Anda di halaman 1dari 16

MANIFESTASI KASUS

TUBERCULOSIS PARU
TERHADAP KULIT:
SEBUAH PROFIL KLINIK
Oleh:
Putri Auliya
Ikhsan Amanda Putra
Preseptor:
dr. Sri Lestari, Sp.KK (K), FAADV, FINS-DV

Abstrak
Tuberkulosis paru primer (TB) terjadi segera setelah infeksi awal oleh
basil TB sementara tuberkulosis paska primer, yang juga disebut tipe
TB dewasa bisa terjadi akibat reaktivasi endogen dari infeksi lama
yang laten atau infeksi baru. Manifestasi pada kulit oleh tuberkulosis
dapat karena keterlibatan langsung seperti lupus vulgaris,
scrofuloderma, dan lain-lain, atau secara tidak langsung seperti
tuberkulid. Reaksi obat seperti erupsi acneiformis, pruritus, xerosis
atau yang jarang seperti sindroma steven Johnson dan lain-lain dapat
juga terjadi karena obat antituberkulosis. Seluruh dari total 120
pasien yang menderita tuberkulosis paru telah di skrining untuk
mendapatkan manifestasi pada kulit, jika ada. Pada 30 pasien kami
dapat menemukan manifestasi. Manifestasi yang paling sering adalah
erupsi acneiformis, pruritus, dan xerosis kulit. Manifestasi yang
jarang adalah skrofuloderma dan lupus vulgaris. Satu kasus herpes
zoster dengan tuberculosis paru juga telah ditemukan.

Pendahuluan
Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan dunia.1 Tuberculosis paru
(TB), seperti yang kita tahu, adalah sebuah infeksi pada paru yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang berbentuk
batang, tidak membentuk spora, dan bersifat aerob. Risiko
perkembangan penyakit setelah terinfeksi tergantung pada
pertahanan imunologi seserorang dan pertahanan non-imunologi dan
tingkat imun sel mediasi. Tuberkulosis paru primer baru terjadi
setelah infeksi awal dengan basil tuberkulosis. TB paska primer, yang
juga disebut TB tipe dewasa, mungkin akibat dari reaktivasi infeksi
laten endogen yang lama atau infeksi baru. Tingkat keterlibatan
parenkim paru bervariasi dari infiltrat kecil hingga kavitas yang luas.

Kulit menjadi organ terluas pada tubuh yang sering dipengaruhi oleh
setiap kondisi sistemik. Manifestasi pada kulit oleh tuberkulosis akan
terjadi karena infeksi tuberkulosis atau sebaliknya.
tuberkulosis kutan dapat diklasifikasikan sebagai:
sumber eksogen ulkus tuberculosis, warty TB, lupus vulgaris
sumber endogen skrofuloderma, tb orifisium, lupus vulgaris,
gumma tuberculosis, Tb milier pada kulit
tuberkulid micropapular, popular, nodular

obat antituberkulosis yang sering digunakan pada tb adalah


isoniazide, rifampisin, pirazinamid, etambutol, dan streptomisin.
penggunaan obat-obat ini dapat menyebabkan bermacam-macam
reaksi obat pada kulit. Isoniazin telah sering dilaporkan sebagai
penyebab erupsi akneformis. sedangkan erupsi lichenoid, ruam
makulo-papular dan lainnya lebih jarang dilaporkan.
Reaksi obat yang merugikan (ADR) terkait tuberkulosis
mengakibatkan gangguan dan perubahan dalam pengobatan, baik
yang berdampak pada kegagalan pengobatan, pengembangan
resistensi obat, kekambuhan, dan penularan penyakit.

Bahan dan Metode


Penelitian kami dilakukan di departemen paru dan departemen kulit
rumah sakit SMS & R dan rumah sakit sharda

Kriteria Inklusi
Semua pasien yang telah didiagnosa dengan tuberculosis paru atau
yang sedang dalam follow-up pasien rawat jalan di departemen
kesehatan paru di skrining untuk semua permasalahan kulit, dan jika
ditemukan, akan dievaluasi oleh ahli kulit untuk diagnosis dan
tatalaksana.

Hanya pasien-pasien yang memiliki manifestasi pada kulit, yang


dapat langsung atau tidak langsung dikaitkan dengan tuberkulosis
paru atau obat antituberkulosis yang masuk dalam penelitian ini.

Kriteria Eksklusi
Pasien dengan kondisi kulit sebelumnya, sebelum diagnosis TB,
tidak dimasukkan
Pasien bersama kondisi penyakit lain seperti diabetes, hipotiroid,
hipertensi, ppok, tidak dimasukkan
Wanita hamil dan menyusui tidak dimasukkan dalam penelitian ini
Pasien HIV dengan tuberculosis paru tidak dimasukkan
Sebanyak 120 pasien, yang memenuhi kriteria inklusi serta eksklusi
dimasukkan dalam penelitian ini. Masa penelitian ini adalah antara
Februari 2012 hingga Agustus 2012. Analisis statistik dalam bentuk
persentase sederhana dan proporsi.

Hasil
Sebanyak 120 pasien TB paru telah dilakukan skrining terhadap
manifestasi pada kulit. Dari pasien tersebut, 78 pasien adalah laki-laki
dan 42 adalah perempuan. Kelompok usia bervariasi dari 15 tahun
sampai 70 tahun. Manifestasi pada kulit telah diamati pada 36 pasien
(30%). Manifestasi berikut telah diamati (Tabel I)

Pasien termuda adalah seorang pria 15 tahun yang menunjukkan


tuberkulid, sedangkan pasien tertua adalah berusia 62 tahun yang
mengeluh pruritus. Secara umum, xerosis dan pruritus lebih umum
terdapat pada kelompok usia yang lebih tua sementara manifestasi
yang lebih jarang seperti Sindroma Steven Johnson, tuberkulid, lupus
vulgaris ditemukan pada pasien yang lebih muda. Distribusi usia dari
manifestasi kulit ditunjukkan pada tabel II.

No.

Penemuan pada kulit

Jumlah pasien

Persentase %

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Xerosis
Pruritus
Erupsi Akneiformis
Erupsi Lichenoid
Sindrom Steven Johnson
Tuberkulid
Lupus Vulgaris
Urtikaria
Herpes Zoster

16
14
9
5
1
1
1
1
1

13,3%
11,6%
7,5%
4,16%
0,83%
0,83%
0,83%
0,83%
0,83%

No.

Kelompok umur

Laki-laki

Perempuan

Total

1
2
3
4
5

15-25
26-35
36-45
46-55
56-65

3
5
6
6
3

2
2
5
3
1

5
7
11
9
4

Xerosis dan pruritus paling sering terlihat, masing masing yaitu 16


(13,3%) dan 14 (11,6%) orang pasien. Yang lebih jarang adalah erupsi
akneformis dan erupsi lichenoid yang diamati terdapat pada 9 dan 5
orang pasien.
Manifestasi lebih jarang, yaitu, Sindroma Steven Johnson, tuberkulid,
lupus vulgaris, dan urtikaria, ditemukan masing-masing satu pasien.
Salah satu pengamatan yang menarik adalah ditemukannya herpes
zoster pada pasien berumur 30 tahun yang dinyatakan
imunokompeten. Telah ditemukan pyopneumothorax Tuberkulosis
pada sisi paru kanan dan herpes zoster muncul pada dermatom dada
kanan. Mungkin ini sebuah pengamatan yang kebetulan,
sebagaimana diketahui herpes zoster sangat tidak umum terdapat
pada kelompok usia muda.

Diskusi
Manifestasi pada kulit karena obat anti-TB telah dilaporkan di
berbagai penelitian sebelumnya. Manifestasi paling sering yang telah
diamati hanya pruritus dan xerosis. Kami juga mengamati hal yang
sama dalam penelitian kami. Patel dan Marfatia melaporkan pruritus
dan erupsi acneformis dalam penelitian mereka dengan insidens
masing-masing 1% dan 0,43% .
Sharma dan Kothari melaporkan 1,43% kejadian erupsi acneformis
karena obat anti-TB pada penelitian mereka, sementara kami telah
menemukan insiden yang lebih tinggi, yaitu 7,5%. Variasi dalam
penelitian kami mungkin karena ukuran sampel yang lebih kecil pada
penelitian ini.

Hal ini harus dipahami apakah itu suatu kebetulan atau adakah
hubungan sebab akibat. Komplikasi pada kulit dan komplikasi pada
neurologi Herpes Zoster sudah dikenal dan didokumentasikan dalam
literatur. Tribble dkk telah melaporkan kasus colonic pseudoobstruction sebagai akibat dermatomal zoster. Keterlibatan paru
yang berhubungan dengan herpes zoster pada seorang pasien telah
disampaikan oleh Andrews dkk. Sebagaimana teori umum yang telah
disetujui, herpes zoster berasal dari reaktivasi varicella zoster yang
tidak aktif dalam akar ganglion dorsalis. Status defisiensi imun juga
menjadi predisposisi untuk komplikasi viseral dari Herpes Zoster.
Virus ini adalah neurotropik dan ketika diaktivasi menimbulkan lesi di
kulit yang dipersarafi oleh saraf tertentu tersebut.

Kesimpulan
Kulit sebagai organ terbesar dari tubuh yang sering terkena efek
pada pasien TB paru, baik secara langsung karena penyakit atau
karena efek samping dari obat-obatan anti-TB. Seringkali hal ini
menjadi menantang untuk menghubungkan temuan di kulit dengan
penyebab utamanya. Olehkarena itu hal ini memerlukan perhatian
khusus dari dokter yang menangani dan ahli kulit untuk mendiagnosa
dan juga menatalaksananya.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai