Anda di halaman 1dari 23

STATUS ANESTESIA

1.1

IDENTITAS PASIEN

Nama

: Ny. N

Umur

: 32 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Status

: Menikah

Agama

: Islam

Pendidikan

: SLTA

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Alamat

: Kp Rawa, Cakung, Jatinegara

1.2

ANAMNESIS

Autoanamnesa 11 Oktober 2014


Keluhan Utama :
Pasien ingin melakukan operasi sesar dikarenakan kehamilannya sudah cukup
bulan dan pernah melakukan operasi sesar sebelumnya.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang perempuan berusia 32 tahun beprofesi sebagai Ibu Rumah
Tangga, datang untuk ke RSIJ Pondok Kopi untuk melakukan operasi sesar
dikarenakan usia kehamilannya sudah cukup bulan (39-40) minggu dan pernah
melakukan operasi sesar sebelumnya serta sekarang sedang mengalami infeksi
pada tulang belakangnya sehingga beresiko untuk melahirkan secara normal.
Sebelumnya ibu tidak merasakan adanya mules seperti akan melahirkan ,
keluar cairan yang banyak atau lendir dan darah. Pasien sudah mengalami infeksi
tulang belakang (TBC Tulang Belakang) sudah 10 bulan, pasien juga rutin
meminum obatnya sudah sepuluh bulan , tepatnya menurut pasien 1 bulan
sebelum kehamilan pasien sudah terkena sakit TBC tulang belakang ini. Lalu
pasien selama kehamilannya tetap mengkonsumsi obat-obatan TBC tulangnya
tetapi dosisnya diturunkan.
Menurut pasien dirumahnya tidak ada yang sakit seperti pasien, atau sakit
TBC, awalnya pasien hanya sering merasakan sakit di tulang belakangnya. Pasien
tidak pernah merasa sesak , batuk-batuk dengan dahaknya bercampur lendir,
1

pasien hanya merasakan sering berkeringat dimalam hari dan berat badannya
turun.
Menurut pasien, tidak memiliki sakit asma, kencing manis dan darah
tinggi. Siklus haid pasien 28 hari. Pada operasi SC sebelumnya tidak mengalami
kendala saat pembiusan.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien tidak pernah sakit TB tulang sebelumnya dan belum pernah
menjalani operasi sebelumnya.
Riwayat Asma, Diabetes Melitus dan Hipetensi di sangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Di keluarga tidak ada yang sakit seperti ini. Riwayat Asma, Diabetes
Melitus, dan Hipertensi di keluarga disangkal.
Riwayat Alergi:
Os mengaku tidak ada riwayat alergi obat-obatan maupun makanan.
Riwayat Obstetri :
Riwayat Kehamilan : G2P1A0
HPHT
: 1 Januari 2014
TP
: 8 Oktober 2014
PNC
: Bidan/1x, SpOG/5x
KB
: Tidak menggunakan KB
Pernikahan ke:1
Usia saat Menikah : 23 tahun
Usia suami
: 25 tahun
Lama Menikah
: 17 tahun

1.3

Pemeriksaan Fisik

Status Generalis :
Kepala : Normochepal
Rambut : Berwarna hitam, distribusi merata, tidak rontok
Mata

: Konjungtiva anemis (-/-), pupil isokor (+/+), sklera ikterik (-/-)

: Air Way

Leher

: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, ukuran leher dalam batas


normal, tidak kaku

Hidung : Tidak ada sekret, tidak terdapat deviasi septum nasi maupun polip
Mulut

: Mukosa bibir lembab, gigi palsu (-), ukuran lidah dalam batas
normal (tidak membesar), pilar faring, uvula dan palatum mole
(+) / (Mallampati I)

: Breathing

Paru
Inspeksi : Bentuk dan pergerakan dinding dada simetris, benjolan tidak
terlihat.
Palpasi : Vocal fremitus paru kanan dan kiri simetris
Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/C

: Circulation

Tekanan Darah
Nadi
Pernafasan
BB

: 120/70 mmHg
: 80 x/mnt
: 22 x/mnt
: 75 kg

TB

: 155 cm

Jantung
Inspeksi

: Iktus cordis tidak terlihat

Palpasi

: Tidak dilakukan

Perkusi

: Tidak dilakukan

Auskultasi

: Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-) , gallop (-)

: Disability

Keadaan Umum : Baik


Kesadaran
: Compos Mentis
GCS
:E=4
V=5

: Eksposure

Suhu

: 36,7 0C

Ekstremitas

: Akral hangat, CRT < 2 dtk

M=6

STATUS OBSTETRI
Inspeksi
Wajah

Chloasma gravidarum (-)

Thorax

Hiperpigmentasi areola (+)


Puting menonjol(+)

Abdomen :

Cembung lembut
Striae gravidarum (+)
Linea nigra (+)
Luka post op. Bekas SC (+)

1.4

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Pemeriksaan

Hasil

Nilai normal

Leukosit

10500

5000-10000 /ul

Haemoglobin

11.7

12.5 15.5 mg/dl

Hematokirt

37

43 51 %

Trombosit

3.00

150000 400000/mm3

Bleeding time

1.00

1 - 3 Menit

Clothing time

4.00

3 - 6 Menit

Diagnosa :
SEORANG WANITA USIA 32 TAHUN PRO SC ATAS INDIKASI STATUS
FISIK TANDA-TANDA VITAL DALAM BATAS NORMAL , TERDAPAT
SPONDILITIS TB, DENGAN ASA 3, AKAN DILAKUKAN OPERASI
DENGAN GENERAL ANASTESI DAN INTUBASI DENGAN ETT
1.5 CATATAN ANESTESI
PEMERIKSAAN PRA BEDAH
Anamnesis Singkat

: Asma (-), Alergi (-), lensa kontak (-), Hipertensi (-),


Belum pernah operasi sebelumnya, Puasa dari jam 09.30
wib

TB

: 155 cm

BB

: 75 kg

TD

: 120/70 mmHg

: 80 x/mnt

RR

: 22 x/mnt

Suhu

: 36,7

Keadaan Umum

: Baik

STATUS FISIK
American Society of Anesthesiologists (ASA) :
1.

Pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik & biokimia.

2.

Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang.

3.

Pasien dengan penyakit sistemikberat, aktivitas rutin terbatas.

4.

Pasien dengan penyakit sistemik berat, tidak dapat melakukan


aktivitas rutin dan penyakitnya merupakan ancaman kehidupan sehariharinya.
5

5.

Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan


hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam.

DIAGNOSIS DAN RENCANA TINDAKAN ANASTESI


Diagnosis pra-bedah

: SC dengan Bekas SC & spondylitis TB

Jenis pembedahan

: SC

Keadaan Preoperatif

: Pasien puasa selama 7 jam. Keadaan pasien


tampak baik, kooperatif, tekanan darah 120/70
mmHg, nadi 80 x/menit.

Jenis anestesi

: Anestesi Umum (General Anestesi)

Teknik anestesi

: Induksi IV + Inhalasi, Intubasi dengan ETT no.7,5


kedalaman 20 cm, cuf (+)

Respirasi

: Control respirasi

Posisi pasien

: Terlentang / Supine

Infus

: Assering

Pelaksanaan anestesi dimulai pukul

: 15.15 WIB

Pelaksanaan bedah dimulai pukul

: 15.20 WIB

PELAKSANAAN ANASTESI
General anestesi dengan intubasi ETT dengan menggunakan obat-obatan :
o Pre medikasi:
Fentanyl 100 g.
o Induksi :
Propofol 100 mg
o Intubasi (Muscle relaxant) :
Atrakurium 25 mg
o Maintenance :
Oksigen : N2O 1:1 L/menit,
Gas Sevofluran 1-2 vol %
o Lain-lain :
Ketamin 20 mg
Ketorolac 30 mg jam 16.00
Pospargin 0,2 mg
Ondansetron 4 mg
Pronalges supp
Tramadol supp
o Cairan :

Asering 500 cc
Kebutuhan Cairan dg BB 75 kg:

10 x 4 = 40
10 x 2 = 20
55 x 1 = 55
115 cc/jam
Kebutuhan puasa pada pasien ini (berpuasa 7 jam) :
7 x 115 cc /jam = 805 cc
o Pada pasien dilakukan anestesia umum dengan ETT No. 7,5
Setelah pemberian Pre medikasi dengan fentanyl, pasien mulai di
induksi dengan pemberian Propofol
Dalam waktu 1 menit pasien langsung tertidur
Cek reflek bulu mata,bila negatif baru lakukan sungkup (face
mask)
Diberikan oksigenasi lagi
Kemudian di berikan Relaxant (atrakurium)
Setelah 2 3 menit diliat di monitor saturasi 100 %, cukup untuk
melakukan intubasi, lepaskan sungkup
Intubasi di mulai
Masukkan laringoskopi dengan tangan kiri sampai terlihat epiglotis
dan rima glottis
Masukkan ETT berukuran 7 dengan kedalaman 20 cm
Uji paru dengan melakukan asis kemudian auskultasi di apex paru;
jika paru kanan dan kiri sama lanjutkan
Hubungkan OTT dengan pipa gas, berikan O dan NO dengan
perbandingan 1:1, VT: 300, sevofluran 1-2 vol%,
Fiksasi ETT :
fiksasi interna dengan cara gelembungkan ballon (cuff) dengan
spuit
Fiksasi eksterna: dengan plester agar posisi ETT tidak berubah
Masukkan guedel
Mata pasien diberikan salep atau ditutup dengan plester
Pembedahan di mulai...Pantau TTV
Setelah pembedahan selesai....

EKSTUBASI

Matikan agen-agen inhalasi


Lepaskan semua plester yang menfiksasi ETT
Kempiskan cuff (ballon) dengan spuit 20 cc
Keluarkan ETT dari mulut pasien perlahan-lahan
Pasang sungkup kembali, sambil memperhatikan saturasi
Oksigenasi dengan memberikan O sambil memperhatikan gerakan

pola nafas pasien


suction
Bangunkan pasien (tepuk bahunya atau tekan mandibula) dan
Rangsang pasien untuk bernafas spontan

1.6

KEADAAN POST OPERASI


Pasien dipindahkan ke ruang RR pada pukul WIB.
Di ruang RR dilakukan pemasangan monitor dan diberikan O2 2 liter/menit.
Tanda-tanda vital
-

Tekanan Darah
Nadi
Pernafasan
Suhu
Saturasi O2

:
:
:
:
:

139/89 mmHg
81 x/menit
20 x/menit
36,2 C
98%

Komplikasi selama pembedahan : Komplikasi setelah pembedahan : Pada Pukul 16.30 pasien dipindahkan ke ruang perawatan dan selama di
ruang RR tensi, nadi dan saturasi pasien stabil.
Aldrete score saat pasien diantar ke ruangan:
No. NILAI
1.
KESADARAN
# sadar, orientasi baik (2)
# dapat dibangunkan (1)
# tidak dapat dibangunkan (0)
2.
WARNA
# merah muda (pink) tanpa O2, Sa O2 >92% (2)
# pucat atau kehitaman, perlu O2 agar Sa O2> 90% (1)
# sianosis, dengan O2 SaO2 tetap <90% (0)
3.
AKTIVITAS
# 4 ekstrimitas bergerak (2)
# 2 ekstrimitas bergerak (1)
# tak ada ekstrimitas bergerak (0)

4.

RESPIRASI
# dapat nafas dalam, batuk (2)
# nafas dangkal, sesak nafas (1)
# apnoe atau obstruksi (0)
5.
KARDIOVASKULAR
# tekanan darah berubah <20% (2)
# berubah 20-30% (1)
# berubah >50 % (0)
JUMLAH
Total score 10, dapat dipindahkan dari recovery room.

10

BAB II

ANALISA MASALAH

Masalah pada kasus :

Perubahan anatomis , fisiologis, Biokimiawi obat dan teknik anestesi

Pengaruh terhadap janin atau kehamilan.selama pembiusan.

Infeksi Tulang Belakang.

Berdasarkan anamnesa :
-

Pernah melakukan SC sebelumnya.

Pada operasi SC sebelumnya tidak mengalami kendala saat


pembiusan.

Riwayat menstruasi (siklus pasien 28 hari)


Siklus menstruasi dapat berfungsi sebagai panduan untuk keadaan
lain

dan mengesampingkan

kemungkinan

kondisi patologis

saat

kehamilan. Perdarahan uterus abnormal atau berkepanjangan dapat


diproduksi oleh berbagai gangguan endokrin dan metabolik, termasuk
hipotiroidisme, hyperprolactemia, koagulopati, dan gangguan metabolisme
insulin, yang akhirnya dapat mempengaruhi perawatan anestesi1.

Sumber : Anesthesiology At.Glance , Tahun 2008 Hal (1471)

Infeksi Tulang belakang :

10

Pada pasien tidak bisa dilakukan karena terdapat infeksi ditulang


belakang yang merupakan kontraindikasi absolut.
Indikasi Anestesi Spinal
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Bedah ekstremitas bawah.


Bedah panggul
Tindakan sekitar rektum-perineum
Bedah obstetri ginekologi
Bedah urologi
Bedah abdomen bawah8

Kontra Indikasi Anestesi Spinal


Kontra indikasi absolut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Pasien menolak untuk dilakukan anestesi spinal


Terdapat infeksi pada tempat suntikan
Hipovolemia berat sampai syok
Menderita koagulopati dan sedang mendapat terapi antikoagulan
Tekanan intrakranial yang meningkat
Fasilitas untuk melakukan resusitasi minim
Kurang berpengalaman atau tanpa konsultan anestesi

Kontra indikasi relatif :


a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Menderita infeksi sistemik ( sepsis, bakteremi )


Terdapat infeksi disekitar tempat suntikan
Kelainan neurologis
Kelainan psikis
Bedah lama
Menderita penyakit jantung
Hipovolemia
Nyeri punggung kronis.13

2.1 Perubahan Fisiologi Selama Kehamilan


Selama kehamilan, peningkatan konsentrasi hormon pada ibu hamil akan
mempengaruruhi perkembangan uterus dan metabolik secara signifikan.5
2.1.1

Sistem pernapasan

Kebutuhan oksigen selama kehamilan meningkat hingga 60%. Selain itu, Cardiac
output dan ventilasi permenit juga meningkat. Meningkatnya ventilasi permenit
diakibatkan karena meningkatnya laju napas dan volume tidal hingga 45% hingga
menyebabkan alkalosis pernapasan ringan. Peningkatan ventilasi permenit
dimediasi oleh progesteron yang menstimulasi pernapasan. Peningkatan pH akan

11

dibatasi dengan peningkatan eksresi bikarbonat di ginjal. Relatif hipokapnia


dipertahan karena peningkatan PaCO2 pada ibu dapat membatasi gradient untuk
difusi dari ddarah ibu ke janin yang dapat mengakibatkan asidosis janin. Plasma.
Functional residual capacity (FRC) menurun sampai 15-20%, cadangan oksigen
juga berkurang, yang merupakan cadangan oksigen dalamm keadaan apnoe. Hal
ini karena desakan uterus terhadap diafragma.3,5,6
Airway manajemen mungkin menantang selama kehamilan. Tas-mask ventilasi
mungkin lebih sulit karena jaringan lunak meningkat di leher. Laringoskopi dapat
terhalang oleh penambahan berat badan dan payudara yang membengkak.
Peningkatan edema pita suara karena peningkatan permeabilitas kapiler dapat
menghambat intubasi dan meningkatkan risiko perdarahan. Hal ini dapat membuat
upaya lebih lanjut di intubasi lebih sulit dan meningkatkan kejadian intubasi
gagal. Peningkatan konsumsi oksigen ibu dan dikurangi hasil FRC di desaturasi
oksigen cepat selama upaya intubasi. Intubasi nasal harus dihindari karena
vaskularisasi meningkat pada membran mukosa.3,5,6
2.1.2

Sistem kardiovaskular

Peningkatan isi sekuncup/stroke volume sampai 30%, hingga peningkatan


frekuensi denyut jantung sampai 15%, peningkatan curah jantung sampai 40%.
Volume plasma meningkat sampai 45% sementara jumlah eritrosit meningkat
hanya sampai 25%, menyebabkan terjadinya dilutional anemia of pregnancy.
Meskipun terjadi peningkatan isi dan aktifitas sirkulasi, penekanan/kompresi vena
cava inferior dan aorta oleh massa uterus gravid dapat menyebabkan terjadinya
supine hypertension syndrome. Jika tidak segera dideteksi dan dikoreksi, dapat
terjadi penurunan vaskularisasi uterus sampai asfiksia janin.6 Pada sectio cesarea,
dapat terjadi perdarahan sampai 1000 cc. Meskipun demikian jarang diperlukan
transfusi. Hal itu karena selama kehamilan normal terjadi juga peningkatan faktor
pembekuan VII, VIII, X, XII dan fibrinogen sehingga darah berada dalam
hypercoagulable state.5,6
2.1.3

Sistem gastrointestinal

12

Beredar progesteron mengurangi tonus sfingter esofagus bawah, meningkatkan


kejadian refluks esofagus. Hal ini lebih diperburuk oleh perubahan anatomi.
Uterus gravid menyebabkan peningkatan tekanan intragastrik dan perubahan
sudut gastroesophageal junction, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya
regurgitasi dan aspirasi pulmonal isi lambung. Selain itu, dalam keadaan yang
sama, produksi asam lambung meningkat. Hal ini dapat meningkatkan resiko dan
keparahan pneumonitis aspirasi dengan anestesi umum. Hal ini tejadi terutama
pada usia gestasi 16-20 minggu.3,6
Disarankan bahwa dari 16 minggu usia kehamilan pasien yang menjalani anestesi
umum harus diberikan profilaksis terhadap pneumonitis aspirasi. Hal ini biasanya
diberikan antasida non-partikulat tersebut sebagai natrium sitrat 0.3M 30ml dan
reseptor H2 antagonis misalnya ranitidin 150 mg oral atau 50 mg intravena.
Beberapa anestesi juga dapat memilih untuk memberikan prokinetik seperti
metoclopramide. Induksi anestesi harus dengan teknik urutan yang cepat dengan
tekanan krikoid. Pada saat diekstubasi pasien benar dijaga pada posisi lateral.3
2.1.4

Perubahan Farmakokinetik dan Farmakodinamik

Akibat peningkatan endorphin dan progesteron pada wanita hamil, konsentrasi


obat inhalasi yang lebih rendah cukup untuk mencapai anestesia; kebutuhan
halotan menurun sampai 25%, isofluran 40%, metoksifluran 32%. Pada anestesi
epidural atau intratekal (spinal), konsentrasi anestetik lokal yang diperlukan untuk
mencapai anestesi juga lebih rendah. Hal ini karena pelebaran vena-vena epidural
pada kehamilan menyebabkan ruang subarakhnoid dan ruang epidural menjadi
lebih sempit. Faktor yang menentukan yaitu peningkatan sensitifitas serabut saraf
akibat meningkatnya kemampuan difusi zat-zat anestetik lokal pada lokasi
membran reseptor. 3,5,6
Transfer obat dari ibu ke janin melalui sirkulasi plasent Juga menjadi
pertimbangan, karena obat-obatan anestesia yang umumnya merupakan depresan,
dapat juga menyebabkan depresi pada janin. Harus dianggap bahwa semua obat
dapat melintasi plasenta dan mencapai sirkulasi janin. 3,5,6.
2.2 Manejemen Anestesi pada Ibu Hamil

13

Dalam rangka untuk memberikan anestesi yang aman bagi ibu dan janin,
adalah penting untuk mengingat perubahan fisiologis dan farmakologis yang
menjadi ciri tiga trimester kehamilan; perubahan ini dapat menimbulkan bahaya
bagi mereka berdua. Dokter anestesi memiliki tujuan sebagai berikut:4
-mengoptimalkan dan menjaga fungsi fisiologis normal pada ibu;
-mengoptimalkan dan menjaga aliran darah utero-plasenta dan pemberian
oksigen;
-menghindari efek obat yang tidak diinginkan pada janin;
-menghindari merangsang miometrium (efek oxytocic)

2.2.1 Penilaian Pre-operatif


Tindakan anestesi selama kehamilan perlu melibatkan hubungan dekat
dengan dokter kandungan dan termasuk penilaian USG dari janin selain itu juga
diperlukan konsultasi dengan Neonatologist. Selama penyelidikan radiologi,
paparan janin harus diminimalkan. Hasil tes darah yang relevan harus tersedia.4
Pra-pengobatan harus selalu menyertakan profilaksis aspirasi seperti
ranitidin sitrat, natrium dan metoclopramide. Premedikasi anxiolysis (Misalnya,
midazolam 1 mg) mungkin diperlukan untuk cemas nifas, seperti katekolamin
tinggi dapat menurunkan rahim aliran darah. Analgesia harus diresepkan mana
yang tepat untuk menghindari efek merusak dari stres pada ibu dan janin. Nonsteroid anti-inflamasi obat harus dihindari, karena risiko penutupan prematur
duktus arteriosus. Namun, aspirin dosis rendah, bahkan ketika diminum secara
teratur, tampaknya aman dalam hal ini.4,5
2.2.2 Pertimbangan Obat
Antara 15 dan 56 hari kehamilan, embrio manusia dikatakan paling rentan
terhadap efek teratogenik obat.7 Sejak tahun 1978, sebagian besar obat yang
digunakan dalam obat-obatan dan anestesi telah ditetapkan kode dalam Katalog

14

Swedia Specialities Farmasi Terdaftar ( Fass). Kode-kode ini panduan untuk


pilihan yang sesuai dari agen sehubungan dengan efek pada janin, plasenta dan
rahim-plasenta aliran darah, dan kemungkinan aborsi. Studi hasil dalam jumlah
besar perempuan yang menjalani operasi selama kehamilan menunjukkan tidak
ada peningkatan kelainan bawaan, tetapi risiko yang lebih besar dari pembatasan
aborsi, pertumbuhan dan berat badan lahir rendah.

Studi ini menyimpulkan

bahwa masalah dihasilkan dari penyakit primer atau prosedur bedah itu sendiri
daripada paparan anestesi.8
Meskipun data yang tersedia tidak lengkap, penelitian menunjukkan
bahwa pemberian suatu analgesik, hipnotis opioid atau obat penenang tidak akan
memiliki efek merusak pada embrio atau perkembangan janin. Konsensus saat ini
adalah bahwa benzodiazepin tidak teratogenik dan dosis tunggal tampaknya aman.
Karena kekhawatiran tentang peningkatan risiko sumbing, penggunaan biasa,
terutama pada trimester pertama, mungkin harus dihindari.9
2.2.3 Anestesi dan gestasi
Operasi elektif sebaiknya tidak dilakukan sama sekali selama kehamilan.
Operasi darurat harus melanjutkan tanpa memandang usia kehamilan dan tujuan
utama adalah untuk melestarikan kehidupan ibu. Dimana layak, operasi sering
ditunda sampai trimester kedua untuk mengurangi resiko teratogenitas dan
keguguran, meskipun tidak ada bukti kuat untuk mendukung hal ini.4
2.2.4 Anestesi pada Trimester Pertama
Setelah 6-8 minggu kehamilan, jantung, hemodinamik, pernafasan,
parameter metabolik dan farmakologis yang jauh berubah. Dengan peningkatan
ventilasi menit dan konsumsi oksigen dan penurunan dalam cadangan oksigen
(penurunan kapasitas residu fungsional dan volume residu), wanita hamil menjadi
lebih cepat hypoxaemic. Oksigen harus selalu diberikan selama periode rentan
untuk mempertahankan oksigenasi.4
Manajemen jalan napas oleh masker wajah, masker laring atau intubasi
trakea bisa secara teknis sulit karena diameter anteroposterior dinding dada

15

meningkat, pembesaran payudara, edema laring dan berat badan mempengaruhi


jaringan lunak leher.

Canul nasal harus dihindari dalam kehamilan karena

peningkatan vaskularisasi selaput lendir. Penurunan konsentrasi cholinesterase


plasma sebanyak 30% secara teori menyebabkan succinylcholine, anestesi lokal
ester memiliki efek yang lebih lama.4
Aspirasi profilaksis dianjurkan dari awal trimester kedua. Kehamilan
berhubungan dengan persyaratan anestesi yang lebih rendah, meskipun
mekanisme ini tidak diketahui. Konsentrasi minimum alveolar (MAC) untuk
anestesi inhalasi berkurang sebesar 30% sedini 8-12 minggu kehamilan. Obat IV
yang menginduksi anestesi umum juga harus diberikan dalam dosis yang lebih
rendah.4
Kesejahteraan janin harus dinilai oleh USG atau Doppler sebelum dan
setelah anestesi dan pembedahan.

Karena peningkatan risiko hipoksemia,

kesulitan dengan intubasi, aspirasi asam dan risiko bagi janin, anestesi regional
lebih dipilih dari anestesi umum jika keadaan memungkinkan.4
2.2.5 Anestesi pada trimester kedua
Kompresi Aortocaval adalah bahaya yang paling ditakutkan pada operasi
ibu hamil dengan usia gestasi lebih dari 20 minggu. Karena berat uterus dapat
mendesak vena inferior yang mengakibatkan penurunan aliran vena dan cardiac
output. Sehingga mengakibatkan penurunan aliran darah uterus-plasenta. Hal ini y
dapat terjadi pada bebepa wanita hamil dengan posisi telentang. Biasanya keadaan
ini dapat dikompensasi dengan vasokontriksi dan takikardi pada ekstremitas atas. 5
Efek ini dapat diperburuk oleh regional atau anestesi umum ketika mekanisme
kompensasi normal dilemahkan atau dihapuskan. Aortocaval kompresi dapat
dihindari dengan menggunakan posisi lateral. Hal ini juga dapat dikurangi dengan
perpindahan rahim melalui wedging atau perpindahan manual.4
Kehamilan

berhubungan

dengan

keadaan

hiperkoagulasi

karena

peningkatan pro-koagulan faktor. Insiden komplikasi tromboembolik setidaknya


lima kali lebih besar selama kehamilan; tromboprofilaksis sangat penting.10

16

2.2.6 Anestesi untuk trimester ketiga


Pada usia kehamilan ini, melahirkan melalui operasi caesar sebelum
operasi utama adalah sering dianjurkan.

Bila memungkinkan, operasi harus

ditunda 48 jam untuk memungkinkan terapi steroid untuk meningkatkan


pematangan paru janin.

Mungkin lebih tepat untuk melahirkan bayi dengan

anestesi regional, kemudian dikonversi ke anestesi umum untuk operasi definitif.


Anestesi pasca persalinan harus disesuaikan dengan persyaratan bedah, dengan
tindakan pencegahan bahwa agen-agen volatil harus dihentikan atau digunakan
hanya dalam dosis kecil (<0,5 MAC) bersama dengan oxytocics untuk
meminimalkan risiko atonia uteri dan perdarahan.4
Bedah, stres dan anestesi dapat menekan laktasi, setidaknya untuk
sementara. Kebanyakan obat diekskresikan ke dalam ASI, namun, hanya sedikit
yang benar-benar dikontraindikasikan selama menyusui (zat radioaktif misalnya,
ergotamine, lithium, agen psikotropika.4
2.2.7 Pengawasan Post-operatif
Denyut jantung janin (DJJ) dan aktivitas uterus harus dipantau selama
pemulihan dari anestesi. Jika janin layak untuk persalinan prematur, konsultasi
dengan konsultan pediatric telah mennyarankan, jika perlu, pasien harus
dipindahkan ke rumah sakit dengan perawatan intensif neonatal unit. Analgesia
yang memadai harus diperoleh dengan sistemik atau opioid tulang belakang.
Anestesi regional lebih disukai karena opioid sistemik dapat mengurangi
variabilitas DJJ. Penggunaan rutin dan berkepanjangan nonsteroid obat
antiinflamasi sebaiknya dihindari karena efek janin potensial (misalnya, prematur
penutupan

ductus

arteriosus

dan

pengembangan

oligohidramnion).

Acetaminophen aman untuk meresepkan dalam pengaturan ini. Mobilisasi awal


dan profilaksis trombosis vena harus harus diwaspadai pada pasien beresiko untuk
tromboemboli.5
2.3 Obat Anestesi yang Aman Untuk Ibu Hamil

17

Kedua jenis anestesi umum dan spinal telah dianggap berhasil digunakan
untuk operasi non obstetric pada ibu hamil. Tidak ada penelitian yang terbaru
menunjukkan keunggulan suatu teknik dibandingkan yang lain dalam hal hasil
bagi janin. Anestesi spinal memang mencegah resiko yang potensial akan
kegagalan intubasi dan aspirasi serta mengurangi pemaparan teratogen yang
potensial bagi janin.Dalam anestesi dan operasi, calon janin paling baik dipastikan
dengan perawatan yang cermat dari parameter hemodinamik dan oksigenasi ibu.
Pemantauan tertutup akan respon janin terhadap tanda-tanda kegawatan sangat
direkomendasikan.11
Saat penilaian preoperasi, premedikasi untuk menenangkan kegelisahan
bisa untuk dipertimbangkan. Profilaksis terhadap aspirasi pneumonitis dengan
H2- reseptor antagonis dan nonpartikulat antasida harus diberikan sejak 16
minggu gestasi. Sejak saat tersebut, pasien harus dipertimbangkan berada pada
resiko kompresi aortocaval dan aspirasi pneumonitis.11
Anestesiaa umum biasanya dipertahankan dengan agen anestetik yang
mudah menguap, yaitu udara oksigen atau campuran N2O/O2. Studi terbaru
tidak menemukan N2O teratogenik dalam penggunaan klinis. Efek dari anestesia
umum yang ringan dan berasosiasi dengan katekolamin yang menghasilkan
terganggunya perfusi uteroplacental yang dianggap berbahaya bagi janin.11
Tekanan positif ventilasi harus digunakan dengan perawatan dan akhir
tidal level CO2 harus dipertahankan dalam batasan yang terlihat normal dalam
kehamilan.Ada hubungan linear antara PaCO2 maternal dengan PaCO2 janin.11
Maternal hiperkarbia membatasi gradient dari difusi CO2 dari janin ke
darah ibu dan dapat menyebabkan asidosis janin, sehingga meningkatkan resiko
kematian janin. Dengan alasan ini, analisa gas darah rutin sangat dianjurkan
dalam operasi laparaskopi, dimana CO2 digunakan untuk menetapkan dan
mempertahankan pneumoperitoneum. Studi terbaru menemukan korelasi yang
baik antara tidal akhir CO2 dan PaCO2 dalam kehamilan dan menyimpulkan
bahwa gradient sebelumnya dapat digunakan dengan aman sebagai petunjuk
ventilasi selama laparaskopi pada pasien hamil.11

18

Aplikasi terhadap positif dan tekanan ekspirasi harus dipertimbangkan


pada perubahan hemodinamik yang dapat membahayakan perfusi plasenta. Pasien
harus diekstubasi sehingga sadar penuh dalam posisi lateral setelah melakukan
suction orogastric untuk bertahannya aspirasi sampai reflek jalan napas yang
aman telah kembali.11
Tabel 2.1 Obat-obat anestesi dalam kehamilan adalah:12
Obat Anestesi
AAP
Nama Obat

approved?
*

Kategori

Risiko
Risiko Menyusui**
Kehamilan**

Anestesi Lokal
Articaine (Septocaine)

NR

NR

Bupivacaine (Marcaine)

NR

L2

Lidocaine (Xylocaine)

Approved C

L2

NR

L3

NR

L3

Halothane (Fluothane)

Approved C

L2

Isoflurane (Forane)

NR

NR

Ketamine

NR

NR

Methohexital (Brevital)

Approved B

L3

Nitrous oxide

NR

L3

Sevoflurane (Ultane)

NR

L3

Thiopental (Pentothal)

Approved C

L3

Mepivacaine

(Carbocaine,

Polocaine)
Procaine HCL (Novocaine)
Anestesi Umum

19

Obat lain yang sering digunakan selama anestesi


Sedatives
Diazepam (Valium)

Concern D

L3; L4 for chronic


use

Midazolam (Versed)

Concern D

L3

Propofol (Diprivan)

NR

L2

Triazolam (Halcion)

NR

L3

Alfentanil (Alfenta)

NR

L2

Fentanyl (Sublimaze)

Approved B

L2

Hydromorphone (Dilaudid)

NR

L3

Morphine

Approved B

L3

Flumazenil (Romazicon)

NR

NR

Naloxone (Narcan)

NR

NR

NR

NR

NR

L1

Narcotic Analgesics

Reversal Medication

Steroids
Decadron (Dexamethasone)
Stimulants
Epinephrine (Adrenaline)

Anti-nausea

20

Promethazine (Phenergan)

NR

L2

* Per the AAP (American Academic of Pediatric) Policy Statement Transfer Obat
dan Bahan Kimia Lainnya Ke ASI, direvisi September 2001.

Approved: Obat yang cocok untuk ibu menyusui

Concern: Obat yang efeknya pada bayi yang menyusui tidak diketahui
tetapi harus diperhatikan

Caution: Obat yang telah berhubungan dengan efek yang signifikan pada
beberapa bayi yang menyusui dan harus diberikan pada ibu menyusui
dengan perhatian

NR: Not Reviewed. Obat ini belum ditinjau oleh AAP.

** Per Medications and Mothers Milk by Thomas Hale, PhD (edisi 2004).
Kategori Resiko Laktasi

L1 (sangat aman)

L2 (aman)

L3 (sedang)

L4

A (studi kontrol menunjukkan tidak


adanya resiko)

B (tidak

ada bukti

resiko pada

manusia)
(kemungkinan

berbahaya)

Kategori Resiko Kehamilan

L5 (kontra indikasi)

C (resiko tidak bisa dicegah)

D (positif adanya resiko)

X (kontraindikasi dalam kehamilan)

NR: Not Reviewed. Obat ini belum ditinjau oleh Hale. (Hale, 2004)

21

DAFTAR PUSTAKA
1. Latief SA, Suryadi KA. Dahlan, M.R., 2007. Anestesiologi. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
2. Li G, Huang MS, Lena S. 2009. Epidemiology of Anesthesia-related
Mortality in the United State, 1999-2005. Anesthesiology 110 (40): 759-765
3. Hool A. 2010. Anaesthesia In Pregnancy For Non-Obstetric Surgery. World
Federation of Societies of Anesthesiologist 185: 1-9
4. Walton NKD, Melachuri VK. 2006. Anaesthesia for non-obstetric surgery
during pregnancy. Contin Educ Anaesth Crit Care Pain 6 ( 2): 83-85
5. Carvalho B. 2006. Nonobstetric Surgery During Pregnancy, IARS Review
Course Lectures.
6. Heazell A. and Clift J. 2008. Obstetrics For Anaesthetists. Cambridge
University Press. Cambridge

22

7. Goodman S. 2002 Anaesthesia for non obstetric surgery in the pregnant


patient. Semin Perinatol 26:136-45
8. Mazze RI, Kallen B. 1989. Reproductive outcome after anaesthesia and
operation during pregnancy: a registry study of 5405 cases. Am J Obstet
Gynecol 161:1178-85
9. Koren G, Pastuszak A, Ito S. 1998. Drugs in pregnancy. N Engl J Med
338:1128-37
10. Barron WM. 1985. Medical evaluation of the pregnant patient requiring
non-obstetric surgery. Clin Perinatol 12:481-96
11. Roisin NM, and David A. 2006. Anesthesia in pregnant patients for
nonobstetric surgery. J of Clin Anesth 18: 6066
12. Hale, Thomas. Medication and Mothers Milk. Ed 11. Pharmasoft Medical
Publishing, 2004.
13. Mikhael MS. Obstetric Anaesthesia. In: Morgan GE ed. Clinical
Anesthesiology 1st edition. Los Angles: Prentice Hall International,1992:622.

23

Anda mungkin juga menyukai