Anda di halaman 1dari 15

Neonatus Kurang Bulan, Sesuai Usia Kehamilan

disertai Ikterus Fisiologis

Gio Vano Beril Karel naihonam


102011268
Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510
Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Email: beforemickeydie@gmail.com

Pendahuluan
Menurut riwayatnya bayi premature ialah bayi dengan berat lahir 2500 gram atau
kurang. Masa kini bayi dengan berat badan 2500 atau kurang disebut bayi berat lahir rendah,
oleh karena bayi ini mungkin mempunyai umur kehamilan yang pendek (premature) atau
beratnya tidak sesuai dengan nama gestasinya (kecil untuk masa kehamilan = KMK), atau
keduanya1
Maka dari itu,makalah ini akan membahas anak secara keseluruhan,mulai dari apgar
score,ballard score,antropometri,sampai masa gestasi dari ibu hamil tersebut yang
berhubungan dengan kasus anak lahir dengan berat badan rendah.

Anamnesis
Secara umum anamnesis pada pasien hamil sama dengan anamnesa lain pada ilmu
kedokteran: 2
Pertama kali tanyakan identitas:

Nama pasien

Namas uami atau keluarga terdekat

Alamat

Agama

Pendidikan terakhir

Sukubangsa

Untuk pasien hamil kitatanyakan tentang haid:

Kapan hari pertama haid terakhir

Menarche umur berapa

Berapa lama

Nyeri haid

Kemudian kita tanyakan tentang kehamilan:

Berapa kali hamil


2

Adakah komplikasi pada kehamilan terdahulu

Apakah pernah keguguran, berapa kali, umur kehamilan

Selanjutnya kita tanyakan tentang persalinan:

Berapa kali bersalin

Bagaimana persalinant erdahulu

Kalau persalinan dengan section caesarea apa alasannya

Pregnancy outcome

Hasil atau diagnosa persalinan (mengenai keterangan bayi, meliputi BB, TB,Panjang ,
lingkar ,dll )

Riwayat perkawinan:

Berapa kali menikah

Pernikahans ekaran gsudah berapa lama

Riwayat penyakit pasien

Adakah penyakit berat atau kronis yang pernah dialami

Riwayat penyakit keluarga

Riwayat anak kembar dalam keluarga

Adakah penyakit keturunan (misal : thalasemia)

Adakah riwayat cacat dalam keluarga

Pemeriksaan Fisik
Untuk menentukan working diagnosis pada bayi yang baru lahir,dilakukan
beberapa pemeriksaan :1,3
Apgar Score
Skor Apgar merupakan pemeriksaan awal yang penting untuk bayi segera setelah
kelahirannya. Pemeriksaan ini terdiri atas lima komponen untuk menggolongkan pemulihan
status neurologi neonatus dari proses kelahirannya dan kemampuan adaptasinya yang segera
terhadap kehidupan ekstra uteri.
3

Ballard score
Penilaian menurut Dubowitz adalah dengan menggabungkan hasil penilaian flsik
eksternal dan neurologis. Kriteria neurologis diberikan skor, demikian pula kriteria fisik
eksternal. Jumlah skor flsik dan neurologis dipadukan, kemudian dengan menggunakan
grafik regresi tinier dicari masa gestasinya : 1,3
Maturitas neuromuskuler

Setiap kriteria itu terdiri dari angka 0 sampai 5, tapi new ballard score, terdapat
score -1, yang memungkinkan jarak -10 sampai 50, rumus ini hanya bisa dipakai saat
kehamilan di atas 20 minggu .
Terdapat rumus langsung dari ballard score sendiri [ 2*score+120) /5 ]

gambar 1. Ballard score,maturitas neuromuskuler ( google.co.id )

Maturitas fisik

Gambar 2. Ballard score, maturitas fisik (google.co.id)

gambar 3. Maturity rating (google.co.id)


Selain itu dilakukan juga pemeriksaan antropometri:1,4
a) Lingkar Kepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara praktis,
biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran
kepala.

Contohnya

hidrosefalus

dan

mikrosefalus.

Lingkar

kepala

dihubungkan

denganukuran otak dan tulang tengkorak. Ukuran otak meningkat secara cepat selama tahun
pertama, tetapi besar lingkar kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi.
Bagaimanapun ukuran otak dan lapisan tulang kepala dan tengkorak dapat bervariasi sesuai
dengan keadaan gizi.Dalam antropometri gizi rasio Lika dan Lida cukup berarti dan
menentukan KEP pada anak. Lika juga digunakan sebagai informasi tambahan daam
pengukuran umur. Lingkar kepala bayi baru lahir normalnya 31-36 cm.
b) Lingkar Dada

Biasa digunakan pada anak umur 2-3 tahun, karena pertumbuhan lingkar dada pesat
sampai anak berumur 3 tahun. Rasio lingkar dada dan kepala dapat digunakan sebagai
indikator KEP pada balita. Pada umur 6 bulan lingkar dada dan kepala sama. Setelah umur ini
lingkar kepala tumbuh lebih lambat daripada lingkar dada. Pada anak yang KEP terjadi
pertumbuhan lingkar dada yang lambat rasio lingkar dada dan kepala < 1. Ada juga yang
menyatakan bahwa lingkar dada normal pada bayi baru ladir adalah 30-33cm.
c) Panjang Badan
Untuk anak usia < 2 tahun, pemeriksaan panjang badan dilakukan dengan bayi/anak
terlentang di atas papn ukuran, tanpa sepatu, atau topi. Diusahakan agar tubuh bayi lurus.
Panjang badan diukur dengan meletakkan verteks bayi pada kayu yang tetap, sedangkan kayu
yang dapat bergerak menyentuh tumit bayi. Pengukuran langsung dengan tali pengukur tidak
akurat hasilnya, kecuali ada asistent yang memegang kaki bayi agar tidak bergerak dengan
panggul dan lutut lurus. Berkurangnya kurva pertumbuhan badan memperlihatkan adanya
kondisi kronik dan kelainan endokrin. Membandingkan kurva ini dengan srandard normal
adalah sangat penting. Panjang badan normal bayi baru lahir adalah 44-53 cm.

Gestasional Age
Lubchenco mengatakan bahwa pertumbuhan janin itu normal kalau berat badannya
terletak antara persentil ke-10 dan persentil ke 90. Bila terletak di bawah persentil ke-10
disebut kecil untuk masa kehamilan (KMK), sedangkan bila terletak di atas persentil ke-90
disebut besar untuk masa kehamilan (BMK). Bila berat badan lahir bayi terietak di antara
persentil ke-10 dan persentil ke-90 disebut sesuai untuk masa kehamilan (SMK) atau bayi
normal.1,3,5

gambar 4. grafik LubChenco (http://www.nature.com/pr/journal/v45/n42/fig_tab/pr19991327f1.html))

Refleks Primitif

Menggenggam tangan dan kaki sejak lahir hingga usia 4 bulan

Moro refleks kejut sejak lahir hingga usia 4 bulan


angkat bayi dengan menyangga kepala, dan biarkan kepala terjatuh beberapa sentimeter.
Bayi akan tampak terkejut, melemparkan tangan ke luar dan kemudian meletakkannya
kembali di badannya.

Asymmetric tonic neck reflex (ATNR) sejak lahir hingga usia 7 bulan
Saat menggelengkan kepala ke salah satu sisi, tangan dan kaki ipsilateralnya akan
bergerak ke luar.

Refleks menghisap (rooting) sejak lahir


Saat menyentuh sekitar wajah bayi, ia akan berputar, membuka mulutnya seolah-olah
akan menghisap jari.
Adanya refleks Moro dan ATNR yang persisten adalah abnormal, dan dapat menjadi

indikasi adanya palsi serebral.1-3

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan ini dilakukan hanya untuk menyingkirkan different diagnosis yang ada:1
7

Bilirubin indirect dan direct, bayi baru lahir pada minggu pertama >2mg/dL dan
mengalami penigkatan setelah mendapat ASI (7-14mg/dL),tetapi untuk bayi kurang
bulan yang mendapat susu formula,akan mengalami kenaikan yang lebih tinggi dan
lebih lama

Darah lengkap, terutama yang diperiksa leukosit,untuk mengetahui apakah anak


terkena infeksi atau tidak ( karena ketuban ibu berwarna keruh)

Test Coombs, uji coombs langsung yang dilakukan pada eritrosit neonates biasanya
memberikan hasil positif tetapi hasil coombs yang negative tidak menyingkirkan
adanya penyakit hemolitik isoimun, dan adanya sferosit pada pulasan darah, yang
kadang-kadang memberi kesan adanya sferositosis herediter (jika didapatkan
inkompabilitas ABO) 6

Cek rhesus, misalnya ibu dengan Rh-negatif dengan suami yang Rh-positif, sebaiknya
dilakukan pemantauan berkala antibodi yang terbentuk dalam darah ibu

Diagnosis Kerja
Diagnosis bisa ditegakan dengan melihat grafik LubChenco dan melihat keadaan anak
dengan apgar score dan ballard score.
Bayi tersebut didiagnosis NCB-SMK BBLR dengan ikterus fisiologis

Diagnosis Banding
Ikterus dalam 24 jam dari saat kelahiran paling mungkin bersifat hemolitik. Keadaan
ini berpotensi berbahaya karena bilirubin yang dominan adalah yang tak terkonjugasi (dan
berpotensi neurotoksik) dan dapat meningkat dengan cepat sampai kadar yang sangat tinggi.
Beberapa ikterus non fisiologis yang terjadi dalam 24 jam setelah kelahiran:4,7,8
1. Inkompabilitas Rhesus (Rh)
Kelainan hemolitik ini dapat disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rh. Faktor Rh
ini bersifat dominan, artinya seseorang yang memiliki satu saja copy faktor Rh dalam
gennya dinyatakan Rh positif, sedangkan yang tidak punya copy faktor Rh dalam gennya
digolongkan sebagai Rh negatif. Ibu dengan Rh dan ayah Rh +, ada kemungkinan
anaknya memiliki Rh + karena mendapat faktor Rh dari ayahnya. Hal ini berarti darah ibu
tidak punya faktor Rh, sedangkan dalam darah janinnya ada faktor Rh, dan hanya dalam
kasus seperti inilah terjadi inkompatibilitas Rh.
8

Pada prinsipnya inkompatibilitas terjadi bila sel darah merah janin yang mengandung
suatu antigen yang tidak dimiliki oleh ibu masuk kedalam sirkulasi darah ibu. Antigen
tersebut mensensitisasi sistem imun ibu untuk membentuk antibodi, yaitu suatu protein
yang berfungsi menyerang dan menghancurkan sel-sel yang dianggap benda asing atau
membawa benda asing (antigen), dan terjadilah destruksi sel darah merah janin.
Masalah inkompatibilitas ini belum terlalu bermasalah pada kehamilan pertama
karena hanya sedikit darah janin yang masuk ke dalam sirkulasi darah ibu sehingga tidak
terbentuk antibodi dari tubuh ibu, baru pada saat melahirkan darah janin banyak masuk ke
sirkulasi darah ibu. Terbentuknya antibodi setelahnya tidak berpengaruh pada bayi
pertama yang sudah lahir tersebut. Namun, adakalanya perdarahan-perdarahan kecil pada
kehamilan menyebabkan darah janin masuk ke sirkulasi ibu dan terbentuk antibodi. Pada
kehamilan berikutnya janin dalam keadaan yang lebih berbahaya karena antibodi ibu yang
telah terbentuk setelah proses kelahiran sebelumnya menyerang sel darah janin yang
mengandung antigen. Akibatnya sel-sel darah janin mengalami hemolisis hebat.
Hemolisis

menyebabkan

bayi

mengalami

anemia.

Tubuh

bayi

mencoba

mengkompensasi dengan melepaskan sel darah muda yang disebut eritoblas ke sirkulasi
darahnya. Produksi besar-besaran eritoblas ini menyebabkan pembesaran hati dan limpa,
dan dapat juga menyebabkan pembentuk jenis sel darah lain seperti trombosit dan faktor
pembekuan darah lain berkurang, akhirnya dapat terjadi perdarahan masif.
Hiperbilirubinemia juga terjadi akibat hemolisis, karena, hemoglobin dipecah dan
terbentuklah bilirubin. Bayi menjadi jaundice, yaitu terlihat warna kuning pada kulit dan
sklera matanya. Bila tak teratasi, bisa terjadi kernikterus yaitu bilirubin tertimbun di otak
yang membahayakan janin. Gejala lainnya adalah hidrops fetalis, yaitu akumulasi cairan
dalam tubuh janin (edema). Akumulasi cairan dalam rongga dada menyebabkan hambatan
nafas bayi.
Untuk meminimalisasi bahaya eritroblastosis fetalis ini, hendaknya dilakukan
pemantauan sejak dini. Apabila ada potensi inkompatibilitas pada golongan darah ibu dan
anak, misalnya ibu dengan Rh-negatif dengan suami yang Rh-positif, sebaiknya dilakukan
pemantauan berkala antibodi yang terbentuk dalam darah ibu. Bila memungkinkan dapat
dilakukan amniosintesis ataupun pengambilan darah janin dari umbilical cord sehingga
golongan darah janin dapat diketahui. USG juga dapat menjadi alternatif pemantauan
untuk mendeteksi adanya hidrop fetalis. Apabila ada tanda bahaya dan kehamilan telah
berusia 32-34 minggu hendaknya kehamilan segera diakhiri dengan segera melakukan
proses kelahiran.
9

Pada bayi yang sudah lahir dapat dilakukan transfusi darah untuk mengatasi anemia
dan juga perdarahan. Fototerapi dilakukan untuk membantu mengatasi hiperbilirubinemia.
Bayi juga bisa diberi oksigen dan cairan berisi elektrolit dan obat-obatan untuk mengatasi
gejala-gejala yang timbul (pengobatan simptomatis).

2. Inkompabilitas ABO
Biasa terjadi pada ibu dengan golongan darah O, dan golongan darah bayi A atau B.
IgG antihemolisin maternal melewati plasenta dan menyebabkan hemolisis pada bayi.
Pada pemeriksaan antibody direk (Tes Coombs) positif (namun hasil yang positif
merupakan predictor buruk bahwa bayi akan mengalami ikterus hanya 10% yang
membutuhkan fototerapi). Tidak seberat dibandingkan inkompabilitisan rhesus. Onset
setelah kelahiran. Hemolisis dan anemia dapat berkembang selama beberapa minggu
pertama kehidupan dan hal ini membutuhkan tindak lanjut untuk pemantauan anemia.

Ikterus
Ikterus fisiologis merupakan masalah yang sering terjadi pada bayi kurang maupun
cukup bulan selama minggu pertama kehidupan yang frekuensinya pada bayi cukup bulan
dan kurang bulan berturut-turut adalah 50-60% dan 80%. Untuk kebanyakan bayi fenomena
ini ringan dan dapat membaik tanpa pengobatan. Ikterus fisiologis tidak disebabkan oleh
faktor tunggal tapi kombinasi dari berbagai faktor yang berhubungan dengan maturitas
fisiologis bayi baru lahir. Peningkatan kadar bilirubin tidak terkonjugasi dalam sirkulasi pada
bati baru lahir disebabkan oleh kombinasi peningkatan ketersediaan bilirubin dan penurunan
clearance bilirubin.
Peningkatan ketersediaan bilirubin merupakan hasil dari produksi bilirubin dan early
bilirubin yang lebih besar serta penurunan usia sel darah merah. Resirkulasi aktif bilirubin di
enterohepatik, yang meningkatkan kadar serum bilirubin tidak terkonjugasi, disebabkan oleh
penurunan bakteri flora normal, aktifitas -glucuronidase yang tinggi dan penurunan
motilitas usus halus.
Tabel . Faktor yang berhubungan dengan ikterus fisiologis.
Dasar
Peningkatan bilirubin yang tersedia
- Peningkatan produksi bilirubin

Penyebab
Peningkatan sel darah merah
Penurunan umur sel darah merah
10

Peningkatan
resirkulasi
enterohepatik shunt

Peningkatan early bilirubin


melalui Peningkatan aktifitas -glucuronidase
Tidak adanya flora bakteri
Pengeluaran mekonium yang terlambat

Penurunan bilirubin clearance


- Penurunan clearance dari plasma
- Penurunan metabolisme hepatic

Defisiensi protein karier


Penurunan aktivitas UDPGT

Pada bayi yang diberi minum lebih awal atau diberi minum lebih sering dan bayi
dengan aspirasi mekonium atau pengeluaran mekonium lebih awal cenderung mempunyai
insiden yang rendah untuk terjadinya ikterus fisiologis. Pada bayi yang diberi minum susu
formula cenderung mengeluarkan bilirubin lebih banyak pada mekoniumnya selama 3 hari
pertama kehidupan dibandingkan dengan yang mendapat ASI. Bayi yang mendapat ASI,
kadar bilirubin cenderung lebih rendah dan defekasinya lebih sering. Bayi yang terlambat
mengeluarkan mekonium lebih sering terjadi ikterus fisiologis.
Pada bayi yang mendapat ASI terdapat dua bentuk neonatal jaundice yaitu iearly
(berhubungan dengan breast feeding) dan late (berhubungan dengan ASI). Bentuk early onset
diyakini berhubungan dengan proses pemberian minum. Bentuk late onset diyakini
dipengaruhi oleh kandungan ASI ibu yang mempengaruhi proses konjugasi dan ekskresi.
Penyebab late onset tidak diketahui, tetapi telah dihubungkan dengan adanya faktor spesifik
dari ASI, yaitu: 2-20-pregnanediol yang mempengaruhi aktifitas UDPGT atau pelepasan
bilirubin konjugasi dari hepatosit; peningkatan aktifitas lipoprotein lipase yang kemudian
melepaskan asam lemak bebas ke dalam usus halus; penghambatan konjugasi akibat
peningkatan asam lemak unsaturated; atau -glukuronidase atau adanya faktor lain yang
mungkin menyebabkan peningkatan jalur enterohepatik.

Etiologi
Salah satu cara yang efektif untuk menurunkan angka kematian perinatal ialah
mencegah terjadinya prematuritas.

Sampai sekarang pengetahuan mengenai etiologi

prematuritas belum cukup memuaskan:1,3

Faktor ibu : penyakit yang berhubungan langsung dengan ibu ( cth : toxo),lalu
usia ibu saat hamil,serta keadaan sosial ekonomi ,dll

Faktor janin : kelainan kromosom, radiasi, kehamilan ganda, infeksi janin


kronik, dll

11

Faktor plasenta : infark, plasenta lepas, tumor, dll

Faktor resiko yang mungkin berperan dalam terjadinya persalinan prematur adalah: 1,3

Kehamilan usia muda (usia ibu kurang dari 18 tahun)

Pemeriksaan kehamilan yang tidak teratur

Golongan sosial-ekonomi rendah

Keadaan gizi yang kurang

Penyalahgunaan obat

Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup
bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa
kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya
gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu
seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu
hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan
bayi dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal,
tidak menderita sakit,dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil,
ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan
yang sebaliknya Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan
bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita
anemia.1,3,5
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di bawah
normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi
selama kehamilan Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya
memberisedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang
normal.Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun
sampaidi bawah 11 gr/dl selama trimester III.Kekurangan zat besi dapat menimbulkan
gangguan atau hambatan padapertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak.Anemia gizi
dapat mengakibatkankematian janindidalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR,
anemia pada bayiyang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan
12

kematianperinatal secara bermakna lebih tinggi.Pada ibu hamil yang menderita anemia
beratdapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan
melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar.1,3,5

Gejala Klinik
Berat badan kurang dari 2500 gr, panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm,
lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkaran kepala kurang dari 33 cm. Masa gestasi kurang
dari 37 minggu. Tampak luar sangat bergantung pada maturitas atau lamanya masa gestasi
itu. Kalau bayi lapar, biasanya menangis, gelisah, aktifitas bertambah. Bila dalam waktu 3
hari tanda kelaparan ini tidak terdapat, kemungkinan besar bayi menderita infeksi atau
perdarahan intracranial. Seringkali terdapat edema pada anggota gerak, yang menjadi lebih
nyata sesudah 24-48 jam. 1,3,5

Kulitnya tampak mengkilat dan licin serta terdapat pitting edema. Edema ini dapat
berubah sesuai dengan perubahan posisi.

Edema ini seringkali berhubungan dengan

perdarahan antepartum, diabetes mellitus dan toksemia gravidarum. Frekuensi pernapasan


bervariasi sangat luas terutama pada hari-hari pertama. Walaupun demikian bila frekuensi
pernafasan terus meningkat atau selalu di atas 60/menit, harus waspada akan kemungkinan
terjadinya penyakit membrane hialin (sindrom gangguan pernafasan idiopati) atau gangguan
pernafasan karena sebab lain. Dalam hal ini penting sekali melakukan pemeriksaan radiologis
thoraks. 1,3,5

Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain : 1,3,5

1. Sindroma gawat pernapasan (penyakit membran hialin).


2. Ketidakmatangan pada sistem saraf pusat bisa menyebabkan gangguan refleks
menghisap atau menelan, rentan terhadap terjadinya perdarahan otak atau serangan
apneu.
3. Ketidakmatangan sistem pencernaan menyebabkan intoleransi pemberian makanan.
4. Retinopati dan gangguan penglihatan atau kebutaan (fibroplasia retrolental)
5. Displasia bronkopulmoner.
13

6. Penyakit jantung.
7. Jaundice.
8. Infeksi atau septikemia.
9. Anemia.
10. Bayi prematur cenderung memiliki kadar gula darah yang berubah-ubah, bisa tinggi
(hiperglikemia maupun rendah (hipoglikemia).
11. Perkembangan dan pertumbuhan yang lambat.
12. Keterbelakangan mental dan motorik.

Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan atau preventif adalah langkah
yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :1,3,5
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun
kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko,
terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan,
dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda
tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat
menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (2034 tahun)

Prognosis
Kematian perinatal pada bayi BBLR 8 kali lebih besar dari bayi normal. Prognosis
akan lebih buruk bila berat badan makin rendah, angka kematian sering disebabkan karena
komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia, pendarahan intra kranial,
hipoglikemia. Bila hidup akan dijumpai kerusakan saraf, gangguan bicara, IQ rendah.
Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan
perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan posnatal. Pengaturan suhu lingkungan,

14

resusitasi, makanan, mencegah infeksi, mengatasi pernapasan, asfiksia, hiperbilirubinemia,


hipoglikemia dan sebagainya1,5

Kesimpulan
Pemeriksaan prenatal pada ibu hamil sangat penting dilakukan untuk memantau
kesehatan ibu dan janin, agar dapat menghindarkan dari beberapa komplikasi / penyakit yang
tidak diingkan pada bayi maupun ibu.
Pada bayi prematur dengan berat badan sesuai masa kehamilan, berat badan lahir rendah,
akan dapat tumbuh baik bila disertai dengan pola asuh dan pemberian nutrisi secara tepat.

Daftar Pustaka
1. Kosim MS, Yunanto A, Dewi R,dkk. Buku ajar neonatologi. Jakarta : Badan Penerbit
IDAI 2010.h.11-185
2. Gleadle J. Anamnesis dan Pemeriksaan Obstetrik. Dalam At a Glance :Anamnesis dan
Pemeriksaan Fisik.Jakarta : Erlangga.2005.h.35
3. Bahan Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.Jilid 3. Jakarta:Infomedika. 2007 ; h.1044-64
4. Narrendra MB. Pengukuran antropometri pada penyimpangan tumbuh kembang anak.
FK Unair. Diunduh dari http://www.pediatrik.com/pkb/20060220-873im2-pkb.pdf.
Pada tanggal 30 Mei 2013
5. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam : Standar
pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta : 2004 ; 307-313
6. Scwartz MW. Pedoman klinis pediatri. Jakarta: EGC; 2005.h.382-3.
7. Kliegman RM. Janin dan bayi neonatus. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Arvin
AM. Nelson: ilmu kesehatan anak volume 1. Edisi ke-15.Jakarta: EGC, 2000.h.53541, 561-71
8. Susi N, Syamsi R M, Sikumbang T M N, Hartanto H, Vera, Bani A. Buku ajar
pediatri Rudolph. Edisi 20, Vol 2. Jakarta: EGC; 2007.h.1249-50, 1313-37, 1320-1.

15

Anda mungkin juga menyukai