Anda di halaman 1dari 12

TUGAS HOME TEKS

PENGEMBANGAN MEDIA DAN PENELOLAAN SUMBER


BELAJAR
(Pengembangan Sistem Evaluasi Media Pembelajaran)
Dosen : Dr. MUHAMMAD FAHRI YASIN

Oleh : KELOMPOK : VI
1.
2.
3.
4.

SYAHRUJI
IDAWATI
SAMSUDIN
KHUSNUL KHATIMAH

: NIM. 55.2012.0106
: NIM. 55.2012.00
: NIM. 55.2012
: NIM. 55.2012. 0107

UNIVERSITAS ISLAM ASSYAFI`IYAH JAKARTA


PROGRAM PASCA SARJANA
KONSENTRASI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
TAHUN 2014
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu kegiatan evaluasi dikatakan berhasil jika sang evaluator mengikuti
prosedur dalam melaksanakan evaluasi. Prosedur disini dimaksudkan sebagai
langkah-langkah pokok yang harus ditempuh dalam melakukan evaluasi. Tentu
tidak dapat dipungkiri bahwa banyak pandangan berkaitan dengan prosedur
kegiatan evaluasi ini, namun dalam hal ini penulis akan memaparkan prosedur
evaluasi yang dikembangkan oleh Drs. Zaenal Arifin, M.Pd dalam bukunya
Evaluasi Pembelajaran. Dalam buku tersebut, prosedur yang harus diikuti
evaluator meliputi perencanaan evaluasi, monitoring pelaksanaan evaluasi,
pengolahan data dan analisis, pelaporan hasil evaluasi, dan pemanfaatan hasil
evaluasi.
Dalam kaitannya dengan evaluasi, guru merupakan salah satu sosok
evaluator yang sangat bertanggung jawab terhadap kegiatan evaluasi itu sendiri.
Sebab guru merupakan orang yang melaksanakan proses pembelajaran. karena itu
baik-buruknya evaluasi diantaranya juga tergantung pada sang evaluator.
Dengan demikian, sudah selayaknya evaluator ini mengikuti prosedurprosedur yang telah digariskan. Mengikuti prosedur yang telah ditetapkan bisa
dikatakan sebagai bentuk tanggung jawab seorang evaluator. Dengan mengikuti
prosedur evaluasi yang baik, kegiatan evaluasi dapat dipertanggung jawabkan dan
memiliki arti bagi semua pihak.

B. Pengertian Pengertian Evaluasi Media Pembelajaran


Evaluasi memegang peranan yang sangat penting dalam penentuan suatu
kebijakan atau pengambilan keputusan. Dengan evaluasi kita dapat melihat
efektifitas dan efesiensi dari program yang telah dan akan kita lakuakan.
Sedemikian penting evaluasi ini sehingga tidak ada satu pun usaha untuk

memperbaiki mutu yang dapat dilakukan dengan baik tanpa disertai langkah
evaluasi.
Evaluasi merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran. Sehingga
tidak mungkin di elakkan dalam setiap proses pembelajaran. Meskipun evaluasi
merupakan tahap akhir dalam pengembangan media, namun bukan berarti
kegiatan ini dilakukan setelah program media tersebut selesai diproduksi. Dalam
kegiatan pengembangan media, sebaiknya dilakukan pada setiap langkah sejak
tahap

perencanaan,

seperti

terlihat

dalam

bagan

arus

pada

kegiatan

pengembangan media. Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui nilai suatu


kegiatan, produk atau sistem.
Evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan kenyataan mengenai proses
pembelajaran secara sistematis untuk menetapkan apakah terjadi perubahan
terhadap peserta didik dan sejauh apakah perubahan tersebut mempengaruhi
kehidupan peserta didik.
Adapun cara mengevaluasi media pembelajaran dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu: Evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
1. Evaluasi Formatif.
Evaluasi formatif adalah suatu proses untuk mengumpulkan data
tentang aktifitas dan efisiensi penggunaan media yang digunakan dalam usaha
mencapai tujuan yang telah diterapkan. Data yang diperoleh akan digunakan
untuk memperbaiki dan menyempurnakan media yang bersangkutan agar
dapat digunakan lebih efektif dan efisien. Setelah diperbaiki dan
disempurnakan, kemudian diteliti kembali apakah media tersebut layak
digunakan atau tidak dalam situasi-situasi tertentu. Evaluasi formatif ini
dilakukan selama program pembelajaran berlangsung.
Tahapan-tahapan dalam evaluasi media pembelajaran:
a) Evaluasi satu lawan Satu.

Evaluasi tahap ini pilihlah dua orang atau lebih siswa yang dapat mewakili
populasi target dari media yang anda buat. Sajikan media tersebut kepada
mereka secara individual.
b) Evaluasi kelompok kecil.
Pada tahap ini media perlu dicobakan kepada 10-20 orang siswa yang
dapat mewakili populasi target.
c) Evaluasi lapangan.
Evaluasi lapangan merupakan tahap akhir dari evaluasi formatif, yang
perlu anda lakukan adalah usahakan memperoleh informasi yang sebenarbenarnya. Setelah melalui dua tahap evaluasi diatas tentulah media
tersebut mendekati kesempurnaannya. Namun dengan itu masih harus
dibuktikan. Lewat evaluasi lapangan inilah kebolehan media yang kita
buat itu diuji.
d) Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif dilakukan pada akhir pembelajaran. Bertujuan untuk
mengetahui keberhasilan atau keefektifan suatu media pembelajaran.
Evaluasi sumatif ini merupakan final dari evaluasi sebelumnya.
Prinsip Prinsip Dasar Evaluasi Pembelajaran ;
1. Evaluasi bertujuan membantu pemerintah dalam mencapai tujuan
pembelajaran bagi masyrakat.
2. Evaluasi adalah seni, tidak ada evaluasi yang sempurna, meski dilkukan
dengan metode yang berbeda.
3. Pelaku evaluasi atau evaluator tidak memberikan jawaban atas suatu
pertanyaan tertentu. Evaluator tidak berwenang untuk memberikan
rekomendasi terhadap keberlangsungan sebuah program. Evaluator hanya
membantu memberikan alternatif.
4. Penelitian evaluasi adalah tanggung jawab tim bukan perorangan.
5. Evaluator tidak terikat pada satu sekolah demikian pula sebaliknya.

6. Evaluasi adalah proses, jika diperlukan revisi maka lakukanlah revisi.


7. Evaluasi memerlukan data yang akurat dan cukup, hingga perlu
pengalaman untuk pendalaman metode penggalian informasi.
8. Evaluasi akan mntap apabila dilkukan dengan instrumen dan teknik yang
aplicable.
9. Evaluasi memberikan gambaran deskriptif yang jelas mengenai hubungan
sebab akibat, bukan terpaku pada angka soalan tes.
Selain itu prinsip prinsip dasar evaluasi yakni:
1. Prinsip keseluruhan.
Evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila
evaluasi tersebut dilaksanakan secara bulat/utuh.
2. Prinsip kesinambungan.
Evaluasi hasil belajar yang baik adalah evaluasi hasil belajar yang
dilaksanakan secara teratur dan sambung menyambung dari waktu
kewaktu.
3. Prinsip objektifitas
Evaluasi hasil belajar dapat dinyatakan sebagai evaluasi yang baik apabila
dapat terlepas dari factor factor yang sifatnya objektif.

C. Sistem Media Pembelajaran


Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar Sistem pembelajaran adalah
keseluruhan komponen pembelajaran yang saling terkait secara terpadu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Komponen-komponen dalam sistem pembelajaran: peserta didik, guru,
materi, tujuan pembelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran, evaluasi
pembelajaran, dan sebagainya.
1. Model pengembangan sistem pembelajaran yang berorientasi pada kelas.

Model pengembangan sistem pembelajaran yang berorientasi kelas


biasanya ditujukan untuk mendesain pembelajaran level mikro (kelas) yang
hanya dilakukan setiap dua jam pelajaran atau lebih. Menyiapkan
pembelajaran yang menyenangkan dan menantang, pembelajaran PAIKEM
(Pembelajaran aktif, interaktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan).
Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah
formulasi untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga model
berorientasi kelas
Menurut Heinich at.al. (2005) model ini terdiri atas enam langkah
kegiatan yaitu:
Analyze Learners (analisis peserta didik), disesuaikan dengan tingkat
perkembangan, gaya belajar , dan kebutuhan peserta didik.
States Objectives (menyatakan tujuan), difokuskan pada tujuan kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
Select Methods, Media, and Material (memilih metode, media, dan
materi), pemilihan metode yang tepat dengan tugas pembelajaran, memilih
media yang tepat dengan materi yang disampaikan .
Utilize

Media

and

materials

(penggunaan

media

dan

bahan),

menggunakan dan mendesaian media sebagus mungkin agar pembelajaran


lebih menarik dan menantang.
Require Learner Participation (partisipasi peserta didik di kelas),
partisipasi aktif peserta didik dalam kelas akan berpengaruh pada
pengalaman belajar yang diperoleh selama proses pembelajaran.
Evaluate and Revise (penilaian dan revisi), melihat seberapa efektif dan
efisiennya metode dan media pembelajaran yang dipakai dalam mencapai
tujuan pembelajaran.
2. Model pengembangan sistem pembelajaran yang berorientasi pada hasil
(produk).

Model pengembangan sistem pembelajaran yang berorientasi produk


adalah model desain pembelajaran untuk menghasilkan suatu produk biasanya
media pembelajaran misalnya video pembelajaran, multimedia pembelajaran
atau modul .model Hannafin and Peck.
Tahap-tahap dalam model Hannafin and Peck: tahap analisis
keperluan, tahap desain, dan tahap pengembangan dan implementasi:
Penilaian dan evaluasi dilaksanakan dalam setiap tahap di atas.
Tahap-tahap model Hannafin and Peck.
Tahap analisa kebutuhan: mengidentifikasi kebutuhan yang meliputi
kebutuhan dalam mengembangkan suatu media pembelajaran; (a) tujuan dan
objek media pembelajaran yang dibuat, (b) pengetahuan dan kemahiran yang
diperlukan oleh kelompok sasaran, (c)peralatan dan keperluan media
pembelajaran.
Setelah

semua

keperluan

diidentifikasi,

Hannafin

dan

Peck

menekankan untuk menjalankan penilaian terhadap hasil itu sebelum


melanjutkan ke tahap desain.
Tahap

desain;

bertujuan

untuk

mengidentifikasikan

dan

mendokumenkan kaedah yang paling baik untuk mencapai tujuan pembuatan


media tersebut (informasi dari tahap analisa kebutuhan).
Salah satu dokumen yang dihasilkan dalam fase ini ialah dokumen
story board yang mencakup urutan aktivitas pembelajaran berdasarkan
keperluan pelajaran dan objek media pembelajaran seperti yang diperoleh
dalam tahap analisis keperluan. Penilaian perlu dijalankan dalam tahap ini
sebelum dilanjutkan ke tahap pengembangan dan implementasi.
Tahap pengembangan dan implementasi; penghasilan diagram alur,
pengujian,

serta

penilaian

formatif

(dilakukan

sepanjang

proses

pengembangan media) dan penilaian sumatif (dilakukan setelah media selesai


dikembangkan). Dokumen story board akan dijadikan landasan bagi

pembuatan diagram alur yang dapat membantu proses pembuatan media


pembelajaran, serta untuk menilai kelancaran media yang dihasilkan seperti
kesinambungan link,penilaian dan pengujian. Hasil dari proses penilaian dan
pengujian ini akan digunakan dalam proses penyesuaian untuk mencapai
kualitas media yang dikehendaki.
Model ini sangat menekankan proses penilaian dan evaluasi yang
mengikutsertakan proses meliputi: proses pengujian dan penilaian media
pembelajaran yang melibatkan ketiga fase secara berkesinambungan.

3. Model pengembangan sistem pembelajaran yang berorientasi pada system.


Model beroreintasi sistem yaitu model desain pembelajaran untuk
menghasilkan suatu sistem pembelajaran yang cakupannya luas, seperti desain
sistem suatu pelatihan, kurikulum sekolah,contohnya adalah model ADDIE.
Sistem pembelajaran: input-proses-output. Muncul pada tahun 1990 an yang
dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda
Tahap-tahap

model

ADDIE:

analysis-

design-

development-

implementation-evaluation. Tahap-tahap Model ADDIE:


-

Analysis (analisa kebutuhan, identifikasi masalah, dan identifikasi tugas


pembelajaran)

Design (merumuskan tujuan pembelajaran yang SMAR; specific, measurable,


applicable, and realistic, menyusun tes, memilih strategi, metode, dan media
pembelajaran yang tepat)

Development (mewujudkan desain tadi dalam bentuk nyata, misalnya dengan


mencetak modul, kemudian mengembangkan modul dengan sebaik mungkin).

Implementation (langkah nyata menerapkan sistem pembelajaran yang kita


buat)

Evaluation (sudah efektifkah sistem pembelajaran yang kita kembangkan).

4. Model

pengembangan

sistem

pembelajaran

yang

berorientasi

pada

kompetensi.
Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak
secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang dimiliki peserta didik. Pengembangan sistem pembelajaran
yang berorientasi pada kompetensi merupakan pengembangan dan penjabaran
dari Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan yang menekankan pencapaian kompetensi-kompetensi tertentu.
Kompetensi yang dikembangkan adalah keterampilan dan keahlian
bertahan

hidup

dalam

perubahan,

pertentangan,

ketidakmenentuan,

ketidakpastian, dan kerumitan-kerumitan dalam kehidupan. Peserta didik


diharapkan agar memiliki kemampuan intelektual, emosional, spiritual, dan
sosial yang bermutu tinggi.
Kecakapan hidup (life skill) yang harus dimiliki siswa; kecakapan
mengenal diri (self awarness), kecakapan berpikir rasional (thinking skill),
kecakapan sosial (social skill), kecakapan akademis (academic skill), dan
kecakapan vokasional (vocational skill). Karakteristik kurikulum berorientasi
pencapaian kompetensi menurut Depdiknas:
-

Menekankan kepada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual


maupun klasikal.

Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman. Ini


artinya, keberhasilan pencapaian kompetensi dasar diukur oleh indikator hasil
belajar.

Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode


yang bervariasi.

Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber-sumber lain yang
memenuhi unsur edukatif.

Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan
atau pencapaian suatu kompetensi.
Model pengembangan sistem pembelajaran yang berorientasi pada
kompetensi Disebut dengan model Desain Sistem Instruksional Berorientasi
Pencapaian Kompetensi (DSI-PK), yaitu gambaran proses rancangan
sistematis tentang pengembangan pembelajaran baik mengenai proses
maupun bahan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dalam upaya
pencapaian kompetensi.

PENUTUP
Evaluasi pembelajaran berkaitan dengan pemahaman, perbaikan, dan
penerapan metode-metode penilaian efektivitas dan efisiensi kegiatan-kegiatan
sebelumnya: seberapa baik program pembelajaran didesain, seberapa jauh program
ini dikembangkan, apakah dimanfaatkan dengan baik, dan seberapa baik program ini
dikelola. Hasil dari evaluasi ini adalah deskripsi kekurangan yang ada, konsekuensikonsekuensinya, dan rekomendasi untuk perbaikan.
Oleh karena begitu banyaknya model biasanya kita lalu dihadapkan pada
pertanyaan mau pakai model yang mana? Dalam hal memilih model ini setidaknya
ada lima kriteria yang dapat dipakai sebagai pedoman dalam memilih model
pengembangan desain pembelajaran. Model yang baik adalah model yang:
Sederhana: bentuk yang sederhana akan mempermudah untuk mengerti,
mengikuti dan menggunakannya Lengkap: suatu model pengembangan desain
pembelajaran yang lengkap haruslah mengandung 3 unsur pokok yaitu: identifikasi,
pengembangan dan evaluasi. Mungkin diterapkan: artinya model yang dipilih
hendaklah dapat diterima dan dapat diterapkan (applicable), sesuai dengan situasi dan
kondisi setempat.
Luas: jangkauan model tersebut hendaklah cukup luas, tidak saja berlaku
untuk pola belajar mengajar yang konvensional, tetapi juga proses belajar mengajar
yang lebih luas, baik yang menghendaki kehadiran guru secara fisik maupun yang
tidak.
Teruji: model yang bersangkutan telah dipakai secara luas dan teruji/terbukti
dapat memberikan hasil yang bai

DAFTAR PUSTAKA

Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers,


2002). hal. 167
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Teknologi Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2003). hal. 142
Moch Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar
Mengajar, (Bandung: Rosdakarya, 1993). hal. 137
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 1996).
Hlm. 162
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996). hal.
174
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Prenada
Media Group,
Harjanto, 2008, Perencanaan Pengajaran, Jakarta : Rineka Cipta
Pidarta, made, 2005, perencanaan Pendidikan partisipatoris dengan Pendekatan
sistem.
Sunaryo, Endang, 2000, Teori Perncanaan Pendidikan Berdasarkan Pendekatan
Sistem
Syaifudin, Udin, 2007, Perencanaan pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif.

Anda mungkin juga menyukai