh secara internal kembali
pada keadaan normal mendekati 37,10C.

Demikian kompensasi tubuh terjadi melalui jalur

perputaran yang dinamakan lengkung refleks. Setelah otot melakukan kontraksi atau suhu tubuh
sudah mendekati batas normal, maka akan terjadi umpan balik negatif. Umpan balik negatif
mencegah perubahan kecil menjadi terlalu besar. Artinya, tubuh manusia tidak akan secara terus
menerus menggigil, namun akan berhenti pada saat suhu tubuh telah mencapai set point.6

Sistem Kontrol dalam Homeostasis


Sistem kontrol dalam homeostasis terbagi atas dua, yaitu kontrol lokal dan kontrol refleks.
kontrol lokal adalah sistem kontrol dimana pemberi stimulus (input) dan pemberi respon (output)
saling berdekatan. Sehingga ketika stimulus yang mengindikasikan adanya perubahan pada
faktor-faktor lingkungan dalam muncul di suatu tempat pada tubuh, sel-sel disekitarnya dengan
cepat memberikan respon. Sedangkan pada kontrol refleks, pemberi stimulus (input) dan
pemberi respon (output) berada dalam jarak yang relatif jauh dalam tubuh, sehingga bukan selsel disekitar tempat terjadinya perubahan yang memberi tanggapan. Kontrol refleks dilakukan
oleh sistem saraf dan sistem endokrin (sistem hormon). Kontrol refleks memungkinkan adanya
regulasi secara terpadu beberapa organ untuk mencapai satu tujuan. Mekanisme menyeluruh dan
terkoordinasi yang dilakukan oleh kontrol refleks ini sangat penting untuk mempertahankan
keadaan stabi di lingkungan dalam tubuh secara keseluruhan. Pada kedua sistem control ini, yang
menjadi pusat integrasinya adalah otak. Jadi setelah sinyal input muncul, otak sebagai pusat
integrasi akan mengevaluasi perubahan yang terjadi dan menentukan respon berupa output yang
sesuai dengan stimulus hingga akhirnya tubuh kembali berada pada keadaan normal.6
Berkaitan dengan perubahan temperatur lingkungan yang menurun drastis, tubuh akan
menggigil. Mulanya stimulus muncul berupa perununan suhu lingkungan, dan dirasakan oleh
reseptor berupa permukaan kulit manusia di suatu titik. Kemudian, informasi akan diproses oleh
pusat integrasi. Sebagai responnya, otak mengirim perintah pada otot untuk melakukan
kontraksi yang akan menghasilkan energi panas dan mampu menaikan kembali temperatur
internal tubuh hingga mendekati batas normal. Peristiwa tersebut terjadi dalam tubuh kita dan
merupakan salah satu contoh dari kontrol refleks, karena stimulus yang muncul dari suatu tempat
atau bagian, tidak hanya menimbulkan respon pada bagian atau titik itu saja, namun juga pada
bagian yang lain, meskipun yang berada dalam jarak jauh sekalipun. Menggigil merupakan suatu
tanda bahwa perbedaan temperatur tubuh internal dengan lingkungan eksternal tubuh sangatlah
besar.

Penutup
Kesimpulan
Tubuh manusia (lingkungan dalam) akan melakukan kompensasi terhadap perubahan lingkungan
luar yang terjadi melalui umpan balik atau feedback. Apabila kompensasi yang dilakukan tubuh
berhasil, maka kondisi tersebut akan mengembalikan kondisi tubuh dalam keadaan normal, dan
tubuh tetap sehat. Namun, jika kompensasi yang dilakukan gagal, maka tubuh akan sakit atau
cacat karena tidak mampu bertahan menghadapi perubahan lingkungan luar.

Daftar Pustaka
1. Ethel S. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2003.h.2-5.
2. Uliyah M, Hidayat AA. Keterampilan dasar praktik untuk kebidanan. Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika; 2008.h.2.
3. Cameron JR, Skofronick JG, Grant RM. Fisika tubuh manusia. Edisi 2. Jakarta: EGC;
2006.h.4.
4. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2007.h.4-9.
5. Chandra B. Pengantar kesehatan lingkungan. Jakarta: EGC; 2006.h.6.
6. Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. Biologi. Safitri A, ed. Jakarta: Erlangga
;2004.h.16.

Anda mungkin juga menyukai