Anda di halaman 1dari 175

ADMINISTRASI DAN PENGELOLAAN

No. Dokumen:

No.Revisi

Halaman

1/1
DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSUD Dr.M.HAULUSSY

Tanggal Terbit
PROSEDUR TETAP

Pengertian

Dr. JUSTINI PAWA, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 1962
Administrasi dan pengelolaan adalah pengelolaan organisasi
yang yang didukung oleh administrasi yang handal.

Tujuan

1.Untuk mencapai tujuan organisasi K3


2. Menetapkan Tim yang bertanggung jawab atas program K3

Kebijakan

Kebijakan

Pengelolaan

SDM

Tim K3 (Keselamatan Kerja,

Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana) di


RSUD Dr.M.HAULUSSY mengenai Pertemuan di Pokja K3 sesuai
kebutuhan dan salah satu agendanya adalah pembahasan
tentang

prosedur

tetap/Kebijakan

dan

lainnya

sesuai

kesepakatan
Prosedur

1. Membuat SK Pembentukan Tim K3


2. Membuat struktur Organisasi K3
3. Membuat Uraian Tugas
4. Menyusun

dan

menetapkan

program

tahunan,

melaksanakan kegiatan bulanan


5. Mendokumentasikan kegiatan, evaluasi dan tindak lanjut.
6. Membuat laporan bulanan dan tahunan
Unit Terkait

Bidang / Bagian, Sub Bidang / Sub Bagian, Instalasi, Ruang

Ketua Tim K3

Dr. Iriani Sutiksno


NIP : 196210311991032002

PEMERIKSAAN KESEHATAN KARYAWAN


No. Dokumen:

No.Revisi

Halaman
1/2

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Tanggal Terbit
PROSEDUR TETAP

Pengertian

Dr. Justini PAWA, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 1962
Pemeliharaan kesehatan karyawan merupakan upaya untuk
meningkatkan dan menjamin kesehatan karyawan RSUD Dr.M.Haulussy.

Tujuan

Untuk meningkatkan dan menjamin kesehatan serta produktivitas


kerja pegawai.

Kebijakan

1. Pemeriksaan kesehatan dilakukan kepada calon karyawan dan


karyawan rumah sakit.
2. Pemeriksaan kesehatan karyawan meliputi : Pemeriksaan
kesehatan pra-pekerjaan, berkala, khusus
3. Pemeriksaan kesehatan dengan menggunakan kartu jaminan

pemeliharaan kesehatan yang dimiliki oleh karyawan


4. Prioritas pemeriksaan kesehatan adalah karyawan :
a. Usia > 40 tahun
b. Yang bekerja di unit kerja berisiko.
Prosedur

1. Karyawan yang akan melakukan pemeriksaan kesehatan

terlebih dahulu melakukan registrasi di Bagian Pendaftaran.


2. Karyawan

melakukan

pemeriksaan

fisik

di

umum/pegawai
3. Pemeriksaan kesehatan berkala dilakukan minimal 1 tahun

sekali, dilakukan pada semua pegawai yang bekerja di RS


4. Hasil pemeriksaan penunjang (oleh bagian lab & radiologi)

diserahkan kepada dokter pemeriksa.


5. Hasil pemeriksaan kesehatan akan diberikan feedback

kemasing masing karyawan


6. Pemeriksaan lanjutan dilakukan oleh dokter Internis di ruang

Poliklinik VIP setelah mendapat rujukan dari dokter umum.

Poliklinik

PEMERIKSAAN KESEHATAN
KARYAWAN
No.Revisi
No.
4
Dokumen:

Halaman
2/2

10/02/613/IK
/2009
Pasien dengan membawa Kartu Askes / Jamsostek
/ Kartu Dana
Sehat
7. Hasil pemeriksaan Kesehatan karyawan dilaporkan
kepada

Ketua P2K3 dengan menggunakan formulir


terlampir.
8. Penggunaan obat untuk terapi sesuai ketentuan
pada kartu
askes, jamsostek dan dana sehat.
9. Untuk kasus kasus tertentu penanganannya
dilakukan oleh Tim
Dokter spesialis.
10. Bagi karyawan yang menderita penyakit
tertentu dan setelah
mendapatkan pengobatan rutin dinyatakan tidak
sembuh maka
atas rekomendasi dari Tim Dokter Spesialis,
karyawan tersebut
oleh Ketua P2K3 diserahkan kepada Tim Pembina
Pegawai

Rumah Sakit.
Unit Terkait
Ruang

: Bidang / Bagian, Sub Bidang / Sub Bagian, Instalasi,

Ketua
Tim K3

Dr. Iriani
Sutiksno
NIP :
196210311991032
002

PELAPORAN KECELAKAAN KERJA


No. Dokumen:

PROSEDUR
TETAP

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

No.Revisi

Halaman
1/1

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSUD
Dr.M.HAULUSSY
Dr. Justini Pawa, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19620623

Pengertian
Tujuan
Kebijakan

Prosedur

Unit Terkait

Laporan kecelakaan
kerja adalah kegiatan
administrasi yang
berfungsi untuk
mendukung
administrasi dan

kepada Panitia K3 dengan menggunakan mengisi formulir

pelaporan kecelakaan kerja


2. Formulir pelaporan diserahkan ke Panitia K3 melalui

koordinator K3 di unit kerja terkait


3. Ketua

mengetahui

rekomendasi

pencegahan

analisa

dan

kepada

direktur

tentang

tindak

lanjut

kejadian kecelakaan
kerja dan upaya

melakukan

memberikan

pengelolaan K3
Untuk

K3

penanggulangan kecelakaan kerja.


4. Ketua k3 menyebarluaskan ke unit kerja terkait, Rumah

kecelakaan kerja

Sakit sekitar, Departemen Kesehatan dan Departemen

pegawai.

Tenaga Kerja

Kebijakan Kesehatan 5. Formulir pelaporan disimpan sebagai arsip dan bahan


evaluasi Tim K3 untuk mencegah kecelakaan kerja
Kerja, Kecelakaan
Kerja dan Penyakit

Bidang / Bagian, Sub Bidang / Sub Bagian, Instalasi,

akibat kerja tentang Ruang


Pelaporan
Kecelakaan Kerja

Ketua Tim K3

dan Penyakit
Akibat Kerja
Dr.Iriani Sutiksno
NIP :
196210311991032002

1. Kepala Instalasi
melaporkan kejadian
kecelakaan kerja

PENANGANAN KECELAKAAN KERJA

No. Dokumen:

No.Revisi

Halaman
1/1
DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSUD
Tanggal Terbit Dr.M.HAULUSSY

PROSEDUR
TETAP

Pengertian

Dr. JUSTINI PAWA, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19
Penangaan kecelakaan kerja adalah upaya menanggulangi
kecelakaan yang terjadi akibat kerja.

Tujuan
Kebijakan

Untuk meminimalkan resiko akibat kecelakaan kerja


Kebijakan Kesehatan Kerja, Kecelakaan Kerja dan
Penyakit
akibat kerja tentang Pelaporan Kecelakaan Kerja dan

Prosedur

Penyakit
Akibat Kerja
1. Setiap terjadi kecelakaan kerja segera dilakukan
tindakan
pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK)
2. Membuat kronologis kejadian kecelakaan kerja
3. Melaporkan kejadiaan kecelakaan kerja pada Direktur
melalui

Unit Terkait

ketua TIM K3 RSUD Dr.M.HAULUSSY


4. Mengevaluasi kejadian kecelakan akibat kerja
5. Menindaklanjuti agar tidak terulang kembali kecelakaan
akibat
kerja

Bidang, Sub Bidang, Instalasi, Ruang

Ketua Tim K3

Dr. Iriani Sutiksno


NIP :

196210311991032002

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

No. Dokumen: No.Revisi

Tanggal Terbit

Halaman
1/2

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

PROSEDUR
TETAP
Pengertian

Dr. JUSTINI PAWA, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19
Keamanan kerja adalah terjaminnya kesehatan seseorang
terhadap bahaya yang berkaitan dengan lingkungan kerja.

Tujuan

Untuk melindungi keamanan kerja petugas laboratorium.

Kebijakan

Kebijakan Kesehatan Kerja, Kecelakaan Kerja dan


Penyakit

Prosedur

akibat KERJA
Prosedur keamanan kerja di Laboratorium Klinik dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut :
1. Tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk mencegah
bahaya / kecelakaan :
a. Fisik :
Cuci tangan sesering mungkin dengan sabun
desinfektan, jangan menyentuh mulut dan mata
selama bekerja.
Jangan makan dan minum serta menyimpan
makanan
di ruang pemeriksaan.
Menghindari dari tusukan jarum suntik dan
pecahan
kaca (bekerja dengan hati-hati).
Membersihkan meja / tempat bekerja setelah

digunaka
n dengan
alcohol.
b. Kimia
Menghindar
i memipet,
menghisap

dan meniup cairan /


reagen dengan mulut (pakai mikro pipet).
Menghindari bahan-bahan kimia yang mudah
terbakar
(tersedia alat pemadam kebakaran).
Penyimpanan
reagen
yang
mudah
terbakar
disendirikan.

KESEHATAN DAN KESELAMATAN


KERJA
No.Revisi
No.
Dokume
n:

c. Biologis

Unit Terkait

Halaman
2/2

Beberapa

setahun 1 x / periode.

petunjuk

c. Check up laboratorium 1 tahun sekali.

untuk

3. Tindakan-tindakan yang harus dilakukan bila telah terjadi

menekan

kecelakaan :

kesalahan

a. Fisik :
Bila terkena tusukan jarum dibilas

yang dapat
menimbulkan

dengan air

kontaminasi

mengalir, diberi bethadin dan tensoplast.

infeksi adalah

Bila terkena pecahan tabung, diatasi seperti di

:
Pakai baju

atas
bila lukanya kecil. Bila lukanya besar dan perlu

pelindung

dijahit

Pakai

dikirim ke IGD.

sarung
tangan

b. Kimia :

Menangani

Bila terkena api pada kulit langsung

limbah yang

dimasukkan ke
dalam air dingin / es.

benar

Bila kulit terkena asam / basa pekat segera


Pengemasan

kulit

spesimen

disiram / diguyur air mengalir.

yang baik

c. Biologis :

2. Tindakan-tindakan

Bila ketumpahan spesimen (sputum) langsung dicuci bersih

yang harus dilakukan

lalu

diberi alcohol.
kesehatan petugas Laboratorium, Radiologi, ISS, ISPL, Ruang Isolasi, IBS,
ICU,
laboratorium

untuk memelihara

klinik :
a. Diadakan
imunisasi

Farmasi, Instalasi, Ruang


Ketua Tim K3

hepatitis.
b. Diadakan foto
thorax rutin

Dr. Iriani Sutiksno


NIP :
196210311991032002

PENATALAKSANAAN PASCA PAJANAN

No Dokumen

Tanggal Terbit

PROSEDUR
TETAP

No.Revisi

Halaman
1/1

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSUD
Dr.M.HAULUSSY

Dr. JUSTINI PAWA, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 191
Pengertian Pajanan adalah terpaparnya bagian tubuh oleh benda /
darah / duh
Tujuan
Kebijakan

pasien yang menderita penyakit menular.


Mencegah penularan penyakit pada petugas
Kebijakan Pengadaan jasa dan barang berbahaya mengenai
Cara

Prosedur

Penanganan dan tindakan yang berhubungan dengan keadan


darurat

dalam penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya


1. Jangan Panik ! Tapi selesaikan dalam waktu < 4 jam
2. Segera :
a. Luka tusuk

bilas air mengalir dan sabun / antiseptik

b. Pajanan mukosa mulut

ludahkan dan kumur

c. Pajanan mukosa mata

irigasi dengan air / garam

fisiolofis
d. Pajanan mukosa hidung

hembuskan keluar dan

bersihkan

dengan air
e. Jangan dihisap dengan mulut, jangan ditekan
f. Disinfeksi luka dan daerah sekitar kulit dengan salah satu:
g. Betadine (povidone iodine 2.5 %) selama 5 mnt

h. Alcohol

PIN, Panitia K3, Atasan langsung

70% selama 3

Agar secepat mungkin diberi PPP

mnt
3. Laporkan

b. Perlakukan sebagai keadaan darurat

Obat

PPP harus

a. Catat dan

diberikan sesegera mungkin bila diperlukan (dalam 1-2

laporkan

jam)

Panitia

c. PPP setelah 72 jam tidak efektif

PENATALAKSANA
AN PASCA
PAJANAN

Halaman

N
o
.
R
e
v
i
s
i

No Dokumen

1/1

d. Tetap berikan PPP bila pajanan risiko tinggi


meski hingga satu
minggu setelah-nya (maks).
e. Pantau sesuai dengan protokol pengo-batan ART
f. Hitung sel darah, LFT, kepatuhan, dukungan
4. Pertimbangkan
Profilaksis Pasca Pajanan (PPP) Didasarkan :

Derajat pajanan
Status infeksi dari sumber pajanan
Ketersediaan obat PPP
Konseling

Ruang Lingkup

Rawat Inap, Rawat Jalan, IBS, IGD, Laboratorium, VK

Ketua
Tim K3

Dr. Iriani
Sutiksno

NIP :
196210311991032
002

BADAN LAYANAN UMUM


DAERAH
PEMAKAIAN BAJU KERJA
RSU BANYUMAS

No. Dokumen:
10/07/618/IK/20

No.Revisi
4

Halaman
1/1

Jl. Rumah Sakit No. 09


1
Banyumas

PROSEDUR
TETAP
Pengertian

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001

Tujuan
Kebijakan

Prosedur

Baju kerja adalah merupakan alat pelindung diri dari


kontaminasi
pada tubuh/ badan
Untuk menghindari kontak langsung dengan tubuh
Kebijakan Penggunaan dan Pemeliharaan APD (Alat
Pelindung

Unit Terkait

Diri)
1. Baju kerja dipakai untuk melapisi baju dinas harian
2. Baju kerja setelah dipakai diletakkan pada tempat
tertentu,
bila masih dalam keadaan bersih bisa dipakai lagi.
3. Bila sudah tidak memungkinkan (kotor) dibawa ke laundry

untuk dicuci.
Semua petugas Ruangan

Ketua P2K3

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2
004

BADAN LAYANAN
PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG TELINGA

UMUM
DAERAH
RSU
BANYUMAS

No. Dokumen:

Halaman

10/08/619/IK/200

Jl. Rumah Sakit No.


9
1
Banyumas

PROSEDUR
TETAP

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

No.Revisi
4

1/1

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I

NIP. 19571027 198511 1 001


Pengertian Alat pelindung telinga merupakan alat yang dipakai untuk
melindungi dari suara keras mesin/ alat
Tujuan

Untuk melindungi gangguan gendang telinga akibat bekerja


ditempat suara yang sangat keras

Kebijakan

Kebijakan Penggunaan dan Pemeliharaan APD (Alat


Pelindung

Prosedur

Diri)
1. Alat pelindung telinga dipakai pada saat memasuki ruang

mesin/ alat.
2. Alat pelindung telinga dimasukkan pada lubang telinga

supaya tidak terganggu suara masuk.


3. Setelah keluar dari ruang, alat segera dilepas dan diletakkan

pada tempat penyimpanan.


Unit Terkait

4. Alat bisa dipakai lagi


IAPRS

Ketua P2K3

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2
004

BADAN LAYANAN
UMUM

PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG MATA

DAERAH
RSU BANYUMAS

No.
Dokumen:
Jl. Rumah Sakit
No. 1
Banyumas

10/09/620/IK/
2009

No.Revisi
4

Halaman

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

PROSEDUR
TETAP

1/1

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengertian Alat pelindung mata merupakan alat yang dipakai untuk
melindungi
Tujuan

mata dari gangguan akibat kerja


Menjaga keamanan mata dari gangguan percikan logam dan

Kebijakan

cahaya yang sangat terang


Kebijakan Penggunaan dan Pemeliharaan APD (Alat

Prosedur

Pelindung
Diri)
1. Kaca mata dipakai pada setiap melakukan pengelasan besi

atau penggergajian besi.


2. Tali diikatkan cukup erat di kepala.
Unit Terkait
:

3. Dilepas setelah pekerjaan selesai, disimpan.


4. Alat pelindung mata bisa dipakai kembali
IAPRS

Ketua P2K3

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2
004

BADAN
LAYANAN UMUM
DAERAH KOMUNIKASI DAN LANGKAH LANGKAH
ANTISIPASI
RSU
TERJADINYA BENCANA
BANYUMAS

Jl. Rumah Sakit


No. Dokumen:
No. 1
No.Revisi
Banyumas 10/10/621/IK/2009
4

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

PROSEDUR
TETAP

Pengertian

Halaman
1/1

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Sebelum terjadi bencana (banjir, gempabumi, kebakaran)
diadakan koordinasi untuk antisipasi

Tujuan

Semua petugas jaga/Dinas mendapat informasi Siaga dan


tugas
antisipasi alat/ sarana ruang dan persiapan penanganan /

Kebijakan

pengaturan pasien yang dipimpin/diatur oleh supervisi jaga


Kebijakan penanggulangan bencana mengenai
Penanggulangan

Prosedur

bencana kebakaran dan atau bencana lainnya dilakukan


secara
koordionatif dan terpadu
1. Petugas Supervisi menerima informasi dari karyawan /
karyawati, satpam atau petugas pemantau banjir secara lisan

dan atau melalui telephon, alat komunikasi HT


2. Petugas Supervisi menghubungi instalasi komunikasi sentral

komunikasi bencana (PABX 100).


3. Informasi diteruskan kepada Direktur (085227887444), Ketua
umum Komite PBRS (081328800461), Ketua Pelaksana
Harian PB(085227638882), Ketua I : Ops. Penanggulangan

Bencana (08122960352), Ketua BSB Internal


(081542677788)
Unit terkait

4. Bila bencana ada di dalam Rumah Sakit Ketua BSB


Internal

menghubungi & mengkoordinir komandan satgas.


5. BSB Eksternal bertugas membantu penanggulangan bencana

diluar RSU Banyumas.


Direktur, Sie Penanggulangan Bencana, Ka Instalasi IGD,

Satgas
Ketua P2K3

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2
004

BADAN LAYANAN
MOBILISASI PETUGAS BRIGADE SIAGA
UMUM
DAERAH BENCANA
RSU
( INTERNAL )
BANYUMAS
Halaman

No. Dokumen:

No.Revisi
4
10/11/622/IK/2009

Jl. Rumah Sakit


No. 1
Banyumas

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

PROSEDUR

1/1

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
PENGERTIA Mobilisasi Brigade Siaga Bencana (Internal) adalah upaya
N
menggerakkan petugas / Tim siaga bencana Rumah Sakit
TETAP

pada
saat dibutuhkan untuk mengatasi bencana / musibah di
Rumah
TUJUAN

Sakit.
Untuk mengatasi, membantu dan menangani kejadian

KEBIJAKAN
PROSEDUR

musibah
bencana yang terjadi di Rumah Sakit Umum Banyumas.
Kebijakan penanggulangan bencana
1. Karyawan yang pertama kali mengetahui kejadian
bencana segera menghubungi Komandan Satgas atau
langsung menghubungi petugas Instalasi Komunikasi

sentral yang
sedang berjaga.

3. Komandan Satgas dan atau Sie Penanggulangan


Bencana dan atau Petugas Supervisi memimpin satgas

2. Petugas instalasi

pengendalian api/air (Satpam yang sedang dinas), satgas

Komunikasi Sentral

penyelamatan pasien (Karu yang sedang dinas), Satgas

menghubungi Tim

penyelamatan dokumen/alked (Petgas

IPSRS

Brigade Siaga

yang

Bencana

sedang Dinas) untuk mengendalikan / mengatasi bencana

menggunakan

yang terjadi.

nomor Telp 796031 4. Tim Brigade Siga Bencana yang telah datang langsung

ke HP / Telp yang

terjun ke lapangan dikoordinasikan oleh Komandan

bersangkutan.

Satgas.

MOBILISASI PETUGAS BRIGADE


SIAGA BENCANA
( INTERNAL )
Halaman
No. No.Revisi
4
Doku
men:

1/1

10/11/6
22/IK/2
009
DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
PROSEDUR
TETAP

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001

UNIT TERKAIT Instalasi Komunikasi


sentral

Ketua P2K3

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201
200212 2 004

BADAN LAYANAN
UMUM
PERMINTAAN BANTUAN KEPADA DINAS
DAERAH SATLAK
RSU
PBP / TIM SAR SAAT TERJADI BENCANA
BANYUMAS
ALAM

Jl. Rumah Sakit


No. 1

B
a
n
y
u
m

as
No. Dokumen:
10/10/623/IK/2009

No.Revisi
4

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

PROSEDUR
TETAP

Halaman

1/1

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
PENGERTIA Permintaan bantuan satlak PBP dan Tim SAR saat terjadi
N
bencana alam (banjir / gempabumi) adalah pada saat
kapan
RSU Banyumas harus meminta bantuan kepada Satlak PBP
dan Tim SAR agar tercapai hasil yang efektif dan efisien
TUJUAN

dalam

pengelolaan bencana alam.


Untuk memadamkan api agar tidak menimbulkan kerugian
KEBIJAKAN yang
lebih besar.
Kebijakan penanggulangan bencana yaitu Penanggulangan
PROSEDUR

bencana kebakaran dan bencana lainnya dilakukan secara


koordionatif dan terpadu
1. Apabila banjir / gempa dalam kondisi SIAGA III
dimana
banjir dan gempa belum mengganggu aktifitas rumah
sakit
dan belum membahayakan .
2. Apabila banjir / gempa dalam kondisi SIAGA II
dimana
banjir dan gempa telah mengganggu aktifitas rumah
sakit
tetapi belum membahayakan.

UNIT
TERKAIT

3. Apabila banji dan gempa dalam kondisi SIAGA I


dimana
banjir dan gempa telah mengganggu aktifitas
dan
membahayakan dan diperkirakan tidak mampu diatasi

oleh Tim
Brigade Siaga

untuk mohon bantuan secepatnya.


Instalasi Komunikasi Sentral, Brigade Siaga Bencana, IGD

Bencana / Sie
Ketua P2K3

Penanggulangan
Bencana, segera
menghubungi

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2
004

Satlak PBP dan


Tim SAR

BADAN LAYANAN
PERMINTAAN BANTUAN KEPADA DINAS
UMUM
KEBAKARAN
/ KEPOLISIAN SAAT TERJADI
DAERAH
KEBAKARAN
RSU BANYUMAS

No. Dokumen:

Jl. Rumah Sakit


No. 1
Banyumas

No.Revisi
10/13/624/IK/2009
4

Halaman
1/1

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
PROSEDUR
TETAP

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
PENGERTIA Permintaan bantuan kepada Dinas Kebakaran saat terjadi
N
kebakaran adalah pada saat kapan RSU Banyumas harus
meminta bantuan kepada Dinas kebakaran agar tercapai
hasil
yang efektif dan efisien dalam pengelolaan musibah
TUJUAN

kebakaran.
Untuk memadamkan api agar tidak menimbulkan kerugian

KEBIJAKAN yang
lebih besar.
Kebijakan penanggulangan bencana yaitu Penanggulangan
PROSEDUR

bencana kebakaran

yang mudah

dan bencana lainnya

terbakar diatasi terlebih dahulu dengan APAR atau

dilakukan secara

alat

koordionatif dan

pemadam api tradisional lain.

terpadu

2. Apabila kebakaran dalam kondisi SIAGA II dimana

1. Apabila kebakaran api


dalam kondisi SIAGA

mulai membesar dan membakar sebagaian besar

III dimana api

benda

belum membesar,

benda yang mudah terbakar, diupayakan dipadamkan

terlihat asap

semaksimal mungkin sehingga api terlokalisir tidak

mengepul dan

menjalar digedung sebelahnya.

telah

3. Apabila kebakaran dalam kondisi SIAGA I dimana api

membakar

sudah menjalar ke gedung sebelah / tempat tempat

sebagian kecil

yang

benda benda

lain dan diperkirakan tidak mampu diatasi, segera


menghubungi Dinas Kebakaran dan Kepolisian.

PERMINTAAN BANTUAN
KEPADA DINAS
KEBAKARAN / KEPOLISIAN
SAAT TERJADI
KEBAKARAN

No. No.Revisi
4
Dok

Halaman
1/1

ume
n:
10/13/
624/IK
/2009
DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Tanggal Terbit
PROSEDUR
TETAP

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
UNIT TERKAIT Instalasi Komunikasi sentral, Rawat Jalan, Rawat Inap

Ketua P2K3

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2
004

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU BANYUMAS

MEMBUNYIKAN SIRINE TANDA BAHAYA

Jl. Rumah Sakit


No. 1
Banyumas

PROSEDUR
TETAP
Pengertian
membunyikan

No Dokumen No.Revisi
10/14/625/IK/200
4
9

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

Halaman
1/1

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Membunyikan Sirine tanda bahaya adalah tindakan
sirene pada saat terjadi bencana di rumah sakit.

Tujuan

Untuk memberitahu bahwa di Rumah Sakit sedang dalam


keadaan
bahaya sehingga semua orang yang berada di lingkungan rumah

Kebijaka sakit
n

selalu dalam keadaan siaga.


Kebijakan penanggulangan bencana yaitu Penanggulangan
bencana

Prosedur kebakaran dan bencana lainnya dilakukan secara koordionatif dan


terpadu
1. Sirine Tanda Bahaya hanya dibunyikan pada saat terjadi bencana.
2. Karyawan yang pertama kali mengetahui adanya kejadian bencana,
segera memberitahu Bagian Informasi / Instalasi Komunikasi

Sentral.
3. Bagian Informasi segera membunyikan alarm tanda bahaya
4. Alarm akan menyala dan berbunyi
Unit Terkait

Seluruh instalasi

Ketua P2K3

Dr. Setya Rini

NIP : 19680201 200212 2 004

BADAN
PENANGGULANGAN BENCANA KEBAKARAN
LAYANAN
UMUM DAERAH
RSU BANYUMAS

No Dokumen No.Revisi
10/15/626/IK/2009
4

Halaman
1/1

Jl. Rumah Sakit


No. 1
Banyumas

PROSEDUR
TETAP
Pengertian
koordinasi,

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Penanggulangan Bencana Kebakaran adalah tindakan
komunikasi, permintaan bantuan, evakuasi pasien, penyelamatan

dokumen/alked, pengendalian api


Tujuan

Untuk mencegah agar api tidak menimbulkan kerugian material


yang

Kebijaka lebih banyak, tidak menimbulkan korban nyawa.


n

Kebijakan penanggulangan bencana mengenai Penanggulangan


bencana kebakaran dan atau bencana lainnya (antara lain : banjir,

gempa bumi) dilakukan secara koordionatif dan terpadu


Prosedur 1. Bila terjadi kebakaran, jangan panik, tetap tenang
2. Segera menghubungi Bagian Informasi / Instalasi
Komunikasi
Sentral melalui PABX No.100,
3. Bagian Informasi / Instalasi Komunikasi sentral membunyikan
bel /
sirine tanda bahaya

4. Bagian

Supervisi memimpin Satgas Pengendali Api, Satgas

Informasi /

Penyelamatan Dokumen, Satgas Penyelamatan Dokumen /

Instalasi

Alked

Komunikasi

untuk melaksanakan tugas sesuai fungsinya.

Sentral

6. Satgas Pengendali Api melokalisir kebakaran di lokasi

menghubungi

kebakaran

Direktur,

untuk mematikan api.

Ketua

7. Bagian Informasi mengumumkan agar pasien dan

PBRS

pengunjung

(Penanggul

tetap tenang karena kebakaran sedang diatasi

angan

8. Satgas Evakuasi Pasien mengamankan pasien ke tempat

Bencana

yang

Rumah
Sakit)

aman (tempat evakuasi yang telah ditentukan)


9. Satgas

dan BSB
Internal
5. Petugas

Penyelamatan

Dokumen

Alked

mengamankan
dokumen/barang milik Rumah Sakit/pasien ke tempat yang
aman

PENANGGULANGAN BENCANA
KEBAKARAN
No.Revisi
No.
4
Dokumen
:

Halaman
2/2

10/15/626/I
K/2009
10. Permintaan bantuan yang melibatkan instansi
terkait Dinas
Kebakaran/Kepolisian diputuskan oleh Direktur RS
atas saran
Ketua Panitia K3/Komandan Satgas/Ketua
Penanggulangan

Bencana (diatur dalam prosedur tersendiri)


11. Apabila kebakaran telah diatasi, kepala instalasi /

Unit Terkait

ruang
membuat laporan kejadian bencana ditujukan
kepada Ketua
K3
: IPCP, Instalasi Gawat Darurat

Ketua
P2K3

Dr. Setya
Rini
NIP : 19680201
200212 2 004
RSU BANYUMAS
BADAN LAYANAN UMUM
DAERAH

LARANGAN MEROKOK
No. Dokumen:

No.Revisi
0
10/16/627/IK/2009

Halaman
1/1

Jl. Rumah Sakit


No. 1
Banyumas

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

PROSEDUR
TETAP
Pengertian
Tujuan

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Area Rumah Sakit sedapat mungkin bebas dari polusi
apapun
termasuk polusi asap rokok
1. Lingkungan Rumah Sakit baik rawat jalan maupun
rawat inap
bebas asap rokok

Kebijakan

2. Mencegah kecelakaan kerja/kebakaran di daerah mudah


terbakar
Kebijakan Larangan Merokok yaitu larangan merokok bagi

Prosedur

semua
pegawai dan pengunjung RSU Banyumas, tanda-tanda
larangan
merokok dan tanda area merokok
1. Membuat kebijakan larangan merokok di lingkungan RS
2. Memasang tanda tanda DILARANG MEROKOK
di tempat
yang mudah terbaca

Unit Terkait

3. Mengingatkan karyawan/pasien/pengunjung yang


merokok
untuk tidak merokok (mematikan rokok)
4. Menyiapkan tong pasir untuk mematikan rokok
5. Menyediakan area merokok yaitu di halaman perkir

kendaraan,
halaman masjid,

Ketua P2K3

kantin/kafe
Bidang / Bagian,
Sub Bidang / Sub

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2
004

Bagian, Instalasi,
Ruang

BADAN LAYANAN UMUM


DAERAH
RSU BANYUMAS

PENGGUNAAN APAR

No. Dokumen:

Jl. Rumah Sakit


No. 1
Banyumas

PROSEDUR
TETAP

No.Revisi
4
10/17/628/IK/200

Halaman
1/1

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001

Pengertian

Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Unit Terkait :

Alat pemadam api


penggunaan alat pemadam api/kebakaran
ringan yang mudah
dibawa / dipindahkan 1. Alat pemadam api ringan dibawa ke lokasi kebakaran
dan
2. Beri jarak pemakai dengan api antara 3 6 m pada
dipakai oleh satu
permulaan penyemprotan.
orang. Alat tersebut 3. Lepaskan pin (kunci pengaman) dengan cara menarik pin
hanya digunakan
4. Satu tangan mengangkat tabung operating level dan
untuk
satu
memadamkan api

tangan pada nozzle

pada awal terjadinya 5. Lepas slang dan arahkan ke sumber api


kebakaran pada saat 6. Tekan pengungkit atau picu dengan tembakkan pada
api
satu
belum membesar.
Agar karyawan

titik
7. Lakukan penyapuan, penggiringan dan penyemprotan

mampu

langsung ke sumber api

menggunakan alat

Bidang / Bagian, Sub Bidang / Sub Bagian, Instalasi,

pemadam api ringan Ruang


dengan baik untuk
Ketua P2K3

mencegah kebakaran
Kebijakan
penanggulangan

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2
004

bencana mengenai
Penyediaan dan

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU
BANYUMAS

PENGAMANAN PASIEN BILA BANJIR


MASUK
RUANG RAWAT
No. Dokumen:

Jl. Rumah Sakit


No. 1
Banyumas

No.Revisi
10/18/629/IK/2009
4

Halaman
1/1

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

PROSEDUR
TETAP

Pengertian

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pasien rawat inap diamankan ke tempat yang lebih tinggi
pada
kondisi siaga I ( Ke ruang Kanthil untuk pasien dengan label
putih

Tujuan

dan merah, ke SMP III untuk pasien dengan kondisi


kuning dan

Kebijakan

hijau)
Seluruh Petugas Rumah Sakit mengetahui cara
mengamankan

Prosedur

pasien
Kebijakan penanggulangan bencana tentang
Penanggulangan
bencana kebakaran dan bencana lainnya dilakukan secara
koordionatif dan terpadu
1. Ambil kereta pasien

Unit terkait

2. Pasien dinaikkan ke kereta beserta alat pertolongan medis


3. Bawa pasien ke tempat yang lebih aman sesuai kondisi
pasien
( ruang Kanthil, SMP III ) dengan diantar 2 petugas (
depan
dan belakang )
4. Hati-hati lantai licin
Petugas ruang rawat inap, supervisor, satpam

Ketua P2K3

Dr. Setya Rini

NIP :

19680201 200212 2 004

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU
BANYUMAS

PENANGANAN MUSIBAH MASAL DI


DALAM
LINGKUNGAN RUMAH SAKIT UMUM
BANYUMAS

No. Dokumen:
10/19/630/IK/200

Jl. Rumah Sakit No.


9
1
Banyumas

No.Revisi
4

Halaman
1/4

DITETAPKAN OLEH
Tanggal Terbit DIREKTUR RSU BANYUMAS
PROSEDUR TETAP

1 Mei 2009
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001

Pengertian Keadaan tak terduga yang terjadi di lingkungan Rumah Sakit


yang
mengancam jiwa dan kesembuhan pasien serta orang-orang
di
lingkungan Rumah Sakit yang memerlukan penanganan
Tujuan
segera
dan terintegrasi oleh seluruhkomponen yang ada di Rumah
Kebijakan Sakit.
Untuk

penyelamatan
jiwa, pencegahan
kecacatan
dan
Prosedur
menanggulangi korban bencana di dalam lingkungan Rumah
Sakit
Kebijakan penanggulangan bencana tentang Penanggulangan
bencana kebakaran dan bencana lainnya dilakukan secara
koordionatif dan terpadu
A. Fase Informasi
1. Informasi musibah masal datang dari masyarakat

dalam
rumah sakit
(dokter,
perawat,
pasien
maupun
penunggu
pasien).
2. Informasi

90281) 96511.
3. Petugas informasi meneruskan ke kepala / komandan
jaga
IGD, Kepala Matriks Hansip bila terjadi dalam jam
dinas.
Apabila terjadi di luar jam dinas informasi bencana
diteruskan kepada Perawat supervisi / Duty
Manager,
Dokter Jaga IGD dan Satpam jaga.

bencana masuk

4. Informasi yang didapat dilaporkan kepada Direktur

sentral telpon /

RSU

Pabx dibagian
informasi
RSU
Banyumas
dengan nomor
100 dan
nomor

Banyumas
B. Fase Siaga
1. Tim Pengumpul
Jabatan ini dipegang oleh Ka. Matrik dengan tugas
a.
Melakukan uji kebenaran informasi adanya
bencana
masal di dalam rumah sakit.

PENANGANAN MUSIBAH MASAL DI DALAM


LINGKUNGAN
RUMAH SAKIT UMUM
BANYUMAS
No.Revisi
No.
4
Dokumen:
10/19/630/I

Halaman
2/4

K/2009
b.

Melakukan koordinasi seluruh anggota

satpam guna
mengamankan lokasi penanganan musibah /
bencana

dan mengatur lalu lintas jalan di dalam


rumah sakit
c.

Mengerahkan seluruh petugas rumah sakit

yang
adauntuk mengambil alat transportasi baik
brankart,

kursi roda dan tandu menuju lokasi


bencana
d.

Melakukan koordinasi dengan petugas

lain yang

terkait
2. Kasi Perawatan / Perawat Supervisi
merangkap Duty
Manager.
Tugas :
a. Menyiapkan lokasi penampungan pertama
bagi korban

bencana yaitu :
Kebakaran

Korban

ditampung di Aula RSU

Banyumas
Gedung runtuh : Korban ditampung di
Aula RSU
Banyumas
Ruang kanthil dan tempat-tempat

Banjir
:

luar RSU Banyumas (SMU, SMK,


SMP III, Sekolah
Dasar, Pendopo Kecamatan) yang
tidak kena banjir.
b. Merekrut seluruh perawat terdekat guna
melakukan
evakuasi, transportasi korban / pasien serta
tindakan

keselamatan hidup korban (live saving,


RKP)
Melakukan koordinasi dengan instalasi
terkait
3. Kepala IGD / Dokter Jaga
a. Melaksanakan koordinasi dan merekrut
dokter RSU
Banyumas
b. Menentukan tingkatan bencana yang
terjadi dari tingkat
I, II, III dan IV
c. Melaporkan kepada Direktur mengenai
tingkat bencana
serta jenisnya

PENANGANAN MUSIBAH MASAL DI DALAM


LINGKUNGAN
RUMAH SAKIT UMUM
BANYUMAS
No.Revisi
No.
4
Dokumen:
10/19/630/I

Halaman
3/4

K/2009
C. Fase Triage (seleksi korban) dan pelajaran
1. Triage ini dilakukan oleh dokter jaga IGD
dan dokter ahli
bedah
Tugas :
a. Bertanggung jawab atas pemeriksaan pertama
pada

korban
b. Mengelompokkan korban sesuai dengan berat
ringannya

korban
c. Melakukan prioritas pertolongan dengan
pemberian label

korban
d. Melakukan prioritas pertolongan dengan
pemberian label

triage yaitu :
Label Hijau : Korban tidak luka /
sehat
Label Kuning : Korban dengan luka
ringan
Label Merah : Korban dengan cidera

berat
Label Putih : Korban dengan keadaan
shock
Label Hitam : Korban meninggal
dunia
2. Pemeriksaan

Penunjang
(Laboratorium, Radiologi,

Farmasi)
Bertanggung jawab atas terselenggaranya
penunjang

terhadap korban
Melakukan koordinasi dengan dokter,
perawat dan

petugas lain yang terkait


Menyiapkan obat-obatan yang dibutuhkan
Melakukan koordinasi dengan petugas gizi
guna
menyiapkan makanan bagi korban dan
personil yang

terkait
3. Bagian Administrasi
Rekam Medik bertugas melaksanakan
administrasi,

identifikasi dan pencatatan Rekam Medik

Keuangan
administrasi

keuangan

bertugas

melaksanakan

PENANGANAN MUSIBAH MASAL DI DALAM


LINGKUNGAN
RUMAH SAKIT UMUM
BANYUMAS
No.Revisi
No.
4
Dokumen:

Halaman
4/4

10/19/630/I
K/2009
4. Bagian Informasi / Penerangan
Tugas :
Melakukan koordinasi dengan Kasi Perawatan,
Kepala
Matrik, Kepala IGD atau dengan Perawat
Supervisi /
Duty Manager.
Mencatat serta mendokumentasikan semua jalannya

penanganan korban sampai dengan selesai


5. Bagian IPSRS
Menyiapkan

alat-alat

yang

dibutuhkan

dalam

pelaksanaan penanggulangan korban bencana


dalam
rumah sakit
Unit Terkait

Mengoperasikan alat-alat yang dibutuhkan sesuai

dengan penyebab bencana


Melakukan koordinasi dengan satpam, sopir
ambulance

serta petugas terkait


IGD,Instalasi Rawat Inap ,K3,IBS,ICU

Ketua P2K3

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU BANYUMAS

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2
004

PELAPORAN KEJADIAN BENCANA

No. Dokumen:

Jl. Rumah Sakit

Halaman

No.Revisi
4
10/20/631/IK/2009

1/1

No. 1
Banyumas
DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR
RSU BANYUMAS
Tanggal Terbit
PROSEDUR
TETAP

1 Mei 2009

PENGERTIA
N
TUJUAN
KEBIJAKAN
UNIT TERKAIT
PROSEDUR

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001

Pelaporan Kejadian
Bencana adalah
kegiatan membuat
laporan

melaporkan kejadian kepada

kejadian yang ditujukan

melibatkan Dinas kebakaran dan kepolisian laporan

kepada atasan unit yang

dibuat

bersangkutan

oleh Pimpinan Rumah Sakit

Untuk evaluasi dan

Direktur RS dan Ketua Panitia K3.

Pada kejadian

yang

2. Apabila dalam waktu tersebut laporan belum dibuat Ketua

tindak lanjut kejadian

Panitia K3 wajib menanyakan kepada Kepala unit

dengan harapan

kerja

kejadian serupa tidak

tersebut.

akan terulang lagi

3. Selambat lambatnya dalam 1 minggu setelah

Kebijakan

kejadian

penanggulangan

Ketua K3 berdasarkan disposisi dari pimpinan

bencana mengenai

Rumah

Pelaporan

Sakit wajib memberikan umpan balik dan

terjadinya bencana

penyuluhan

ditujukan kepada

kepada seluruh karyawan di Unit Kerja ybs agar

Direktur dan instansi

kejadian

serupa tidak terulang kembali

instansi terkait

Instalasi Komunikasi Sentral, Admin

1. Unit Kerja yang


mengalami kejadian

Ketua P2K3

bencana paling
lambat 2 x 24
jam sudah

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2
004

BADAN LAYANAN PENGAMANAN LOKASI BENCANA BILA


UMUM
DAERAH TERJADI
RSU
BENCANA DI RUMAH SAKIT
BANYUMAS

Jl. Rumah Sakit


No. 1

Halaman

No. Dokumen:

No.Revisi
Banyumas 10/21/632/IK/2009
4

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

PROSEDUR
TETAP

1/1

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
PENGERTIA Pengamanan lokasi bencana bila terjadi bencana di rumah
N
sakit
adalah tindakan larangan masuk ke lokasi bencana untuk
memperlancar evakuasi, pertolongan korban dari gangguan
lalu
lintas orang yang tidak berkepentingan yang berada di
TUJUAN

lokasi
bencana.
Untuk memberi perlindungan kepada korban dan

KEBIJAKAN memperlancar
kegiatan evakuasi tim penolong dari gangguan orang lain
yang
PROSEDUR tidak berkepentingan.
Kebijakan penanggulangan bencana mengenai Pelaporan
terjadinya bencana ditujukan kepada Direktur dan instansi

instansi terkait
1. Apabila terjadi bencana di suatu tempat didalam
rumah
sakit, petugas SATPAM melarang orang yang tidak
berkepentingan masuk

di lingkungan rumah

sakit
banyumas, kecuali Kepolisian, Tim PBP Kabupaten,
Tim
SAR, Dinas Kebakaran.

2. Daerah pusat

rumah sakit hanya diperuntukkan bagi

bencana terbatas

petugas penyelamatan pasien, perawatan, komando,

untuk tim penolong

control, komunikasi, pusat evakuasi dan tempat

professional yang

parkir

dilengkapai

kendaraan untuk kepentingan evakuasi dan keperluan

dengan peralatan

teknis.

memadai
3. Area didalam pagar

4. Area di luar pagar rumah sakit adalah area yang


diperuntukkan bagi wartawan dan masyarakat
pemerhati.

PENGAMANAN LOKASI BENCANA


BILA TERJADI
BENCANA DI RUMAH
SAKIT

No. No.Revisi
4
Dok
ume
n:

Halaman
1/1

10/21/
632/IK
/2009
DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
PROSEDUR
TETAP
UNIT
TERKAIT

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001

Instalasi Security, IPCP


Ketua P2K3

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2 004

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU BANYUMAS

Jl. Rumah Sakit No.


1

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PANITIA


K3

B
a
n
y
u
m
a

s
No Dokumen
10/22/633/IK/200
9

No.Revisi
4

Tanggal Terbit
PROSEDUR TETAP 1 Mei 2009

Pengertian
pendidikan dan

Halaman
1/1
DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pendidikan dan pelatihan Panitia K3 adalah program
pelatihan yang diberikan kepada Panitia K3 untuk

meningkatkan

pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan.


Tujuan

Untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan


dalam
bidang keselamatan kerja kebakaran dan kewaspadaan terhadap
bencana

Kebijakan

Kebijakan Pengelolaan SDM P2K3 (Panitia Pembina

Keselamatan Kerja,
Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana) di RSU Banyumas
mengenai
Adanya program pendidikan dan pelatihan baik intern maupun
ekstern

Rumah Sakit
Prosedur 1. Ketua Panitia K3 menerima informasi mengenai pendidikan
dan
pelatihan K3 dari Direktur, Ketua Panitia K3 menunjuk anggota
untuk

mengikuti pelatihan
2. Ketua Panitia K3 mendengar atau mengetahui adanya diklat
tentang K3,
mengusulkan anggotanya untuk mengikuti pendidikan dan latihan
kepada Direktur melalui Kepala Bidang Pendidikan, Penelitian
dan

Pengembang melapor kepada


an

Direktur dan atau Ketua Panitia K3 dan atau Kepala Bidang

3. Setelah

Pendidikan,

selesai

Penelitian dan Pengembangan

mengikuti

4. tentang hasil diklat untuk kemudian dipresentasikan /

Pendidikan dan disosialisasikan di


Pelatihan,

forum pertemuan rumah sakit dan forum pertemuan Panitia K3.

Unit Terkait

Bidang Diklitbang
Ketua P2K3

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2 004

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU BANYUMAS

Jl. Rumah Sakit


No. 1
Banyumas

PROSEDUR
TETAP
Pengertian

PEMBUATAN ATAU REVISI


PROSEDUR TETAP DAN KEBIJAKAN

No. Dokumen : Nomor Revisi : Halaman :


10/23/634/IK/20
6
1/2
09

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001

Tujuan

1. Apabila ada kegiatan yang belum ada prosedur maka Ketua


PANITIA K3 membuat prosedur dan atau kebijakan
bersama

Kebijakan

dengan stafnya.
2. Apabila ada prosedur atau kebijakan yang sudah tidak
sesuai
dengan pelaksanaannya maka Ketua PANITIA K3
merevisi
prosedur

Prosedur

atau

kebijakan

tersebut

bersama

dengan
anggotanya.
3. Apabila ada perubahan format prosedur / kebijakan
yang
berlaku di RSU Banyumas maka diadakan revisi
prosedur /
kebijakan yang tidak sesuai lagi.
Agar Pelaksanaan Kegiatan PANITIA K3 dapat berjalan
lancer
tanpa kesulitan maupun hambatan - hambatan.
Kebijakan

Pengelolaan

SDM

P2K3

(Panitia

Pembina
Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana)
di
RSU Banyumas mengenai Pertemuan di Pokja K3 sesuai
kebutuhan dan salah satu agendanya adalah pembahasan
tentang

prosedur

tetap/Kebijakan

dan

lainnya

sesuai
kesepakatan
1. a. Anggota PANITIA K3 mengusulkan pembuatan
prosedur atau kebijakan pada pertemuan bila ada
kegiatan yang belum ada prosedurnya atau
kebijakannya.
b. Anggota PANITIA K3 mengusulkan revisi /

perubahan
prosedur atau
kebijakan pada
pertemuan

bila ada kegiatan yang pelaksanaannya tidak sesuai


lagi dengan prosedur / kebijakan yang ada.
2. Hal diatas didiskusikan dalam pertemuan

PEMBUATAN ATAU REVISI


PROSEDUR TETAP DAN
KEBIJAKAN
No.
Dokume
n:
10/23/634/
IK/2009
2. yang
Petu
gas

Nomor Revisi :
6

Halaman :
2/2

ditunjuk membuat rancangan

prosedur/kebijakan
4.

Ketua Panitia K3 menyempurnakan prosedur yang

dibuat /
diperbaiki kemudian diserahkan kepada bagian pengetikan

sesuai dengan format yang ada


5. Ketua K3 menyampaikan prosedur / kebijakan yang dibuat /
diperbaiki kepada Direktur dan selanjutnya dimintakan

penetapannya untuk diberlakukan.


Unit terkait

6. Prosedur / kebijakan yang sudah ada ditetapkan oleh


Direktur diinformasikan kepada semua staf lewat
pertemuan
Panitia K3.
Admin

Ketua P2K3

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2
004
BADAN LAYANAN UMUM
DAERAH
RSU BANYUMAS

PENGGUNAAN PESAWAT HT UNTUK K3

No. Dokumen:

No.Revisi

10/24/635/IK/200
9

Jl. Rumah Sakit


No. 1

Halaman
4

1/1

Banyumas

PROSEDUR
TETAP
Pengertian
yang dipakai

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pesawat Handy Talky adalah sejenis alat komunikasi
sebagai sarana penunjang dalam keadaan darurat untuk
membantu
menangani musibah / bencana yang terjadi di lingkungan
rumah

sakit Banyumas dengan melibatkan instansi terkait.


Tujuan

Untuk memperlancar dan mempercepat informasi apabila terjadi

musibah kecelakaan dan bencana dengan instansi terkait.


Kebijakan

Kebijakan komunikasi dan langkah-langkah antisipasi

terjadinya

bencana antara lain tata cara komunikasi dengan alat


alat
komunikasi yang ada di RSU Banyumas
Prosedur

1. Pesawat HT diutamakan untuk kepentingan emergensi /

K3
2. Kondisikan setiap hari pesawat HT dalam keadaan siap
pakai

dengan cara melakukan pengisian baterai (charger).

3. Posisikan pesawat HT pada frekwensi 633 Hz sebagai


pintu

masuk dan keluar.


4. Gunakanlah bahasa baku orari atau bahasa lain yang
sopan,

baik dan singkat


5. Informasi frekwensi instansi terkait :
a. Polisi frekuensi 710 kode panggilan Badai
Banyumas (Polsek
Banyumas)
b. Dinas Kebakaran frekuensi 14.43
c. Satlak PBP Frek. 14.43
Unit Terkait

Bidang / Bagian, Sub Bidang / Sub Bagian, Instalasi,

Ruang
Ketua
P2K3

Dr. Setya
Rini
NIP : 19680201
200212 2 004

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU
BANYUMAS

PEMAKAIAN TELEPHONE UNTUK K3

No. Dokumen:

10/25/636/IK/200
Jl. Rumah Sakit No.
9
1
Banyumas

PROSEDUR
TETAP

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

No.Revisi
4

Halaman
1/1

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes

NIP. 19571027 198511 1 001


Pembina Tingkat I
Pengertian Pemakaian telephone untuk K3 dimaksudkan apabila terjadi
musibah / bencana telephone tsb tidak sedang digunakan
untuk
kepentingan lain. Nomor Telephone khusus untuk
Tujuan

kepentingan K3
adalah 796511

Kebijakan Untuk mempercepat dan memudahkan hubungan dengan


intansi
terkait K3.
Prosedur

Kebijakan komunikasi dan langkah-langkah antisipasi terjadinya


bencana antara lain tata cara komunikasi dengan alat alat

komunikasi yang ada di RSU Banyumas


1. Siapkan nomor telepon yang akan dituju
2. Siapkan catatan mengenai pokok pembicaraan
3. Angkat gagang telepon, tunggu sampai terdengar nada
pilih,
lalu tekan nomor yang dituju
4. Bila terdengar nada sibuk, tunggu sebentar, lalu tekan lagi
Unit Terkait 5. Ucapkan salam, kemudian bicaralah dengan singkat dan

padat
6. Jika yang dihubungi tidak ada di tempat, tinggalkan
pesan
bahwa akan ditelpon kembali
7. Jika selesai bicara, letakkan gagang telepon pada tempatnya
Bidang / Bagian, Sub Bidang / Sub Bagian, Instalasi, Ruang

Ketua P2K3

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2
004

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU
BANYUMAS

PENGGUNAAN PENGAMAN PASIEN DI


TEMPAT
TIDUR
No. Dokumen:

Jl. Rumah Sakit 10/26/637/IK/2009

No.Revisi
4

Halaman
1/1

No. 1
Banyumas
Tanggal Terbit
1 Mei 2009

PROSEDUR
TETAP
Pengertian
Tujuan

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengaman tempat tidur digunakan untuk menjaga agar
pasien
tidak jatuh ke lantai
Petugas ruang rawat inap mengetahui cara mengamankan

Kebijakan
Prosedur

pasien
di tempat tidur agar tidak terjadi kecelakaan/ pasien jatuh
Kebijakan Perlengkapan Keamanan Pasien
B. Menutup/memasang pengaman pasien di tempat tidur.
1. Angkat pengaman dari posisi bawah ke posisi atas sambil

ditarik.
2. Pada posisi tegak lurus, pengaman ditekan ke bawah
untuk
mengunci
3. Chek

pengaman dengan menggoyang sampai tidak

membuka
C. Membuka pengaman pasien di tempat tidur
1. Tarik ke atas pengaman dari tempat tidur hingga pengaman

Unit terkait

dapat digoyang
2. Pindahkan posisi atas ke posisi bawah dengan

memutar

Ketua P2K3

pengaman
Rawat Inap, rawat
jalan, ICU, IBS, IGD,

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2
004

VK, Penunjang

BADAN LAYANAN
PENGGUNAAN PENGAMAN WC/KAMAR
UMUM
DAERAH MANDI
RSU
BANYUMAS
No. Dokumen:
Jl. Rumah Sakit

10/27/638/IK/2009 No.Revisi
4

Halama
n
1/1

No. 1
Banyumas

PROSEDUR

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Tanggal Terbit
1 Mei 2009

TETAP
Pengertian

Tujuan
Kebijakan
Prosedur

Unit terkait

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001

Pengaman WC/
pegangan tempel
dinding berfungsi
untuk alat
bantu bagi pengguna
WC yang mengalami
kesulitan untuk
berdiri/ jongkok
Pengguna WC/
Pasien mengetahui

Keamanan Pasien
1. Pegang tangkai pengaman dinding
2. Kaki melangkah naik ke atas closet
3. Jongkok sambil memegang tangkai dinding
4. Bila sudah selesai, berdiri sambil memegang tangkai
dinding
5. Kaki melangkah turun closet
6. Lakukan dengan hati-hati agar tidak tergelincir
Pengguna WC/Kamar Mandi

cara penggunaan alat


bantu
keselamatan agar
terhindar dari

Ketua P2K3

kecelakaan diri di WC
Kebijakan
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2
004

Perlengkapan

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU BANYUMAS

PENGGUNAAN BEL DI KAMAR MANDI / WC

No. Dokumen:

Jl. Rumah Sakit


No. 1
Banyumas

PROSEDUR
TETAP
Pengertian

No.Revisi
10/28/639/IK/2009
4

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

Halaman
1/1

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001

Tujuan

Bel ruang WC berfungsi untuk alat bantu panggilan


kepada
petugas/ untuk minta pertolongan

Kebijakan

Pengguna/ pasien WC dapat menggunakan bel untuk

Prosedur

meminta
pertolongan petugas dengan memencet tombol bel dinding
Kebijakan Perlengkapan Keamanan Pasien
1. Baca petunjuk
2. Pencet knop untuk minta pertolongan petugas

Unit terkait 3. Bel berbunyi di sentral petugas


4. Petugas mengetahui posisi yang membutuhkan pertolongan
5. Petugas dating untuk menolong di lokasi kejadian
Karyawan, Pasien dan Pengunjung

Ketua P2K3

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2
004

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH PENGGUNAAN PENGAMAN JALAN MIRING
UNTUK
RSU
PEJALAN KAKI
BANYUMAS
No. Dokumen:
Jl. Rumah Sakit
No. 1
Banyumas

10/29/640/IK/2009

Halaman
No.Revisi
4

1/1

PROSEDUR
TETAP

Pengertian
Tujuan

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pegangan dinding di jalan nanjak/ ram untuk alat bantu
bagi
pejalan kaki/ pembawa kereta
Petugas, pengunjung, pasien mengetahui fungsi pengaman
jalan

Kebijakan
Prosedur

nanjak/ turun yang tersedia alat pengaman dinding dan


cara
penggunaannya
Kebijakan Perlengkapan Keamanan Pasien
A. Berjalan naik
1. Pegang tangkai dinding 1 X naik
2. Kaki melangkah 1 X naik
3. Lakukan langkah 1 dan 2 dengan langkah kaki pendek ( +

40 cm )
B.Jalan turun
1. Pegang tangkai dinding 1 X turun
Unit terkait

2. Kaki melangkah 1 X turun


3. Lakukan langkah 1 dan 2 dengan langkah kaki pendek ( +

40 cm )
Pengguna jalan naik/turun dari dan ke ruang

Kanthil dan

ruang
atas Melati

Ketua P2K3

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2
004

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU
BANYUMAS

PENGGUNAAN PEGANGAN DINDING


BANGSAL

Halaman

No. Dokumen:

Jl. Rumah Sakit


No. 1
Banyumas

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

PROSEDUR
TETAP
Pengertian
Tujuan

No.Revisi
4
10/30/641/IK/2009

1/1

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pegangan dinding ruang rawat sebagai alat bantu bagi pasien
yang
berjalan/ latihan jalan
Pengguna pegangan dinding ( Pasien ) mengetahui cara dan

Kebijakan
Prosedur

fungsi
alat pengaman
Kebijakan Perlengkapan Keamanan Pasien
1. Pasien dipandu berjalan ke tempat yang ada pengaman
pegangan
2. Pasien memegang pengaman yang menempel di dinding
untuk

Unit terkait

menjaga dirinya agar tidak jatuh


3. Pasien berjalan pelan-pelan sambil berpindah memegang
pengaman
Penderita yang menggunakan jalan ruangan ( latihan jalan )

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2
004

Ketua P2K3

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU
BANYUMAS

BERJALAN DI JALAN TANGGA NAIK TURUN

Halaman

No. Dokumen:
Jl. Rumah Sakit
No. 1
Banyumas

PROSEDUR
TETAP

10/31/642/IK/2009

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

Tujuan
Unit terkait

Prosedur

1/1

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001

Pengertian

Kebijakan

No.Revisi
4

Pengguna
tangga

jalan

Perlengkapan Keamanan Pasien


A. Berjalan naik

mengetahui

1. Pegang pengaman 1 X naik

kemudahan

cara

menggunakannya agar
selamat dari

2. Kaki melangkah naik 2 X tangga


3. Lakukan langkah 1,2 sampai akhir tangga
B. Berjalan turun

kecelakaan

1. Pegang pengaman 1 X turun

Pengguna jalan tangga

2. Kaki melangkah turun 2 X tangga

naik dan turun

3. Lakukan langkah 1,2 sampai akhir tangga

mengetahui cara
berjalan

Pengguna jalan naik/ turun ke dan dari ruang Kanthil dan

dengan benar dan

Ruang
atas Melati

terhindar/ dapat
mengantisipasi diri
bila
terjadi hambatan/

Ketua P2K3

gangguan dengan
pengaman pegangan
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2
004

dinding
Kebijakan

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU
BANYUMAS

PENGKAJIAN
PROGRAM
Halaman
1/1

No Dokumen
No.Revisi
Jl. Rumah Sakit No. 10/32/643/IK/2009
1
Banyumas

PROSEDUR
TETAP

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

Pengertian
prosedur K3
Tujuan

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU
BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengkajian prosedur dilakukan untuk evaluasi pelaksanaan

Untuk mengevaluasi prosedur keselamatan dan kesehatan kerja

Kebijakan

Kebijakan Pengelolaan SDM P2K3 (Panitia Pembina

Keselamatan Kerja,
Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana) di RSU Banyumas
mengenai
Pertemuan di Pokja K3 sesuai kebutuhan dan salah satu
agendanya adalah
pembahasan tentang prosedur tetap/Kebijakan dan lainnya
sesuai

kesepakatan
Prosedur 1. Program / kegiatan diidentifikasi permasalahan / hambatan
hambatannya.
2. Permasalahan / hambatan diuraikan sebab - sebabnya
3. Sebab permasalahan dicarikan alternative penyelesaiannya
4. Memilih Alternatif permasalahan yang mampu untuk
dilaksanakan
5. Merekomendasikan tindak lanjut permasalahan
6. Melaksanakan tindak lanjut atas persetujuan Direktur.
Unit Terkait

Admin

Ketua P2K3

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2 004

BADAN LAYANAN UMUM


DAERAH
RSU BANYUMAS
PENGADAAN BAHAN BERBAHAYA
DI RSU BANYUMAS

Jl. Rumah Sakit

No. Dokumen : Nomor Revisi : Halaman :


10/33/644/IK/200
2
1/1
9

No. 1
Banyumas

PROSEDUR
TETAP
Pengertian
Tujuan

Kebijakan
Prosedur

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001

Unit Terkait

Bahan berbahaya adalah


bahan kimia H SO , H O ,
2

alkohol, fluorocuracil injeksi.


Agar diperoleh bahan

dan ditulis pada buku yang

tersedia.
2. Petugas pengadaan membuat pesanan perbekalan
farmasi yang diperlukan pada surat pesanan.

berbahaya yang memenuhi

3. Pengiriman

syarat

harus

standar MSDS ( Material


Safety Data Sheet ) atau

Bahan

Berbahaya

syaratnya

dilampiri MSDS tercantum dalam SPK


4. Petugas pengadaan menyampaikan surat pesanan

LDP (

kepada Distributor baik secara langsung atau faxcimile

Lembar Data Pengaman ).

atau telpon.

Pengadaan jasa dan barang


berbahaya antara lain
pengelolaan/penyimpanan
Bahan Berbahaya

5. Pesanan yang datang diterima oleh petugas


gudang /
penerima barang sesuai dengan prosedur penerimaan

perbekalan farmasi.
Tim / Panitia Pengadaan Barang, SMF, Farmasi,

Laboratorium
1. Setiap awal pekan
petugas gudang melaporkan
sisa

Ketua P2K3

perbekalan farmasi yang


tinggal lebih kurang 25%
kepada Petugas pengadaan

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2 004

BADAN LAYANAN UMUM


PENANGGULANGAN KERACUNAN
DAERAH
ACETON
RSU BANYUMAS

No Dokumen No.Revisi
10/34 /645/IK/2009
4
Jl. Rumah Sakit
No. 1
Banyumas

PROSEDUR
TETAP

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

Halaman
1/1

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengertian
Kontaminasi Aceton terjadi melalui pernafasan, iritasi
mata, hidung dan
Dr.

tenggorokan. Konsumsi Aceton dalam jumlah 10 20 ml


tidak
menimbulkan gejala apapun, namun jika konsumsi sudah mencapai
di atas
200 mL dapat menyebabkan koma yang serius bagi orang
dewasa,
walaupun 400 mL mungkin tidak serius, dan 2 3 mL / kg
diketahui
sebagai dosis keracunan bagi anak-anak. Gejala-gejala yang
timbul pada
korban keracunan zat golongan acetone adalah mual-mual,
muntah,
pendarahan lambung, kesemutan, batuk, sesak nafas, dan gejalagejala

yang timbul pada kasus keracunan golongan ethanolmethanol.


Tujuan

Untuk menjaga keselamatan dan kesehatan karyawan di lingkungan

Kebijaka kerja
n

Pengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan


dan
tindakan

yang

berhubungan

dengan

keadan

darurat dalam

Prosedur

penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya


1. Jika pasien tidak koma, rangsang muntah dengan
menggunakan
Charcoal dan Saline Catharsis.
2. Asidosis dapat diatur dengan sodium bikarbonat. Kehidupan
acetone
dalam plasma diperkirakan sekitar 28 jam.

3. Perubahan ke kesadaran dan gejala lain dapat


arah pembaikan

dilakukan sedikit demi sedikit secara perlahan-lahan.

Unit Terkait

Instalasi Laboratorium,

Instalasi Farmasi, IGD


Ketua P2K3

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201
200212 2 004

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU BANYUMAS

Jl. Rumah Sakit

PENANGGULANGAN KERACUNAN
KARBON MONO OKSIDA

No Dokumen No.Revisi
10/35/646/IK/200
4
9

Halaman
1/1

No. 1
Banyumas

PROSEDUR
TETAP

Pengertian
adalah gas

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Di atmosfer terdapat berbagai macam gas. Salah satunya
karbon monoksida. Gas ini tidak berbau, tidak berwarna, tidak
berasa,
tidak menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan, dan
tercampur di
dalam udara, sehingga sering disebut sebagai gas pembunuh
yang
tidak berjejak. Sifat-sifat yang dimilikinya ini telah menyebabkan

gas ini
luput dari perhatian orang. Salah satu konsep yang salah yang
beredar
di masyarakat luas adalah bahwa selama tidak tercium asap,
maka

tidak ada

gas

karbon

monoksida.

Gejala-gejala yang timbul pada korban keracunan gas


karbon
monoksida adalah denyut nadi meningkat, gangguan penglihatan,
gangguan kesadaran, kejang-kejang, pernafasan meningkat, pusing,

Tujuan

dan sakit kepala.

Kebijaka Untuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja


Pengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan

dan
tindakan

yang

berhubungan

dengan

keadan

darurat dalam

Prosedur

penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya


1. Penanganan terhadap kasus keracunan gas CO adalah dengan
menjauhkan korban dari sumber gas yang berbahaya tersebut.
2. Korban kemudian dapat diusahakan beristirahat, karena setiap
gerakan otot biasanya membutuhkan oksigen yang cukup
banyak.
Unit Terkait

Instalasi Gizi, IGD


Ketua P2K3

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2 004

BADAN LAYANAN UMUM


PENANGGULANGAN KERACUNAN
DAERAH
SIANIDA
RSU BANYUMAS

No Dokumen No.Revisi
10/36/647/IK/200
4
9
Jl. Rumah Sakit No.

Halaman
1/2

1
Banyumas

Tanggal Terbit
PROSEDUR TETAP 1 Mei 2009

Pengertian
kematian dalam

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU
BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Sianida memiliki reaksi yang cepat dan dapat menyebabkan
waktu yang sangat cepat. Bau khas dari sianida biasanya tidak
terdeteksi oleh
orang-orang lain.
Gejala yang timbul dari keracunan ini tergantung pada cara
masuknya racun
ini ke dalam tubuh. Hydrogen sianida merupakan gas yang
paling cepat
masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan kematian dalam
waktu yang cepat.
Kalau garam sianida tertelan, reaksi menjadi lebih lambat
karena terhambat
penyerapannya.
Gejala yang ringan biasanya berupa lemas, ngantuk, sakit
kepala, mual-mual,
dan muntah. Gejala lanjutannya berupa denyut nadi
meningkat, gangguan
kesadaran, kebiruan, muka memerah, pernafasan dangkal,
pelan serta
kadang-kadang meningkat, pusing, sesak nafas, serta tekanan
darah
menurun. Gejala-gejala ini muncul dengan cepat dan biasanya

tidak begitu
spesifik. Karena reaksinya yang sangat cepat, pemberian
antidotum juga
harus tepat pada waktunya. Sianida ini memiliki antidotum
berupa Methylene
Blue.
Tujuan

Untuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja

Kebijaka Pengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan dan
n

tindakan
yang berhubungan dengan keadan darurat dalam
penanganan/bila terjadi

Prosedur kontaminasi bahan berbahaya


1. Memindahkan korban ke tempat yang udaranya tidak
terkontaminasi
2. Pemberian amyl nitrite sebanyak 0.2 mL setiap 5 menit akan
tetapi harus
dihentikan bila tekanan darah turun menjadi 80 mm Hg,
3. Pemberian pemberian oksigen murni untuk mempertahankan
tekanan
darah.

PENANGGULANGAN
KERACUNAN
SIANIDA

No.
4
Dokumen :
10/36/647/IK/20
09

Nomor Revisi :
Halaman :
2/2

4. Sedangkan untuk korban keracunan karena menelan

Unit terkait

sianida,
segera berikan amyl nitrite secara inhalasi 0.2 mL setiap 5
menit. Prosesnya sama dengan keracunan sianida karena
inhalasi
Instalasi Farmasi, Instalasi Laboratorium

Ketua P2K3

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2
004

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU
BANYUMAS

PENANGGULANGAN KERACUNAN
HIDROKARBON

No. 1

Jl. Rumah Sakit

B
a
n
y

uma
s
No Dokumen
10/37/648/IK/2009

No.Revisi
5

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

PROSEDUR
TETAP

Pengertian
melalui

Halaman
1/2
DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Dua cara masuknya hidrokarbon ke dalam tubuh adalah
inhalasi dan tertelan. Tertelan merupakan cara yang paling
sering
terjadi. Cara ini mengakibatkan hidrokarbon menghasilkan
sejenis
racun yang dapat merusak organ tubuh, seperti saraf pusat,
lambung,

hati, dan jantung. Klasifikasi hidrokarbon terdiri atas:


1. Alifatik : Gas (Lhlorda, propane, butane), Cair (hexane,
octane),

Padat ( parafine).
2. Aromatik : benzene, toluene, xylene, stinena, vinyl
chloride.
3. Halogen : Alifatik (chloroform, carbon tetrachloride,
methylene

chl Aromatik (D.D.T.,


orid
e),

Tujuan
Kebijakan

Prosedur

Chlordane, lindane,

paradichloro turpentine.
benzene,

6. Destilasi dari batubara tir :benzene,toluene,xylene.

polychlorina Gejala-gejala yang timbul pada korban keracunan zat golongan


ted

hidrokarbon adalah batuk-batuk, gemetaran, merasa bahagia,

biphenyls). kejang4. Petroleum

kejang, depresi, gangguan kesadaran, perasaan panas, pernafasan

Destilasi :

dangkal dan pelan, sakit kepala, sesak nafas, mual, muntah, merasa

petroleum eter, terbakar di lambung, pernafasan berbau, dan pusing-pusing.


gasoline,

Untuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja

kerosene, fuel Pengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan
dan

oil,
parafine,
aspal.

tindakan

yang

berhubungan

dengan

keadan

dalam

5. Destilasi dari penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya


kayu cemara :

1. Memindahkan pasien dari udara yang terkontaminasi,


2. Pemberian pernafasan buatan dengan oksigen,

darurat

PENANGGULANGAN KERACUNAN
HIDROKARBON

No.
4
Dokumen :
10/37/648/IK/20
09
3.

Nomor Revisi :
Halaman :
2/2

Pengeluaran hidrokarbon yang masuk ke dalam tubuh


dengan bilas lambung.

4.
Unit terkait

Bila terjadi anemia, beri transfusi darah secara terus


menerus
Instalasi Farmasi, Instalasi Laboratorium, IAPRS, Gizi

Ketua P2K3

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2
004

BADAN LAYANAN

PENANGGULANGAN KERACUNAN
KARBON TETRAKLORIDA

UMUM
DAERAH
RSU BANYUMAS

No
Jl. Rumah Sakit
No. 1

Dokumen
10/38/649/IK/20
09

No.Revisi
4

Halaman
1/2

Banyumas
PROSEDUR TETAP

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

Pengertian
untuk

Senyawa ini banyak

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
dipakai sebagai pelarut lemak

membersihkan alat rumah tangga dan industri, dan dalam


kedokteran
untuk melepaskan plester dan sebagai suatu antelmintik. Ia
juga
pernah dipakai dalam beberapa jenis alat pemadam kebakaran,
tetapi
karena ia terurai menjadi fosgen bila dipanaskan, ia sekarang
telah
digantikan oleh hidrokarbon polihalogen lainnya. Dosis fatal bagi
orang

dewasa dengan inhalasi atau ditelan dapat sampai sekecil


3 mL.
Gejala-gejala yang timbul pada korban keracunan zat
kimia golongan
karbon tetraklorida adalah korban mengalami gangguan
kesadaran,
kesemutan, lemas, mual-mual, muntah, pendarahan
lambung,
pernafasan dangkal dan pelan, pusing, serta sakit perut.
Tujuan

Untuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja

Kebijaka Pengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan


n

dan
tindakan

yang

berhubungan

dengan

keadan

dalam
Prosedur penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya
1. Lepaskan pakaian yang terkontaminasi.
2. Aspirasi dan bilas lambung bila racun tertelan.

darurat

3. Terapi

4. Mungkin perlu dilakukan pengobatan kegagalan akut ginjal dan

suportif intensif. hati.


Unit Terkait

Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat jalan, IGD, Gizi

Ketua
P2K3

Dr. Setya
Rini
NIP : 19680201
200212 2 004

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU BANYUMAS

PENANGGULANGAN KERACUNAN
INSEKTISIDA

No Dokumen No.Revisi
10/39/650/IK/2009
4

Halaman
1/2

Jl. Rumah Sakit


No. 1
Banyumas

PROSEDUR
TETAP

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengertian
Insektisida merupakan bahan yang digunakan untuk
membunuh serangga.
Penggunaan insektisida secara meluas adalah dalam bidang-bidang
pertanian
dan keperluan rumah tangga. Insektisida juga digunakan untuk
mengendalikan
penyakit seperti malaria, penyakit pes, tifoid, dan penyakit

lainnya yang

disebarkan

oleh

serangga.

Pembuatan insektisida biasanya menggunakan salah satu


komponen, yakni
organofosfat, karbamat, organoklorin, dan yang berasal dari
tumbuhtumbuhan. Insektisida yang menggunakan senyawa organofosfat ini
sangat
toksik dan mungkin insiden keracunan oleh zat-zat ini akan meningkat
karena
senyawa organofosfat digunakan sebagai bahan pengganti untuk
D.D.T,
setelah pelarangan zat ini di berbagai Levers. Satu tetes Leversibl
pekat di
mata dapat mematikan. Kematian biasanya terjadi akibat absorpsi melalui
kulit,
atau jarang-jarang, per oz atau secara inhalasi. Toksisitas senyawa ini

Tujuan

disebabkan oleh inhibisi kolinesterase; kerusakan yang diakibatkan

Kebijaka mungkin
n

berat dan tidak Leversible bila penderita tidak diobati dalam


beberapa jam.
Gejala-gejala yang timbul pada korban keracunan zat golongan

Prosedur insektisida
antara lain korban berkeringat, bicara pelo atau tidak jelas,
denyut nadi
menurun, diare, gangguan irama jantung, gangguan kesadaran,
kejang-kejang,
kelumpuhan otot, lemas, mata berair, mengeluarkan air liur,
mual, muntahmuntah, pucat, pupil mengecil, sakit kepala, dan sesak nafas.
Untuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja
Pengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan
dan tindakan

yang
berhubungan

kontaminasi bahan berbahaya

1. Penanganan kasus keracunan insektisida yang mengandung


senyawa
dengan keadan
organofosfat biasanya menggunakan antidotum berupa
darurat dalam
atropine dan
pralidoxime. Atropine harus segera diberikan jika keracunan
penanganan/bila
diperkirakan
terjadi
berat.

PENANGGULANGAN KERACUNAN
INSEKTISIDA
Nomor Revisi :
Halaman :
2/2

No.
4
Dokumen :
10/39/650/IK/20
09

2. Penanganan kasus keracunan insektisida yang mengandung


senyawa karbamat cenderung lebih rendah toksisitasnya
dibandingkan dengan insektisida yang mengandung senyawa
organofosfat. Karbamat ini sering dipakai pada insektisida
yang digunakan di rumah tangga dan pertanian. Gejala dan
cara penanganan sama dengan insektisida yang mengandung
senyawa organofosfat.
Unit terkait

Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat jalan, IGD, Gizi

Ketua P2K3

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2
004

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU BANYUMAS

PENANGGULANGAN KERACUNAN
ETHYLENE
GLYCOL

Jl.

Rum

Sakit No.

ah

Banyumas
No Dokumen No.Revisi
10/40/651/IK/2009
4

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

PROSEDUR
TETAP

Pengertian
industri, seperti

Halaman
1/2

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Terdapat berbagai macam glycol yang digunakan dalam
cairan Lydraulic, pengganti suhu, dalam sintesa kimia, sebagai
cairan,
dan sebagai komponen dari kosmetik, tinta, dan berbagai
bahan-bahan
kimia. Dari sekian glycol yang digunakan, hanya Ethylene
Glycol yang
dianggap berbahaya. Dosis fatal dari Ethylene Glycol adalah
sekitar 100
gr. Seperti ethanol dan isopropanol, ethylene glycol diubah ke
bentuk
metabolit yang lebih racun daripada bentuk dasarnya. Ethylene
Glycol
didistribusikan melalui cairan tubuh, dan sebagian terurai
menjadi asam
oksalat, di mana asam oksalat ini diduga memegang peranan
penting

dalam efek toksiknya. Zat ini cenderung menyebabkan


kerusakan otak
dengamekanisme
n
Tujuan
Kebijakan

yang

belum

diketahui.

Prosedur Gejala-gejala yang timbul pada kasus keracunan Ethylene


Glycol mirip
dengan gejala keracunan golongan ethanol methanol, dengan
beberapa gejala tambahan seperti mual-mual, muntah, sakit perut, diare,

nyeri punggung, gagal ginjal, gagal jantung, dan edema paru-paru.


Untuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja
Pengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan
dan
tindakan

yang

berhubungan

dengan

keadan

darurat dalam
penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya
1. Untuk mencegah asidosis dengan menggunakan sodium
bikarbonat,
meningkatkan eliminasi dengan menggunakan hemodialisis.

PENANGGULANGAN KERACUNAN ETHYLENE


GLYCOL

No. Dokumen : 4
10/40/651/IK/2009
2.

Nomor Revisi :
Halaman :
2/2

Ethanol harus diberikan dalam waktu 8 jam sesudah

keracunan
ethylene glycol, dan berlangsung sampai 5 hari. Percobaan
yang
dilakukan terhadap hewan, telah membuktikan bahwa ethanol
dapat

menghambat metabolisme dari ethylene glycol, yang


secara tidak
langsung mengurangi kemungkinan keracunan yang lebih
berat.
Unit terkait

Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat jalan, IGD, Gizi

Ketua
P2K3

Dr. Setya
Rini
NIP : 19680201
200212 2 004
BANYUMAS

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU

PENANGGULANGAN KERACUNAN PENEKAN


SSP

Jl. Rumah Sakit


No. 1
Banyumas

No Dokumen No.Revisi
10/41/652/IK/200
4
9

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

PROSEDUR
TETAP

Halaman
1/2

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengertian
Keracunan akut dengan obat ini sering terjadi dan
insidennya makin
bertambah. Tak dapat dihindarkan lagi, obat ini diberikan
untuk orangorang yang sangat mungkin meracuni diri atau mencoba bunuh
diri. Resiko
dosis berlebih besar sekali, terutama dalam periode laten selama
kira-kira

14

hari

sebelum

menjadi

obat

trisiklik

tersebut

efektif.

Gejala-gejala yang timbul pada korban keracunan zat


golongan obat anti
depresan antara lain denyut nadi menurun, diare, edema
paru-paru,
gangguan kesadaran, pernafasan dangkal dan pelan, pupil
mengecil, suhu
tubuh menurun, tekanan darah menurun, dan tidak ada
produksi urine.
Tujuan
Kebijaka
n

Prosedur

Untuk menjamin berhubungan dengan keadan darurat dalam penanganan/bila


kesehatan dan

terjadi kontaminasi bahan berbahaya

kecelakaan kerja 1. Aspirasi dan bilas lambung hanya dapat dilakukan bila dilakukan
di lingkungan

dalam

kerja

waktu kurang dari 12 jam sejak kemasukan racun ke dalam

Pengadaan jasa

tubuh.
2. Hipotensi sebaiknya diobati dengan plasma expander.

dan barang

berbahaya yaitu 3. Bila fisostigmin gagal mengontrol konvulsi, 10 mg diazepam


intravena
cara
Penanganan dan

merupakan pengobatan terpilih. Bila diazepam tidak efektif,

tindakan yang

harus
diberikan 200 mg natrium fenovbarbital intramuskuler.

Unit Terkait

Instalasi Rawat Inap

(Ruang Sakura)
Ketua P2K3

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2 004

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU BANYUMAS

Jl. Rumah Sakit

PENANGGULANGAN KERACUNAN
PERANGSANG SSP

No Dokumen No.Revisi
10/42/653/IK/200
4
9

Halaman
1/2

No. 1
Banyumas

PROSEDUR
TETAP

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes

Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengertian
Yang termasuk golongan obat perangsang SSP yang
paling sering
digunakan adalah golongan amfetamin. Banyak dokter masih
tetap
memberikan golongan amfetamin sebagai penekan nafsu makan,
tanpa
LetalLn yang kuat. Di samping itu, obat-obat ini diberikan
dalam
pengobatan narkolepsi, depresi ringan, atau parkinsonisme.
Golongan

ini dapat menyebabkan kecanduan, dan juga toleransi


cepat terjadi.
Preparat yang paling terkenal adalah amfetamin sulfat
( Benzedrine ),
deksamfetamin sulfat ( Dexedrine ), dan Letal amfetamin
( Methedrine ).
Pada dasarnya golongan amfetamin sangat mudah diabsorpsi,
baik dari
saluran pencernaan maupun dari tempat parenteral.
Metabolismenya
belum diketahui dengan jelas, tetapi terbukti bahwa
sekitar 50% dari
dosis ditemukan di dalam urin dalam bentuk tak berubah.
Ekskresinya
sangat tergantung kepada pH yaitu sangat meningkat bila
urin asam.
Gejala-gejala yang timbul pada korban keracunan zat
golongan obat
stimulan adalah berkeringat, demam, denyut nadi meningkat,
gangguan
hati dan irama jantung, gangguan penglihatan, gangguan
kesadaran,
gelisah, halusinasi, gemetaran, insomnia, keadaan

bahagia, kebiruan,
kejang-kejang, kekakuan pada muka atau leher, mual,
muntah-muntah,
perasaan terbakar di mulut, bibir, tenggorokan, pernafasan
dangkal dan
pelan serta kadang-kadang meningkat, pupil melebar,
sakit kepala,
sesak nafas, tekanan darah meningkat, serta tidak ada
produksi urine.
Tujuan

Untuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja

Kebijaka Pengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan


n

dan
tindakan

yang

berhubungan

dengan

keadan

darurat dalam
Prosedur penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya
1. Dilakukan sedasi dengan menggunakan klorpromazin pada
anakanak 1 mg / kg berat badan intramuskuler dan pada orang
dewasa

PENANGGULANGAN KERACUNAN
PERANGSANG SSP

No. Dokumen : 4
10/42/653/IK/2009

Nomor Revisi :
Halaman :
2/2

100 mg intramuskuler. Bila perlu diulangi lagi dengan interval


setengah
jam.
2. Bila amfetamin telah diberikan bersama-sama dengan
barbiturat,

seperti yang sering terjadi, dosis klorpromazin harus


dikurangi
separuhnya.
3. Tidak ada informasi yang memadai mengenai
penggunaan diuresis
paksa, dialisis peritoneal, hemoperfusi norit, dan
hemodialisis. Tetapi
karena sebagian besar obat aktif diekskresikan di dalam
urin, diuresis
paksa asam mungkin efektif.
Unit terkait

Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat jalan, IGD, Gizi, SMF

Ketua
P2K3

Dr. Setya
Rini

NIP : 19680201
200212 2 004

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU BANYUMAS

Jl. Rumah Sakit


No. 1
Banyumas

PROSEDUR
TETAP

Pengertian
dan sebagai

PENANGGULANGAN KERACUNAN SENG

No Dokumen No.Revisi
10/43/654/IK/200
4
9

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

Halaman
1/2

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Seng sangat luas dipakai pada bidang industri seperti cat,
ZnCl2 pada produksi kayu. Pada dasarnya seng diperlukan
pada reaksi
enzim, sintesa protein, dan metabolisme karbohidrat. Seng
juga
merupakan salah satu komponen dari berbagai macam enzim
seperti
dehidrogenasi

alkohol,

karbon

karbosipeptidasi,

anhidrasi,
dan

dehidrogenasilaktik.
Kasus keracunan yang dilaporkan biasanya terjadi karena
inhalasi dari
seng oksida ataupun tertelannya salah satu garam seng.
Korban akan
merasa mual dan muntah-muntah, demam, kejang otot-otot,

depresi,
menggigil, merasa haus, diare, gangguan kesadaran,
gemetaran, sakit
kepala, dan lemas. Uap gas seng klorida dapat menyebabkan
kematian

akibat dari edema paru-paru.


Tujuan

Untuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja

Kebijaka Pengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan


n

dan
tindakan

yang

berhubungan

dengan

keadaan

darurat dalam
Prosedur penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya
1. Pemindahan korban dari lokasi sumber racun, dan korban
dirawat
secara simptomatik.
2. Salisilat dapat digunakan untuk mengontrol gejala seperti
influenza,
3. Corticosteroids dapat digunakan untuk mencegah edema paruparu.
Unit Terkait

Semua Ruangan yang sedang dilakukan pengecatan, IGD


Ketua
P2K3

Dr. Setya
Rini
NIP : 19680201
200212 2 004

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU
BANYUMAS

PENANGGULANGAN KERACUNAN ASAM


KOROSIF

No Dokumen No.Revisi
10/44/655/IK/2009
4

Halaman
1/2

Jl. Rumah Sakit


No. 1
Banyumas

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

PROSEDUR
TETAP

Pengertian
kerusakan pada

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Zat korosif merupakan unsur yang menyebabkan
bagian tubuh bila terkena zat tersebut, yang disebabkan
karena
koagulasi protoplasma, pengendapan dan penguraian protein,
serta

penyerapan

air.

Zat asam akan bersifat korosif pada konsentrasi yang


pekat, bersifat
iritan jika pada konsentrasi yang agak pekat, serta akan
bersifat

perangsang pada
n

Prosedur

Tujuan
Kebijaka

konsentrasi

rendah.

Berikut ini

dinding lambung,

adalah gejala

kram otot, mata berair, mengeluarkan air liur, muntah-muntah, adanya

yang terjadi

noda di sekitar mulut, merasa terbakar di mulut, bibir, tenggorokan,

jika meminum radang mata, sakit waktu menelan, sesak nafas, takut melihat cahaya,
asam pekat
yang

serta tekanan darah menurun.


Untuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja

bersifat korosif : Pengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan
batuk darah,

dan

depresi, diare

tindakan yang berhubungan dengan keadaan darurat dalam

berdarah, diare penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya


berlendir,

1. Tidak boleh melakukan tindakan bilas lambung dan

edema paru-

perangsangan

paru, gangguan

muntah karena akan dapat menyebabkan kerusakan pada

kesadaran,

tenggorokan yang lebih parah.

gemetar,

2. Selain itu, karbonat dalam konsentrasi yang pekat juga tidak

kebiruan, lidah boleh


mengalami

digunakan, karena akan terjadi pembentukan gas yang akan lebih

kerusakan,

berbahaya dan menyebabkan perforasi.

kejang- kejang, 3. Batasi pemasukan cairan melalui mulut, melainkan melalui


kerusakan

intravena.

PENANGGULANGAN KERACUNAN ASAM


KOROSIF
Nomor Revisi :
Halaman :
2/2

No. Dokumen : 4
10/44/655/IK/2009

4. Jika ada kegagalan pernafasan harus segera dilakukan


tindakan
trakeostomi.
5. Luka bakar yang terdapat pada kulit dibungkus dengan salep
antibiotik.
Unit terkait

Instalasi Laboratorium, IGD, Gizi

Ketua
P2K3

Dr. Setya
Rini
NIP : 19680201
200212 2 004

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU BANYUMAS

Jl. Rumah Sakit No.


1

PENANGGULANGAN KERACUNAN AIR


RAKSA

B
a
n
y
u
m
a

s
No
Dokumen
10/45/656/IK/20
09

No.Revisi
4

Halaman
1/2

Tanggal Terbit
PROSEDUR TETAP 1 Mei 2009

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU
BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengertian
Keracunan akut air raksa biasanya karena penelanan
merkuri klorida atau
merkuri sianida, dan kurang sering oleh merkuroklorida
karena walaupun
dalam dosis besar, air raksa jenis ini sulit diabsorpsi. Merkuri
klorida
digunakan sebagai disinfektan yang kuat dan sangat toksik,
dosis fatalnya
dapat sekecil 500 mg. Keracunan akut air raksa dapat pula
terjadi karena

kecela industri

yaitu

inhalasi

uap

air

raksa.

kaan
Kadang-kadang kasus keracunan juga dapat terjadi setelah
absorpsi salep
yang mengandung air raksa melalui kulit. Dan dengan tak
diduga-duga
setelah menelan obat yang dibuat secara ilegal seperti
amfetamin yang
tercemar air raksa. Dalam bentuk logam, air raksa tidak toksik
bila ditelan

karena
Kebijakan

Prosedur
Tujuan

ia

tidak

diabsorpsi.

Gejala-gejala

mengeluarkan air liur, radang mulut dan paru-paru, serta tidak

yang timbul

mempunyai nafsu makan.

pada korban

Untuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja

keracunan zat

Pengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan dan

air raksa adalah tindakan


bicara

yang berhubungan dengan keadaan darurat dalam

ngawur, diare, penanganan/bila terjadi


kontaminasi bahan berbahaya
emosi
berlebihan,

1. Pada keracunan per oz, bila mungkin harus dilakukan bilas

gangguan

lambung

kesadaran,

dengan menggunakan 250 mL larutan natrium folmaldehid sulfoksilat

gemetaran,

5 %,

kejang-

kemudian 100 mL lagi harus ditinggalkan di dalam lambung

kejang, muncul

setelah

kelainan kulit,

pembilasan. Zat ini mereduksi ion merkuri bivalen menjadi bentuk

kelumpuhan

merkuro

otot, kesemutan,

yang kurang larut, sehingga absorpsi air raksa berkurang.

lemas, lidah

2. Dimerkaprol ( BAL ) harus segera diberikan, seperti pada

berasa logam,

keracunan
arsen.

PENANGGULANGAN KERACUNAN AIR


RAKSA

No. Dokumen : 4
10/45/656/IK/2009

Nomor Revisi :
Halaman :
2/2

3. Oliguri atau anuri harus diobati dengan tindakan medis


rutin pada
masa dini. Namun bila gagal, mungkin perlu
dilakukan dialisis
peritoneal atau hemodialisis.
4. Bila ada reaksi yang merugikan karena dimerkaprol,
penisilamin

harus dicoba.
5. Setelah inhalasi, mungkin diperlukan perawatan pernafasan
intensif,

dimana 100 mg hidrokortison intravena setiap 6 jam


dapat
mencegah atau mengurangi komplikasi pada paru-paru.
Unit terkait

Semua Ruangan yang memiliki Tensimeter air raksa, IGD

Ketua
P2K3

Dr. Setya
Rini
NIP : 19680201
200212 2 004
DAERAH
RSU BANYUMAS
BADAN LAYANAN UMUM

PENANGGULANGAN KERACUNAN
FORMALDEHYDA
No Dokumen No.Revisi
10/46/657/IK/2009
4

Halaman
1/2

Jl. Rumah Sakit No.


1
Banyumas

Tanggal Terbit
PROSEDUR TETAP 1 Mei 2009

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengertian
Banyak industri yang menggunakan berbagai macam
aldehydes, namun
hanya dua macam aldehydes yang dianggap berbahaya, antara
lain
formaldehyde dan acetaldehyde. Formaldehyde adalah suatu
gas yang
tidak berwarna dan dapat terbakar serta berbau khas. Sebanyak
40%
ditemukan dalam campuran air formalin untuk digunakan
sebagai
desinfektan dan antiseptik. Karena sifatnya yang sangat
reaktif,
formaldehyde banyak digunakan pada cat, adhesif, pengering,
bensin,
kertas, dan produk kimia lainnya. Dosis formaldehyde yang
dapat
menyebabkan keracunan adalah 60 sampai 90 mL. Dalam hitungan
menit,
pasien yang keracunan formaldehyde akan mengalami asidosis
metabolisme.

Gejala-gejala

pada

keracunan

golongan

korban

formaldehide mirip dengan gejala keracunan ethanol-methanol,

dengan
tambahan seperti : keluar air mata, rinitis, mata terasa gatal,
batuk dan
serak, sakit perut, produksi urine berkurang, nafsu makan
menurun, sakit

kepala, dan susah tidur.


Tujuan

Untuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja

Kebijaka Pengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan


n

dan
tindakan

yang

berhubungan

dengan

keadaan

darurat dalam
Prosedur penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya
1. untuk mempertahankan tekanan darah dan mengurangi
ketidakseimbangan acidbase. Karena formaldehyde
menyebabkan aksi
korosif,
2. Dialisis adalah cara yang efektif untuk mengeluarkan asam dari
dalam
darah, dan pengeluaran dengan cara ini dapat membantu
penanganan
dari asidosis.

PENANGGULANGAN
KERACUNAN
FORMALDEHYDA
No
Dok
ume
n
10/46/65
7/IK/200
9

Tanggal Terbit
PROSEDUR TETAP 1 Mei 2009

Unit Terkait

No.Revisi
4

Halaman
1/2

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Instalasi Rawat Inap, Instalasi Pemulasaran jenazah, IGD

Ketua
P2K3

Dr. Setya
Rini
NIP : 19680201
200212 2 004

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU
BANYUMAS

PENANGGULANGAN KERACUNAN
METHANOL /
ETHANOL

Jl.

mah

Sakit

No. 1
Banyumas

No Dokumen No.Revisi
10/47/658/IK/200
4
9

PROSEDUR
TETAP

Pengertian
banyak

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

Halaman
1/2

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Ethanol dan methanol adalah jenis alkohol yang paling
digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Kedua jenis
zat kimia ini
sering disebut sebagai alkohol. Alkohol tidak berwarna dan
menimbulkan suatu perasaan terbakar di mulut dan
tenggorokan bila
diminum. Pada dasarnya, alkohol bersifat racun bagi otak. Alkohol
yang
murni berupa cairan yang bening, mudah menguap, dan
mempunyai

aroma

yang

khas.

Penyerapan dari alkohol biasanya dari usus halus dan


lambung.
Konsentrasi alkohol dalam darah sudah bisa ditemukan dalam
waktu 5
- 10 menit setelah meminum alkohol, dan mencapai puncaknya
setelah
30 menit meminum alkohol. Dibutuhkan waktu yang lama
agar kadar
puncak alkohol dalam darah ini bisa menyebabkan ketergantungan
dan

kea lainnya
daa
n

seperti

gastritis

dan

hiperemia.

Dosis fatal bukan hanya tergantung dari jumlah yang diminum


tetapi
juga tergantung pada kebiasaan seseorang dan jenis minumannya.
Misalnya, alkohol absolut sebanyak 5 oz bisa berakibat fatal. Untuk

anak-anak berusia di bawah 12 tahun, alkohol absolut sebanyak


2 oz
juga sudah dapat berakibat fatal. Bila alkohol diminum dalam
jumlah
yang banyak oleh seseorang yang tidak mempunyai kebiasaan minum

alkohol, bisa menyebabkan kematian dalam beberapa menit.


Korban yang keracunan golongan Ethanol - Methanol biasanya
banyak
Tujuan

bicara, bicaranya ngawur, denyut nadi menurun, terjadi


gangguan
pengendalian diri, gangguan penglihatan, gangguan kesadaran,
gangguan koordinasi, kejang-kejang, muka memerah, pernafasan
berbau alkohol, biasanya dangkal dan pelan, pupil mata mengecil,
serta
suhu badan akan menurun.
Untuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja

PENANGGULANGAN KERACUNAN METHANOL /


ETHANOL

No. Dokumen : 4
10/47/658/IK/2009

Nomor Revisi :
Halaman :
2/2

Kebijaka Pengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan


n

dan
tindakan yang berhubungan dengan keadaan darurat dalam
penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya

Prosedur 1. Untuk mengeluarkan racun bisa diupayakan agar pasien


muntah
secara mekanis yaitu dengan menekan orofaring. Zat kimia
perangsang muntah hanya digunakan jika keadaan umum pasien

cukup baik.
2. Bilas lambung harus dilakukan walaupun pasien dalam
keadaan
tidak terkendali. Bahan yang diperoleh dari bilas lambung yang
pertama diambil untuk pemeriksaan kimia, kemudian bilas
lambung
dilanjutkan sampai hasil bilas lambung tidak mengandung bau

alkohol.
3. Berikan minuman hangat seperti teh atau kopi.
4. Pernafasan buatan serta oksigen diberikan jika ditemukan
adanya
tanda-tanda penekanan pernafasan.
5. Obat stimulan seperti coramine dan nikethamide diberikan
dalam
bentuk suntikan.
6. Upayakan suhu pasien selalu hangat.

7. Untuk

melalui oral.

mengatasi

8. Jika pasien gelisah, berikan Mephenesin dengan dosis 1 - 3 gr.

asidosis,

9. Antibiotik diberikan sebagai tindakan profilaksis terhadap

diberikan soda

infeksi

bikarbonat

paru-paru.

Unit terkait

Instalasi Rawat Inap,

IGD
Ketua P2K3

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2 004

BADAN LAYANAN
PENANGGULANGAN KERACUNAN BESI

UMUM
DAERAH
RSU BANYUMAS

No Dokumen No.Revisi
10/48/659/IK/2009
4

Halaman
1/2

Jl. Rumah Sakit


No. 1
Banyumas

PROSEDUR
TETAP

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengertian
Ada banyak macam preparat besi, kebanyakan untuk
pemakaian per oral.
Banyak di antaranya dengan warna-warni menarik, yang sering
tersedia
dalam jumlah banyak. Jadi, keracunan akut besi pada anakanak lazim
terjadi dan merupakan penyebab penting dari kematian pada

golongan
usia muda. Semua preparat besi berbahaya, tetapi beberapa di
antaranya,
seperti fero glukosa dianggap tidak begitu toksik. Dosis berlebih
juga tidak

jarang

terjadi

pada

orang

dewasa.

kaum

remaja

dan

Preparat besi mudah diabsorpsi dari saluran pencernaan.


Larutan
encernya merupakan astringent ringan. Tetapi bila kadarnya
tinggi, seperti
pada kasus keracunan akut, larutan seperti itu mempunyai
sifat korosif
yang menonjol. Jadi, kerusakan pada mukosa lambung
mungkin hebat.
Diagnosis keracunan ini dapat dipastikan dengan
mengukur kadar besi
dalam plasma dan aspirat lambung. Gejala-gejala yang
timbul pada korban
keracunan logam besi antara lain jantung berdebar-debar,
demam, denyut
nadi meningkat, diare berdarah, emosi berlebihan, gangguan
hati, gelisah,
kebiruan, kejang-kejang, muntah-muntah, pernafasan
meningkat, sakit
p sesak
e
r
u
t,

Tujuan
Kebijakan

nafas,

dan

tekanan

darah

menurun.

Keracunan besi dosis lebih telah tertelan, sebaiknya kita cepat bertindak
dapat sangat

daripada menunggu penegasan kimiawi berupa tingginya kadar besi

berbahaya,

dalam

sehingga

plasma.

pengobatannya Untuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja


merupakan suatu Pengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan
keadaan gawat

dan

darurat. Bila ada tindakan

yang

kecurigaan yang

darurat dalam

berhubungan

dengan

keadaan

beralasan bahwa penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya

PENANGGULANGAN KERACUNAN
BESI
Nomor Revisi :
Halaman :
2/2

No. Dokumen : 4
10/48/659/IK/2009
Prosedur 1.

Aspirasi dan bilas lambung harus dilakukan kecuali bila

penderita
syok berat. Bilas lambung dilakukan dengan menggunakan
larutan
desferioksamin ( 2 gram ) dalam satu liter air hangat, dalam
jumlah

yang tepat.
2.

Segera suntikkan desferioksamin ( 2 gram dalam 10 mL

air pada
orang dewasa dan 1 gram dalam 5 mL air pada anak-anak )
intramuskuler. Disamping itu harus dipasang set infus, sehingga
desferioksamin dapat diberikan melalui infus

kontinu dengan

kece tidak

lebih

dari

15

mg/kg/jam.

patan
Desferioksamin intravena pernah dilaporkan
menyebabkan hipotensi.
Komplikasi ini biasanya terjadi bila desferioksamin
diberikan terlalu
cepat atau dalam dosis yang terlalu tinggi. Skema
pengobatan dan
dosis per satuan berat badan yang diberikan di sini,
direncanakan
untuk mengurangi komplikasi sampai sekecil-kecilnya.

Zat pengikat
besi ini harus tersedia untuk pemakaian darurat dalam bagian
gawat

darurat di setiap rumah sakit.


Unit terkait

Instalasi Rawat Inap, IGD, Farmasi

Ketua
P2K3

Dr. Setya
Rini
NIP : 19680201
200212 2 004

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU BANYUMAS

PENANGGULANGAN KERACUNAN
HERBISIDA

No Dokumen No.Revisi
10/49/660/IK/2009
4

Halaman
1/2

Jl. Rumah Sakit


No. 1
Banyumas

PROSEDUR
TETAP

Pengertian
keracunan yang

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Zat ini memiliki dua jenis yang cukup populer dengan
ditimbulkannya, yaitu paraquat dan diquat. Dua jenis ini tidak
akan

bereaksi melalui kontak dengan tanah. Paraquat dan diquat


menghasilkan
tindakan herbisidal melalui persaingan dengan Nicotamide
Ademine
Dimucleotide Phosphate (NADP) dan campuran dengan sistem
transport
elektron intra seluler selama fotosintesis. Reaksi ini
melibatkan produksi

Methyl Viologen, yang bereaksi dengan molekul oksigen


untuk
menghasilk racun

seperti

Superoxide-Anion.

an
Dosis yang beresiko untuk paraquat bagi manusia mungkin 4
mg / kg. Nilai
LD50 untuk paraquat dan diquat masing-masing adalah 120
mg/kg dan

200-300

mg/kg.

Paraquat dapat menghasilkan tindakan korosif jika terkena


mata, kulit, luka
bernanah, dan membran yang rusak. Paraquat dapat digolongkan
sebagai
jenis keracunan yang merusak paru-paru dan diquat sebagai
jenis

keracunan

yang

merusak

ginjal.

Gejala-gejala yang timbul pada korban keracunan zat golongan


herbisida
adalah diare, lemas, muntah-muntah, perasaan terbakar di hidung,

Tujuan

mata,

Kebijaka tenggorokan, dan sakit perut.


n

Untuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja


Pengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan
dan

Prosedur tindakan

yang

berhubungan

dengan

keadaan

Dekontaminasi saluran pencernaan, meningkatkan proses


darurat

eliminasi,
dan mengurangi kerusakan pulmonary.

dalam

2. Kemudian dilakukan proses pembuangan sisa paraquat yang

penanganan/bila masih
terjadi

belum diserap secepat mungkin, dengan cara bilas lambung

kontaminasi

yang

bahan berbahaya

dilakukan setiap 2 sampai 4 jam dengan diikuti suatu cathartic,

1.

seperti.

PENANGGULANGAN KERACUNAN
HERBISIDA
Nomor Revisi :
Halaman :
2/2

No. Dokumen : 4
10/49/660/IK/2009
sorbitol atau sodium sulfat
Unit terkait

Instalasi Rawat Inap, IGD,

IAPRS

Ketua
P2K3

Dr. Setya
Rini
NIP : 19680201
200212 2 004

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU BANYUMAS

PENANGGULANGAN KERACUNAN
BASA KOROSIF

No Dokumen: No.Revisi
4
10/50/661/IK/200

Halaman
1/2

Jl. Rumah Sakit No. 9


1
Banyumas

PROSEDUR

TET
AP Tanggal Terbit
1 Mei 2009

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU
BANYUMAS
Pengertian
korosif dalam

WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
Dr.
NIP. 19571027 198511 1 001
Seperti halnya dengan asam, basa juga akan bersifat
konsentrasi yang pekat dan bersifat iritan pada konsentrasi yang
lebih
encer. Beberapa basa yang bersifat korosif antara lain
Amonium
Hidroksida, Kalium Hidroksida, Natrium Hidroksida, Amonium

Kar Kalium Karbonat, dan

Natrium Karbonat.

bona
t,
Keracunan basa yang bersifat korosif cenderung sangat
berbahaya dan
dapat menyebabkan korban meninggal dalam waktu kurang
dari 24
jam. Gejala yang timbul juga sangat cepat. Pada umumnya gejala
yang
timbul hampir sama dengan keracunan asam pekat, dengan
beberapa
tambahan seperti basa memiliki sifat pahit dan seperti sabun
sehingga
pasien juga akan merasakan hal tersebut, bahan yang
dimuntahkan
bersifat basa, berwarna kehitaman karena bercampur darah
dan
terdapat bagian membran mukosa lambung yang terlepas, serta
pasien

akan
n

Tujuan
Kebijaka

Prosedur

lebih

sering

diare.

Gejala-gejala

esofagus, dan mata berair.

lain yang

Untuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja

timbul pada

Pengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan

korban

dan

keracunan zat tindakan

yang

golongan

darurat dalam

berhubungan

dengan

keadan

basa korosif

penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya

adalah batuk

1. Racun bisa dinetralkan dengan larutan asam yang encer

darah, diare

( asam

berdarah, diare

asetat )

berlendir,

2. Bilas lambung dilakukan pada kasus yang ringan dan dengan

kerusakan

hati-

dinding

hati.

PENANGGULANGAN KERACUNAN
BASA KOROSIF

No. Dokumen : 4
10/50/661/IK/2009

Nomor Revisi :
Halaman :
2/2

3. Pengobatan simptomatik dapat dilakukan dengan


menggunakan morfin
untuk mengurangi rasa nyeri, serta cairan intravena untuk
mengatasi

syok dan dehidrasi.


4. Pada kasus keracunan amonia, perlu diberikan oksigen
5. Striktur esofagus yang terlambat penanganannya perlu
ditangani ahli

bedah.
Unit terkait

Instalasi Laboratorium, Instalasi Farmasi, IGD

Ketua
P2K3

Dr. Setya
Rini
NIP : 19680201
200212 2 004

BADAN LAYANAN
UMUM

PENANGGULANGAN KERACUNAN NITRAT

DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl.
Rumah

Sakit No. 1
Banyumas
No Dokumen No.Revisi
10/51/662/IK/2009
4

PROSEDUR
TETAP

Pengertian
ia dapat

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

Halaman
1/2

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Golongan ini biasanya terdapat di bawah tanah, dimana
mengkontaminasi tanah dan persediaan air di daerah-daerah
terutama
daerah yang kumuh dan pedesaan. Akibatnya, banyak kasus
keracunan

nitrat yang dilaporkan karena meminum air tanah yang


terkontaminasi.
Gejala-gejala yang timbul pada korban keracunan zat
golongan nitrat
antara lain : berdebar-debar, denyut nadi meningkat,
kebiruan, lemas,
pernafasan dangkal dan pelan, sakit kepala, sesak nafas, serta
tekanan
darah menurun.
Tujuan

Untuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja

Kebijaka Pengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan


n

dan
tindakan

yang

berhubungan

dengan

keadaan

darurat dalam
Prosedur penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya
1. Pemberian oksigen bersama atau tanpa methylene blue.
Methylene
blue adalah antidotum yang spesifik.
2. Apabila konsentrasi methemoglobin lebih kecil dari 30%,
penanganan

meliputi

dapat diberikan oksigen.

penghilanga 3. Apabila konsentrasinya mencapai 30%, methylene blue


n racun dan diberikan
jika perlu
Unit Terkait

pada dosis sebesar 1-2 mg/kg intravena.


Semua Ruangan yang menggunakan nitrat, IGD

Ketua
P2K3

Dr. Setya
Rini
NIP : 19680201
200212 2 004

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU
BANYUMAS

PENANGGULANGAN KERACUNAN
RODENTISIDA

No Dokumen No.Revisi
10/52/663/IK/2009
4

Halaman
1/2

Jl. Rumah Sakit


No. 1
Banyumas

PROSEDUR
TETAP

Pengertian
untuk

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Rodentisida adalah substansi yang biasanya digunakan
membunuh binatang pengerat, seperti tikus. Terdapat bermacam-

macam
jenis zat kimia yang telah digunakan sepanjang tahun. Masingmasing

zat itu memiliki area kerja yang berbeda-beda.


FIFRA ( Federal Insecticide, Fungicide, and Rodenticide Act )
telah

menggolongkan

zat-zat

ini

berdasarkan

kadar

keracunannya.
Ada 3 golongan racun Rodentisida, yakni :
1. Kadar tinggi ( LD50 < 50 mg/kg ), yaitu : Thallium,
Sodium
Fluoroacetanide,

Strychnine,

Elemental

Phosphorus

Yellow

Phosphorus, dan Arsenic.


2. Kadar menengah ( LD50 terletak antara 50 - 500 mg/kg ),
yaitu : AlfaNaphthyl Thiourea.
3. Kadar rendah ( LD50 antara 500 - 5000 mg/kg ),
yaitu : Red Squill,
Warfarin, Norbromide. Gejala-gejala yang timbul pada
korban keracunan
zat golongan rodentisida adalah diare, gangguan
penglihatan, gelisah,
kebotakan, kesemutan, mual, muntah-muntah, pernafasan
dangkal dan
pelan, muncul tanda-tanda pendarahan, dan tekanan darah
menurun.
Tujuan

Untuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja

Kebijaka Pengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan


n

dan
tindakan

yang

berhubungan

dengan

keadaan

darurat dalam
Prosedur penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya

1. Dengan bilas 2. Ataupun dengan rangsang muntah, dengan diikuti charcoal yang
lambung

aktif
dan cathartic.

PENANGGULANGAN KERACUNAN
RODENTISIDA

No
Do
ku
me
n
10/52/6
63/IK/2
009

PROSEDUR
TETAP

Unit Terkait

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

No.Revisi
4

Halaman
1/2

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Semua Ruangan yang menggunakan rodentisida, IGD

Ketua
P2K3

Dr. Setya
Rini
NIP : 19680201
200212 2 004

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU
BANYUMAS

Jl. Rumah Sakit

PENANGGULANGAN KERACUNAN
TEMBAGA

No Dokumen
No. 1
B

an
yu

m
as

10/53/664/IK/200

PROSEDUR
TETAP

Pengertian
tembaga yang

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

No.Revisi
Halaman
4
1/2
DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Tembaga tidak bersifat racun, tetapi bentuk garam dari
beracun. Jenis garam tembaga yang sering digunakan adalah
tembaga
sulfat dan tembaga karbonat. Adapun penggunaan tembaga sulfat
dalam

bidang pengobatan adalah sebagai astringen dan


perangsang muntah.
Dosis fatal dari tembaga yang menyebabkan keracunan
adalah 30 gram
dengan periode fatal antara 1 sampai 3 hari. Tembaga
ini sering
digunakan untuk bunuh diri karena mudah diperoleh.
Keracunan karena
tidak sengaja sering dialami anak-anak. Racun ini jarang
digunakan
untuk upaya pembunuhan karena warnanya biru gelap dan
rasanya tidak
enak.
Gejala mulai timbul dalam setengah jam, dimana korban
merasakan
logam pada mulut, perasaan terbakar pada tenggorokan
dan
epigastrium, luka di hidung, demam, diare berdarah,
sangat haus dan
cenderung mengeluarkan air liur. Korban juga akan
muntah dan mual.
Muntah terjadi secara terus menerus dan warnanya hijau

kebiruan.
Kadang-kadang muntah bercampur dengan cairan
empedu. Adanya
cairan empedu bisa dibedakan dengan menambahkan
amonium
hidroksida. Jika warnanya semakin gelap maka
penyebabnya adalah
karena

keracunan

tembaga.

Gejala lanjutan berupa gangguan ginjal, hati, irama jantung,


kekuningan
Tujuan

di kulit, anemia, sakit perut, serta tekanan darah menurun.

Kebijaka Untuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja


n

Pengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan


dan
tindakan

yang

berhubungan

dengan

keadaan

darurat dalam
penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya

PENANGGULANGAN KERACUNAN
TEMBAGA

No. Dokumen : 4
10/53/664/IK/2009

Nomor Revisi :
Halaman :
2/2

Prosedur 1. Pertama-tama bilas lambung dilakukan dengan air biasa dan


isi
lambung disimpan untuk pemeriksaan.
2. Kemudian bilas lambung menggunakan larutan kalium
ferrosianida 10
%. Larutan ini akan bereaksi dengan tembaga sulfat membentuk
kupriferrosianida yang tidak larut sehingga tidak diserap pada
saluran
pencernaan. Bilas lambung terus dilakukan sampai seluruh
kupriferrosianida dikeluarkan. Setelah itu, sejumlah kalium ferrosianida

dibiarkan berada dalam lambung.


3. Diberikan demulsen, misalnya campuran telur dengan susu, air
gandum
atau minyak zaitun. Demulsen ini akan membentuk lapisan pada
dinding lambung sehingga mencegah terjadinya penyerapan
tembaga

sulfat.
4. Morfin diberikan untuk mengatasi rasa nyeri pada epigastrium.
5. Jika mengalami konstipasi diberikan pencahar.
6. Noradrenalin atau mephentine diberikan melalui infus
intravena untuk
meningkatkan tekanan darah.
7. Berikan BAL sebanyak 2 cc melalui suntikan intramuskular

dalam pada

setiap 4 jam tergantung dari

keadaan.

daerah
gluteal.

8. Steroid diberikan untuk mengatasi keadaan yang berat dan

Suntikan ini untuk

memeriksa adanya hemolisis.

diulangi

Unit terkait

Semua Ruangan yang menggunakan tembaga sebagai

astringen dan
perangsang muntah, IGD

Ketua
P2K3

Dr. Setya
Rini
NIP : 19680201
200212 2 004

BADAN LAYANAN
PENANGGULANGAN KERACUNAN ARSEN

UMUM
DAERAH
RSU BANYUMAS

No Dokumen No.Revisi
10/54/665/IK/2009
4

Halaman
1/2

Jl. Rumah Sakit


No. 1
Banyumas

PROSEDUR
TETAP

Pengertian

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Bentuk garam dari arsen adalah As2O3, arsenit, sulfida,

dan senyawa
organik. Arsen dalam bentuk logam tidak beracun, namun yang
beracun
adalah dalam bentuk garam. Arsen mengiritasi jaringan,
menekan sistem

saraf dan

menghalangi

respirasi

sel.

Arsen tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.


Bentuknya seperti
bubuk giling, tidak larut dalam air. Jumlah yang sangat sedikit
sudah dapat
membunuh seorang manusia ( 30 - 300 mg ). Oksida arsen
sebanyak 1

jum sudah

bisa

membunuh 6

orang.

puta
n
Gejala-gejala yang timbul pada korban keracunan zat kimia
golongan
arsenik adalah diare, gangguan ginjal, gangguan hati, gangguan
irama
jantung, gemetar, iritasi di hidung, tenggorokan, dan mata, kejang-kejang,

kekurangan cairan, anemia, muncul kelainan kulit, lemas, mual,


Tujuan

muntah-

Kebijaka muntah, pendarahan saluran pencernaan, dan tidak mempunyai nafsu


n

makan.
Untuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja
Pengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan

Prosedur dan
tindakan

yang

berhubungan

dengan

keadaan

darurat dalam
penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya
1. Mencegah pemaparan lebih lanjut terhadap racun, dimana pasien
tidak
boleh berada dekat dengan sumber racun.

2.

muntah, bilas lambung dengan larutan kalium permanganat

Mengeluarkan

atau larutan ferri oksida terhidrogenasi.

racun yang

3. Penggunaan antidotum BAL ( British Anti Lewisite ) dengan

belum sempat

dosis 2 mL,

diserap, yakni

disuntikkan secara i.m setiap 6 jam, bertindak sebagai kompetitif

dengan

dari

rangsang

arsen.

PENANGGULANGAN KERACUNAN
ARSEN

No. Dokumen : 4
10/54/665/IK/2009
4.

Nomor Revisi :
Halaman :
2/2

Pengobatan simptomatik, yakni mengganti cairan

tubuh yang hilang


dengan pemberian infus.
Unit Terkait

Semua Ruangan yang menggunakan Arsenik, IGD

Ketua
P2K3

Dr. Setya
Rini
NIP : 19680201
200212 2 004

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU BANYUMAS

PENANGGULANGAN KERACUNAN
KADMIUM

No Dokumen No.Revisi
10/55/666/IK/2009
4
Jl. Rumah Sakit
No. 1
Banyumas

Halaman
1/2

PROSEDUR
TETAP

Pengertian
Dosis fatal dari

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Kadmium digunakan dalam industri pembuatan solder.
tertelannya kadmium tidak diketahui, namun penelitian
menunjukkan
bahwa masuknya 10 mg kadmium ke dalam tubuh sudah
dapat

menimbulkan gejala-gejala fisik. Kadmium sendiri pada


dasarnya merusak
semua

sel

tubuh.

Gejala-gejala yang timbul pada korban keracunan zat logam


kadmium
adalah diare, edema paru-paru, kram otot, mengeluarkan air liur,
mual,

Tujuan

muntah-muntah, otot mengecil, kuku rapuh dan bergaris putih, nyeri dada,

Kebijaka pusing, sakit kepala, dan sesak nafas.


n

Untuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja


Pengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan
dan

Prosedur tindakan

yang

berhubungan

dengan

keadaan

darurat dalam
penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya
1. Dengan memberikan perawatan dukungan terhadap edema paruparu
yang muncul. Vitamin D juga direkomendasikan untuk sakit
tulang.
Unit Terkait

Semua Ruangan yang menggunakan Kadmium, IGD

Ketua

P2K3

Dr. Setya
Rini
NIP : 19680201
200212 2 004

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH

PENANGGULANGAN KERACUNAN
ACETALDEHYDA

RSU
BANYUMAS

No Dokumen No.Revisi
10/56/667/IK/2009
4

Halaman
1/2

Jl. Rumah Sakit


No. 1
Banyumas

PROSEDUR
TETAP

Pengertian
bentuk

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Acetaldehyde adalah cairan yang tidak berwarna atau dalam
gas yang memiliki bau buah-buahan yang khas. Bahan ini
sering
digunakan dalam pembuatan plastik, pewangi, parfum, dan
berbagai
produk lainnya.
Seperti halnya dengan formaldehyde, acetaldehyde juga
merupakan
zat yang sangat aktif mengiritasi sel-sel tubuh. Keracunan
dari

acetaldehyde biasanya terjadi karena penghirupan gas


ataupun
terminum cairannya. Dosis fatal adalah sekitar 3 gram atau
100 mg / kg
berat badan. Jika dosis mencapai 400 mg/kg, maka korban
sudah tidak
akan tertolong lagi.
Gejala-gejala yang timbul pada korban keracunan zat
golongan
acetaldehyde adalah mual-mual, muntah, sakit kepala,
tekanan darah
menurun, serta terjadi pendarahan saluran pencernaan.
Tujuan

Untuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja

Kebijaka Pengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan


n

dan
tindakan yang berhubungan dengan keadaan darurat dalam
penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya

Prosedur 1. Penanganan yang dilakukan terhadap pasien biasanya bersifat


simptomatik karena tidak ada antidotum yang tersedia untuk
jenis
keracunan acetaldehyde.
Unit Terkait

Semua Ruangan yang menggunakan Acetaldehyda, IGD

Ketua
P2K3

Dr. Setya
Rini
NIP : 19680201
200212 2 004
BADAN LAYANAN UMUM
DAERAH
RSU BANYUMAS

PENANGGULANGAN KERACUNAN
PROPYLENE GLYCOL
No Dokumen No.Revisi
10/57/668/IK/2009
4

Halaman
1/2

Jl. Rumah Sakit


No. 1
Banyumas

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

PROSEDUR
TETAP

Pengertian
rendah. Dalam

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Golongan ini dilaporkan memiliki tingkat keracunan yang
kehidupan sehari-hari, golongan ini sering digunakan sebagai
solven

untuk

produk

kimia dan kosmetik

maupun

dalam makanan.
Walaupun demikian, literatur menunjukkan bahwa
penggunaan
propylene glycol yang tidak salah juga dapat
menimbulkan keracunan.
Dalam beberapa kasus, keracunan propylene glycol pada
anak-anak
untuk jangka waktu yang panjang dapat menimbulkan
sesak nafas,
diaforesis, dan kehilangan kesadaran. Hal ini pernah
terjadi, tetapi
sangat
Kebijakan

Tujuan

Prosedur

jarang

sekali.

Gejala-gejala

keringat yang sangat banyak pada korban.

yang timbul

Untuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja

pada korban

Pengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan

keracunan

dan

golongan

tindakan

propylene

yang

berhubungan

dengan

keadaan

darurat dalam

glycol juga

penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya

mirip dengan

1. Bilas

keracunan

kesulitan

ethanol-

lambung,

pernafasan,

methanol,
dengan disertai

keluarnya

memberikan

perawatan

memeriksa

tingkat

dalam

darah,

terhadap

propanol

mempertahankan tekanan darah, menggunakan dialisis,


2. Perawatan terhadap gejala-gejala lain yang timbul.

Unit Terkait

Semua Ruangan yang menggunakan Propylene Glycol, IGD


Ketua
P2K3

Dr. Setya
Rini
NIP : 19680201
200212 2 004

BADAN LAYANAN
PENANGGULANGAN KERACUNAN TIMBAL

UMUM
DAERAH
RSU BANYUMAS

No Dokumen No.Revisi
10/58/669/IK/2009
4

Halaman
1/2

Jl. Rumah Sakit


No. 1
Banyumas
PROSEDUR TETAP

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

Pengertian

Meskipun
makin

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
keracunan
kronis timbal diakui
meningkat

frekuensinya, keracunan akut timbal sangat jarang terjadi.


Efek toksik
akut karena timbal disebabkan ditelannya senyawa timbal
yang larut
atau cepat diabsorbsi. Plumbisme akut dapat pula terjadi
dalam
perjalanan keracunan kronis, sebagai akibat penyakit lain
bersamaan
atau perubahan keseimbangan asam-basa karena sebab apapun,

tetapi terutama selama pengobatan intoksikasi kronis


timbal.
Adapun efek utama dari keracunan timbal cenderung
terjadi pada
sistem pencernaan. Rasa sangat haus dan rasa logam, kejangkejang,
mual dan muntah, diare, feses biasanya berwarna hitam
karena adanya
timbal disulfida dan sulit buang air besar, merupakan
gejala yang
umum terjadi. Biasanya korban kehilangan kesadaran,
lemas,
mengeluarkan air liur, sakit perut, dan tekanan darahnya
menurun.
Kekurangan sel darah merah juga menjadi penyebab
korban menjadi
tidak sadar.

Tujuan

Untuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja

Kebijaka Pengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan


n

dan
tindakan yang berhubungan dengan keadaan darurat dalam
penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya

Prosedur 1. Aspirasi dan bilas lambung bagi penderita yang baru saja
menelan
timbal.
2. Kombinasi BAL dan kalsium disodium versenat telah
terbukti jauh
lebih efektif daripada bila versenat ini digunakan sendirian.
Kombinasi ini akan mencapai jumlah moral chelating agent yang
cukup berlebihan di atas timbal. Aturan dosisnya adalah 75 mg / kg

berat badan.

PENANGGULANGAN KERACUNAN
TIMBAL

No. Dokumen : 4
10/58/669/IK/2009

Nomor Revisi :
Halaman :
2/2

3. Bila ada gangguan ginjal, skema tindakan di atas harus


digabung
dengan dialisis peritoneal atau hemodialisis
Unit Terkait

Semua Ruangan yang menggunakan Timbal, IGD

Ketua
P2K3

Dr. Setya
Rini
NIP : 19680201
200212 2 004

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU BANYUMAS

PENANGGULANGAN KERACUNAN
SELENIUM

No Dokumen No.Revisi
10/59/670/IK/2009
4

Halaman
1/2

Jl. Rumah Sakit No.


1
Banyumas
PRO

SEDUR TETAP

DITETAPK
AN OLEH
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
DIREKTUR
Pembina Tingkat I
RSU
NIP. 19571027 198511 1 001
BANYUMAS
Selenium merupakan zat buangan yang dihasilkan pada

Tanggal Terbit
1 Mei 2009
Pengertian
pembuatan

tembaga. Secara teknis, selenium bukan merupakan logam,


namun
demikian ia memiliki karakteristik yang mirip dengan
karakteristik logam.
Selenium banyak digunakan dalam industri- industri seperti
elektronik,

bahan pecah

belah,

dan

cat.

Gejala-gejala yang timbul pada korban keracunan logam selenium


adalah
demam, gagal jantung, gangguan hati, gangguan kesadaran, gelisah,
kejang-kejang, anemia, kerontokan kuku dan rambut, pernafasan
berbau

Tujuan

bawang putih, mengantuk, muntah-muntah, pernafasan berbau, pucat,

Kebijaka radang paru-paru, dan tekanan darah menurun.


n

Untuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja


Pengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan
dan

Prosedur tindakan

yang

berhubungan

dengan

keadaan

darurat dalam
penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya
1. Penatalaksanaan terhadap kasus keracunan selenium karena
tertelan
ataupun terhirup meliputi pengobatan simptomatik dan
perawatan.
2. Gejala-gejala yang mirip denga influenza dapat dikontrol
dengan
salisilat.
3. Korban harus segera dipindahkan dari tempat kejadian.

Unit Terkait

Semua Ruangan yang menggunakan Selenium, IGD

Ketua
P2K3

Dr. Setya
Rini
NIP : 19680201
200212 2 004

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU BANYUMAS

PENANGGULANGAN KERACUNAN
ISOPROPANOL

No Dokumen
No.Revisi
10/60/671/IK/2009
4

Halaman
1/2

Jl. Rumah Sakit


No. 1
Banyumas

PROSEDUR
TETAP

Pengertian

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Isopropanol biasanya digunakan untuk
desinfektan. Laporan untuk
keracunan isopropanol sangat jarang terjadi. Dosis fatal dari
isopropanol
adalah 4 - 8 oz, walaupun pada jumlah 20 mL sudah dapat
menimbulkan

gejala

keracunan

pada

pasien.

Isopropanol juga biasa digunakan sebagai lotion cukur dan


pembersih kaca
jendela. Jenis alkohol ini sekitar dua kali lebih toksik daripada
ethanol.
Sekitar 15% dari dosis yang tertelan akan mengalami metabolisme
menjadi

Tujuan

acetone.

Kebijaka Gejala-gejala yang timbul pada korban yang keracunan golongan


n

isopropanol adalah hati berdebar-debar, berkeringat, bicara ngawur,


denyut
nadi meningkat, gangguan koordinasi, kekurangan cairan, pernafasan

Prosedur dangkal dan pelan serta berbau, suhu tubuh menurun, serta tekanan
darah

juga menurun.
Untuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja
Pengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan dan
tindakan
yang berhubungan dengan keadan darurat dalam
penanganan/bila terjadi
kontaminasi bahan berbahaya
1. Bilas lambung, mempertahankan tekanan darah dengan cairan,
2. serta mengatasi kekurangan cairan dengan cairan glukosa
dan sodium
bikarbonat.
Unit Terkait

Semua Ruangan yang menggunakan Isopropanol, IGD


Ketua
P2K3

Dr. Setya
Rini
NIP : 19680201
200212 2 004

BADAN LAYANAN UMUM


DAERAH
RSU BANYUMAS

Jl. Rumah Sakit

PENYIMPANAN
BAHAN YANG MUDAH TERBAKAR

No. Dokumen : Nomor Revisi : Halaman :


10/61/672/IK/200
2
1/1
9

No. 1
Banyumas

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

PROSEDUR
TETAP
Pengertian
Tujuan

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Penyimpanan bahan yang mudah terbakar adalah
penyimpanan
bahan kimia yang mudah terbakar pada tempat tertentu.
Agar bila terjadi kontaminasi dan atau kebakaran mudah

Kebijakan

dan
cepat penanggulangannya.

Prosedur

Pengadaan jasa dan barang berbahaya

mengenai

pengelolaan/penyimpanan Bahan Berbahaya


1. Apabila ada pembelian / pengiriman bahan kimia yang
mudah
terbakar ( alkohol ) diterima oleh petugas gudang Instalasi

Farmasi.
2. Kemudian bahan kimia tersebut disimpan / diletakkan
Unit Terkait

pada
tempat penyimpanan khusus bahan yanh mudah terbakar
yaitu dekat dengan wastafel dan pintu keluar serta APAR (

Alat Pemadam Kebakaran Ringan ).


Instalasi / ruang rawat yang menyimpan bahan yang
mudah
terbakar, IGD, IPCP, IAPRS

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2
004

Ketua P2K3

BADAN LAYANAN
PENYIMPANAN
H2O2

UMUM
DAERAH
RSU
BANYUMAS
No.
Dokumen :

Halaman :
Nomor Revisi :

Jl. Rumah Sakit 10/62/673/IK/2009


No. 1
Banyumas

1/1

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

PROSEDUR
TETAP

Pengertian

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Penyimpanan H O adalah penyimpanan sesuai dengan MSDS.

Tujuan

Agar H2O2 tidak mengkontaminasi bahan / perbekalan

farmasi
lainnya.
Kebijakan

Pengadaan

jasa

dan

barang

berbahaya
pengelolaan/penyimpanan Bahan Berbahaya
Prosedur
Unit Terkait

mengenai

1. Setelah H O
2

bekas / sisa ke wadah H2O2

diterima disimpan di

semula.

tempat yang dingin 4. Ditempat

penyimpanan

atau dekat

bahan

air dan di ruang

diberi

tanda

peringatan

berbahaya.

yang cukup

5. Jaga kebersihan ditempat penyimpanan

ventilasinya.

Instalasi / ruang rawat yang menyimpan H2O2.

2. Gunakan bahan
yang sesuai untuk
tempat H2O2 seperti
Ketua P2K3

aluminium dan
plastik.
3. Jangan menuang

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2
004

kembali H2O2

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU BANYUMAS

Jl. Rumah Sakit

PENANGGULANGAN
BILA TERJADI ALKOHOL TUMPAH

No. Dokumen : Nomor Revisi : Halaman :


10/63/674/IK/200
01
1/1
9

No. 1
Banyumas

PROSEDUR
TETAP
Pengertian

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001

Tujuan
Kebijakan

Penanggulangan bila terjadi alkohol tumpah adalah apabila


dalam pengenceran dan atau penuangan alkohol tumpah ke
lantai dan atau mengenai anggota badan.
Prosedur

Untuk menghindari terjadinya kebakaran.


Pengadaan jasa dan barang berbahaya

mengenai ara

Penanganan dan tindakan yang berhubungan dengan


keadan
darurat dalam penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan
berbahaya
A. Bila alkohol tumpah ke lantai.
1. Bila terjadi alkohol tumpah ke lantai, petugas farmasi

segera mengambil kain pel dan dibasahi dengan air


2. Petugas melakukan pengepelan lantai dengan kain pel

basah.
Unit Terkait

3. Kemudian lantai dikeringkan.


B. Bila alkohol mengenai anggota badan.
1. Bila terjadi alkohol tumpah mengenai anggota badan maka
orang tersebut segera menuju ke wastafel / kamar mandi

untuk menyiram angggota badan tersebut dengan air.


2. Kemudian badan dikeringkan.
Instalasi, Poliklinik dan Ruang Rawat yang menggunakan
alkohol.

Ketua P2K3

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2
004

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU

B
A
N
Y
U
M
A

Jl.

Rumah
Sakit
No. 1
B
an
y
u

mas

PEMAKAIAN
H2O2
No.
Dokumen :
10/64/675/IK/2
009

Tujuan

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

PROSEDUR
TETAP
Pengertian

Nomor Revisi :
2

Halaman :
1/1

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pemakaian H O adalah pemakaian untuk
pasien
maupun
2

penyimpanannya.
Agar pengguna / petugas

terhindar dari kontaminasi

dan
kecelakaan kerja.
Kebijakan

Pengadaan

jasa

dan

barang

mengenai

berbahaya
pengelolaan/penyimpanan Bahan Berbahaya
Prosedur

1. Gunakan masker, sarung tangan sebelum menggunakan


H2O2.
2. Setiap kali mau menggunakan / menuang H2O2
sediakan air /

Unit Terkait

didekat sumber air.


3. Simpan kembali H2O2 sesuai dengan prosedur
penyimpanan.
Instalasi, Poliklinik dan Ruang Rawat yang menggunakan
HO.
2

Ketua P2K3

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2
004

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU BANYUMAS

PENANGGULANGAN KERACUNAN
SULFIDA

No Dokumen No.Revisi
10/65/676/IK/2009
4

Halaman
1/2

Jl. Rumah Sakit


No. 1
Banyumas

PROSEDUR
TETAP

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengertian
Keracunan sulfida biasanya disebabkan karena
terhirupnya gas hidrogen
sulfida ataupun karbon disulfida. Hidrogen sulfida adalah gas yang
mempunyai
berat jenis lebih berat daripada udara. Oleh karena itu, gas ini
sering
ditemukan pada lokasi yang rendah seperti sumur. Volume gas
hidrogen
sulfida yang fatal adalah 2000 ppm, di mana korban dapat menjadi
tidak sadar

se tiba-tiba dan
ca
ra
Tujuan
Kebijakan

meninggal dalam

beberapa

jam.

Gejala-gejala yang timbul pada korban keracunan zat golongan


Prosedur sulfida antara
lain : hidung berair, kejang-kejang, radang mata, sesak nafas, serta
takut

melihat cahaya.
Untuk menjamin kesehatan dan kecelakaan kerja di lingkungan kerja
Pengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara Penanganan
dan tindakan
yang berhubungan dengan keadaan darurat dalam
penanganan/bila terjadi
kontaminasi bahan berbahaya
1. Memindahkan korban dari tempat kejadian,
2. Pemberian pernafasan buatan dengan oksigen, bilas lambung,
serta
rangsang muntah.
3. Antidotum yang dapat digunakan berupa amyl nitrite atau sodium
nitrit.
Unit Terkait

Semua Ruangan yang menggunakan sulfida, IGD

Ketua
P2K3

Dr. Setya
Rini
NIP : 19680201
200212 2 004

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU
BANYUMAS

PENANGGULANGAN
BILA TERJADI KONTAMINASI H2O2
(PERHIDROL)
PADA BAGIAN ANGGOTA TUBUH

Nomo

r
No.
Dokumen
:
Halaman :
Jl. Rumah Sakit No. 10/66/677/IK/2009 Revisi :
1/1
02
1
Banyumas
DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Tanggal Terbit
PROSEDUR TETAP 1 Mei 2009
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengertian
Penanggulangan bila terjadi kontaminasi H O pada bagian
2

anggota tubuh merupakan salah satu upaya penanggulangan


kecelakaan kerja bagi pengguna zat tersebut.
Tujuan

Menanggulang kecelakaan kerja bila terjadi kontaminasi


H2O2

Kebijakan

pada bagian tubuh pengguna zat tersebut.


Pengadaan jasa dan barang berbahaya yaitu cara
Penanganan

Prosedur

dan tindakan yang berhubungan dengan keadaan darurat dalam


penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya
1. Gunakan alat pelindung diri yaitu sarung tangan dan
masker
pada saat menggunakan H2O2.
2. Bila anggota tubuh ataupun tempat terkena H2O2

Unit Terkait

segeralah
anggota tubuh ataupun tempat tersebut dicuci/disiram dengan

air secukupnya.
3. Simpan H O sesuai dengan prosedur penyimpanan H O .
2

Instalasi, Poliklinik dan Ruang Rawat yang menggunakan


H2O2,
IGD

Ketua P2K3

NIP : 19680201 200212 2


004

Dr. Setya Rini

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU BANYUMAS

PEMANTAUAN TEMPAT PENYIMPANAN


BAHAN / BARANG BERBAHAYA

No. Dokumen:

Jl. Rumah Sakit No.


1
Banyumas

PROSEDUR
TETAP

No.Revisi
4
10/67/678/IK/2009

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

Unit Terkait :

Kebijakan
Prosedur

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001

Pengertian

Tujuan

Halaman
1/1

Pemantauan / kontrol barang berbahaya diterima dan dicek disimpan


tempat penyimpanan
di tempat yang telah disediakan.
bahan / barang
berbahaya merupakan 2. Tempat / ruang penyimpanan harus dalam keadaan baik dan
tiap

upaya
penanggulangan

sebulan sekali dilakukan pengontrolan / pemantauan

kecelakaan /

yang

kontaminasi bagi

meliputi :

pengguna zat tersebut.

a. Keadaanruang (tembok, lantai, pintu).

Agar tempat

b. Kemasan (tutup, botol).

penyimpanan bahan /

c. Air / kran air dekat penyimpanan dalam keadaan

barang berbahaya

mengalir.

dalam

3. Bila terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan kondisi

keadaan baik dan

tempat
penyimpanan bahan / barang berbahaya yang dikeluarkan

aman.
Pengadaan

jasa

pabrik
(MSDS) harap melaporkan ke bagian yang terkait.

dan

Instalasi Farmasi, Rawat Inap, Laboratorium


barang
Ketua P2K3
berbahaya

yaitu

tentang
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2
004

Pengelolaan/penyimpa
nan Bahan Berbahaya
1. Setelah bahan /

BADAN LAYANAN
UMUM

PENGAMATI DAN PERKIRAAN AKAN


DAERAH
TERJADINYA
RSU
BANJIR
BANYUMAS
Jl.
Ruma
h

Sa
kit
N

o. 1
B
a

nyumas

Halaman

No. Dokumen:

No.Revisi
4
10/68/679/IK/2009
Tanggal Terbit
PROSEDUR
TETAP

Pengertian

1/1

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

1 Mei 2009

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengamatan / kewaspadaan terhadap bencana banjir perlu
dilakukan pengamatan situasi tanda-tanda akan terjadi hujan
di
sekitar Rumah Sakit Umum Banyumas

Tujuan

Petugas IPSRS, Satpam, Karyawan, mengerti dan mengetahui


akan
terjadi banjir agar secepatnya melakukan antisipasi

Kebijakan

Penanggulangan

bencana

di

RSU

Banyumas

tentang
Penanggulangan
Prosedur

bencana

kebakaran

dan

atau

bencana
lainnya(antara lain : banjir, gempa bumi) dilakukan secara
koordionatif dan terpadu dan Pelaporan terjadinya bencana
ditujukan kepada Direktur dan instansi instansi terkait
1.

Perhatikan dari perkembangan awan mendung bila terjadi

cuaca akan turun hujan


2.

Permukaan tanah banyak genangan air yang tidak meresap (


kebun, taman, sawah, parit , sungai ) banyak air mengalir dan

pelan
3.

Terjadi hujan lebat lebih dari 2 jam baik siang maupun malam

di sekitar Rumah Sakit dan pegunungan Selatan


4.

Air sungai Serayu meninggi

5.

Amati aliran air di saluran pembuangan dan aliran Sungai

Selatan Rumah Sakit


6.

Bila terjadi luapan air sungai ke daratan/ jalan depan

Rumah

Sakit, pastikan

pembuangan

bahwa air akan 7.

Bila terjadi aliran buangan air hujan di dalam ( warna

meluap ke areal jernih )


Rumah Sakit

tak lagi mengalir keluar dan ada tanda-tanda air keruh

melalui

yang

gorong-gorong

masuk melalui celah tutup/ pintu air, lakukan :

saluran

a. Penutupan pintu air di semua saluran pembuangan

PENGAMATI DAN PERKIRAAN AKAN


TERJADINYA BANJIR

Nomor Revisi :
Halaman :
2/2

No. Dokumen : 4
10/68/679/IK/200
9

b. Satpam melaporkan kepada Supervisi dan Ketua BSB


diluar jam
Unit Terkait

kerja dan kepada Tim Teknis pada jam kerja dan kantor TU
IAPRS, ISPAL, Admin, Satpam

Ketua P2K3

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2
004

BADAN LAYANAN
UMUM
PENYEDOTAN GENANGAN AIR HUJAN BILA
DAERAH
KLEP/PINTU AIR DITUTUP
RSU BANYUMAS
No. Dokumen:
Jl. Rumah Sakit
No. 1
Banyumas

10/69/680/IK/2009

Halaman
No.Revisi
4

PROS
EDU
R

1/1

TETAP

DITETAPK
AN OLEH
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
DIREKTUR RSU
Pembina Tingkat I
BANYUMAS
NIP. 19571027 198511 1 001

Tanggal Terbit
1 Mei 2009
Pengertian

Air yang menggenang karena saluran ditutup perlu

disedot untuk
menghindari air masuk ke ruangan
Tujuan Petugas pengendali air dapat melakukan penyedotan air genangan
yang
Kebijaka berada di lingkungan Rumah Sakit bagian dalam tanggul pengaman
n

Penanggulangan bencana di RSU Banyumas tentang


Penanggulangan
bencana kebakaran dan atau bencana lainnya(antara lain : banjir,
gempa

Prosedur bumi) dilakukan secara koordionatif dan terpadu dan Pelaporan


terjadinya
bencana ditujukan kepada Direktur dan instansi instansi terkait
1. Buka pintu gardu pompa air
2. Hidupkan pompa air dan pancing dengan air untuk penyedotan
3. Cek penyedotan dengan memeriksa out put slang buang ke
saluran
dinding pagar keliling
4. Matikan pompa mesin dengan off kan diesel
5. Cek solar, diisi bila berkurang
6. Tutup gardu dan kunci kembali
Unit terkait

Satpam, Ruang Rawat Inap, IAPRS, ISPAL, Admin

Ketua
P2K3

Dr. Setya
Rini
NIP : 19680201

200212 2 004

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU
BANYUMAS

PENGGUNAAN DAN CARA PEMAKAIAN


ALAT PELINDUNG DIRI DI RADIOLOGI
No. Dokumen:
No.Revisi

10/70/681/IK/2009
Jl. Rumah Sakit
No. 1
Banyumas

Halaman
4

1/1

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU
BANYUMAS
Tanggal Terbit

PROSEDUR
TETAP

1 Mei 2009
M.Kes

Dr. WIDAYANTO,
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1
001

Pengertian
Tujuan
Kebijakan

Prosedur

Unit Terkait

Alat pelindung diri menggunakan APD dan Pengelolaan/Pemeliharaan APD


adalah alat yang
dipakai oleh petugas A. Film Badge
untuk
1. Film badge digantungkan dengan menggunakan
melindungi diri dari
jarum
bahaya radiasi yang
peniti pada celana / baju petugas radiology.
ditimbulkan.
2. Posisi halder back menempel pada baju / celana.
Sebagai alat untuk
3. Posisi pemasangan tidak boleh terbalik.
melindungi petugas B. Apron
radiology dari bahaya

1. Apron digunakan apabila berada di medan radiasi.

radiasi yang dapat

2. Pakai apron seperti memakai baju, dengan posisi kancing /

ditimbulkan.

perekat ada di belakang / punggung si pemakai.

Kebijakan tentang
Penggunaan dan
Pemeliharaan APD

3. Setelah selesai menggunakan apron, diletakkan kembali ke

tempat semula.
Radiologi

(Alat
Pelindung

Diri)
di

Ketua P2K3

RSU

Banyumas

tentang

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2
004

Caracara

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU BANYUMAS

PEMELIHARAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI


RADIOLOGI

No. Dokumen:

No.Revisi
4
10/71/682/IK/200
Jl. Rumah Sakit No. 9
1
Banyumas

Halaman
1/1

DITETAPKAN OLEH
Tanggal Terbit DIREKTUR RSU BANYUMAS
PROSEDUR
TETAP
Pengertian

1 Mei 2009

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pemeliharaan alat pelindung diri adalah cara agar alat
pelindung
diri tersebut dapat dipergunakan lebih lama, awet sehingga

Tujuan
Kebijakan

tidak
cepat rusak.
Agar alat pelindung diri tersebut terawat sehingga dapat
dipergunakan lebih lama.
Kebijakan tentang Penggunaan dan Pemeliharaan APD (Alat

Prosedur

Pelindung Diri) di RSU Banyumas tentang Cara-cara

menggunakan APD dan Pengelolaan/Pemeliharaan APD


1. Baju apron apabila tidak

dipergunakan harus

selalu
digantung.
2. Setelah menggunakan baju apron tersebut, apabila ada
Unit Terkait

noda-noda yang tertinggal, segera dibersihkan.


3. Film badge yang selalu dipakai petugas tidak boleh
terkena
air.
Radiologi

Ketua P2K3

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2
004
BADAN LAYANAN UMUM
DAERAH

RSU BANYUMAS

EVALUASI PEMAKAIAN FILM BADGE


No. Dokumen:

No.Revisi
4
10/72/683/IK/200
Jl. Rumah Sakit No. 9
1
Banyumas
Tanggal Terbit
PROSEDUR
TETAP
Pengertian

Halaman
1/1

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

1 Mei 2009

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Evaluasi Pemakaian fim badge adalah kegiatan yang
dilaksanakan
untuk mengetahui jumlah radiasi yang telah diterIma oleh

Tujuan
Kebijakan

petugas
radiasi.
Evaluasi dilaksanakan agar radiasi yang diterima oleh
petugas
radiology dapat dipantau.

Prosedur

Kebijakan tentang Penggunaan dan Pemeliharaan APD (Alat


Pelindung

Diri)

di

RSU

Banyumas

tentang

Cara-cara

menggunakan APD dan Pengelolaan/Pemeliharaan APD


1. Film badge yang dipakai setiap petugas radiologi akan
diganti
setiap bulan.
2. Film badge yang sudah dipakai dikumpulkan, kemudian
diserahkan ke bagian Sekretariat.
Unit Terkait

3. Bagian Sekretariat akan mengirimkan ke Balai


Pengamanan
Fasilitas Kesehatan (BPFK) Jakarta.

4. BPFK akan
mengirimkan kembali
hasil pantauan /
evaluasi
radiasi yang sudah
diterima oleh

Ketua P2K3

petugas radiologi.
5. Hasil evaluasi dari
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2
004

BPFK di file oleh


Instalasi Radiologi.

BADAN
LAYANAN UMUM
DAERAH
RSU
BANYUMAS

PROTEKSI
RADIASI

Halaman

No. Dokumen:

No.Re
visi

10/73/684/IK/2009
Jl. Rumah Sakit No. 1
Banyumas

PROSEDUR
TETAP

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

1/1

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001

Pengertian
Prosedur
Tujuan

Kebijakan
Unit Terkait

Proteksi radiasi
adalah upaya yang
dilakukan oleh
petugas
radiasi agar dalam
melaksanakan

(Alat Pelindung Diri) di


RSU Banyumas dan penetapkan daerah/tempat yang dianggap
beresiko mengenai penyimpanan, penggunaan bahan-banan

radioaktif
1. Mempergunakan baju pelindung.

tugasnya dapat
menekan dosis
radiasi serendah
mungkin.

2. Mempergunakan alat monitoring personil.


3. Berdiri sejauh mungkin dari sumber radiasi.
4. Berdiri di belakang tabir pelindung.
5. Bekerja sesingkat mungkin.

Sebagai acuan /
pedoman petugas

6. Melakukan pemeriksaan kesehatan setahun sekali.


Semua ruang yang potensial ada radiasi

radiasi agar dalam

melaksanakan
tugasnya selalu ingat
prinsip dasar proteksi

Ketua P2K3

radiasi.
Penggunaan dan
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2
004

Pemeliharaan APD

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU
BANYUMAS

PENANGGULANGAN KORBAN
KECELAKAAN
RADIASI
No. Dokumen:

Jl. Rumah Sakit No. 10/74/685/IK/200


9
1
Banyumas

PROSEDUR
TETAP

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

No.Revisi
4

Halaman

1/1

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001

Pengertian

Korban kecelakaan radiasi adalah apabila seorang pekerja


radiasi menerima dosis jauh melampaui nilai batas dosis
yang

Tujuan

dizinkan untuk waktu satu tahun.


Sebagai acuan / pedoman dalam menangani korban kecelakaan

Kebijakan

radiasi agar terhindar dari kesalahan prosedur.


Penggunaan dan Pemeliharaan APD (Alat Pelindung Diri) di
RSU Banyumas dan Pengadaan jasa dan barang berbahaya di

Prosedur

RSU Banyumas
1. PPR (Petugas Proteksi Radiasi) melakukan pencatatan
hari,
tanggal, bulan, tahun dosis yang diterima pekerja radiasi.
2. Korban dikirim ke IGD
3. Pemeriksaan lanjutan oleh Tim Dokter setelah
mendapatkan
rujukan dari Dokter Pemeriksa IGD.
4. Pemeriksaan darah yang diwajibkan meliputi
pemeriksaan
HB eritrosit dan leukosit, trombosit dan laju endap darah.
5. Apabila diketahui adanya kelainan patologis sebagai
akibat
radiasi pada seseorang petugas di bagian rontgen, maka

Unit Terkait

pengaturan kerja petugas harus dirubah.


6. Apabila kecelakaan terjadi pada seorang ahli radiologi
maka
aktivitasnya dibatasi hanya ekspetase foto.
7. Mengisi formulir kecelakaan kerja kepada Panitia P2K3
Rumah Sakit.
Semua ruang yang potensial ada radiasi

Ketua P2K3
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2
004

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU BANYUMAS

PEMBUANGAN LIMBAH CAIR KAMAR


GELAP

No. Dokumen:

Jl. Rumah Sakit No.


1
Banyumas

Tanggal Terbit
1 Mei 2009

PROSEDUR
TETAP
Pengertian
Tujuan

No.Revisi
4
10/75/686/IK/2009

Halaman
1/1

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pembuangan limbah cair kamar gelap apabila tidak
dilaksanakan
dengan benar dapat mencemari lingkungan.
Sebagai pedoman dalam melaksanakan pembuangan limbah

Kebijakan

cair
kamar gelap sehingga dapat menghindari kesalahan prosedur.
Pengadaan jasa dan barang berbahaya di RSU Banyumas
tentang

Prosedur

Cara Penanganan dan tindakan yang berhubungan dengan


keadan
darurat dalam penanganan/bila terjadi kontaminasi bahan
berbahaya
1. Limbah cair dari kamar gelap ditampung pada ember
penampungan.
2. Setelah 2 3 bulan diserahkan kepada pihak ke ketiga
3. Ember bekas penampungan dicuci dengan air mengalir
4. Kemudian lantainya disiram sampai bersih, sehingga

Unit Terkait

baunya

hilang.

Radiologi, ISPL

5. Air limbah
disalurkan ke
instalasi SPAL yang

Ketua P2K3

ada menuju Unit


pengolahan air
Dr. Setya Rini
NIP : 19680201 200212 2
004

limbah.

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU
BANYUMAS

PEMBUANGAN LIMBAH/ SAMPAH DAN


MENJAGA
LINGKUNGAN TETAP AMAN

No. Dokumen:
Jl. Rumah Sakit
No. 1
Banyumas

10/76/687/IK/200

No.Revisi
4

Halaman
1/1

9
DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

PROSEDUR TETAP

Pengertian
Tujuan

1 Mei 2009

Prosedur

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001

Menerangkan cara
Mencegah penyebaran infeksi kepada masyarakat sekitar
membuang limbah/
Melenyapkan bahan-bahan berbahaya
sampah dan
menjaga
Penanganan limbah terkontaminasi yang benar mencakup :
lingkungan tetap

Menggunakan plastik atau wadah besi dengan tutup yang dapat

aman dalam cara


mencegah
penyebaran infeksi
Tujuan dari
pengolahan limbah
adalah untuk:
Melindungi
petugas yang
menangani limbah
dari luka tak

sengaja
Mencegah
penyebaran infeksi

dipasang denga rapat


Pisahkan sampah terkontaminasi dan tak terkontaminasi. Beri

tanda pada wadah untuk sampah terkontaminasi


Taruh tempat sampah di tempat yang memerlukan dan nyaman

bagi pemakai
Perlengkapan yang digunakan untuk menampung dan

membawa sampah tidak boleh digunakan untuk keperluan


lain
Cuci semua wadah/ tempat sampah dengan larutan desinfektan
(klorin 0.5%) dan bilas dengan air secara teratur. Petugas
pembersih harus memakai Barier Protektif (pelindung wajah,

apron, sarung tangan rumah tangga dan sepatu boot)


Petugas kebersihan harus memakai Barier Protektif ketika

kepada petugas

membuan sampah, kemudian setelah selesai dan melepaskan

kesehatan yang

sarung tangan, cuci tangan atau gunakan antiseptik tangan

menangani
limbah/ sampah

berbahan dasar alkohol

PEMBUANGAN LIMBAH/ SAMPAH


DAN MENJAGA
LINGKUNGAN TETAP
AMAN
No. No.Revisi
4
Dok
ume
n:
10/76

Halaman
1/1

/687/I
K/20
09
DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
PROSEDUR TETAP

1 Mei 2009

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001

Unit terkait Petugas kebersihan


Ketua P2K3

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2 004

BADAN LAYANAN UMUM


DAERAH
RSU BANYUMAS

PEMISAHAN SAMPAH
umas

Jl. Rumah Sakit No.

B
a
n
y

No. Dokumen:
10/77/688/IK/2009

No.Revisi
4

Halaman
1/2
DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS

PROSEDUR TETAP

Pengertian
Tujuan
Kebijakan

1 Mei 2009

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna yang berasal
dari
kegiatan manusia
Sampah dipisahkan menurut jenisnya agar mempermudah
di
dalam pengolahannya
Kebijakan penetapan daerah/tempat yang dianggap beresiko

Prosedur

dengan lokasi dan jenis resiko antara lain

infeksius atau

adanya
paparan tinggi penularan penyakit
1. House keeping melapisi tempat sampah bagian dalam
dengan
kantong plastik sampah
2. Sampah dimasukkan ke tong sampah sesuai kategorinya :
a. Sampah infeksius dimasukkan dalam tong sampah
dengan
lambang yang telah dilapisi kantong plastik pembungkus

sampah
b. Sampah umum dimasukkan dalam tong sampah
dengan
tulisan Domestik yang telah dilapisi kantong
plastik

pembungkus sampah
c. Sampah citotoksik dimasukkan dalam tong sampah
dengan
lambang yang telah dilapisi kantong plastik pembungkus

sampah

3. Petugas House

kurang dari sehari apabila 2/3 bagian telah terisi

Keeping setiap hari

sampah

mengikat kantong

4. Kantong plastik pembungkus sampah diikat dengan tali

plastik

plastik

sampah atau

sesuai kategorinya :

PEMISAHAN
SAMPAH
No. No.Revisi
4
Doku

Halaman
2/2

men:
10/77/
688/I
K/200
9
Prosedur

a. Sampah infeksius ditali dengan tali plastik warna kuning


b. Sampah umum ditali dengantali plastik warna hitam
c. Sampah

citotoksik

dengan

warna

hijau

tali

plastik

(kebijaksanaan Rumah Sakit karena kesulitan mendapat tali

plastik warna hijau)


8. Petugas Cleaning Service membawa sampah infeksius
dan
Unit
Terkait

sampah citotoksik ke incenerator untuk dibakar, sampah umum

ke container sampah
Seluruh bagian/unit/ruang/instalasi

Ketua P2K3

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2
004

BADAN LAYANAN
UMUM

DAERAH
RSU
BANYUMAS

CARA CUCI

Halaman

TANGAN

No. Dokumen:
Jl. Rumah Sakit 10/78/689/IK/2009

No.Revisi
4

1/1

No. 1
Banyumas
DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
1 Mei 2009
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Prosedur tetap cuci tangan adalah petunjuk cara cuci
tangan

PROSEDUR
TETAP
Pengertian

dengan baik dan benar dengan menggunakan air mengalir,


sehingga tidak terjadi kontaminasi
Tujuan

Agar kuman yang menempel pada tangan hilang sehingga


terhindar dari penyakit yang diakibatkan oleh tangan kotor

Kebijakan
Prosedur

Kebijakan penetapan daerah/tempat yang dianggap beresiko


dengan lokasi dan jenis resiko antara lain infeksius atau
adanya
paparan tinggi penularan penyakit
1. Lepaskan semua perhiasan yang ada di tangan ( jam, gelang,
cincin )
2. Menggunakan air bersih yang mengalir
3. Tangan dibasahi sampai siku
4. Gunakan sabun antiseptic atau anti mikroba
5. Tangan digosok sampai bersih ( sela-sela jari )
6. Tangan dibilas dengan air bersih yang mengalir dengan
posisi
jari tangan lebih tinggi dari posisi siku
7. Hindarkan tangan yang sudah dicuci tersentuh benda di

Unit terkait

sekitarnya
8. Lamanya cuci tangan lebih lama dari cuci tangan biasa /
rutin

Ketua P2K3

RAWAT INAP,
RAWAT JALAN,
IGD, IBS, ICU,
INSTALASI, HD

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2
004

BADAN LAYANAN
CARA MEMAKAI
MASKER

UMUM
DAERAH
RSU BANYUMAS

Halaman

No Dokumen
Jl. Rumah Sakit

10/79/690/IK/2009 No.Revisi
4

1/1

No. 1
Banyumas
DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
PROSEDUR TETAP

1 Mei 2009

Pengertian
Tujuan
Kebijakan

Prosedur

Unit Terkait

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001

Salah satu
mengenakan
penyebaran
masker
penyakit dapat
melalui
2. Memasang masker sambil bercermin sehingga terpasang dengan
penciuman, ludah,
tepat yaitu di tengah dan benar-benar menutup hidung dan
udara yang keluar
mulut
masuk ke mulut
3. Tali diikatkan cukup erat
Mencegah
4. Selalu cuci tangan dengan air dan sabun serta
terjadinya
mengeringkannya
penularan penyakit
setelah menyentuh atau melepaskan masker
dari pasien ke
5. Satu masker untuk satu kali pemakaian
petugas
6. Ganti masker tiap 4 jam bila basah karena sekresi/air
Kebijakan tentang
ludah atau
Penggunaan dan
apabila menjadi lembab masker segera diganti
Pemeliharaan
7. Segera setelah selesai pemakaian masker direndam dalam larutan

APD (Alat

disinfektan klorin 0,5 % selama 10 menit dan atau buang

Pelindung Diri) di
RSU Banyumas

masker
yang sudah dipakai ke tempat sampah yang disediakan untuk

tentang Cara-cara
menggunakan

bahan terkontaminasi
ISS, IBS, ICU, RUANG ISOLASI, RAWAT INAP, RAWAT

APD dan
Pengelolaan/Pemel

JALAN, IGD

iharaan APD
Ketua P2K3

1. Selalu cuci
tangan dengan air
dan sabun

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2
004

sebelum

BADAN LAYANAN
UMUM

CARA MEMAKAI SARUNG TANGAN

DAERAH
RSU BANYUMAS
Jl.
Ru

mah Sakit No. 1


Banyumas
No Dokumen No.Revisi
10/80/691/IK/2009
4

Halaman
1/1

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
PROSEDUR TETAP

1 Mei 2009

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengertian Memakai sarung tangan adalah penggunaan alat pelindung
yang
Tujuan
Kebijakan

dikenakan pada tangan agar terhindar dari bahan-bahan terinfeksi


Mencegah terjadinya infeksi rumah sakit
Kebijakan tentang Penggunaan dan Pemeliharaan APD (Alat
Pelindung

Prosedur

Diri) di RSU Banyumas tentang Cara-cara menggunakan APD dan

Pengelolaan/Pemeliharaan APD
1

Cuci tangan dengan air dan sabun 10-15 detik dan

keringkan dengan
handuk kertas/kain sekali pakai atau pengering udara
2

Kenakan kedua sarung tangan yang sesuai dengan ukuran

tangan.
Sepasang sarung tangan bersih untuk prosedur yang
memerlukan
sentuhan halus (seperti pengambilan sampel darah) atau
sepasang
sarung tangan rumah tangga untuk membersihkan permukaan
yang

terkontaminasi dengan desinfektan


Ruang
Lingkup

Dekontaminasi sarung tangan dengan merendam dalam

larutan klorin

0.5% selama 10 menit bila sarung tangan akan dipakai


lagi. Bila tidak
dipakai ulang, buang ke dalam tempat sampah terkontaminasi
yang anti

bocor

pengering udara sebelum kontak

Cuci tangan

dengan pasien berikut atau petugas

dengan air dan

Staf Medis, Rawat Inap, Rawat Jalan, IBS, IGD, Laboratorium,


sabun 10-15 detik VK, HD,
Instalasi Gizi, ISS
dan keringkan
dengan

Ketua P2K3

handuk
kertas/kain
sekali pakai

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2
004

atau

BADAN LAYANAN UMUM


DAERAH
PEMAKAIAN SEPATU BOAT
RSU BANYUMAS

No. Dokumen:

No.Revisi
4
10/81/692/IK/200
Jl. Rumah Sakit No. 9
1
Banyumas

Halaman
1/1

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
PROSEDUR TETAP

Pengertian
Tujuan
Kebijakan

1 Mei 2009

Prosedur

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001

Pemakaian sepatu boat adalah cara pemakaian sepatu boat


Unit Terkait dengan benar sehingga sepatu boat dapat berfungsi dengan
:
baik.
Agar kaki dapat tertutup rapat sehingga kaki tidak terjadi
kontak
dengan air atau benda-benda tajam.
Kebijakan tentang Penggunaan dan Pemeliharaan APD (Alat
Pelindung

Diri)

di

RSU

Banyumas

tentang

Cara-cara

menggunakan APD dan Pengelolaan/Pemeliharaan APD


1. Siapkan sepatu boat apakah sesuai dengan ukuran yang
akan
dipakai.
2. Sebelum menggunakan sepatu boat bersihkan dulu kaki
anda.
3. Masukkan kaki anda ke dalam sepatu boat sehingga
celana
panjang tertutup oleh sepatu tersebut.
4. Lepas sepatu boat setelah menyelesaikan tugasnya dan
sepatu
boat diletakkan dalam posisi menungging.
Laboratorium, ISS, ISPL, Ruang Isolasi, IBS

Ketua P2K3

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2
004

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU BANYUMAS

PEMAKAIAN JAS KERJA / BAJU


KERJA

No. Dokumen:

No.Revisi
4
10/82/693/IK/200
Jl. Rumah Sakit No. 9
1
Banyumas

Halaman
1/1

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
PROSEDUR TETAP

Pengertian
Tujuan
Kebijakan

1 Mei 2009

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Jas kerja / baju kerja adalah alat pelindung kontaminasi
pada
tubuh.
Untuk menghindari kontaminasi kontak langsung dengan
tubuh.
Kebijakan tentang Penggunaan dan Pemeliharaan APD (Alat

Prosedur

Pelindung Diri) di RSU Banyumas tentang Cara-cara menggunakan

APD dan Pengelolaan/Pemeliharaan APD


1. Petugas masuk ke ruang ganti pakaian
2. Mengambil baju kerja / jas kerja sesuai ukuran badannya
3. Baju kerja / jas kerja dipakai diatas baju dinas
Unit Terkait

4. setelah selesai tugas baju kerja dilepas dan digantung sesuai

tempatnya.
Laboratorium, ISS, ISPL, IBS, Ruang Isolasi, ICU, Farmasi

Ketua P2K3

Dr. Setya Rini


NIP :

19680201 200212 2 004

BADAN LAYANAN UMUM


DAERAH
MEMAKAI TUTUP KEPALA
RSU BANYUMAS

No. Dokumen:

No.Revisi
10/83/694/IK/200
4

Halaman

Jl. Rumah Sakit


9
No. 1
Banyumas

1/1

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
PROSEDUR
TETAP

Pengertian
Tujuan

1 Mei 2009

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001
Prosedur tetap pemakaian tutup kepala adalah cara
pemakaian
tutup kepala ( topi ) sehingga pemakaian tutup kepala dapat

berfungsi dengan baik


Agar rambut dapat tertutup rapat sehingga menghindari
rambut
tersebut jatuh pada linen

Kebijakan
Prosedur

Kebijakan tentang Penggunaan dan Pemeliharaan APD


(Alat
Pelindung

Diri)

di

RSU

Banyumas

tentang

Cara-cara

menggunakan APD dan Pengelolaan/Pemeliharaan APD


1. Memasang tutup kepala ( topi ) sambil bercermin
Unit terkait

2. Rambut tertutup semua oleh tutup kepala


3. Tali dirapikan sehingga pemakaian benar
4. Setelah selesai pemakaian tutup kepala ( topi ) dibersihkan

Ketua P2K3

ISS, Instalasi Gizi,


IBS

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2
004

BADAN LAYANAN
UMUM
DAERAH
RSU
BANYUMAS

MEMAKAI
SPORT LAT
Halaman
No. Dokumen:

Jl. Rumah Sakit 10/84/695/IK/200

No.Revisi
4

1/1

No. 1
Banyumas

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
1 Mei 2009
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19571027 198511 1 001

PROSEDUR
TETAP
Pengertian

Tujuan

Kebijakan

Prosedur

Unit terkait

Prosedur pemakaian
sport light adalah
cara penggunaan /

di

RSU

Banyumas

tentang

Cara-cara

menggunakan APD dan Pengelolaan/Pemeliharaan APD


pemakaian sport lat
1. Siapkan sport lat yang akan digunakan
sehingga
pemakaiannya dapat
2. Pasang pada bagian depan sehingga pakaian tertutup
berfungsi
3. Ikat sport lat yang dipakai kearah belakang dan yang satu
dengan baik
lagi
Agar badan pakaian
bagian depan dapat

pada bagian leher


4. Lepas sport lat setelah selesai pemakaian, lepas sport lat

tertutup rapat untuk


menghindari percikan
air/darah yang

dengan rapi apabila basah jemur terlebih dahulu


ISS

menempel pada linen


Kebijakan tentang
Penggunaan dan
Pemeliharaan APD
(Alat
Pelindung

Ketua P2K3

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2
004

Diri)

BADAN LAYANAN UMUM


DAERAH
PENCUCIAN SARUNG TANGAN
RSU BANYUMAS

No. Dokumen:
10/85/696/IK/200
Jl. Rumah Sakit 9
No. 1
Banyumas

Halaman
No.Revisi
4

1/1

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
PROSEDUR
TETAP

1 Mei 2009
Dr. WIDAYANTO, M.Kes
Pembina Tingkat I

NIP. 19571027 198511 1 001


Sarung tangan digunakan dalam setiap tindakan operasi dan
Pengertian
sebelum disteril sarung tangan terlebih dahulu dicuci
Tujuan

1. Memberikan aturan dalam pencucian sarung tangan


2. Mempersiapkan sarung tangan yang akan disteril

Kebijakan

Kebijakan tentang Penggunaan dan Pemeliharaan APD


(Alat
Pelindung Diri) di RSU Banyumas tentang Cara-cara menggunakan

Prosedur

APD dan Pengelolaan/Pemeliharaan APD


1. Rendam sarung tangan dalam larutan zodium karbonat
5%
selama 15 menit
2. Cuci dengan larutan hi bect ( detergen disinfektan )
selama 210 menit
3. Bilas dengan air hangat
4. Lakukan tes

kebocoran dengan menggembungkan

sarung
tangan
5. Keringkan sarung tangan kedua sisi luar dan dalam
6. Taburkan talk di sisi dalamnya
7. Kemas sepasang sarung tangan dengan menggunakan
linen
rangkap 2, Sebaiknya pada lipatan pergelangan jari-jari
sarung
tangan disisipi kassa untuk menghindari pengembunan
8. Sarung tangan siap disteril dengan autoclave

PENCUCIAN SARUNG
TANGAN
Halaman
No. No.Revisi
4
Dok

1/2

ume
n:
10/85/
696/IK
/2009
DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSU BANYUMAS
PROSEDUR

1 Mei 2009

Dr. WIDAYANTO, M.Kes


Pembina Tingkat I
TETAP
NIP. 19571027 198511 1 001
Unit terkait IBS, ISS, Rawat Inap, Rawat Jalan, IGD, ICU, IBS

Ketua P2K3

Dr. Setya Rini


NIP : 19680201 200212 2
004

FORMULIR PELAPORAN KECELAKAAN KERJA & PENYAKIT


AKIBAT KERJA
RSU BANYUMAS

Kepada Yth :
Ketua P2 K3
Di
RSU Banyumas

Bersama ini kami kirimkan laporan kecelakaan kerja/penyakit akibat


kerja yang
terjadi di unit kerja kami, sebagai berikut :
Nama
:
Umur
Alamat

Instalasi /
Unit
Kerja

Status

Karyawan / Penderita / Pengunjung

Tanggal kejadian :

Kronologi
s
kejadian

Alat pelindung
diriyang dipakai
Cedera yang

didapat

Tindakan
yang

dilakukan

Banyumas,
..
Kepala Instalasi / Unit kerja

(..
)

Anda mungkin juga menyukai