Anda di halaman 1dari 10

Surveilans Epidemiologi

Surveilans epidemiologi yaitu terjemahan dari epidemiologi


ialah pekerjaan praktis yang

surveilans

utama dari ahli epidemiologi. Perkembangan

surveilans epidemiologi dimulai dengan surveilans penyakit menular, yang meluas


ke penyakit tidak menular. Saat ini surveilans epidemiologi digunakan untuk
menilai, memonitor, mengawasi, dan merencanakan program-program kesehatan
pada umunya (Rajab, 2009).
Dalam epidemiologi telah lama dipakai istilah surveilans. Mula-mula arti
yang diberikan adalah suatu macam observasi terhadap seseorang atau orangorang yang disangka menderita suatu penyakit menular dengan cara mengadakan
berbagai pengawasan medis, tanpa mengawasi kebebasan gerak dari orang yang
bersangkutan. Maksud dari pengamatan ini agar segera diisolasi penyakitnya dan
diberi pengobatan. Pada tahun 1950 arti surveilans berkembang lebih luas, karena
melihat penyakit seluruhnya dan bukan penderitanya saja. Dan pada tahun ini juga
dijalankan program dua pemberantasan penyakit dan evaluasi program tersebut,
karena surveilans memerlukan ilmu epidemiologi sehingga disebut surveilans
epidemiologi (Rajab, 2009).
Pengertian Surveilans
Surveilen (Surveillance) adalah pencatatan dan pelaporan data yang
dilakukan secara rutin dan terus menerus dalam epidemiologi. Variabel yang
diobservasi berkaitan dengan orang, waktu, dan tempat. Tujuan dari surveilen
adalah untuk menentukan perancanaan dalampelaksanaan program pembangunan
kesehatan, dengan melaksanakan kegiatan predeksi dan deteksi dini Kejadian
Luar Biasa (KLB) (Maryani dan Muliani, 2010).
World Health Assembelay (WHA) pada tahun 1968 mengemukakan
pengertian surveilans. Dari hasil diskusi, WHA menyimpulkan empat ciri khas :
1. Pengumpulan data secara teratur dan terus menerus
2. Pengolaham, analisis dan interpretasi data yang menghasilkan informasi
3. Informasi kepada orang lain atau lembaga yang berkepentingan
4. Penggunaan informasi untuk pengawasan dan perencanaan (Rajab, 2009).

Henderson (1976) mengemukakan bahwa surveilans berfungsi sebagai


otak dan sistem saraf untuk program pencegahan dan pemberantasan penyakit.
Sedangkan Detels (1989) mengemukakan enam unsur kunci surveilans, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pengumpulan data kesehatan secara jelas


Pengumpulan data yang terus menerus
Analisis sewaktu-waktu
Diseminasi hasil
Bertindak berdasarkan hasil
Evaluasi (Rajab, 2009).

Tujuan umum surveilans :


1.
2.
3.
4.

Menilai status kesehatan masyarakat


Menentukan prioritas kesehatan masyarakat
Mengevaluasi program
Melaksanakan riset (Rajab, 2009).

Tujuan khusus surveilans :


1. Menganalisa keadaan penyakit yang diteliti. Jika dalam pengamatan masih
dapat kasus baru, berarti keadaan penyakit belum dapat diatasi
2. Pekerjaan surveilans dihentikan bila dalam waktu dua kali masa tunas
tidak ditemukan lagi kasus tersebut (Rajab, 2009).
Contoh tujuan surveilans dalam menganalisa masalah kesehatan yang
ditelitinya, diantaranya adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Deteksi KLB, letusan, wabah (epidemi)


Memantau kecenderungan penyakit endemik
Evaluasi intervensi
Memantau kemajuan pengendalian
Memantau kinerja program
Prediliksi KLB, letusan, wabah (epidemi)
Memperkirakan dampak masa datang penyakit (Rajab, 2009).
Untuk mempertimbangkan perlunya dilakukan surveilans terhadap

penyakit perlu didasari oleh :


1. Adakah kepentingan dari sisi kesehatan masyarakat/medis berkaitan
dengan penyakit (tertentu)
2. Dapatkah aksi/intervensi kesehatan masyarakat/medis dilakukan?
3. Apakah data relevansi mudah didapat?
4. Apakah intervensi tersebut bernilai (aspek uang, SDM, dll)? (Rajab,
2009).
Fungsi surveilans terdiri dari 2 bagian yaitu fungsi inti dan penunjang.
Fungsi inti meliputi deteksi, pelaporan, investigasi dan konfirmasi, analisis dan

interpretasi, dan aksi/respon. Fungsi penunjang meliputi pelatihan, supervisi,


sumber daya, dan standart panduan (Rajab, 2009).
Indikator surveilans
1.
2.
3.
4.
5.

Specific (spesifik)
Measurable (dapat diukur)
Action oriented (orientasi pada aksi)
Realistic (realistis)
Timely (tepat waktu) (Rajab, 2009).
Sebagai sumber surveilan, menurut WHO terdapat 10 macam sumber data

yang dapat digunakan, yaitu:


1. Data mortalitas (kematian)
2. Data morbiditas (Kesakitan)
3. Data Epidemik
4. Laporan penggunaan laboratorium (hasil tes laboratorium)
5. Laporan investigasi kasus secara individual
6. Laporan investigasi epidemik (penyelidikan wabah)
7. Survey khusus (regristrasi penyakit, survey serologis)
8. Informasi binatang sebagai reservoir dan vector
9. Data demografik
Data lingkungan (Maryani dan Muliani, 2010).
Untuk mendukung tercapainya unsur-unsur tersebut diatas diperlukan
unsur dasar dari kegiatan diantaranya :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Jaringan yang baik dari orang-orang yang bermotivasi tinggi


Definisi kasus dan mekanisme pelaporan yang jelas
Sistem komunikasi yang efesien
Epidemiologi dasar namun berbunyi
Ada dukungan laboratoris
Umpan balik yang baik dan respon yang cepat (Rajab, 2009).

Langkah-langkah kegiatan perencanaan sistem surveilans :


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Tetapkan objek
Menjabarkan definisi kasus
Menentukan sumber data atau mekanisme
Mengembangkan instrumen pengumpulan
Metode uji lapangan
Mengembangkan cara analitik pendekatan
Mekanisme diseminasi
Menjamin manfaat analisis atau interpretasi (Rajab, 2009).

Evaluasi sistem surveilans :


1.
2.
3.
4.

Sensitifitas
Ketepatan waktu
Representatif
Nilai duga positif

5.
6.
7.
8.
9.

Daya terima
Keluwesan
Kesederhanaan
Untung rugi
Tindakan yang tepat (Rajab, 2009).

Kegunaan hasil kegiatan surveilans diantaranya adalah :


1.
2.
3.
4.

Mengetahui dan melengkapi gambaran epidemiologi dari suatu penyakit


Menentukan penyakit mana yang diprioritaskan untuk diobati/diberantas
Untuk meramalkan terjadinya wabah
Untuk menilai dan memantau pelaksanaan program pemberantasan
penyakit menular dan program-program kesehatan lainnya seperti program

mengatasi kecelakaan, program kesehatan gizi, program gizi, dll


5. Mengetahui jangkauan dari pelayanan kesehatan
Penyelenggaraan Surveilans
Jenis penyelenggaraan terdiri dari tiga macam penyelenggaraan surveilans
epidemiologi yaitu :
1. Surveilans pasif
2. Surveilans aktif
3. Surveilans sentinel (khusus dan terpadu) (Rajab, 2009).
Surveilans Pasif dan Aktif
Surveilans pasif adalah surveilans yang pasif dalam pengumpulan atau
pelaporan data surveilans epidemiologi, bukan pada analisis maupun pada
diseminasi informasi epidemiologinya. Sedangkan surveilans aktif adalah
surveilans yang aktif dalam pengumpulan data (menjemput bola). Data
kelengkapan laporan menjadi wajib dilakukan agar kuantitas dan kualitas datanya
tetap terjaga atau terukur. Kelengkapan yang dimaksud adalah kelengkapan unit
sumber data, bukan pada unit surveilans di kabupaten/ kota atau provinsi (Rajab,
2009).
Ciri surveilans pasif adalah, pertama unit surveilans epidemiologi
membiarkan penderita melaporkan diri pada klinik/rumah sakit/unit pelayanan
yang berfungsi sebagai-unit-unit surveilans terdepan dalam pengumpulan data
surveilans. Kedua unit surveilans epidemiologi membiarkan klinik/rumah
sakit/unit pelayanan sebagai unit surveilans terdepan melaporkan data surveilans
yang ada di tempatnya (Rajab, 2009).

Ciri surveilans aktif adalah, pertama unit surveilans melakukan skrining


dari rumah ke rumah, sehingga tidak ada satupun yang lepas dari pendataan.
Kedua, unit surveilans mendatangi setiap unit sumber data untuk meminta data
surveilans epidemiologi yang dibutuhkan sehingga tidak ada satu pun sumber
data yang tidak terekam datanya (Rajab, 2009).
Indikator umum surveilans pasif meliputi kelengkapan (90%), ketepatan
(80%), kesamaan dalam definisi dan diagnosa dan kebenaran data yang tinggi
(Rajab, 2009).
Data Epidemiologi
Data adalah sesuatu yang diketahui atau dianggap diketahui artinya yang
sudah terjadi merupakan fakta (bukti). Data dapat memberikan gambaran tentang
suatu keadaan atau persoalan. Data bisa juga didefinisikan sekumpulan informasi
atau nilai yang diperoleh dari pengamatan (observasi) suatu obyek. Data dapat
berupa angka dan dapat pula merupakan lambang atau sifat. Kegunaan data adalah
sebagai dasar yang obyektif dalam proses pembuatan keputusan (Notoatmodjo,
2010).
Suatu penelitian akan menghasilkan data. Ada 3 peringkat data dalam riset:
1. Data mentah
: hasil pengumpulan
2. Data hasil pengolahan : berupa jumlah, rata-rata, presentase
3. Data hasil analisis
: kesimpulan (Notoatmodjo, 2010).
Pembagian Data
1. Data menurut sifatnya
a. Data kualitatif
Yaitu data yang berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik atau
sifat variable atau hasil pengklasifikasian atau penggolongan suatu
data. Misalnya, jenis kelamin, jenis pekerjaan, pendidikan, baik
sedang, kurang baik, tidak baik, tinggi sedang rendah, dan sebagainya.
Data kualitatif biasanya tidak berhubungan dngan angka-angka, dan
sering tidak dikaitkan dengan analisis statistic, sering disebut data
nonstatistik. Jenis data ini juga disebut data kategorik, dan pada
umumnya dibedakan variable berskala nominal (laki-laki dan
perempuan), ordinal (tinggi dan rendah) (Notoatmodjo, 2010).
b. Data kuantitatif

Yakni data yang berhubungan dengan angka-angka, baik yang


diperoleh dari hasil pengukuran, maupun dari nilai suatu data yang
diperoleh dengan jalan mengubah data kualitatif ke dalam data
kuantitatif, misalnya skors dari hasil tes, atau hasil dari perhitungan.
Misalnya: jumlah anak, jumlah kunjungan rawat jalan, jumlah
pendapatan, dan sebagainya. Data kuantitatif sering dikaitkan dengan
analisis statistik, sebab itu disebut data statistik atau data numerik.
Data numerik mencakup variable berskala interval (umur 1-5 tahun, 610 tahun, dsb), dan rasio) (Notoatmodjo, 2010).
2. Data menurut cara memperolehnya
a. Data Primer
Merupakan data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini
tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk filafile. Data ini harus dicari melalui narasumber atau dalam istilah
teknisnya responden, yaitu orang yang kita jadikan obyek penelitian
atau orang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatkan informasi
ataupun data (Darmawan, 2006).
b. Data Sekunder
Merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan
mengumpulkan. Data sekunder dapat kita peroleh dengan lebih mudah
dan cepat karena sudah tersedia, misalnya diperpustakaan, perusahaanperusahaan, organisasi-organisasi perdagangan, biro pusat statistik, dan
kantor-kantor pemerintah (Darmawan, 2006).
3. Data menurut sumber datanya
a. Data Internal
Yaitu data dari dalam populasi yang menggambarkan populasi itu
sendiri.
b. Data Eksternal
Yaitu data dari luar populasi yang menggambarkan faktor-faktor yang
mungkin mempengaruhi populasi (Timmreck, 2004).
4. Data menurut waktu pengumpulannya
a. Data cross section
Data yang dikumpulkan pada suatu waktu tertentu (at a point of time)
untuk menggambarkan keadaan atau kegiatan pada waktu itu.
b. Data Berkala (time series)

Yaitu data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu, untuk melihat


perkembangan suatu kejadian (Timmreck, 2004).
Sumber untuk memperoleh data didapatkan dari :
1. Data Kependudukan
a. Sensus penduduk
Sensus penduduk merupakan pencacahan seluruh penduduk pada suatu
saat yang bersamaan dan mencakup seluruh wilayah geografis suatu
Negara atau daerah
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan data
a. Hanya memilih atau memasukkan data yang penting dan benar-benar
dilakukan.
b. Hanya memilih data yang obyektif (tidak bias).
c. Bila data yang dikumpulkan menggunakan teknik wawancara atau angket,
harus dibedakan antara informasi yang diperlukan dengan kesan pribadi
responden (Timmreck, 2004).
Kejadian Luar Biasa

KLB (Kejadian Luar Biasa) adalah suatu kejadian dimana terdapat


Sembilan kasus penyakit dalam satu minggu dilaporkan ke dinas kesehatan
(Timmreck, 2004).
Tujuan Penyelidikan KLB
1. Tujuan Pokok
Tujuan pokok dari suatu penyelidikan wabah atau KLB biasanya adalah untuk
menemukan cara-cara mencegah penularan lebih lanjut dari penyebab penyakit.
1. Tujuan Khusus
a. Menegakkan atau memastikan diagnosa dari kasus-kasus yang
dilaporkan, dan mengidentifikasikan penyebab penyakit.
b. Memastikan bahwa terjadi KLB atau wabah.
c. menggambarkan kasus-kasus dalarn KLB atau wabah itu menurut
variabel waktu, tempat dan orang.
d. Mengidentifikasikan sumber dari penyebab penyakit dan cara
penularannya, termasuk faktor dan jalan tertentu yang mungkin
terlibat.
e. Mengidentifikasikan populasi yang rentan dan mengalami resiko
terpapar terhadap penyebab penyakit (Timmreck, 2004).

Langkah-Langkah Penyelidikan KLB


A. Langkah I menegakkan atau memastikan diagnosa
1. Pemeriksaan klinis.
2. Pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium ini dalam praktiknya memerlukan waktu
berminggu-minggu sehingga dapat memperlambat penanggulangan penyakit.
maka dibuatlah diagnosa sementara atas dasar ciri-ciri klinis dan epidemiologis.
B. Langkah II memastikan adanya wabah atau KLB
Untuk memutuskan apakah terjadinya KLB atau wabah, insidens yang
tengah berjalan dibandingkan dengan insidens yang biasa pada populasi yang
dianggap mempunyai resiko terinfeksi. Apabila insidensi yang tengah berjalan
secara menonjol melebihi insidensi yang biasa maka biasanya dianggap terjadi
wabah. Perbedaan-perbedaan kecil antara insidensi yang biasa dan yang tengah
berjalan dapat menimbulkan ketidakpastian, sehingga peneliti harus selalu
waspada mencari kasus-kasus baru sehingga dapat memastikan dugaan adanya
wabah.
C. langkah III menggambarkan karakteristik KLB.
Untuk menggambarkan karakteristik KLB perlu diketahui variabel waktu,
tempat, dan orang
1. Waktu
Suatu penyakit dalam suatu populasi menurut waktu menggambarkan pola
temporal penyakit

Periode wabah.

lamanya wabah.

Periode 12 bulan.

Mengenali pola musiman dan periode bertahun-tahun.

2. Tempat Meliputi alamat kasus dan daerah yang bersangkutan


3. Orang
Orang dapat digambarkan menurut

Kelompok umur.

Jenis kelamin.

Ras.

Status perkawinan.

Kegiatan organisasi, pekerjaan, liburan, agama, dan adat istiadat.

Keadaan sosial ekonomi dan lingkungan.

D. Langkah IV
Mengidentifikasikan sumber dari peyebab penyakit dan cara penularannya
termasuk antara faktor dan jalan tertentu yang mungkin terlibat. Untuk
mengidentifikasikan sumber dan cara penularan mungkin dibutuhkan lebih dari I
x siklus perumusan dan penyajian hypotesa dengan menggunakan informasi yang
tersedia yang menjelaskan terjadinya suatu peristiwa tergantung dari jenis, jumlah
dan kualitas informasi yang dapat diperoleh peneliti, hipotesa dapat berbicara
tentang salah satu atau beberapa hal di atas sekaligus.
E. Langkah V Menidentifikasikan populasi yang mempunyai peningkatan resiko
infeksi.
Apabila sumber dan cara penularan telah dipastikan, maka orang-orang
yang mempunyai resiko paparan yang meningkat harus ditentukan dan tindakantindakan

penanggulangan

beserta

pencegahan

yang

sudah dilaksanakan

(Timmreck, 2004).
Melaksanakan Tindakan Penanggulangan
Tindakan penanggulangan dan pencegahan yang sesuai diperlukan
terhadap populasi yang bersangkutan. Selain itu ditujukan pada hal-hal berikut,
seperti:

Sumber infeksi.

Sumber semula.

Alat / cara penularan.

Orang-orang yang mempunyai resiko tinggi (Notoatmodjo, 2010).

Laporan Penyelidikan Wabah


Format laporan epidemiologi:
1. Pendahuluan, yang menggambarkan peristiwa dan keadaan yang
menyebabkan dimulainya penyelidikan.

2. latar belakang, yang menguraikan dengan singkat keadaan yang


melatarbelakangi masalah, termasuk segi geografisrafis, politis, ekonomis,
demografis dan historis
3. Uraian tentang penelitian yang dilakukan.
4. Analisa data dan kesimpulan.
5. Uraian tentang tindakan penanggulangan.
6. Saran mengenai perbaikan prosedur surveilans dan penanggulangan
dimasa depan (Timmreck, 2004).

Cat:
Darmawan, Didit. 2006. Metodologi Penelitian Sebuah Pengantar. Surabaya :
Mahardhika.
Maryani, Lidya dan Rizki Mulyani. 2010. Epidemiologi Kesehatan Pendekatan
Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Rajab W. 2009. Buku Ajar Epidemiologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta :
EGC.
Timmreck, Thomas C. 2004. Epidemiologi Suatu Pengantar Edisi 2. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai