April 2013
Publikasi ini dibuat oleh Nathan Associates Inc. untuk dikaji oleh Badan Pembangunan Internasional Amerika
Serikat (U.S Agency for International Development).
DISCLAMER
Dokumen ini dimungkinkan atas dukungan dari rakyat Amerika melalui the United States Agency for
International Development (USAID). Isinya merupakan tanggung jawab dari penulis sendiri dan tidak
mencerminkan pandangan dari USAID atau Pemerintah Amerika Serikat.
Ringkasan Eksekutif
Berdasarkan Undang - Undang No.4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dan
Peraturan Pelaksanaan Nomor. 7/2012 yang dikeluarkan oleh Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM), ekspor sumber daya mineral yang belum diproses akan dilarang
mulai bulan Januari 2014. Peraturan ini diberlakukan pada mineral logam, mineral nonlogam, dan batuan, serta ditetapkan persyaratan minimum untuk masing - masing jenis
mineral dan batuan. Tujuan yang tercantum dari persyarat wajib pengolahan dalam negeri
adalah untuk meningkatkan nilai tambah mineral - mineral yang akan diekspor serta untuk
melestarikan persediaan mineral dalam negeri..
Laporan ini mengkaji tiga mineral terpenting yang diekspor, bauksit, tembaga, dan nikel
serta mengevaluasi:
1.
2.
3.
4.
Laporan ini juga menyediakan rekomendasi - rekomendasi mengenai dampak negatif dari
larangan tersebut.
RANGKUMAN KHUSUS
Investasi modal dan biaya operasional yang diperlukan untuk peleburan/ pengilangan
yang sudah dioperasikan sangatlah besar. Kebutuhan modal untuk membangun fasilitas
peleburan semakin meningkat, sehingga menyebabkan peningkatan biaya modal per ton
output . Biaya oportunity untuk investasi modal yang besar tersebut, saat ada kebutuhan
mendesak untuk investasi modal di bidang lain, sangatlah tinggi. Juga, biaya operasi
peleburan/ penyulingan, khususnya biaya energi, juga sangat tinggi.
RANGKUMAN KHUSUS
Apabila ada kapasitas pengolahan baru - Tiga tahun setelah larangan, saat banyak
kapasitas pengolahan yang akan diwujudkan dalam pengolahan nikel dan bauksit,
kerugian kesejahteraan bersih menurun menjadi $5,2 miliar per tahun, namun
deadweight loss terhadap ekonomi dikarenakan kebijakan larangan itu berlanjut
hingga ke level $1,5 miliar per tahun. Total pendapatan ekspor menurun hingga
$4,9 miliar per tahun.
Larangan ekspor akan menurunkan harga domestik untuk bijih dan konsentrat, secara
signifikan mempengaruhi perekonomian dan perusahaan tambang dan menjadikan
usaha pertambangan tidak ekonomis. Larangan ini akan memaksa perusahaan
pertambangan untuk menjual kelebihan pasokan bijih dan konsentrat mereka kepada pabrik
pengolahan dengan harga yang lebih rendah dari harga dunia. Laporan ini menggunakan
dua skenario penurunan harga: penurunan harga sebanyak 25% dan 50%. Bila penurunan
harga 50 persen, perusahaan - perusahaan pertambangan mineral yang tidak diolah akan
mengalami kerugian pendapatan lebih dari $7,44 miliar per tahun mulai tahun 2014 karena
ketidakmampuan mengekspor. Bagian kedua dari kerugian pendapatan para perusahaan
tambang adalah kehilangan efisiensi bagi perekonomian. Kerugian efisiensi ini timbul
karena mineral - mineral yang tidak diolah yang sebenarnya dapat diekspor dalam pasar
bebas dengan harga dunia, dengan biaya produksi hanya sebesar biaya marginal untuk
memproduksi. Dengan larangan ekspor, mineral ini tidak dapat diproduksi dan dijual pada
pasar dunia untuk lebih dari sekedar biaya untuk memproduksinya. Hal ini mencerminkan
adanya kerugian bersih berupa inefisiensi (ataudeadweight loss) terhadap ekonomi lebih
dari $1,5 miliar.
Larangan ekspor akan menurunkan penerimaan negara dari pajak royalti hingga
sebanyak $300 juta per tahun. Karena ekspor dan produksi mineral yang tidak diolah
menurun, maka perolehan pajak royalti bagi pemeringtah juga akan menurun. Kajian ini
juga memperkirakan bahwa apabila tidak ada tambahan kapasitas pengolahan yang segera
hadir setelah larangan dan harga mineral - mineral yang tidak diolah menurun hingga 50%,
besarnya kerugian pendapatan pemerintah karena penurunan royalti akan mencapai $300
juta per tahun.
Larangan ekspor ini juga akan menurunkan pendapatan pemerintah dari pajak
pendapatan dan pajak tidak langsung lainnya hingga sebanyak $1 miliar per tahun.
Estimasi kerugian royalti hanya merupakan bagian kecil dari kerugian pendapatan
pemerintah yang akan terjadi (1) karena pajak pendapatan perusahaan atas penerimaan
perusahaan dari mineral dan pengolahan, dan (2) karena akan ada pengaruh pajak tak
langsung: perusahaan lain di industri ini akan terpengaruh oleh penurunan ekspor
pertambangan dan peningkatan dalam kapasitas pengolahan. Berdasarkan perkiraan yang
wajar mengenai keuntungan dan tarif pajak, pemerintah akan kehilangan antara $1 miliar
dan $1,2 miliar per tahun dengan adanya larangan tersebut dari pajak pendapatan total.
Larangan ekspor tersebut akan mempunyai pengaruh yang substansial pada perolehan
ekspor dalam jangka pendek dan kerugian tersebut dapat meniadakan manfaat yang
akan diperoleh setelah tahun 2020. Laporan ini menunjukan bahwa dengan kapasitas
pengolahan substansial yang sudah siap diwujudkan, larangan ini akan meningkatkan
perolehan ekspor hingga $1,3 miliar sampai tahun 2020. Namun demikian saat kami
mengurangkan perolehan ekspor ini dengan total kerugian inefisiensi ekonomi sebanyak
$729 juta yang disebabkan oleh kebijakan larangan, dampak pada tahun 2020 tidak terlihat
mengesankan dan cenderung kecil jika dibandingkan dengan kerugian dari tahun 2014
hingga tahun 2019.
RANGKUMAN KHUSUS
ini untuk memproses mineral dekat dengan pertambangan. Kunci penentu lokasi
peleburan/penyulingan untuk banyak mineral berkisar pada kebutuhan input pendamping
seperti pembangkit energi yang berbiaya rendah, akses ke lokasi, pengendalian polusi, dan
persyaratan perundang - undangan lainnya, akses ke pembiayaan berbiaya rendah, factor
eksternal ekonomi, pasar untuk produk sampingan, dan lain sebagainya, tidak sekedar
masalah transportasi.
Kunci untuk industrialisasi dan penciptaan lapangan kerja adalah kemampuan untuk
bergabung dengan rantai pasokan global dan bukan dengan mencoba mengerjakan
semua secara mandiri. Hubungan yang terpisah dalam rantai produksi akan lebih mudah
dilakukan untuk menggabungkan teknologi di negara maju dengan upah buruh rendah di
negara bekembang . Didorong oleh penurunan biaya transportasi dan koordinasi, suatu
produk sekarang bukanlah suatu paket faktor sumber daya, teknologi, modal sosial,
kemampuan pemerintah satu negara. Produk sekarang merupakan paket dari faktor
seumber daya alam, teknologi, modal sosial dan kemampuan pemerintah beberapa negara.
Pola perdagangan dan kinerja di banyak negara kini dibentuk oleh posisi mereka di dalam
rantai pasokan global. Dalam suatu rantai pasokan untuk produk tertentu, design dapat
terjadi di satu negara, teknologi dan pengelolaan dapat berasal dari negara lainnya,
komponen suku cadang dapat diproduksi di negara ke tiga, dan perakitan akhir dapat terjadi
di negara ke empat. Jenis perdagangan ini melibatkan aliran faktor produksi secara bolakbalik dan berkesinambungan antar negara yang sebelumnya terjadi di dalam satu , pabrik,
dan perkantoran.
Integrasi ke dalam rantai nilai global memudahkan dan mempercepat industrialisasi.
Transformasi perdagangan telah membuat kemajuan industrialisasi lebih sederhana bagi
negara - negara berkembang. Sebelum revolusi ICT, tidak mungkin untuk mengembangkan
suatu industri kelas dunia kecuali suatu negara telah mempunyai landasan industri yang
maju dan kemampuan teknis yang membutuhkan waktu puluhan tahun.
Persyaratan untuk mengembangkan seluruh rantai produksi domestik dari dasar hingga
ke atas tidak lagi diperlukan. Masing-masing rantai ini kini dapat lebih mudah diperoleh
secara kompetitif - teknologi, manejemen, kendali mutu, dan pemasaran - memudahkan
negara - negara memfokuskan diri pada produksi suatu produk sekompetitif mungkin.
Mendapatkan teknologi berkelas dunia seperti itu dapat memodernisasi segmen industri
negara berkembang hampir dalam satu malam. Hal yang sama, rantai berbiaya tinggi dari
rantai produksi vertikal, yang tidak mempunyai keunggulan komparatifnya, dapat lebih
dengan mudah disediakan (secara outsourced) dan suatu negara dapat mengkonsentrasikan
upayanya pada kegiatan - kegiatan yang lebih kompetitif, menaikkan produktifitas dan
pertumbuhan industri secara agregat.
Fragmentasi produksi membuat dimulainya industrialisasi dan bergerak ke atas dalam
rantai pasok menjadi lebih mudah. Sepanjang suatu negara mempunyai platform imporekspor yang dapat diandalkan - lingkungan bisnis yang baik dan dapat diandalkan, gaji
pekerja yang murah, dan insfrastruktur dasar, maka negara tersebut akan mampu melakukan
bisnis. Juga ada efek samping yang penting, sebagaimana disebutkan di atas. Adalah
merupakan suatu keberuntungan menjadi bagian dari wilayah yang tumbuh dengan cepat,
seperti Asia, dengan fragmentasi rantai pasok yang tinggi, merupakan suatu nilai tambah.
10
Banyak kesempatan yang tersedia utuk memperoleh rantai produksi dari dalam kawasan
maupun dari luar kawasan.
Penelitian menunjukan bahwa campur tangan kebijakan dalam mendorong industri
pengolahan hulu untuk mendiversifikasi ekspor dan meningkatkan kinerja perdagangan
adalah keliru. Forward linkage tidak hanya penting dalam menentukan pola perdagangan
dunia dan perubahan pola - pola ini. Pengalaman internasional menunjukan bahwa ekspor
tumbuh subur dari aktifitas lateral yang erat kaitannya dengan aspek teknologi, faktor
intensitas, dan kapabilitas, dibandingkan kegiatan vertikal yang dikaitkan dengan rantai
produksi. Forward lingkage kedepan ternyata hanya memainkan peran sangate kecil dalam
keberhasilan eskpor. Demikian pulaargumentasi yang mengklaim bahwa kedekatan dengan
sumber daya alam dan penghematan biaya transportasi adalah alasan untuk mempromosikan
industri pengolahan hilir, ternyata tidak didukung oleh bukti lintas negara.
RANGKUMAN KHUSUS
11
Waktu yang diperlukan untuk pengembangan industri peleburan jauh melewati tanggal
pelaksanaan undang - undang. Masa persiapan normal untuk investasi peleburan dan
penyulingan aluminium, tembaga dan nikel umumnya jarang kurang dari lima tahun.
Kecuali jika sebuah pabrik hampir menyelesaikan di awal tahun 2013, ada sedikit peluang
bagi pabrik tersebut untuk dapat beroperasi sebelum tahun 2014, saat larangan yang
ditetapkan mulai berlaku. Orang menjadi tidak yakin terhadapi daftar pelaksanaan
perusahaan pengolahan patungan yang diterbitkan oleh Kementrian ESDM pada bulan
Maret 2012. Daftar ini memberikan tanggal berlakunya produksi untuk 16 proyek, 11
diantaranya diperkirakan beroperasi pada tahun 2014 atau sebelum itu. Sebagaimana telah
disarikan pada diskusi mengenai alumunium dan tembaga, penyelesaian investasi akan
berlangsung lebih lama dari pada yang dibayangkan, dan jikapun ada, hanya sedikit dari 11
proyek itu akan diselesaiakan sebelum waktu yang ditentukan.
Mengimpor produk mineral olahan secara ekonomis lebih efisien dan membantu
menciptakan lapangan kerja daripada investasi untuk peleburan. Dengan
mempertimbangkan segala aspek ekonomi, investasi dan dampak lingkungan dari kebijakan
pelarangan ekspor mineral, mengimpor produk akhir untuk digunakan dalam industri hilir
mungkin merupakan cara terbaik yang dapat dilakukan. Harga logam ditetapkan pada bursa
logam, sehingga peleburan di Indonesia dengan biaya lebih tinggi dari pada pabrik di luar
negeri mungkin sebenarnya merusak nilai dari mineral karena tidak efisien dan biaya
pengolahan yang lebih tinggi tersebut akan diterjemahkan pada penurunan harga logam
pada bursa logam internasional.
Konsekuensi lingkungan hidup dari industri peleburan itu mahal. Apabila tidak dikontrol
secara benar, peleburan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan secara signifikan
(misalnya emisi udara dan hujan asam).
Penyelundupan mineral mentah kemungkinan akan meningkat. Penurunan harga mineral
domestik yang belum diolah setelah adanyalarangan ekspor akan meningkatkan insentif
untuk penyelundupan mineral keluar negeri Hal ini akan menjadi masalah yang perlu
diantipasi pemerintah. Ini akan malah akan meningkatkan kebutuhan akan kebijakan
lainnya, dan bukan mengurangi, Hanya sedikit lapangan kerja yang mampu diciptakan
dari investasi yang tinggi untuk mewujudkan pabrik peleburan tersebut. Investasi publik
secara potensial dapat diarahkan untuk aktifitas yang menghasilkan lebih banyak lapangan
kerja. Peleburan adalah energi-intensif dan menghasilkan angka lapangan kerja sangat kecil:
untuk aluminium, investasi di kilang alumina senilai US$2 miliar pada umumnya akan
mempekerjakan hanya 500 tenaga kerja; sebuah investasi untuk peleburan aluminium
senilai US$3,5 milyar akan mempekerjakan rata-rata hanya sekitar 1,000 tenaga kerja;
investasi di peleburan tembaga senilai US$1,2 miliar akan mempekerjakan rata-rata hanya
sekitar 800 pekerja; untuk nikel, investasi di smelter nikel senilai US$1,7 milyar akan
membuka lapangan kerja hanya untuk sekitar 450 tenaga kerja.
Rekomendasi
Hindari kebijakan yang tidak tepat sasaran dan berlaku ke semua sektor yang memaksa
investasi pada hilir untuk semua sumber daya mineral tanpa mempertimbangkan apakah
pengolahan hilir bernilai ekonomi atau tidak. Jika kebijakan untuk melakukan pengolahan
hilir akan diimplementasikan maka seharusnya (1) selektif dan (2) berdasarkan pada prinsip
12
ekonomi "pilihan terbaik (first-best)" untuk menghindari kerusakan yang tidak disengaja
(collateral damage) . Artinya, jika pengolahan hilir mineral tertentu terlihat menguntungkan
dan menjanjikan dalam meningkatkan pendapatan ekspor, maka kebijakan ekonomi yang
terbaik akan menargetkan intervensi kebijakan pada masalah pengolahan mineral ini secara
langsung, daripada menggunakan pembatasan tidak langsung pada semua ekspor mineral
mentah untuk mensubsidi pengolahan hilir itu melalui penurunan harga input domestik.
Gunakan kebijakan yang selektif, ditujukan untuk pengolahan hilir mineral tertentu
dengan profil investasi yang menguntungkan. Pendekatan yang lebih baik daripada
larangan ekspor seluruh mineral mentah , adalah kebijakan selektif, ditujukan untuk
pengolahan hilir mineral tertentu dengan profil investasi yang menguntungkan dan peluang
yang cukup baik dalam meningkatkan pendapatan ekspor.
Lebih fokus pada kebijakan fiskal daripada sisi produksi industri mineral. Secara umum,
hal terbaik yang harus dilakukan oleh para pembuat kebijakan guna memanfaatkan sumber
daya alamnya ke pasar internasional adalah fokus pada kebijakan fiskal dibandingkan sisi
produksi industri mineral di mana biaya distorsi dapat lebih mahal. Perubahan - perubahan
dalam royalti dan sistem pajak penghasilan tampaknya paling efektif, dengan biaya
kebijakan paling murah.