Case 2 DR Eko GNA
Case 2 DR Eko GNA
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI GINJAL
Ginjal merupakan organ ganda yang terletak di daerah abdomen,
retroperitoneal antara vetebra lumbal 1 dan 4. pada neonatus kadangkadang dapat diraba. Ginjal terdiri dari korteks dan medula. Tiap ginjal
terdiri dari 8-12 lobus yang berbentuk piramid. Dasar piramid terletak di
korteks dan puncaknya yang disebut papilla bermuara di kaliks minor.
Pada daerah korteks terdaat glomerulus, tubulus kontortus proksimal dan
distal. .
Panjang dan beratnya bervariasi yaitu 6 cm dan 24 gram pada
bayi lahir cukup bulan, sampai 12 cm atau lebih dari 150 gram. Pada janin
permukaan ginjal tidak rata, berlobus-lobus yang kemudian akan
menghilang dengan bertambahnya umur.12
13
14
mesangial
dan
matrik)
terletak
dianatara
kapiler-kapiler
18
negatif murni. Karena itu, mereka ditolak oleh dinding kapiler gromerulus
yang muatannnya negatif, sehingga membatasi filtrasi.12
19
= 0,33
= 0,45
= 0,55
E. GLOMERULONEFRITIS AKUT
1. DEFINISI
Glomerulonefritis merupakan penyakit ginjal dengan suatu
inflamasi dan proliferasi sel glomerulus. Peradangan tersebut terutama
disebabkan mekanisme imunologis yang menimbulkan kelainan
patologis glomerulus dengan mekanisme yang masih belum jelas. Pada
anak kebanyakan kasus glomerulonefritis akut adalah pasca infeksi,
paling sering infeksi streptokokus beta hemolitikus grup A.2,12
Glomerulonefritis akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis
pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu.Yang sering terjadi
ialah
akibat
infeksi
kuman
streptococcus.
Glomerulonefritis
2. PREVELENSI
GNAPS dapat terjadi pada semua kelompok umur, namun
tersering pada golongan umur 5-15 tahun, dan jarang terjadi pada bayi.
Referensi lain menyebutkan paling sering ditemukan pada anak usia 610 tahun. Penyakit ini dapat terjadi pada laki laki dan perempuan,
namun laki laki dua kali lebih sering dari pada perempuan.
Perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah 2:1. Diduga ada
faktor resiko yang berhubungan dengan umur dan jenis kelamin. Suku
atau ras tidak berhubungan dengan prevelansi penyakit ini, tapi
kemungkinan
prevalensi
meningkat
pada
orang
yang
sosial
besar
(75%)
glomerulonefritis
akut
paska
gejala-gejala
klinis.
Infeksi
kuman
streptokokus
beta
c. Parasit
4. STREPTOKOKUS
Sterptokokus adalah bakteri gram positif berbentuk bulat yang
secara
khas
membentuk
pasangan
atau
rantai
selama
masa
suatu
protein
(BM
60.000)
yang
aktif
sterptolisin
O.
antibody
ini
menghambat
hemolisis
oleh
netrofil
merupakan
faktor
responsif
untuk
merusak
penyumbatan
proliferatif
lumen
eksudatif
kapiler.2,13
endokapiler
Istilah
difus
glomerulonefritis
digunakan
untuk
Endapan
immunoglobulin
dalam
kapiler
glomerulus
antimikroba.
Beberapa
uji
serologis
terhadap
antigen
26
8. DIAGNOSIS
Diagnosis glomerulonefritis akut pasca streptokok perlu
dicurigai pada pasien dengan gejalan klinis berupa hematuria nyata
yang timbul mendadak, sembab dan gagal ginjal akut setelah infeksi
streptokokus. Tanda glomerulonefritis yang khas pada urinalisis, bukti
adanya infeksi streptokokus secara laboratoris dan rendahnya kadar
komplemen C3 mendukung bukti untuk menegakkan diagnosis. Tetapi
beberapa keadaan lain dapat menyerupai glomerulonefritis akut pasca
streptokok
pada
glomerulonefritis
awal
kronik.
penyakit,
Anak
yaitu
dengan
nefropati-IgA
nefropati-IgA
dan
sering
27
pada
glomerulonefritis
kronik.
Pola
kadar
Pasien
glomerulonefritis
akut
harus
dibedakan
dengan
beberapa
penyakit,
diantaranya adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
28
d. PENATALAKSANAAN
Penanganan pasien adalah suportif dan simtomatik.12 Perawatan
dibutuhkan apabila dijumpai penurunan fungsi ginjal sedang sampai
berat ( klirens kreatinin < 60 ml/1 menit/1,73 m2), BUN > 50 mg, anak
dengan tanda dan gejala uremia, muntah, letargi, hipertensi
ensefalopati, anuria atau oliguria menetap.12,13 Pasien hipertensi dapat
diberi diuretik atau anti hipertensi.2,3 Bila hipertensi ringan (tekanan
darah sistolik 130 mmHg dan diastolik 90 mmHg) umumnya
diobservasi tanpa diberi terapi.5,12 Hipertensi sedang (tekanan darah
sistolik > 140 150 mmHg dan diastolik > 100 mmHg) diobati dengan
pemberian hidralazin oral atau intramuskular (IM), nifedipin oral atau
sublingual.1,2 Dalam prakteknya lebih baik merawat inap pasien
hipertensi 1-2 hari daripada memberi anti hipertensi yang lama. Pada
hipertensi berat diberikan hidralazin 0,15-0,30 mg/kbBB intravena,
dapat diulang setiap 2-4 jam atau reserpin 0,03-0,10 mg/kgBB (1-3
mg/m2) iv, atau natrium nitroprussid 1-8 m/kgBB/menit. Pada krisis
hipertensi (sistolik >180 mmHg atau diastolik > 120 mmHg) diberi
diazoxid 2-5 mg/kgBB iv secara cepat bersama furosemid 2 mg/kgBB
iv. Plihan lain, klonidin drip 0,002 mg/kgBB/kali, diulang setiap 4-6
jam atau diberi nifedipin sublingual 0,25-0,5 mg/kgBb dan dapat
diulang setiap 6 jam bila diperlukan.2,5,12 Retensi cairan ditangani
dengan pembatasan cairan dan natrium.2,3,12 Asupan cairan sebanding
dengan invensible water loss (400-500 ml/m2 luas permukaan
tubuh/hari ) ditambah setengah atau kurang dari urin yang keluar. Bila
berat badan tidak berkurang diberi diuretik seperti furosemid 2mg/
kgBB, 1-2 kali/hari.1,2 Pemakaian antibiotik tidak mempengaruhi
perjalanan penyakit. Namun, pasien dengan biakan positif harus
diberikan antibiotic untuk eradikasi organisme dan mencegah
penyebaran ke individu lain.2 Diberikan antimikroba berupa injeksi
benzathine penisilin 50.000 U/kg BB IM atau eritromisin oral 40
29
4,6
sembuh
sendiri,
jarang
berkembang
menjadi
kronik.2
kronik.
Penelitian
Potter
dkk,
di
Trinidad,
volume,kongesti
sirkulasi,
hipertensi,
hiperkalemia,
f. PROGNOSIS
Berbagai faktor memegang peran dalam menetapkan prognosis
GNAPS antara lain umur saat serangan, derajat berat penyakit,
galur streptokukus tertentu, pola serangan sporadik atau epidemik,
tingkat
penurunan
fungsi
ginjal
dan
gambaran
histologis
klinis
yang
sempurna
dan
urin
yang
normal
31
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Travis LB, Kalia. Acute nephritic syndrome. Dalam: Poslethwaite RJ,
penyunting.
Clinical
pediatric
nephrology.
Edisi
ke-2.
Oxford:
11. Nordstrand A, McShan WM, Ferretti JJ, Holm SE dan Norgren M.Allele
substitution of the streptokinase gene reduces the nephritogenic capacity
of group A streptoccocal strain NZ131. Infect and Immun 2000; 68:101925.
12. Price, Sylvia A, 1995 Patofisiologi :konsep klinis proses-proses penyakit,
ed 4, EGC, Jakarta.
13. Agustian. 2003. Ginjal. Ilmu Penyakit Dalam. Rumah Sakit Immanuel
Bandung. hal. 367-371.
14. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/11_HematuriPadaAnak.pdf/11_Hem
aturiPadaAnak.html. Accessed April 8th, 2009.
34