Laporan Word Anestesi
Laporan Word Anestesi
1.1
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. N
Umur
: 32 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status
: Menikah
Agama
: Islam
Pendidikan
: SLTA
Pekerjaan
Alamat
1.2
ANAMNESIS
pasien hanya merasakan sering berkeringat dimalam hari dan berat badannya
turun.
Menurut pasien, tidak memiliki sakit asma, kencing manis dan darah
tinggi. Siklus haid pasien 28 hari. Pada operasi SC sebelumnya tidak mengalami
kendala saat pembiusan.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien tidak pernah sakit TB tulang sebelumnya dan belum pernah
menjalani operasi sebelumnya.
Riwayat Asma, Diabetes Melitus dan Hipetensi di sangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Di keluarga tidak ada yang sakit seperti ini. Riwayat Asma, Diabetes
Melitus, dan Hipertensi di keluarga disangkal.
Riwayat Alergi:
Os mengaku tidak ada riwayat alergi obat-obatan maupun makanan.
Riwayat Obstetri :
Riwayat Kehamilan : G2P1A0
HPHT
: 1 Januari 2014
TP
: 8 Oktober 2014
PNC
: Bidan/1x, SpOG/5x
KB
: Tidak menggunakan KB
Pernikahan ke:1
Usia saat Menikah : 23 tahun
Usia suami
: 25 tahun
Lama Menikah
: 17 tahun
1.3
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis :
Kepala : Normochepal
Rambut : Berwarna hitam, distribusi merata, tidak rontok
Mata
: Air Way
Leher
Hidung : Tidak ada sekret, tidak terdapat deviasi septum nasi maupun polip
Mulut
: Mukosa bibir lembab, gigi palsu (-), ukuran lidah dalam batas
normal (tidak membesar), pilar faring, uvula dan palatum mole
(+) / (Mallampati I)
: Breathing
Paru
Inspeksi : Bentuk dan pergerakan dinding dada simetris, benjolan tidak
terlihat.
Palpasi : Vocal fremitus paru kanan dan kiri simetris
Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/C
: Circulation
Tekanan Darah
Nadi
Pernafasan
BB
: 120/70 mmHg
: 80 x/mnt
: 22 x/mnt
: 75 kg
TB
: 155 cm
Jantung
Inspeksi
Palpasi
: Tidak dilakukan
Perkusi
: Tidak dilakukan
Auskultasi
: Disability
: Eksposure
Suhu
: 36,7 0C
Ekstremitas
M=6
STATUS OBSTETRI
Inspeksi
Wajah
Thorax
Abdomen :
Cembung lembut
Striae gravidarum (+)
Linea nigra (+)
Luka post op. Bekas SC (+)
1.4
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Pemeriksaan
Hasil
Nilai normal
Leukosit
10500
5000-10000 /ul
Haemoglobin
11.7
Hematokirt
37
43 51 %
Trombosit
3.00
150000 400000/mm3
Bleeding time
1.00
1 - 3 Menit
Clothing time
4.00
3 - 6 Menit
Diagnosa :
SEORANG WANITA USIA 32 TAHUN PRO SC ATAS INDIKASI STATUS
FISIK TANDA-TANDA VITAL DALAM BATAS NORMAL , TERDAPAT
SPONDILITIS TB, DENGAN ASA 3, AKAN DILAKUKAN OPERASI
DENGAN GENERAL ANASTESI DAN INTUBASI DENGAN ETT
1.5 CATATAN ANESTESI
PEMERIKSAAN PRA BEDAH
Anamnesis Singkat
TB
: 155 cm
BB
: 75 kg
TD
: 120/70 mmHg
: 80 x/mnt
RR
: 22 x/mnt
Suhu
: 36,7
Keadaan Umum
: Baik
STATUS FISIK
American Society of Anesthesiologists (ASA) :
1.
2.
3.
4.
5.
Jenis pembedahan
: SC
Keadaan Preoperatif
Jenis anestesi
Teknik anestesi
Respirasi
: Control respirasi
Posisi pasien
: Terlentang / Supine
Infus
: Assering
: 15.15 WIB
: 15.20 WIB
PELAKSANAAN ANASTESI
General anestesi dengan intubasi ETT dengan menggunakan obat-obatan :
o Pre medikasi:
Fentanyl 100 g.
o Induksi :
Propofol 100 mg
o Intubasi (Muscle relaxant) :
Atrakurium 25 mg
o Maintenance :
Oksigen : N2O 1:1 L/menit,
Gas Sevofluran 1-2 vol %
o Lain-lain :
Ketamin 20 mg
Ketorolac 30 mg jam 16.00
Pospargin 0,2 mg
Ondansetron 4 mg
Pronalges supp
Tramadol supp
o Cairan :
Asering 500 cc
Kebutuhan Cairan dg BB 75 kg:
10 x 4 = 40
10 x 2 = 20
55 x 1 = 55
115 cc/jam
Kebutuhan puasa pada pasien ini (berpuasa 7 jam) :
7 x 115 cc /jam = 805 cc
o Pada pasien dilakukan anestesia umum dengan ETT No. 7,5
Setelah pemberian Pre medikasi dengan fentanyl, pasien mulai di
induksi dengan pemberian Propofol
Dalam waktu 1 menit pasien langsung tertidur
Cek reflek bulu mata,bila negatif baru lakukan sungkup (face
mask)
Diberikan oksigenasi lagi
Kemudian di berikan Relaxant (atrakurium)
Setelah 2 3 menit diliat di monitor saturasi 100 %, cukup untuk
melakukan intubasi, lepaskan sungkup
Intubasi di mulai
Masukkan laringoskopi dengan tangan kiri sampai terlihat epiglotis
dan rima glottis
Masukkan ETT berukuran 7 dengan kedalaman 20 cm
Uji paru dengan melakukan asis kemudian auskultasi di apex paru;
jika paru kanan dan kiri sama lanjutkan
Hubungkan OTT dengan pipa gas, berikan O dan NO dengan
perbandingan 1:1, VT: 300, sevofluran 1-2 vol%,
Fiksasi ETT :
fiksasi interna dengan cara gelembungkan ballon (cuff) dengan
spuit
Fiksasi eksterna: dengan plester agar posisi ETT tidak berubah
Masukkan guedel
Mata pasien diberikan salep atau ditutup dengan plester
Pembedahan di mulai...Pantau TTV
Setelah pembedahan selesai....
EKSTUBASI
1.6
Tekanan Darah
Nadi
Pernafasan
Suhu
Saturasi O2
:
:
:
:
:
139/89 mmHg
81 x/menit
20 x/menit
36,2 C
98%
Komplikasi selama pembedahan : Komplikasi setelah pembedahan : Pada Pukul 16.30 pasien dipindahkan ke ruang perawatan dan selama di
ruang RR tensi, nadi dan saturasi pasien stabil.
Aldrete score saat pasien diantar ke ruangan:
No. NILAI
1.
KESADARAN
# sadar, orientasi baik (2)
# dapat dibangunkan (1)
# tidak dapat dibangunkan (0)
2.
WARNA
# merah muda (pink) tanpa O2, Sa O2 >92% (2)
# pucat atau kehitaman, perlu O2 agar Sa O2> 90% (1)
# sianosis, dengan O2 SaO2 tetap <90% (0)
3.
AKTIVITAS
# 4 ekstrimitas bergerak (2)
# 2 ekstrimitas bergerak (1)
# tak ada ekstrimitas bergerak (0)
4.
RESPIRASI
# dapat nafas dalam, batuk (2)
# nafas dangkal, sesak nafas (1)
# apnoe atau obstruksi (0)
5.
KARDIOVASKULAR
# tekanan darah berubah <20% (2)
# berubah 20-30% (1)
# berubah >50 % (0)
JUMLAH
Total score 10, dapat dipindahkan dari recovery room.
10
BAB II
ANALISA MASALAH
Berdasarkan anamnesa :
-
dan mengesampingkan
kemungkinan
kondisi patologis
saat
10
Sistem pernapasan
Kebutuhan oksigen selama kehamilan meningkat hingga 60%. Selain itu, Cardiac
output dan ventilasi permenit juga meningkat. Meningkatnya ventilasi permenit
diakibatkan karena meningkatnya laju napas dan volume tidal hingga 45% hingga
menyebabkan alkalosis pernapasan ringan. Peningkatan ventilasi permenit
dimediasi oleh progesteron yang menstimulasi pernapasan. Peningkatan pH akan
11
Sistem kardiovaskular
Sistem gastrointestinal
12
13
Dalam rangka untuk memberikan anestesi yang aman bagi ibu dan janin,
adalah penting untuk mengingat perubahan fisiologis dan farmakologis yang
menjadi ciri tiga trimester kehamilan; perubahan ini dapat menimbulkan bahaya
bagi mereka berdua. Dokter anestesi memiliki tujuan sebagai berikut:4
-mengoptimalkan dan menjaga fungsi fisiologis normal pada ibu;
-mengoptimalkan dan menjaga aliran darah utero-plasenta dan pemberian
oksigen;
-menghindari efek obat yang tidak diinginkan pada janin;
-menghindari merangsang miometrium (efek oxytocic)
14
bahwa masalah dihasilkan dari penyakit primer atau prosedur bedah itu sendiri
daripada paparan anestesi.8
Meskipun data yang tersedia tidak lengkap, penelitian menunjukkan
bahwa pemberian suatu analgesik, hipnotis opioid atau obat penenang tidak akan
memiliki efek merusak pada embrio atau perkembangan janin. Konsensus saat ini
adalah bahwa benzodiazepin tidak teratogenik dan dosis tunggal tampaknya aman.
Karena kekhawatiran tentang peningkatan risiko sumbing, penggunaan biasa,
terutama pada trimester pertama, mungkin harus dihindari.9
2.2.3 Anestesi dan gestasi
Operasi elektif sebaiknya tidak dilakukan sama sekali selama kehamilan.
Operasi darurat harus melanjutkan tanpa memandang usia kehamilan dan tujuan
utama adalah untuk melestarikan kehidupan ibu. Dimana layak, operasi sering
ditunda sampai trimester kedua untuk mengurangi resiko teratogenitas dan
keguguran, meskipun tidak ada bukti kuat untuk mendukung hal ini.4
2.2.4 Anestesi pada Trimester Pertama
Setelah 6-8 minggu kehamilan, jantung, hemodinamik, pernafasan,
parameter metabolik dan farmakologis yang jauh berubah. Dengan peningkatan
ventilasi menit dan konsumsi oksigen dan penurunan dalam cadangan oksigen
(penurunan kapasitas residu fungsional dan volume residu), wanita hamil menjadi
lebih cepat hypoxaemic. Oksigen harus selalu diberikan selama periode rentan
untuk mempertahankan oksigenasi.4
Manajemen jalan napas oleh masker wajah, masker laring atau intubasi
trakea bisa secara teknis sulit karena diameter anteroposterior dinding dada
15
kesulitan dengan intubasi, aspirasi asam dan risiko bagi janin, anestesi regional
lebih dipilih dari anestesi umum jika keadaan memungkinkan.4
2.2.5 Anestesi pada trimester kedua
Kompresi Aortocaval adalah bahaya yang paling ditakutkan pada operasi
ibu hamil dengan usia gestasi lebih dari 20 minggu. Karena berat uterus dapat
mendesak vena inferior yang mengakibatkan penurunan aliran vena dan cardiac
output. Sehingga mengakibatkan penurunan aliran darah uterus-plasenta. Hal ini y
dapat terjadi pada bebepa wanita hamil dengan posisi telentang. Biasanya keadaan
ini dapat dikompensasi dengan vasokontriksi dan takikardi pada ekstremitas atas. 5
Efek ini dapat diperburuk oleh regional atau anestesi umum ketika mekanisme
kompensasi normal dilemahkan atau dihapuskan. Aortocaval kompresi dapat
dihindari dengan menggunakan posisi lateral. Hal ini juga dapat dikurangi dengan
perpindahan rahim melalui wedging atau perpindahan manual.4
Kehamilan
berhubungan
dengan
keadaan
hiperkoagulasi
karena
16
ductus
arteriosus
dan
pengembangan
oligohidramnion).
17
Kedua jenis anestesi umum dan spinal telah dianggap berhasil digunakan
untuk operasi non obstetric pada ibu hamil. Tidak ada penelitian yang terbaru
menunjukkan keunggulan suatu teknik dibandingkan yang lain dalam hal hasil
bagi janin. Anestesi spinal memang mencegah resiko yang potensial akan
kegagalan intubasi dan aspirasi serta mengurangi pemaparan teratogen yang
potensial bagi janin.Dalam anestesi dan operasi, calon janin paling baik dipastikan
dengan perawatan yang cermat dari parameter hemodinamik dan oksigenasi ibu.
Pemantauan tertutup akan respon janin terhadap tanda-tanda kegawatan sangat
direkomendasikan.11
Saat penilaian preoperasi, premedikasi untuk menenangkan kegelisahan
bisa untuk dipertimbangkan. Profilaksis terhadap aspirasi pneumonitis dengan
H2- reseptor antagonis dan nonpartikulat antasida harus diberikan sejak 16
minggu gestasi. Sejak saat tersebut, pasien harus dipertimbangkan berada pada
resiko kompresi aortocaval dan aspirasi pneumonitis.11
Anestesiaa umum biasanya dipertahankan dengan agen anestetik yang
mudah menguap, yaitu udara oksigen atau campuran N2O/O2. Studi terbaru
tidak menemukan N2O teratogenik dalam penggunaan klinis. Efek dari anestesia
umum yang ringan dan berasosiasi dengan katekolamin yang menghasilkan
terganggunya perfusi uteroplacental yang dianggap berbahaya bagi janin.11
Tekanan positif ventilasi harus digunakan dengan perawatan dan akhir
tidal level CO2 harus dipertahankan dalam batasan yang terlihat normal dalam
kehamilan.Ada hubungan linear antara PaCO2 maternal dengan PaCO2 janin.11
Maternal hiperkarbia membatasi gradient dari difusi CO2 dari janin ke
darah ibu dan dapat menyebabkan asidosis janin, sehingga meningkatkan resiko
kematian janin. Dengan alasan ini, analisa gas darah rutin sangat dianjurkan
dalam operasi laparaskopi, dimana CO2 digunakan untuk menetapkan dan
mempertahankan pneumoperitoneum. Studi terbaru menemukan korelasi yang
baik antara tidal akhir CO2 dan PaCO2 dalam kehamilan dan menyimpulkan
bahwa gradient sebelumnya dapat digunakan dengan aman sebagai petunjuk
ventilasi selama laparaskopi pada pasien hamil.11
18
approved?
*
Kategori
Risiko
Risiko Menyusui**
Kehamilan**
Anestesi Lokal
Articaine (Septocaine)
NR
NR
Bupivacaine (Marcaine)
NR
L2
Lidocaine (Xylocaine)
Approved C
L2
NR
L3
NR
L3
Halothane (Fluothane)
Approved C
L2
Isoflurane (Forane)
NR
NR
Ketamine
NR
NR
Methohexital (Brevital)
Approved B
L3
Nitrous oxide
NR
L3
Sevoflurane (Ultane)
NR
L3
Thiopental (Pentothal)
Approved C
L3
Mepivacaine
(Carbocaine,
Polocaine)
Procaine HCL (Novocaine)
Anestesi Umum
19
Concern D
Midazolam (Versed)
Concern D
L3
Propofol (Diprivan)
NR
L2
Triazolam (Halcion)
NR
L3
Alfentanil (Alfenta)
NR
L2
Fentanyl (Sublimaze)
Approved B
L2
Hydromorphone (Dilaudid)
NR
L3
Morphine
Approved B
L3
Flumazenil (Romazicon)
NR
NR
Naloxone (Narcan)
NR
NR
NR
NR
NR
L1
Narcotic Analgesics
Reversal Medication
Steroids
Decadron (Dexamethasone)
Stimulants
Epinephrine (Adrenaline)
Anti-nausea
20
Promethazine (Phenergan)
NR
L2
* Per the AAP (American Academic of Pediatric) Policy Statement Transfer Obat
dan Bahan Kimia Lainnya Ke ASI, direvisi September 2001.
Concern: Obat yang efeknya pada bayi yang menyusui tidak diketahui
tetapi harus diperhatikan
Caution: Obat yang telah berhubungan dengan efek yang signifikan pada
beberapa bayi yang menyusui dan harus diberikan pada ibu menyusui
dengan perhatian
** Per Medications and Mothers Milk by Thomas Hale, PhD (edisi 2004).
Kategori Resiko Laktasi
L1 (sangat aman)
L2 (aman)
L3 (sedang)
L4
B (tidak
ada bukti
resiko pada
manusia)
(kemungkinan
berbahaya)
L5 (kontra indikasi)
NR: Not Reviewed. Obat ini belum ditinjau oleh Hale. (Hale, 2004)
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Latief SA, Suryadi KA. Dahlan, M.R., 2007. Anestesiologi. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
2. Li G, Huang MS, Lena S. 2009. Epidemiology of Anesthesia-related
Mortality in the United State, 1999-2005. Anesthesiology 110 (40): 759-765
3. Hool A. 2010. Anaesthesia In Pregnancy For Non-Obstetric Surgery. World
Federation of Societies of Anesthesiologist 185: 1-9
4. Walton NKD, Melachuri VK. 2006. Anaesthesia for non-obstetric surgery
during pregnancy. Contin Educ Anaesth Crit Care Pain 6 ( 2): 83-85
5. Carvalho B. 2006. Nonobstetric Surgery During Pregnancy, IARS Review
Course Lectures.
6. Heazell A. and Clift J. 2008. Obstetrics For Anaesthetists. Cambridge
University Press. Cambridge
22
23