Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN MK DASAR BIOTEKNOLOGI TANAMAN

(AGH 330)
PENGENALAN LABORATORIUM KULTUR JARINGAN TANAMAN

Kelompok 1
Tustiah Tri Novianti
Devi Novianti
Sinar Hikma Pitriana
Moh. Arif Furqon
Triyana Agus Safari

A24134016
A24120015
A24120194
A24120137
A24144020

Asisten:
Sonya Putri Rai
Gilar Bawonoadi
Yogi Dwiyantono
Muhammad Shalahuddin
Syifaur Rahmah
Muhammad Baidowi
Ulil Afifah
Yogo Ardi Nugraha
Dosen:
Dr Ir Diny Dinarti, MSi
Dr Awang Maharijaya, SP, MSi

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

PENDAHULUAN
Latar belakang
Kultur jaringan tanaman adalah suatu teknik yang menumbuhkan sel, organ,
dan jaringan secara aseptik dalam suatu media tanam, untuk dapat tumbuh dan
berkembang membentuk tanaman utuh yang disebut planlet. Media tempat sel,
organ, dan jaringan tersebut tumbuh sangat penting artinya dalam kultur jaringan
karena seluruh hara dan zat pengatur tumbuh yang diperlukan untuk tumbuh dan
berkembang diperoleh dari media. Media menyediakan hara makro, mikro,
karbohidrat, vitamin, asam amino tertentu, dan zat pengatur tumbuh.dalam kultur
jaringan dikenal berbagai komposisi medium yang telah diteliti sesuai untuk
pertumbuhan tanaman tertentu misalnya untuk menginduksi pertumbuhan kalus,
tunas, akar, atau kultur antera. Contohnya: komposisi medium MS (Murashige
dan Skoog) yang telah banyak digunakan untuk perbanyakan berbagai jenis
tanaman berkayu, herba, dan untuk berbagai spesies tanaman. Komposisi media
VW (Vacin dan Went) baik untuk tanaman anggrek, WPM (Woody Plant Medium)
untuk kultur tanaman berkayu, dan lain-lain.
Dalam medium kultur jaringan sering digunakan senyawa organik sebagai
sumber vitamin, zat pengatur tumbuh, atau asam amino yang berharga murah jika
dibandingkan dengan harga bahan sintetiknya. Contohnya: air kelapa, ekstrak
buah pisang, tomat, dll. Ekstrak dari buah-buahan ini memiliki kelemahan karena
konsentrasi vitamin, mineral, dan zat pengatur tumbuh yang dikandungnya sangat
bervariasi tergantung pada dimana tanaman itu tumbuh, cara budidayanya,
varietas tanaman, dan umur buah.
Disamping itu medium kultur jaringan juga sering ditambahkan senyawa
lain untuk tujuan tertentu seperti arang aktif, PVP (Poly vinyl pyrolidon) yang
digunakan sebagai pengabsorpsi senyawa phenolik yang dapat bersifat toksik bagi
sel tanaman. Senyawa ini umumnya dihasilkan oleh tanaman berkayu dan
dikeluarkan ke medium bila jaringan tanaman tersebut ditumbuhkan. Senyawa
pengabsorpsi ini sering kali juga mengabsorpsi zat pengatur tumbuh yang ada
pada media sehingga tidak tersedia bagi jaringan.
Dalam pembuatan media kultur jaringan, bahan-bahan yang diperlukan
sudah dibuat larutan stoknya untuk memudahkan dalam bekerja. Larutan stok
tersebut konsentrasinya sudah dipekatkan antara 20 sampai 50 kali, sehingga
dalam membuat media hanya mengambil sejumlah volume yang diperlukan.
Sebagai sumber karbohidrat digunakan sukrosa (atau gula pasir), glukosa atau
fruktosa sesuai dengan spesies tanaman yang akan ditimbulkan, namun umumnya
menggunakan sukrosa. Sebagai bahan pemadat digunakan agar-agar sebanyak 7
g/l. Kemasan media (pH) media umumnya antara 5.6-5.9. Sterilisasi media
dilakukan dengan menggunakan autoclave yaitu suatu alat yang dapat membunuh
organisme dalam medium dengan suhu tinggi yaitu 121 0C, tekanan 17.5 Psi
selama 20 menit.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui alat, bahan, fungsi, media, serta
ruang kultur yang digunakan pada praktikum dasar bioteknologi tanaman.

BAHAN DAN METODE

Bahan dan alat


Bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain larutan stok A, B, C,
D, E, F, vitamin, Myoinositol, gula, agar-agar, plastik penutup, karet gelang,
alkohol 70%, spirtus, KOH 1 N, HCl 1 N, kertas lakmus, dan tissu. Alat yang
digunakan pada praktikum ini antara lain botol kultur, bunsen, sprayer, pinset,
pisau scalpel, gunting, cawan petri, Laminar Air Flow Cabinet (LAFC), pipet 10
ml, pipet 50 ml, labu takar, pengaduk, pH meter, autoclave, keranjang plastik,
timbangan digital, bulp, gelas piala, dan panic.
Metode
Pengenalan alat-alat laboratorium
Pengenalan alat-alat laboratorium dengan cara keliling dan melihat keadaan
laboratorium kultur jaringan dengan dijelaskan fungsi, kegunaan, dan cara kerja
alat-alat serta bahan yang akan digunakan dalam praktikum. Selain itu dijelaskan
juga ruang kultur dan ruang sterilisasi dengan suhu yang cocok untuk media dan
kultur.
Pembuatan media MS
Semua larutan stok dipipet dan dimasukkan kedalam labu takar. Gula
dilarutkan terlebih dahulu dengan menambahkan akuades sebanyak 50 ml,
kemudian dicampurkan dengan larutan stok yang telah di pipet. Larutan yang
sudah dibuat lalu ditambahkan akuades kembali sampai mencapai 500 ml. larutan
di tera pH nya dengan menambahkan HCl 1 N atau KOH 1 N sampai pH
mencapai 5.9 dengan menggunakan pH meter. Media yang telah dibuat kemudian
dimasukkan kedalam panci dan tambahkan agar sebanyak 3.5 g lalu dimasak
hingga mendidih. Media yang sudah dimasak dimasukkan ke dalam botol kultur
sebanyak 25 ml dan botol ditutup dengan menggunakan plastik, lalu diikat dengan
karet gelang. Botol diberi label O dan kode kelompok dengan huruf yang kecil.
Media disterilkan dengan menggunakan autoclave selama 20 menit. Media yang
telah steril disimpan di ruang kultur pada suhu 20 0C.
Sterilisasi botol kultur
Botol kultur setelah dicuci bersih dengan sabun cair, dimasukkan kedalam
autoklaf dalam posisi terbalik. Jika menggunakan autoklaf listrik otomatis
dilakukan selama 1 jam pada suhu 121 0C dengan tekanan 17.5 Psi (dengan
mengeset timer, suhu, dan tekanan).
Jika menggunakan autoklaf manual dengan pemanasan kompor gas,
dipanaskan terlebih dahulu sampai mendidih, kemudian bootol pengeluaran uap
ditutup dan pemanasan dibiarkan hingga tekanan naik mencapai 0.1 bar dan api
kompor dikecilkan untuk mempertahankan tekanan 0.1 bar selama 20 menit.

Skema pembuatan media dengan media dasar MS (1 liter)


Larutkan 30 g gula ke dalam aquades

Masukkan ke dalam labu takar 1 liter

Tambahkan 20 ml masing-masing larutan stok A dan B

Tambahkan 5 ml masing-masing larutan stok C, D, dan E

Tambahkan 10 ml masing-masing larutan stok F, Myo, dan Vitamin

Tambahkan media ke dalam tempat yang volumenya 2 liter, lalu tambahkan


7-8 g agar-agar

Panaskan media sampai agar-agar larut (sambil diaduk)

Tuangkan media kedalam botol kultur steril

Sterilisasi media selama 15-20 menit pada suhu 121 0C


dengan tekanan 17.5 PSi
Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada 7 hari setelah pembuatan dengan mengamati
dan menghitung jumlah media yang terkontaminasi, dan apa organisme
kontaminannya.

HASIL
Tabel 1 Komposisi Media Murashige-Skoog (1962)
Konsentrasi
Volume yang
Stok
Bahan
larutan stok
dipipet
(g/L)
(ml/L media)
A
NH4NO3
82.500
20
B
KNO3
95.000
20
C
KH2PO4
34.000
5
H3BO3
1.240
Na2MoO4.2H2O
0.05
CoCl2.H2O
0.005
Kl
0.166
D
CaCl2.2H2O
88.000
5
E
MgSO4.7H20
74.000
5
MnSO4.4H2O
4.460
ZnSO4.7H2O
1.720
CuSO4.5H2O
0.005
F
Na2EDTA
3.730
10
FeSO4.7H2O
2.780
VIT
Thiamine
0.010
10
Niacin
0.050
Pyridoxine
0.050
Glycin
0.200
Myo
Myo inositol
10
10
Gula
Gula pasir
30

Konsentrasi
dalam media
(mg/L)
1 650
1 900
170
6.2
0.250
0.025
0.830
440
370
22.3
8.6
0.025
37.3
27.8
0.1
0.5
0.5
2.0
100

PEMBAHASAN
Dalam praktikum kultur jaringan alat yang digunakan antara lain botol
kultur, cawan petri, oven, tabung reaksi, Autoclave, bunsen, erlenmeyer, gelas
ukur, pinset, timbangan analitik, pipet, hol plate, Laminar Air Flow Cabinet
(LAFC), scapel, labu ukur, gunting, hand sprayer, rak kultur, pH meter, pengaduk,
gelas piala, keranjang plastik. Botol kultur merupakan tempat untuk
mengkulturkan atau menanam eksplan. Cawan petri (petridish) adalah sebuah
wadah yang bentuknya bundar dan terbuat dari plastik atau kaca yang berfungsi
sebagai tempat untuk memotong-motong eksplan yang akan ditanam dalam botol
kultur. Cawan petri selalu berpasangan, yang ukurannya agak kecil sebagai
wadah dan yang lebih besar merupakan tutupnya.
Oven berfungsi sebagai alat untuk mensterilisasi alat yang akan digunakan
dalam media kultur. Tabung reaksi berfungsi sebagai alat pengukur larutan.
Autoclave berfungsi untuk mensterilisasi bahan atau alat yang pada umumnya
terbuat dari logam, kaca, plastik, dll baik dalam keadaan terbungkus maupun tidak
terbungkus. Autoclave ini mempunyai suhu 121 0C dengan tekanan 17.5 psi.
Bunsen berfungsi sebagai pemanas saat melakukan kultur agar planlet, media, dan
alat tetap steril. Tabung erlenmeyer berfungsi sebagai tempat untuk

mencampurkan bahan. Gelas piala berfungsi sebagai tempat untuk memasak


media dan bisa juga sebagai tempat bahan yang akan digunakan. Pinset berfungsi
sebagai alat untuk mengambil eksplan atau untuk menanam. Timbangan analitik
berfungsi untuk menimbang bahan yang akan digunakan. Pipet berfungsi untuk
mengambil bahan larutan yang akan digunakan dalam skala kecil (micro). Hol
plate berfungsi untuk menghomogenkan bahan yang akan digunakan untuk media.
Hol plate juga merupakan alat untuk mencampur dan memasak media kultur. Hol
plate digunakan untuk memasak segala macam bahan nutrisi dengan melibatkan
pengaduk dan pemanas. Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) berfungsi sebagai
alat/ruang untuk menanam atau subkultur. Scapel berfungsi untuk memotong
eksplan yang akan digunakan untuk subkultur. Labu ukur berfungsi untuk
mengukur dan menambahkan larutan biasanya sampai batas tera.
Gunting berfungsi sebagai pemotong eksplan yang akan di subkultur. Hand
sprayer berfungsi sebagai tempat alkohol agar memudahkan pemakaian saat
melakukan penanaman. Rak kultur berfungsi sebagai tempat penyimpanan botolbotol kultur yang sudah ditanaman dan penyimpanan media-media yang sudah
dibuat. pH meter berfungsi sebagai alat untuk mengukur pH media. Pengaduk
berfungsi sebagai alat untuk menghomogenkan larutan. Keranjang plastik
berfungsi sebagai tempat untuk memudahkan dalam pengangkutan alat atau bahan
yang akan digunakan dalam praktikum.
Kultur jaringan merupakan suatu metode yang sudah dikenal cukup lama.
Pelaksanaan teknik kultur jaringan ini berdasarkan atas teori sel seperti yang
dikemukakan oleh Schleiden dan Scwann, yaitu sel mempunyai kemampuan
autonomi, bahkan mempunyai kemampuan totipotensi. Kemampuan totipotensi
adalah kemampuan tiap sel untuk tumbuh menjadi tanaman yang sempurna bila
diletakkan di lingkungan yang sesuai (Suryowinoto, 1991 cit.; Hendaryono dan
Wijayanti, 1994).
Metode kultur in vitro atau kultur jaringan telah banyak berkembang dari
percobaan yang dilakukan Kotte pada tahun 1923 dengan kacang kapri dan
jagung. Berbagai spesies telah dicoba dan dengan perkembangan pengetahuan
mengenai zat pengatur tumbuh yang dapat membantu menemukan metode kultur
yang lebih baik, maka kultur in vitro telah bekembang pesat menjadi metode
alternatif untuk produksi tanaman secara vegetatif maupun metode penelitian
dalam berbagai ilmu yang lain (Mantell et al. 1985). Pemilihan eksplan yang
tepat, merupakan tahap pertama dalam tiga tahap yang dilakukan dalam kultur
jaringan. Eksplan tersebut harus disterilisasi dan kemudian baru dapat ditanam
pada media. Tahap kedua adalah perbanyakan tunas pada media dan tahap ketiga
adalah pemindahan ke media pengakaran yang kemudian dilanjutkan dengan
aklimatisasi atau penyesuaian tanaman ke lingkungan alami.
Ada beberapa karakter yang dapat dipakai untuk mencirikan teknik kultur
jaringan, yaitu:
Terbebas dari segala mikroorganisme
Lingkungan tumbuh optimal
Pola perkembangan normal tanaman dapat dimodifikasi
Manipulasi jaringan untuk perbaikan tanaman
Salah satu aspek yang menarik dari penerapan kultur jaringan dan dewasa
ini sangat pesat perkembangannya adalah mikropropagasi/perbanyakan mikro
(micro pro-pagation). Teknik mikropropagasi telah banyak digunakan untuk

memperbanyak secara cepat berbagai jenis tanaman dalam skala industri. Teknik
kultur jaringan terbukti ampuh membantu para pemulia tanaman untuk
menghasilkan tanaman dengan karakter yang sudah diperbaiki.
Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur
jaringan adalah :
1) Pembuatan media
2) Inisiasi
3) Sterilisasi
4) Multiplikasi
5) Pengakaran
6) Aklimatisasi

KESIMPULAN
Alat-alat yang ada di laboratorium kultur jaringan antara lain botol kultur,
cawan petri, oven, tabung reaksi, Autoclave, bunsen, erlenmeyer, gelas ukur,
pinset, timbangan analitik, pipet, hol plate, Laminar Air Flow Cabinet (LAFC),
scapel, labu ukur, gunting, hand sprayer, rak kultur, pH meter, pengaduk, gelas
piala, keranjang plastik. Semua alat yang ada merupakan alat pembantu dalam
proses kegiatan kultur jaringan yang mempunyai kegunaan masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

Hendaryono, DPS dan Wijayani A. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta


(ID): Kanisius 139p.
Mantell, SH, Matthews JA, McKee RA. 1985. Principles of Plant Biotechnology
An Iintroduction to Genetic Engineering in Plants. Blackwell scientific
Publications. Oxford. 269p.
Wiendi AMN. 2009. Buku Panduan Praktikum Dasar Bioteknologi Tanaman.
Bogor(ID): IPB.

Anda mungkin juga menyukai