Anda di halaman 1dari 2

LAKI-LAKi DI TENGAH MALAM

Laki-laki itu datang tengah malam, dia duduk tepat di hadapanku.


Tatapannya tidak hangat, tidak juga dingin. Ekspresi sangat datar.
Dagunya yang kokoh tegak sejajar dengan wajahku.
Siapa Anda ?. tanyaku sambil meneliti raut mukanya yang nyaris tanpa
ekspresi.
Kamu harusnya tau siapa saya. Jawabnya dengan pandangan lurus
menatapku, hamper tidak berkedip.
Kemudian dia maju. Duduk lebih dekat, sehingga lutut kami beradu. Ia
telah menggeser kursi yang didudukinya agar kami berhadapan lebih
lurus dan dekat.
Aku diam sejenak. Mencoba mengingat-ingat wajah itu. Sepertinya aku
pernah mengenal orang ini. Rambutnya terisisir rapi dengan olesan
minyak yang tampak mengkilat. Hidungnya mancung, sepasang matanya
teduh namun tajam. Kulitnya coklat bersih.
Rasa-rasanya aku pernah melihat orang ini. Tapi siapa ? dimana ? aku
tidak ingat. Masih susah untuk benar-benar mengingatnya.
Aku datang karena kamu telah menyia-nyiakan hidupmu ucapnya
dengan sedikit senyuman sinis.
Maksudmu ?....aku tidak mengerti jawabku dengan tatapan bingung.
Kamu sudah lupa siapa kamu, apa yang menjadi tujuanmu. Saya kecewa
melihat kamu.
Kata-kata yang keluar dari mulut orang itu kini nadanya mulai menegar,
agak tinggi. Hamper bisa dikatakan kalau eksoresinya menyerupai marah.
Tapi tidak persisi seperti marah.
Aku benar-benar bingung. Apa maksud orang itu. Kenapa dia datang dan
tiba-tiba melontarkan kalimat-kalimat yang menyalahkan aku.
Keheningan menyergap. Angin awal tahun di daerah dingin Ciwidey serasa
hendak mengelupaskan kulitku. Aku menggigil.
Jaket tebal yang kukenakan malam itu tak cukup menolongku dari
pagutan rasa dingin yang luar biasa menyergap. Tidak seperti biasanya.

Kamu sebenarnya siapa ?, tanyaku lagi dengan nada agak kesal sambil
mengangkat wajah ke arah orang itu.
Tapi yang ada di hadapanku hanyalah tayangan film televisi tengah
malam. Di ruang keluarga rumahku tidak ada siapa-siapa. Kemana orang
itu pergi. Kenapa tiba-tiba raib. Siapa dia ?.........
Apa maksud dari kalimat-kalimatnya yang menyalahkan aku ?
Kumatikan TV. Aku melangkah ke kamar mandi untuk mengambil air
wudlu. Malam itu aku belum sholat isya.
Sebelum sholat aku memeriksa dua kamar anak-anakku. Mereka telah
lelap tidur dengan wajah-wajah polosnya.
Aku tidak mengerti ketika ada beberapa butir air mata jatuh di pipi.
Kenapa tiba-tiba aku harus sedih melihat mereka. Mereka anak-anakku
yang sholeh dan sholehah dan sangat penurut.
Selanjutnya aku larut dalam sholat isya yang lebih khusuk dari biasanya.
Tiga puluh menit aku menikmati kedamaian berkomunikasi dengan Sang
Kholik tanpa ingat apa-apa soal duniawi.
Ya Allah, Ya Robbie..
Tiba-tiba aku ingat wajah laki-laki yang tadi datang.
Hidungnya yang mancung tidak sama denganku. Bukankan dia Bapakku
saat muda dulu. Ya dia itu Bapak. Bapak yang memang ganteng pada
masa mudanya. Bapak yang kini sudah menjadi tanah di dalam
makamnya.
Astagfirullah

Anda mungkin juga menyukai