Kamu sebenarnya siapa ?, tanyaku lagi dengan nada agak kesal sambil
mengangkat wajah ke arah orang itu.
Tapi yang ada di hadapanku hanyalah tayangan film televisi tengah
malam. Di ruang keluarga rumahku tidak ada siapa-siapa. Kemana orang
itu pergi. Kenapa tiba-tiba raib. Siapa dia ?.........
Apa maksud dari kalimat-kalimatnya yang menyalahkan aku ?
Kumatikan TV. Aku melangkah ke kamar mandi untuk mengambil air
wudlu. Malam itu aku belum sholat isya.
Sebelum sholat aku memeriksa dua kamar anak-anakku. Mereka telah
lelap tidur dengan wajah-wajah polosnya.
Aku tidak mengerti ketika ada beberapa butir air mata jatuh di pipi.
Kenapa tiba-tiba aku harus sedih melihat mereka. Mereka anak-anakku
yang sholeh dan sholehah dan sangat penurut.
Selanjutnya aku larut dalam sholat isya yang lebih khusuk dari biasanya.
Tiga puluh menit aku menikmati kedamaian berkomunikasi dengan Sang
Kholik tanpa ingat apa-apa soal duniawi.
Ya Allah, Ya Robbie..
Tiba-tiba aku ingat wajah laki-laki yang tadi datang.
Hidungnya yang mancung tidak sama denganku. Bukankan dia Bapakku
saat muda dulu. Ya dia itu Bapak. Bapak yang memang ganteng pada
masa mudanya. Bapak yang kini sudah menjadi tanah di dalam
makamnya.
Astagfirullah