Anda di halaman 1dari 3

KRONOLOGI AKSI DAMAI PENOLAKAN PETANI DESA PADAMULYA

TERHADAP RENCANA PENDIRIAN PT. BROAD GREEN INDONESIA


PADA TANGGAL 10-11 FEBRUARI 2014
Oleh : Didi S Sopyan (Sejarah-UPI)
Arus Modernisasi dan Liberalisasi Ekonomi pada zaman Otonomi Daerah ini, tidak hanya
terjadi di wilayah Urban (Perkotaan) akan tetapi lambat laun tapi pasti memasuki wilayah
pedesaan. Luas lahan sawah yang membentang menjadi sasaran para kaum kapitalis asing dalam
menanamkan modalnya di Indonesia. Lahan sawah di pedesaan pada umumnya murah, karena
petani pemilik kebanyakan tidak memiliki Sertifikat Hak Milik terhadap lahan sawah yang
mereka miliki. Selain dari itu petani desa lebih gampang mengeluarkan sawahnya untuk di jual
dengan diiming-imingi harga yang sedikit relatif lebih mahal. Padahal secara disadari atau tidak,
disengaja atau tidak lahan pertanian di Indonesia semakin hari semakin sempit dan populasi
penduduk semakin meningkat. Alih-alih program pemerintah untuk mengatasi krisis pangan
sudah jelas mengalami kegagalan. Namun ada pula usaha petani yang mati-matian menolak
rencana pendirian pabrik di lahan pesawahan teknis.

Di sini penulis akan mencoba menguraikan sejarah gerakan sosial yang dilakukan oleh
masyarakat petani dan tokoh, dan masyarakat desa yang menolak rencana pendirian PT. Broad
Green Indonesia yang terletak di Desa Padamulya Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang
Jawa Barat. Pada tanggal 10 Februari tepatnya jam 20.00 WIB telah dilaksanakan rapat
koordinasi forum masyarakat Desa Padamulya dan Karang Taruna yang bertempat di Dusun
Cipacar Rt.07/02. Rapat tersebut dihadiri sekitar 50 orang lebih dengan dikoordinasi oleh karang
taruna dusun Cipacar. Rapat koordinasi tersebut membahas tentang gerakan massa untuk beraksi
menentang rencana pendirian PT. Broad Green Indonesia yang merupakan pabrik sepatu.
Membahas mengenai bahaya limbah pabrik (kimia B3) dan kekecewaan terhadap pemerintah
desa Padamulya yang tidak pernah mengajak bermusyawarah atau tidak pernah melibatkan
masyarakat petani yang ada di dusun Cipacar dalam persetujuan perijinan rencana pendirian
pabrik tersebut. Rapat koordinasi ini berakhir pada pukul 22.00 WIB, yang kemudian dilanjutkan
di rumah mantan kades padamulya selaku tokoh masyarakat, di rumah tersebut membicarakan
mengenai langkah teknis untuk aksi penolakan yang akan dilakukan besok (11/02/14).

Pada pagi hari jam 06.30 WIB tanggal 11 Februari 2014, dua mobil pick up sudah terparkir di
depan rumah korlap aksi, mobil tersebut yang rencananya akan mengangkut massa menuju
lokasi yaitu di depan jembatan tanah pertanian sawah yang sudah dibeli oleh pabrik tersebut
yang bertempat di Jln.Gardulangkap Ds.Gunungsari Kecamatan Pagaden dekat dengan situ
saradan. Mobil yag menarik massa berangkat menuju lokasi pada pukul 08.00 WIB dan sebagian
masyarakat dusun Cipacar berjalan menyusuri lahan pertanian sawah yang subur akan tetapi
sudah terbeli oleh pabrik tersebut. Pada Jam 08.15 WIB tepat massa yang diperkirakan
berjumlah 80 orang tersebut berkumpul di depan jembatan pabrik dan korlap mulai berorasi
sebagian massa ada yang duduk dan ada pula yang memasang spanduk yang berisikan penolakan
rencana pendirian pabrik, yang kemudian setelah massa bergerak ke desa ada yang menurunkan
kembali oleh provokator.

Setelah 45 menit lamanya di sana, kemudian pada pukul 09.00 massa bergerak menuju
Desa Padamulya untuk menyampaikan aspirasi mereka kepada pemimpin desa yaitu kepala desa.
Kepala Desa Padamulya menyambut dengan baik aspirasi masyarakat tersebut dan berjanji akan
menjembatani antara masyarakat Padamulya khususnya petani dan karang taruna Cipacar dengan
PT.Broad Green Indonesia.

Adapun tuntutan dalam aksi massa ini pada intinya adalah penolakan rencana pendirian
pabrik. Menurut informasi yang penulis dapatkan dan saksikan dalam kegiatan audiensi tersebut
ada dua diantaranya:
1. Menolak dengan tegas pendirian pabrik, karena pendirian pabrik tidak sesuai dengan tatacara
atau teknis izin pendirian sesuai dan bertentangan dengan perundang-undangan, diantaranya UU
No. 41 tahun 2009 tentang perlindungan lahan berkelanjutan, PP No. 01 Tahun 2011 tentang
penetapan alih fungsi lahan pertanian pangan, dan PP No. 11 Tahun 2012 tentang intensif
perlindungan lahan pertanian pangan.
2. Mengajak pemerintahan desa untuk bersama-sama peduli terhadap petani desa, dan selalu
melibatkan masyarakat dalam setiap mengambil keputusan mengenai rencana pembangunan
pabrik di wilayah desa Padamulya.

Anda mungkin juga menyukai