Anda di halaman 1dari 15

PERBANDINGAN ANTARA PERKERASAN LENTUR DAN KAKU

(MAKALAH PPJ-2)

Oleh :
FRANKY SANDRO SIHOMBING
0615011067

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2011

I.

PENDAHULUAN

Jalan raya merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Seiring dengan perkembangan zaman dan peningkatan
kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa, maka kebutuhan akan sarana
jalan raya semakin meningkat. Jalan raya memiliki syarat - syarat umum yaitu
dari segi konstruksi harus kuat, awet dan kedap air. Jika dilihat dari segi
pelayanan,

jalan

harus

rata,

tidak

licin,

geometrik memadai

dan

ekonomis. Untuk itu, dibutuhkan suatu rancangan perkerasan yang


mampu melayani beban berupa lalu lintas yang melewati perkerasan
tersebut.
Perkerasan jalan adalah lapisan atau badan jalan yang menggunakan
bahan khusus, yaitu campuran antara agregat dan bahan ikat yang
digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai terdiri
dari batu pecah, batu belah, batu kali, sedangkan bahan ikat yang digunakan
berupa aspal atau semen. Dari segi jenis bahan pengikat yang dipergunakan
dikenal dua jenis perkerasan yaitu perkerasan lentur dan perkerasan kaku.
Makalah ini akan membandingkan perrbedaan antara perkerasan lentur dan
perkerasan kaku.

II.

PEMBAHASAN

A. Struktur Penyusun Perkerasan Lentur dan Kaku


A.1. Struktur Perkerasan Lentur
Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1987) yang dimaksud dengan
perkerasan
umumnya

lentur

(flexible

menggunakan

pavement)

adalah perkerasan

yang

bahan campuran beraspal sebagai lapis

permukaan serta bahan berbutir sebagai lapisan dibawahnya. Bagian


perkerasan jalan umumnya terdiri dari lapis pondasi bawah (sub base
course), lapis pondasi (base course), dan lapis permukaan (surface
course). Lapisan permukaan adalah bagian perkerasan jalan yang
paling atas. Lapisan tersebut berfungsi sebagai lapis perkerasan
penahan beban roda yang mempunyai stabilitas tinggi untuk menahan roda
selama masa pelayanan, sebagai lapisan kedap air, sebagai lapisan
aus, menahan gaya geser dari beban roda dan memberikan suatu
bagian permukaan yang rata. Lapisan pondasi atas merupakan lapisan
perkerasan yang terletak antara lapis permukaan dengan lapis pondasi
bawah. Fungsi lapis pondasi atas adalah bantalan terhadap lapisan
permukaan, sebagai bagian perkerasan yang menahan gaya lintang
dari beban roda dan menyebarkan beban ke lapisan dibawahnya,

sebagai lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah. Lapisan


pondasi bawah adalah bagian konstruksi perkerasan yang terletak antara
tanah dasar ( sub grade ) dan pondasi atas. Fungsi dari Lapis Pondasi
Bawah adalah untuk mendukung dan menyebarkan beban roda, sebagai
lapis perkerasan, mencegah tanah dasar masuk ke lapis pondasi akibat
tekanan roda dari atas., sebagai lapisan peresapan agar air tanah tidak
berkumpul di pondasi. Tanah dasar ( sub grade ) adalah permukaan tanah
semula atau permukaan tanah galian atau permukaan tanah timbunan
yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar untuk perletakan
bagian bagian perkerasan. Perkerasan jalan diletakkan diatas tanah
dasar,

dengan

demikian secara keseluruhan mutu dan daya tahan

konstruksi perkerasan tidak lepas dari sifat tanah dasar. Tanah dasar yang
baik untuk konstruksi perkerasan jalan adalah tanah dasar yang berasal
dari lokasi itu sendiri atau didekatnya, yang telah dipadatkan sampai
tingkat kepadatan tertentu sehingga mempunyai daya dukung yang
baik serta berkemampuan mempertahankan perubahan volume selama
masa pelayanan walaupun terdapat perbedaan kondisi lingkungan dan
jenis tanah di lokasi pekerjaan. Sifat masing-masing jenis tanah
tergantung dari tekstur, kepadatan, kadar air, kondisi lingkungan, dan
lain

sebagainya.

plastisitas

dan

Tanah
ukuran

dapat dikelompokkan
butirnya.

Daya

berdasarkan

sifat

dukung tanah dasar dapat

diperkirakan dengan mempergunakan hasil klasifikasi ataupun dari


pemeriksaan CBR, pembebanan pelat uji dan sebagainya. Banyak
metode yang dapat dipergunakan untuk menentukan daya dukung

tanah dasar. Di Indonesia daya dukung tanah dasar (DDT) pada


perencanaan

perkerasan

lentur dinyatakan

dengan

nilai

CBR

(California Bearing Ratio), yaitu nilai yang menyatakan kualitas tanah


dasar dibandingkan dengan bahan standar berupa

batu pecah

yang

mempunyai nilai CBR sebesar 100% dalam memikul beban lalu


lintas. Menurut Basuki, I. (1998) nilai daya dukung tanah dasar
(DDT) pada proses perhitungan perencanaan tebal perkerasan lentur
jalan raya dengan metode analisa komponen sesuai dengan SKBI2.3.26.1987 dapat diperoleh dengan menggunakan rumus konversi
nilai CBR tanah dasar.

A.2. Struktur Perkerasan Kaku


Perkerasan kaku ( rigid pavement ) adalah perkerasan yang menggunakan
beton semen sebagai bahan ikat sehingga mempunyai tingkat kekakuan
yang relatif cukup tinggi, karenanya disebut sebagai perkerasan kaku atau
rigid pavement. Pada konstruksi perkerasan kaku ( rigid pavement )
sebagai konstruksi utama dari perkerasan kaku adalah berupa satu lapis
beton semen mutu tinggi. Sedangkan lapis pondasi bawah ( sub base )
berupa cement treated sub base dan granural sub base bukanlah
merupakan komponen konstruksi utama.
Fungsi masing masing komponen konstruksi perkerasan kaku (rigid
pavement ) :
1. Tanah dasar atau sub grade dalam perkerasan kaku adalah tanah yang
telah disiapkan ( dibentuk dan dipadatkan ) untuk meletakkan

konstruksi perkerasan, baik berupa tanah asli ataupun tanah timbunan.


Tanah dasar ini berfungsi menerima beban lalu lintas yang telah
disalurkan oleh konstruksi perkerasan, penyebaran dan penyaluran
beban kepada tanah dasar tersebut dilakukan oleh perkerasan dengan
ketebalan dan mutu sedemikian rupa, sehingga tekanan beban yang
sampai ke tanah dasar sesuai dengan kemampuan atau daya dukung
tanah dasar yang bersangkutan.
2. Tulangan plat pada perkerasan kaku mempunyai bentuk, lokasi dan
fungsi yang berbeda dengan tulangan plat pada konstruksi beton lain.
Misalnya, lantai gedung, balok, dan lain sebagainya. Tulangan plat pada
perkerasan kaku mempunyai bentuk, lokasi, serta fungsi khusus sebagai
berikut :
a. Fungsi tulangan plat beton terletak pada 1/4 tebal plat di sebelah atas.
b. Fungsi tulangan plat beton adalah memegang beton agar tidak retak.
3. Tulangan sambungan pada perkerasan kaku ( rigid pavement ) dikenal
dua jenis sambungan, yaitu tulangan sambungan melintang disebut
dowel dan sambungan memanjang disebut tie bar.
4. Alur permukaan atau grooving / brushing.
Untuk dapat melayani lalu lintas dengan cepat, aman, dan nyaman,
permukaan perkerasan kaku yang dalam hal ini adalah plat beton mutu
tinggi, permukaan perkerasan disamping kuat dan awet harus pula tidak
licin. Permukaan tidak licin dari perkerasan kaku tersebut diadakan
dengan mengupayakan / membentuk alur alur di permukaan beton
melalui pengaluran / penyikatan sebelum beton ditutup wet burlap dan

sebelum beton mengeras. Arah alur grooving bisa memanjang atau


melintang.

B. Kelebihan dan Kekurangan Perkerasan Lentur dan Kaku


B.1. Perkerasan Lentur
Faktor Biaya
Perkerasan beraspal umumnya membutuhkan biaya awal konstruksi
yang lebih rendah dari perkerasan beton, terlebih sebelum kenaikan
harga minyak dunia yang berimbas pada kenaikan harga aspal.
Namun untuk daya dukung tanah dasar dan umur rencana yang sama
seperti perkerasan beton, maka keperluan agregat perkerasan
beraspal akan lebih banyak, sehingga perlu pembukaan sumber
material baru. Selain itu perkerasan beraspal membutuhkan biaya
pemeliharaan yang lebih tinggi selama umur rencana. Untuk
mengurangi pemeliharaan yang tinggi ini, maka perkerasan beraspal
lebih sesuai untuk lokasi yang tidak memiliki masalah dengan
drainase, dan lalu lintas yang lewat tidak terlalu padat. Selain itu
biaya pemeliharaan dapat dikurangi, bila kerusakan yang terjadi
(seperti: lubang, amblas) segera ditangani sedini mungkin.

Faktor Waktu
Umumnya selesai konstruksi, perkerasan beraspal tidak perlu
menunggu waktu yang lama, langsung bisa melayani kendaraan. Bila
satu dan lain hal perkerasan perlu dibongkar atau direcycling, maka

waktu yang diperlukan juga tidak lama, dengan kemampuan alat


yang tidak terlalu besar.

Keawetan dan Kekuatan


Perkerasan beraspal bila dipelihara dengan baik bisa bertahan sampai
10 tahun, sebelum dilakukan pekerjaan peningkatan atau overlay.
Karena sifatnya yang viscous elastis, maka pekerasan beraspal lebih
awet bila melayani lalu lintas dengan kecepatan sedang atau tinggi.
Pada kecepatan rendah atau statis (seperti pemberhentian bus),
perkerasan beraspal harus didesain khusus untuk lebih tahan
terhadap alur, yaitu dengan gradasi tertentu dan aspalnya lebih tahan
terhadap beban berat (titik lembek tinggi atau penetrasi rendah).
Kekuatan perkerasan akan turun bila temperatur naik (pada siang
hari). Oleh karena itu, terlebih untuk kendaraan berat, bila kendaraan
berjalan di malam hari akan membantu keawetan perkerasan
beraspal. Perkerasan beraspal ini juga sangat sesuai untuk konstruksi
badan jalan yang belum stabil (masih turun), atau sering terjadi
bongkar pasang jaringan utilitas bawah tanah (listrik, gas, telpon,
air).

Kenyamanan dan Keselamatan


Umumnya perkerasan beraspal sangat nyaman untuk dilalui, terlebih
pada konstruksi campuran panas, di mana kekasarannya cukup
rendah, yang juga mengurangi kebisingan. Warnanya yang hitam

atau gelap tidak memberikan efek silau pada siang hari. Khusus
untuk melayani kecepatan tinggi (jalan tol), bila konstruksi dibuat
agak porous, air yang tergenang saat hujan akan lebih cepat terserap,
selain mengalir ke tepi. Jarak pengereman kendaraan di atas
perkerasan beraspal cukup baik, karena nilai kekesatan permukaan
(skid resistance) hanya turun sedikit (proses polishing diimbangi
ageing), atau hampir konstan sepanjang umur rencana.

Aspek Konstruksi dan Peralatan


Secara historis perkerasan beraspal sudah lebih dikenal dan lebih
awal dibangun dari perkerasan beton. Peralatan yang digunakan juga
beragam, dari yang sederhana untuk konstruksi pelaburan atau
makadam, hingga yang lebih lengkap (asphalt mixing plant) untuk
konstruksi campuran panas. Pengalaman kontraktor di bidang
konstruksi perkerasan beraspal juga sudah lebih lama dan meluas.
Workmanship yang tinggi mulai dirasa perlu untuk pekerjaan dengan
peralatan canggih, seperti recycling, atau persyaratan kuantitas bahan
yang tepat, seperti surface dressing.

Dampak Lingkungan
Kecuali pada tipe aspal emulsi, perkerasan beraspal umumnya
memerlukan energi yang tinggi, baik pada waktu pencampuran,
penghamparan, maupun pemadatan. Hal ini ditentukan oleh nilai
viskositas yang dibutuhkan oleh aspal agar bisa menyelimuti agregat

dengan baik, dan masih mudah dalam pelaksanaan (workability).


Energi yang tinggi ini digunakan untuk memanaskan campuran
beraspal (umumnya di atas 150 0C), dan itu tentu menguras sumbersumber energi (baik renewable maupun non-renewable) yang ada di
alam. Pada konstruksi beraspal sederhana, seperti penetrasi
macadam, umumnya digunakan kayu sebagai sumber energi, yang
tentunya berpengaruh terhadap kelestarian hutan. Selain kebutuhan
energi, dampak lain terhadap lingkungan adalah emisi hasil
pembakaran.

B.2. Perkerasan Kaku


Faktor Biaya
Biaya awal konstruksi perkerasan beton walau masih di atas
perkerasan beraspal, namun karena pemeliharaannya sedikit dan
umur rencananya lebih panjang, maka biaya totalnya (life cycle cost)
akan lebih rendah dari perkerasan beraspal. Untuk kondisi tanah
dasar dan umur rencana yang sama dengan perkerasan beraspal,
keperluan agregatnya lebih rendah (sangat cocok untuk daerah
dengan ketersedian agregat terbatas). Walaupun demikian bila terjadi
kerusakan pada pelat/slab beton perlu perbaikan pada satu atau dua
segmen dengan biaya pembongkaran dan perbaikan yang cukup
tinggi, sehingga akan menambah biaya total. Biaya pemeliharaan
bisa tetap rendah, kalau selama masa pembangunan beton dirawat
dengan baik, khususnya pembasahan permukaan (mengurangi

pengaruh panas matahari terhadap penguapan), dan dihindari dari


beban kendaraan sebelum saatnya dibuka.

Faktor Waktu
Karena kekuatan beton selesai dicor masih rendah, maka perlu
menunggu waktu lama (~28 hari) untuk bisa dilewati lalu lintas.
Karena itu untuk peningkatan jalan lama, harus disediakan jalan
sementara, atau menutup sebagian lebar jalan bagi lalu lintas.
Memang ada additive untuk mempercepat kekuatan beton sampai
umur ~14 hari, namun ini tentu menambah biaya, dan perawatannya
juga harus lebih ketat. Karena konstruksi beton itu kemudian cukup
keras, maka bila dibongkar atau direcycling dibutuhkan waktu yang
lama, serta alat yang kuat (powerful).

Keawetan dan Kekuatan


Umumnya perkerasan beton bila pada awal pengecoran dirawat
dengan baik, umur pelayanannya bisa mencapai lebih dari 20 tahun.
Karena kekuatannya yang cukup tinggi, perkerasan beton ini cocok
untuk segala jenis pembebanan lalu lintas yang berat atau statis
sekalipun. Syarat kedua untuk mencapai umur rencana yang panjang,
adalah pondasinya yang mantap (tidak turun, apalagi secara parsial).
Syarat ketiga adalah perhatian dan pemeliharaan sambungan antar
segmen (joint sealent) terhadap masuknya air hujan. Berbeda dengan
perkerasan beraspal, maka perkerasan beton ini kurang sesuai untuk

konstruksi jalan/bahu yang masih sering terjadi bongkar pasang


jaringan utilitas (listrik, gas, telpon, air).

Kenyamanan dan Keselamatan


Perkerasan beton memang tidak senyaman aspal (nilai kekasaran
rata-rata di atas 4m/km), terutama pada kecepatan tinggi, di mana
selain kekasaran, pengaruh sambungan juga terasa, dan ini
meningkatkan kebisingan. Menambah panjang segmen memang
salah satu solusi, namun konstruksi sambungan membutuhkan desain
yang lebih seksama, karena nilai muai dan susutnya tentu akan lebih
besar. Warna beton yang cenderung putih, kurang kontras dengan
marka jalan yang juga putih atau kuning, serta bisa melelahkan
pandangan mata. Memang seiring perjalanan waktu, warna beton itu
akan menjadi agak gelap karena lintasan lalu lintas dan tumpahan
oli, namun sering secara estetika tidak seragam dan cenderung masih
tetap putih atau abu-abu pada bagian di luar jejak roda. Karena
konstruksi beton umumnya tidak porous, maka pada waktu hujan, air
yang tergenang bisa menimbulkan slip (hydroplanning), terlebih
untuk perkerasan beton yang sudah licin. Jarak pengereman untuk
konstruksi yang baru sangat baik (walaupun menimbulkan keausan
pada ban kendaraan), namun mulai paruh umur rencana, kekesatan
bisa menurun cepat (polishing lebih dominan dari ageing), sehingga
perlu regroving bila kekesatan lebih rendah dari persyaratan.

Aspek Konstruksi dan Peralatan


Perkerasan beton mulai dikenal luas di Indonesia sejak pertengahan
tahun 1980-an, di mana saat itu pabrik-pabrik semen masih memiliki
kapasitas produksi berlebih untuk kebutuhan domestik dan ekspor.
Walaupun demikian di awal perkembangannya tidaklah terlalu
intensif, mengingat belum banyaknya jalur lintas kendaraan berat
(peti kemas), harga perkerasan beton yang tinggi, masih rendahnya
jam terbang kontraktor, dan investasi peralatan yang cukup besar di
tengah permintaan pasar yang belum jelas.

Dampak Lingkungan
Dari segi bahan baku, energi yang dibutuhkan untuk memproduksi
semen atau aspal per satuan volume mungkin tidak jauh berbeda.
Namun karena kebutuhan aspal dalam campuran hanya sekitar 5-6%,
sedangkan semen bisa lima kali lipatnya, maka energi yang
dibutuhkan untuk menghasilkan bahan baku semen akan lebih besar
dari aspal untuk volume perkerasan jalan yang sama. Walaupun
demikian, secara total karena pencampuran semen, air, dan agregat
merupakan proses kimia, tanpa memerlukan pemanasan, maka
energi yang dibutuhkan untuk membentuk perkerasan beton jauh
lebih rendah dari perkerasan beraspal.

Tabel 1. Perbandingan antara Perkerasan Lentur dan Kaku


No
1

Item
Umur rencana
(masa layanan)

2
3

Lendutan
Perilaku terhadap
overloading

Kebisingan dan vibrasi

Pantulan cahaya

Bentuk permukaan

Proses konstruksi

Perawatan

Biaya konstrksi dan


perawatan

10

Karakteristik thd
pembebanan

11

Karakteristik material

Perkerasan lentur
Perkerasan kaku
Efektif 5 sampai 10
Efektif dapat mencapai
tahun. Perlu beberapa
20 sampai 30 tahun
tahap pembangunan pada dalam satu kali
masa layanan.
konstruksi
Cenderung melendut
Lendutan jarang terjadi
Perkerasan lentur lebih sensitif pada overloading
dibanding perkerasan kaku, ini dikaitkan dengan
perilaku terhadap lendutan
Perkerasan lentur mempunyai tingkat kebisingan dan
vibrasi yang lebih rendah
Perkerasan lentur mempunyai daya pantul yang lebih
lemah dibandingkan perkerasan kaku
Permukaan perkerasan lentur lebih halus
dibandingkan perkerasan kaku
Relatif lebih mudah dan
Dengan teknologi bahan
cepat. Dengan teknologi
aditif untuk beton, maka
campuran, waktu yang
proses pematangan bisa
dibutuhkan dari mulai
berlangsung cepat
penghamparan sampai
sekitar 2 hari, tetapi
dibuka untuk lalu-lintas
beton yang terlalu cepat
hanya membutuhkan
matang cenderung
waktu sekitar 2 jam
mudah retak
Memerlukan perawatan
Tidak perlu perawatan
rutin, tetapi relatif lebih
rutin, tetapi perbaikan
mudah
kerusakan relatif lebih
sulit
Dikaitkan dengan proses
Biaya awal lebih mahal
maka biaya awal lebih
tetapi tidak memerlukan
murah, tetapi perlu ada
perawatan yang rutin
perawatan rutin tahunan
sampai umur efektif
dan lima tahunan
Beban didistribusikan
Dengan nilai kekakuan
secara berjenjang pada
yang tinggi maka
tiap lapisan
seluruh beban diterima
oleh
struktur
Material yang diperlukan Material utama adalah
adalah aspal, dan filler
agregat, semen, dan
(jika diperlukan). Sangat
filler (jika diperlukan).
sensitif terhadap air
Air dapat membantu
pada saat pematangan
beton

III. Penutup

A. Kesimpulan
1. Perkerasan beraspal memiliki kelebihan dari pada perkerasan beton dalam
hal: biaya awal konstruksi yang rendah, langsung bisa berfungsi, sesuai
untuk konstruksi badan jalan yang belum stabil, nyaman dan aman untuk
dilalui, serta tidak begitu sulit dalam pelaksanaan pembangunannya.
2. Kekurangan perkerasan beraspal dibandingkan perkerasan beton adalah
biaya pemeliharaan yang tinggi, kurang tahan beban berat atau pada
kecepatan rendah/statis, dan kebutuhan energi yang tinggi khususnya
untuk campuran aspal panas.
3. Perkerasan beton memiliki kelebihan dari pada perkerasan beraspal dalam
hal: biaya total (life cycle cost) konstruksi yang rendah karena
pemeliharaan yang minim, lebih awet dan kuat, serta lebih rendah dampak
lingkungannya.
4. Kekurangan perkerasan beton dibandingkan perkerasan beraspal adalah :
biaya awal dan perbaikan konstruksi yang cukup tinggi, butuh waktu
sampai cukup kuat untuk dilewati, tidak sesuai bagi konstruksi badan jalan
yang labil atau masih terjadi bongkar pasang utilitas, kurang nyaman
(kekasaran, sambungan), dan silau akibat warna perkerasan yang
cenderung putih.

Anda mungkin juga menyukai