Pendahuluan
Ikterus merupakan salah satu kondisi yang paling umum ditemui pada perawatan
neonatus,mengacu pada warna kuning pada kulit dan sklera akibat deposit bilirubin pada
jaringan-jaringan tersebut. Hiperbilirubinemia menunjukkan
adanya peningkatan
kadar
bilirubin dalam serum. Kondisi tsb terjadi apabila kecepatan produksi bilirubin lebih besar
daripada kecepataneliminasinya. Neonatus memiliki kecepatan pembentukan bilirubin 2-3
kali lebih cepat per kilogram berat badan dibandingkan dengan orang dewasa akibat
konsentrasi hemoglobin yang sangat tinggi saat lahir dan menurun dengan cepat selama
beberapa hari pertama kehidupan.
Neonatus juga memiliki eritrosit yang umurnya lebih pendek. Berkurangnya
eliminasibilirubin berhubungan dengan adanya keterbatasan hepar neonatus untuk
mengkonjugasikan bilirubin.Meskipun tidak semua neonatus cukup bulan mengalami
ikterus yang nampak jelas, hampir semuanya memiliki konsentrasi total serum bilirubin
(TSB) yang lebih tinggidaripada orang dewasa. Bilirubin yang terdapat dalam tubuh dapat
dibagi menjadi 2: bilirubin indirek, yang merupakan hasil pemecahan dan konversi dari heme
serta berikatandengan albumin, dan bilirubin direk yang merupakan bilirubin indirek yang
telah dikonjugasikan dengan 2 molekul glukuronat oleh enzim uridildifosfoglukuronil
transferase (UDPGT) di hepar.
Ikterus penting karena kadar bilirubin yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan otak,
dan mungkin menandakan adanya penyebab dasar yang perlu diidentifikasi. Ikterus pada
sebagian penderita dapat bersifat fisiologis dan pada sebagian lagi mungkin
bersifat
1 | I k t e r u s N e o n a t o r u m Fi s i o l o g i s
Pada tinjauan pustaka ini akan dibahas mengenai ikterus yangterjadi pada neonatus,
terutama ikterus nenonatorum fisiologis.
Skenario
Seorang bayi usia 5 hari dibawa ke dokter untuk kontrol rutin. Ibu mengatakan
bahwa bayinya mulai tampak kuning pada usia 2 hari. Bayi dilahirkan secara normal per
vaginam pada usia kehamilan 39 minggu. Bayi masih aktif, menangis kuat, dan menyusu
dengan baik. Pada pemeriksaan fisik didapatkan (+) sclera ikterik, (+) jaundice pada wajah
& badannya, TTV dalam batas normal.
Pembahasan
Berdasarkan skenario di atas , didapati hipotesis bahwa bayi tersebut mengalami ikterus
neonatorus fisisologis atau masih dalam keadaan normal. Ikterus neonaorus normal adalah
apabila ikterus yang timbul pada hari ke-2 dan hari ke-3 yang tidak mempunyai dasar
patologis, kadarnya tidak melewati kadar yang membahayakan dan tidak menyebabkan suatu
morbiditas pada bayi.5 Ikterus fisiologis, atau joundice adalah suatu keadaan dimana jaringan
berwarna kekuning-kuningan akibat deposisi bilirubin yang terjadi bila kadar bilirubin darah
mencapai 2 mg/dl Untuk memastikna penyakit ini maka dilakukan beberapa tindakan, mulai
dari anamnesis, sampai dengan pemeriksaan fisik.
Anamnesis
Anamnesis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara. Tujuan anamnesis yaitu:
untuk mendapatkan keterangan sebanyak-banyaknya mengenai kondisi pasien, membantu
menegakkan diagnosa sementara. Anamnesis dapat dilakukan langsung kepada pasien, yang
disebut autoanamnesis, atau dilakukan terhadap orang tua, wali, orang yang deka dengan
pasien, atau sumber lain, disebut sebagai aloanamnesis.Termasuk didalam aloanamnesis
adalah semua keterangan dokter yang merujuk, catatan rekam medik, dan semua keterangan
yang diperoleh selain dari pasienny sendiri. Oleh karena bayi dan sebagian besar anak belum
dapat memberikan keterangan, maka dalam bidang kesehatan anak aloanamnesis menduduki
tempat yang jauh lebih penting dari pada autonamnesis. Yang perlu dilakukan pada anamnesis
pada anak adalah sebagai berikut.1
Pertanyaan yang diajukan oleh pemeriksa sebaiknya tidak sugestif, sedapat mungkin
dihindari pertanyaan yang jawabannya hanya yaatau tidak, beri
2 | I k t e r u s N e o n a t o r u m Fi s i o l o g i s
tak sadar)
Menanyakan Berapa umur kehamilan (minggu)
Menanyakan Berapa berat lahir (Kg)
Menanyakan golongan darah dan Rh (ibu dan bapak)
Menanyakan adakah penyakit yang diturunkan berhubungan dengan kuning
Pemeriksaan fisik
Tanda vital: Suhu (oral, rektal, axila atau telinga), nadi, respirasi, tekanan darah (mencakup lengan
kanan, lengan kiri, berbaring, duduk, berdiri), tingkat kesadaran.
Tingkat kesadaran pasien ada enam yaitu:
1
Compos Mentis: Sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya.
terhadap sekelilingnya.
Delirium: penurunan kesadaran disertai kekacauanmotorik dan siklus tidur bangun yang
verbal, dan tidak dapat dibangunkan sama sekali, tetapi refleks pupil dan kornea masih baik.
Coma : tidak sadar, dan tidak ada reaksi terhadap rangsangan apapun juga.
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Keadaan khusus:
Ikterus dapat dengan jelas dilihat dengan cahaya matahari di siang hari dari pada dengan
cahaya buatan. Ikterus neonatorum tampak menyebar dari kepala hingga kaki,dimana untuk
mendeteksinya dilakukan dengan penekanan pada kulit bayi guna menghilangkan warna
merah muda atau coklat normal dan menemukan daerah pucat berwarna kekuningan yang
ikterus.Teknik lainnya untuk menemukan ikterusadalah dengan menggunakan 3 selembar
kaca objek yang ditekankan pada kulit untuk mengosongkan capillary bed dan melihat
perbedaan warna. Derajat ikterus berdasarkan2
Kramer dibagi (tabel dan gambar 1):5 Ikterus dapat terlewatkan secara klinis dan lebih
sulit dideteksi pada bayi preterm dan berkulit hitam/gelap
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan sesuai dengan waktu timbulnya ikterus, yaitu :
Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama :
Penyebab Ikterus terjadi pada 24 jam pertama menurut besarnya kemungkinan dapat disusun
sbb:
-
4 | I k t e r u s N e o n a t o r u m Fi s i o l o g i s
Darah tepi lengkap (blood smear perifer ) untuk menunjukkan sel darah merah
abnormal atau imatur, eritoblastosisi pada penyakit Rh atau sferosis pada
inkompatibilitas ABO.
Pemeriksaan skrining defisiensi G6PD, biakan darah atau biopsi Hepar bila perlu.2
Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah ABO atau Rh, atau golongan lain.
Hal ini diduga kalau kenaikan kadar Bilirubin cepat misalnya melebihi 5mg% per 24
jam.
Defisiensi Enzim G6PD atau Enzim Eritrosit lain juga masih mungkin.
Polisetimia.
5 | I k t e r u s N e o n a t o r u m Fi s i o l o g i s
Bila keadaan bayi baik dan peningkatannya cepat maka pemeriksaan yang perlu
dilakukan:
-
Diagnosa deferensial
Ikterus Fisiologis
Adalah keadaan hiperbilirubin karena faktor fisiologis yang merupakan gejala normal dan
sering dialami bayi baru lahir. Ikterus ini terjadi atau timbul pada hari ke-2 atau ke-3 dan
tampak jelas pada hari ke-5 sampai dengan ke-6 dan akan menghilang pada hari ke-7 atau ke10. kadar bilirubin serum pada bayi cukup bulan tidak lebih daro 12 mg/dl dan pada BBLR
tidak lebih dari 10 mg/dl, dan akan menghilang pada hari ke-14. Bayi tampak biasa, minum
baik dan berat badan naik biasa. Penyebab ikterus neonatorum fisiologis diantaranya adalah
organ hati yang belum matang dalam memproses bilirubin, kurang protein Y dan Z dan
enzim glukoronyl tranferase yang belum cukup jumlahnya. Meskipun merupakan gejala
fisiologis, orang tua bayi harus tetap waspada karena keadaan fisiologis ini sewaktu-waktu
bisa berubah menjadi patologis terutama pada keadaan ikterus yang disebabkan oleh karena
penyakit atau infeksi.2
Ikterus Patologis
Ikterus Neonatorum Patologis Adalah keadaan hiperbilirubin karena faktor penyakit atau
infeksi. Ikterus neonatorum patologis ini ditandai dengan : Ikterus timbul dalam 24 jam
pertama kehidupan; serum bilirubin total lebih dari 12 mg/dl, Peningkatan kadar bilirubin 5
mg/dl atau lebih dalam 24 jam, Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg% pada bayi
kurang bulan (BBLR) dan 12,5 mg% pada bayi cukup bulan, Ikterus yang disertai proses
hemolisis, Bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl, atau kenaikan bilirubin serum 1 mg/dl/jam atau
6 | I k t e r u s N e o n a t o r u m Fi s i o l o g i s
lebih 5 mg/dl/hari, Ikterus menetap sesudah bayi berumur 10 hari (cukup bulan) dan lebih
dari 14 hari pada BBLR.
Penyakit hemolitik, isoantibodi karena ketidakcocokan golongan darah ibu dan anak
seperti Rhesus antagonis, ABO dan sebagainya.
Kelainan dalam sel darah merah seperti pada defisiensi G-6-PD, thalasemia dan lainlain
5. Ikterus klinis yang menetap setelah bayi berusia >8 hari (pada NCB) atau >14 hari (pada
NKB).2
Working diagnosa
Ikterus Fisiologis
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah Ikterus yang memiliki
karakteristik sebagai berikut :
-
Timbul pada hari ke2 dan ke-3 dan tampak jelas pada hari ke-5 dan ke-6.
Kadar Bilirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus cukup
bulan dan 10 mg % pada kurang bulan.
Faktor yang berperan pada munculnya ikterus fisiologis pada bayi baru lahir meliputi peningkatan
bilirubin karena polisitemia relatif, pemendekan masa hidup eritrosit (pada bayi 80 hari dibandingkan
dewasa 120 hari), proses ambilan dan konyugasi di hepar yang belum matur dan peningkatan sirkulasi
enterohepatik.3
Etiologi
Penyebab Ikterus fisiologis
-
Diantaranya adalah organ hati yang belum matang dalam memproses bilirubin
Difisiensi protein Y dan Z dalam hepar yang berperan penting dalam uptake bilirubin ke sel
hati
Enzim glukoronyl tranferase yang belum cukup jumlahnya. 2
Epidemiologi
Pada sebagian besar neonatus, ikterik akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya.
Dikemukan bahwa angka kejadian iketrus terdapat pada 60 % bayi cukup bulan dan 80 % bayi kurang
8 | I k t e r u s N e o n a t o r u m Fi s i o l o g i s
bulan. Ikterus ini pada sebagian penderita dapat berbentuk fisiologik dan sebagian lagi patologik yang
dapat menimbulkan gangguan yang menetap atau menyebabkan kematian. 2
Klasifikasi
Ikterus neonatorum dibagi menjadi ikterus fisiologis dan patologis
a.Ikterus Fisiologis
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah Ikterus yang memiliki
karakteristik sebagai berikut :
-
Timbul pada hari ke2 dan ke-3 dan tampak jelas pada hari ke-5 dan ke-6.
Kadar Bilirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus cukup bulan
b. Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia
Adalah suatu keadaan dimana kadar Bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai
potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai
hubungan dengan keadaan yang patologis.
Karakteristik ikterus patologis sebagai berikut :
-
Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan. Ikterus menetap sesudah bayi berumur 10 hari (
pada bayi cukup bulan) dan lebih dari 14 hari pada bayi baru lahir BBLR.
Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg % pada bayi kurang bulan (BBLR) dan 12,5 mg%
Ada juga pendapat ahli lain tentang hiperbilirubinemia yaitu Brown menetapkan Hiperbilirubinemia
bila kadar Bilirubin mencapai 12 mg% pada cukup bulan, dan 15 mg % pada bayi kurang bulan.
Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg%. 2,4
Patofisiologi
9 | I k t e r u s N e o n a t o r u m Fi s i o l o g i s
Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus pada neonatus, perlu diketahui
tentang metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus. Perbedaan utama metabolisme adalah bahwa
pada janin melalui plasenta dalam bentuk bilirubin indirek.
Metabolisme bilirubin mempunyai tingkatan sebagai berikut :2
1. Produksi
Sebagian
besar
bilirubin
terbentuk
sebagai
akibat
degradasi
hemoglobin
pada
sistem
retikuloendotelial (RES). Tingkat penghancuran hemoglobin ini pada neonatus lebih tinggi dari pada
bayi yang lebih tua. Satu gram hemoglobin dapat menghasilkan 35 mg bilirubin indirek. Bilirubin
indirek yaitu bilirubin yang bereaksi tidak langsung dengan zat warna diazo (reaksi hymans van den
bergh), yang bersifat tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak. (2,7)
2. Transportasi
Bilirubin indirek kemudian diikat oleh albumin sel parenkim hepar mempunyai cara yang selektif dan
efektif mengambil bilirubin dari plasma. Bilirubin ditransfer melalui membran sel ke dalam hepatosit
sedangkan albumin tidak. Didalam sel bilirubin akan terikat terutama pada ligandin (protein Y,
glutation S-transferase B) dan sebagian kecil pada glutation S-transferase lain dan protein Z. Proses
ini merupakan proses dua arah, tergantung dari konsentrasi dan afinitas albumin dalam plasma dan
ligandin dalam hepatosit. Sebagian besar bilirubin yang masuk hepatosit di konjugasi dan di ekskresi
ke dalam empedu. Dengan adanya sitosol hepar, ligadin mengikat bilirubin sedangkan albumin tidak
Pemberian fenobarbital mempertinggi konsentrasi ligadin dan memberi tempat pengikatan yang lebih
banyak untuk bilirubin. (2,7)
3. Konjugasi
Dalam sel hepar bilirubin kemudian dikonjugasi menjadi bilirubin diglukosonide. Walaupun ada
sebagian
kecil
dalam
bentuk
monoglukoronide.
Glukoronil
transferase
merubah
bentuk
Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin direk yang larut dalam air dan di ekskresi dengan
cepat ke sistem empedu kemudian ke usus. Dalam usus bilirubin direk ini tidak diabsorpsi; sebagian
kecil bilirubin direk dihidrolisis menjadi bilirubin indirek dan direabsorpsi. Siklus ini disebut siklus
enterohepatis.
Pada neonatus karena aktivitas enzim B glukoronidase yang meningkat, bilirubin direk banyak yang
tidak dirubah menjadi urobilin. Jumlah bilirubin yang terhidrolisa menjadi bilirubin indirek meningkat
dan tereabsorpsi sehingga siklus enterohepatis pun meningkat. (2,7)
5. Metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus
Pada likuor amnion yang normal dapat ditemukan bilirubin pada kehamilan 12 minggu, kemudian
menghilang pada kehamilan 36-37 minggu. Pada inkompatibilitas darah Rh, kadar bilirubin dalam
cairan amnion dapat dipakai untuk menduga beratnya hemolisis. Peningkatan bilirubin amnion juga
terdapat pada obstruksi usus fetus. Bagaimana bilirubin sampai ke likuor amnion belum diketahui
dengan jelas, tetapi kemungkinan besar melalui mukosa saluran nafas dan saluran cerna. Produksi
bilirubin pada fetus dan neonatus diduga sama besarnya tetapi kesanggupan hepar mengambil
bilirubin dari sirkulasi sangat terbatas. Demikian pula kesanggupannya untuk mengkonjugasi. Dengan
demikian hampir semua bilirubin pada janin dalam bentuk bilirubin indirek dan mudah melalui
plasenta ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh hepar ibunya. Dalam keadaan fisiologis tanpa gejala pada
hampir semua neonatus dapat terjadi akumulasi bilirubin indirek sampai 2 mg%. Hal ini menunjukkan
bahwa ketidakmampuan fetus mengolah bilirubin berlanjut pada masa neonatus. Pada masa janin hal
ini diselesaikan oleh hepar ibunya, tetapi pada masa neonatus hal ini berakibat penumpukan bilirubin
dan disertai gejala ikterus. Pada bayi baru lahir karena fungsi hepar belum matang atau bila terdapat
gangguan dalam fungsi hepar akibat hipoksia, asidosis atau bila terdapat kekurangan enzim glukoronil
transferase atau kekurangan glukosa, kadar bilirubin indirek dalam darah dapat meninggi. Bilirubin
indirek yang terikat pada albumin sangat tergantung pada kadar albumin dalam serum. Pada bayi
kurang bulan biasanya kadar albuminnya rendah sehingga dapat dimengerti bila kadar bilirubin indek
yang bebas itu dapat meningkat dan sangat berbahaya karena bilirubin indirek yang bebas inilah yang
dapat melekat pada sel otak. Inilah yang menjadi dasar pencegahan kernicterus dengan pemberian
albumin atau plasma. Bila kadar bilirubin indirek mencapai 20 mg% pada umumnya kapasitas
maksimal pengikatan bilirubin oleh neonatus yang mempunyai kadar albumin normal telah tercapai. 2
Ikterus fisiologis
Dalam keadaan normal, kadar bilirubin indirek dalam serum tali pusat adalah sebesar 1-3 mg/dl dan
akan meningkat dengan kecepatan kurang dari 5 mg/dl/24 jam; dengan demikian ikterus baru terlihat
pada hari ke 2-3, biasanya mencapai puncaknya antara hari ke 2-4, dengan kadar 5-6 mg/dl untuk
selanjutnya menurun sampai kadarnya lebih rendah dari 2 mg/dl antara lain ke 5-7 kehidupan. Ikterus
11 | I k t e r u s N e o n a t o r u m F i s i o l o g i s
akibat perubahan ini dinamakan ikterus fisiologis dan diduga sebagai akibat hancurnya sel darah
merah janin yang disertai pembatasan sementara pada konjugasi dan ekskresi bilirubin oleh hati.
Diantara bayi-bayi prematur, kenaikan bilirubin serum cenderung sama atau sedikit lebih lambat
daripada pada bayi aterm, tetapi berlangsung lebih lama, pada umumnya mengakibatkan kadar yang
lebih tinggi, puncaknya dicapai antara hari ke 4-7, pola yang akan diperlihatkan bergantung pada
waktu yang diperlukan oleh bayi preterm mencapai pematangan mekanisme metabolisme ekskresi
bilirubin. Kadar puncak sebesar 8-12 mg/dl tidak dicapai sebelum hari ke 5-7 dan kadang-kadang
ikterus ditemukan setelah hari ke-10.
Diagnosis ikterus fisiologik pada bayi aterm atau preterm, dapat ditegakkan dengan menyingkirkan
penyebab ikterus berdasarkan anamnesis dan penemuan klinik dan laboratorium. Pada umumnya
untuk menentukan penyebab ikterus jika :
1. Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan.
2. Bilirubin serum meningkat dengan kecepatan lebih besar dari 5 mg/dl/24 jam.
3. Kadar bilirubin serum lebih besar dari 12 mg/dl pada bayi aterm dan lebih besar dari 14
mg/dl pada bayi preterm.
4. Ikterus persisten sampai melewati minggu pertama kehidupan, atau
5. Bilirubin direk lebih besar dari 1 mg/dl.5
Manifestasi klinis
Tampak ikterus : sclera,kuku, kulit dan membran mukosa
-
12 | I k t e r u s N e o n a t o r u m F i s i o l o g i s
Komplikasi
Komplikasi terberat ikterus pada bayi baru lahir adalah
sindroma neurologis yang timbul sebagai akibat penimbunan bilirubin dalam sel-sel otak yang tidak
dapat dihancurkan dan dibuang. Komplikasi dari hiperbilirubin dapat terjadi Kern Ikterus yaitu suatu
kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada otak terutama pada Korpus Striatum,
Talamus, Nukleus Subtalamus, Hipokampus, Nukleus merah , dan Nukleus pada dasar Ventrikulus IV.
Gambaran klinik dari kern ikterus adalah :
- Pada permulaan tidak jelas , yang tampak mata berputar-putar
- Letargi, lemas tidak mau menghisap.
- Tonus otot meninggi, leher kaku dan akhirnya epistotonus
- Bila bayi hidup, pada umur lebih lanjut dapat terjadi spasme otot, epistotonus, kejang, stenosis yang
disertai ketegangan otot.
- Dapat terjadi tuli, gangguan bicara dan retardasi mental. 6
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Ikterus fisiologis pada bayi yaitu sebagai berikut : 6
-
keadaan telungkup
Terapi sinar diberikan jika kadar bilirubin darah indirek lebih dari 10 mg %.
Terapi sinar menimbulkan dekomposisi bilirubin dari suatu senyawa tetrapirol yang sulit larut
dalam air menjadi senyawa dipirol yang mudah larut dalam air dan dikeluarkan melalui urin,
tinja, sehingga kadar bilirubin menurun. Selain itu pada terapi sinar ditemukan pela peninggian
konsentrasi bilirubin indirek dalam cairan empedu duodenum dan menyebabkan bertambahnya
pengeluaran cairan empedu kedalam usu sehingga peristaltik usu meningkat dasn bilirubin akan
bersama feses.6
Pelaksanaan Terapi Sinar :
13 | I k t e r u s N e o n a t o r u m F i s i o l o g i s
1. Baringkan bayi telanjang, hanya genetelia yang ditutup (maksimal 500 jam) agar sinar dapat
merata keseluruh tubuh.
2. Kedua mata ditutup dengan penutup yang tidak tembus cahaya. Dapat dengan kain kasa
yang dilipat lipat dan dibalut. Sebelumnya katupkan dahulu kelopoak matanya. (untuk
mencegah kerusakan retina)
3. Posisi bayi sebaiknya diubah uabah, telentang, tengkurap, setiap 6 jam bila mungkin, agar
sinar merata.
4. Pertahankan suhu bayi agar selalu 36,5-37 C, dan observasi suhu tiap 4-6 jam sekali. Jika
terjadi kenaikan suhu matikan sebentar lampunya dan bayi diberikan banyak minum. Setelah
1 jam kontrol kembali suhunya. Jika tetap hubungi dokter
5. Perhatikan asupan cairan agar tidak terjadi dehidrasi dan meningkatkan suhu tubuh bayi.
6. pada waktu memberi bayi minum, dikeluarkan, dipangku, penetup mata dibuka. (perhatikan
apakah terjadi iritasi atau tidak)
7. Kadar bilirubin diperiksa setiap 8 jam setelah pemberian terapi 24 jam.
8. Bila kadar bilirubin telah turun menjadi 7,5 mg% atau kurang, terapi dihentikan walaupun
belum 100 jam.9.Jika setelah terapi selama 100 jam bilirubin tetap tinggi/kadar bilirubin
dalam serum terus naik, coba lihat kembali apakah lampu belum melebihi 500 jam digunakan
. selanjutnya hubungi dokter. Mungkin perlu transfusi tukar.10.Pada kasus ikterus karena
hemolisis, kadar Hb diperiksa tiap hari.
Komplikasi Terapi Sinar :
1. Terjadi dehidrasi karena pengaruh sinar lampu dan mengakibatkan peningkatan insesible
water loss.
2. Frekuensi defekasi meningkatkan sebagai akibat meningkatnya bilirubin indirek dalam cairan
empedu dan meningkatkan peristaltik usus.
3. Timbul kelainan kulit sementara pada daerah yang terkena sinar (berupa kulit kemerahan)
tetapi akan hilan jika terapi selesai.
4. Gangguan retina jika mata tidak ditutup.
5. Kenaikan suhu akibat sinar lampu. Jika hal ini terjadi sebagian sinarb lampu dimatikan
terapi diteruskan. Jika suhu naik terus lampu semua dimatikan sementara, bayi dikompres
dingin, dan berikan ekstra minum.
6. Komplikasi pada gonad yang menurut dugaan dapat menimbulkan kelainan (kemandulan)
tetapi belum ada bukti
Transfusi tukar : Indikasi untuk melakukan transfusi tukar adalah:
1.
2.
3.
4.
Tujuan transfusi tukar adalah mengganti eritrosit yang dapat menjadi hemolisis, membuang antibodi
yang menyebabkan hemolisis, menurunkan kadar bilirubin indirek, dan memperbaiki anemia. 6
14 | I k t e r u s N e o n a t o r u m F i s i o l o g i s
Pencegahan
Menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi pada masa kehamilan dan
kelahiran.
Pemberian minum sedini mungkin dengan jumlah cairan dan kalori yang mencukupi.
Pemberian minum sedini mungkin akan meningkatkan motilitas usus dan juga menyebabkan
bakteri diintroduksi ke usus.2
Prognosis
-
Kesimpulan
Ikterus Neonatorum fisiologis Merupakan suatu kondisi dimana gejala ikterus muncul setelah 24 jam
pertama kehidupan dan biasanya menghilang dalam 1-2 minggu. Karena merupakan suatu keadaan
yang fisiologis , ikterus ini biasanya tidak memerlukan terapi lebih lanjut. Namun apabila ikterus
timbul dalam 24 jam pertama kehidupan atau bertahan lebih dari 2 minggu ,patut di curigai adanya
suatu kondisi patologis yang dapat di sebabkan oleh berbagai macam faktor.
Daftar pustaka
15 | I k t e r u s N e o n a t o r u m F i s i o l o g i s
3. Sudoyono A W, Setiyohadi B, Alwi I dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid I.
Edisi V. Jakarta: Interna publishing; 2009.h. 634-39
4. Ahmadsyah I. Ilmu bedah FKUI: Ikterus dalam bedah. Edisi 1. Jakarta: Binarupa
Aksara. 2010.h.72-78
5. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani I W. Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius.2003.h.503-07
6. Widodo D. Buku ajar ilmu penyakit dalam: Ikterus. Edisi V. Jakarta: Interna
Publishing.2009.h.576-85
16 | I k t e r u s N e o n a t o r u m F i s i o l o g i s