Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Nyeri kepala atau cephalgia adalah nyeri yang dirasakan di daerah kepala atau merupakan

suatu sensasi tidak nyaman yang dirasakan pada daerah kepala . Nyeri kepala merupakan salah satu
gangguan sistem saraf yang paling umum dialami oleh masyarakat. Telah dilakukan penelitian
sebelumnya bahwa dalam 1 tahun, 90% dari populasi dunia mengalami paling sedikit 1 kali nyeri
kepala. Menurut WHO dalam banyak kasus nyeri kepala dirasakan berulang kali oleh penderitanya
sepanjang hidupnya. 1,2,3
Nyeri kepala diklasifikasikan oleh International Headache Society, menjadi nyeri kepala
primer dan sekunder. Yang termasuk ke dalam nyeri kepala primer antara lain adalah: nyeri kepala
tipe tegang (TTH - Tension Type Headache), migrain, nyeri kepala cluster dan nyeri kepala primer
lain, contohnya hemicrania continua. Nyeri kepala primer merupakan 90% dari semua keluhan nyeri
kepala. Nyeri kepala juga dapat terjadi sekunder, yang berarti disebabkan kondisi kesehatan lain. 1,2,3
Migrain tanpa aura merupakan nyeri kepala vaskuler, unilateral, rekuren, dengan gejala khas
yaitu nyeri kepala yang berdenyut. Migrain termasuk ke dalam derajat nyeri kepala sedang-berat,
dapat berlangsung 4-72 jam jika pasien tidak melakukan pengobatan. Laporan WHO menunjukkan
bahwa 3000 serangan migrain terjadi setiap hari untuk setiap juta dari populasi di dunia (WHO,
2001). Serangan migrain pertama kebanyakan dialami pasien pada 3 dekade pertama kehidupan dan
angka kejadian tertinggi didapatkan pada usia produktif, yaitu pada rentang usia rentang usia 25 - 55
tahun. Biasanya penderita migrain juga memiliki riwayat penyakit tersebut pada keluarganya. 1,2,3
Angka kejadian migrain lebih tinggi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki, kurang
lebih tiga kali dibandingkan dengan laki-laki. Pada perempuan lebih tinggi diduga karena adanya
faktor hormonal (hormonally-driven) yaitu hormon esterogen. Di Negara Barat angka kejadian
migrain berkisar antara 8-14 % (WHO, 2001), sedangkan di Asia lebih rendah yaitu 4-8%. Penelitian
di Eropa dan Amerika menunjukkan bahwa 15-18% perempuan, 6-8% laki-laki, 4% anak-anak
Cephalgia. 2014
Stase Neurologi RSUD Langsa- Aceh

Page 1

mengalami migrain setiap tahun, sedangkan di Asia 10% pada perempuan dan 3% pada laki-laki
(Cleveland Clinic). Data di Indonesia yaitu dari penelitian Zuraini dkk. menunjukkan angka kejadian
migrain di Medan sebesar 18,26 % pada perempuan dan 14,87 % pada laki-laki sedangkan di Jakarta
sebesar 52,5 % pada perempuan dan 35,8 % pada laki-laki. 1,2,3
Migrain diklasifikasikan menjadi migrain tanpa aura dan migrain dengan aura. Pada semua
usia, migrain tanpa aura lebih banyak terjadi dibandingkan dengan migrain dengan aura, dengan rasio
kurang lebih antara 1,5 - 2:1. Dari beberapa penelitian juga didapatkan data bahwa sebagian besar
migrain yang dialami perempuan usia reproduksi merupakan migrain tanpa aura. 2,3
Migrain pada saat ini menduduki urutan ke 20 dari semua penyakit yang menyebabkan
disabilitas di dunia (Migrain Research Foundation). Penelitian sebelumnya juga melaporkan hal yang
sama, bahwa penderita migrain mengalami gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari saat
serangan timbul. Berdasarkan hal-hal yang dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa nyeri kepala
migrain merupakan jenis nyeri kepala yang cukup sering terjadi di masyarakat, dengan gejala klinis
yang bervariasi dan menimbulkan disabilitas, namun begitu belum banyak penelitian yang dilakukan
mengenai nyeri kepala migrain itu sendiri, terutama di Indonesia. 2,3,5

Cephalgia. 2014
Stase Neurologi RSUD Langsa- Aceh

Page 2

BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama

: MH

Umur

: 63 tahun

Jelis kelamin

: laki laki

Alamat

: seureget

Agama

: Islam

Status Perkawinan

: kawin

Pekerjaan

: PNS

Tanggal masuk RS

: 18-11-2014 jam 01.15 wib

ANAMNESIS
Diperoleh dari alloanamnesa dan autoanamnesa

Keluhan Utama
Kedua tangan bergetar terus menerus
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dibawa keluarga ke IGD RSUD langsa dengan keluhan kedua tangannya
bergetar terus menerus yang sudah dirasakan sejak bertahun tahun dan saat ini kedua tangannya
tetap terus bergetar walaupun dalam posisi istirahat. Dan kedua tungkai pasien sulit digerakkan
sejak 5 bulan terakhir. Os tidak lagi beraktifitas dan hanya terbaring ditempat tidur. Dengan mata
dan mulut terbuka serta lidah yang bergetar. Dan pada kedua ekstremitas bawah bengkak (+)

Cephalgia. 2014
Stase Neurologi RSUD Langsa- Aceh

Page 3

skuama (+), dan sulit digerakkan. Pasien terlihat sangat lemas (+) BAB(+)N, sulit buang air kecil
selama dua hari.
Riwayat Penyakit Terdahulu:

BPH (+)

CKD (+)

DM (-)

HIPERTENSI (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

Keluhan yang sama tidak dialami oleh keluarga pasien

Riwayat Penggunaan Obat-obatan:

Levodopa

Allopurinol

Furosemid

Prednison

THF

ANAMNESA SISTEM
Sistem serebrospinal

: Nyeri kepala (-)

Sistem kardiovaskular

: pucat (+), jantung berdebar debar (-)

Sistem respirasi

: batuk (-), pilek (-), sesak nafas (+)

Sistem gastrointestinal

: mual (-), muntah (-)

Sistem muskuloskletal

: lemah anggota gerak (-)

Sistem integumentum

: kedua kulit kaki berskuama kasar (+)

Cephalgia. 2014
Stase Neurologi RSUD Langsa- Aceh

Page 4

Sistem urogenital

: Nyeri BAK (-), BAK tertahan (+), riwayat BAK berpasir (+)

RESUME ANAMNESIS
Telah diperiksa Mahidin laki-laki usia 63 tahun dengan keluhan kedua tangan bergetar terus
menerus, walaupun pasien dalam posisi istirahat. Kedua tangannya kaku dan sulit untuk
digerakkan.kedua mata terbuka dan lidah yang terus bergetar Hal ini sudah dialami pasien
selama bertahun-tahun. Lemas (+) dan sulit buang air kecil.

DIAGNOSA SEMENTARA
Diagnosis klinis

: Sindrom parkinson

Diagnosis topis

: Subtansia nigra

Diagnosis etiologis

: Degeneratif

PEMERIKSAAN FISIK
I.

Status Generalis
BB

: 63 kg

TB

: 175 cm

Pernapasan

: 20 x/menit

Suhu

: 36,9 C

Tekanan darah

: Kanan

: 140/80 mmHg

Kiri

: 140/80 mmHg

Denyut nadi

: Kanan

: 80 x/menit

Kiri

: 80 x/menit

Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Status gizi

: Buruk

Paru-paru
Inspeksi

:
: simetris, retraksi (-)

Cephalgia. 2014
Stase Neurologi RSUD Langsa- Aceh

Page 5

Palpasi

: Gerakan dada simetris

Perkusi

: Sonor

Auskultasi : Vesikuler: +/+, wheezing (-/-), ronkie (-/-)

Jantung

Inspeksi

: Ictus cordis tampak

Palpasi

: Ictus cordis teraba di ICS V

Perkusi

: DBN

Auskultasi : B1 > B2 , murmur (-), gallop (-)


Abdomen

Inspeksi

: Asimetris

Palpasi

: Soepel (+) cekang

Perkusi

: Tympani seluruh region abdomen

Auskultasi : Bising

II.

Hepar

: Hepatomegali (-)

Lien / Splen

: Splenomegali (-)

Status Neurologis
Kesadaran kualitatif : ( Compos Mentis )
Kesadaran kuantitatif : GCS : ( E4V5M6 = 15 )
Tingkah laku

: Baik

Perasaan hati

: Baik

Orientasi

: Tempat (baik),Waktu (baik),Orang (baik)

Jalan pikiran

: Baik

Kecerdasan

: Baik

Daya ingat kejadian

: Baru ( Baik ), Lama (Baik)

Kemampuan bicara

: Baik

Sikap tubuh

: Lemas

Cephalgia. 2014
Stase Neurologi RSUD Langsa- Aceh

Page 6

Cara berjalan

: Terbatas

Gerakan abnormal

: ada ( Tremor )

Kepala

: Bentuk ( Normocepali ), ukuran ( normal ), pulsasi (+), nyeri


tekan (-), bising (-)

Leher

: Gerakan ( bebas ), Kaku kuduk (-), Bentuk vertebra (DBN),


Nyeri tekan vertebra (-), pulsasi (-), Bising karotis kanan (),kiri (-), Bising subklavia kanan (-), kiri (-), Lhermitte
(TDP), Nafziger (-), Valsava (TDP) Brudzinski (TDP)

NERVUS CRANIALIS
N.I (Olfaktorius) :
KANAN

KIRI

Baik

Baik

KANAN

KIRI

Daya penglihatan

Baik

Baik

Pengenalan warna

Baik

Baik

Medan penglihatan

Baik

Baik

KANAN

KIRI

Ptosis

Gerak mata ke medial

Gerak mata ke atas

Gerak mata ke bawah

Daya pembau

N.II (Optikus)

N.III (Okulomotorius)

Cephalgia. 2014
Stase Neurologi RSUD Langsa- Aceh

Page 7

Ukuran pupil

3 mm

3 mm

Bentuk pupil

DBN

DBN

Refleks cahaya langsung

Refleks cahaya tak langsung

Refleks akomodatif

TDP

TDP

Strabismus divergen

Diplopia

KANAN

KIRI

Gerak mata ke medial

Strabismus konvergen

TAK

TAK

Diplopia

TAK

TAK

KANAN

KIRI

Mengigit

Membuka mulut

Sensibilitas muka atas

Eutasia

Eutasia

Sensibilitas muka tengah

Eutasia

Eutasia

Sensibilitas muka bawah

Eutasia

Eutasia

Refleks kornea

TDP

TDP

Refleks bersin

TDP

TDP

TDP

TDP

N.IV (Troklearis)

N.V (Trigeminus)

Refleks masseter
Refleks zigomaticus
Trismus
Cephalgia. 2014
Stase Neurologi RSUD Langsa- Aceh

Page 8

N.VI (Abdusen)
KANAN

KIRI

Gerak mata ke lateral

Strabismus konvergen

Diplopia

KANAN

KIRI

Kerutan dahi

Kedipan mata

Lipatan naso labial

Sudut mulut

Mengerutkan dahi

Mengerutkan alis

Menutup mata

Meringis

Menggembungkan pipi

Bersiul

Tik fasialis

Lakrimasi

TDP

TDP

Refleks glabela

Tanda myerson

Tanda chovstek

N.VII (Fasialis)

Daya kecap lidah 2/3 depan

Cephalgia. 2014
Stase Neurologi RSUD Langsa- Aceh

Page 9

N.VIII (Akustikus)
KANAN

KIRI

Mendengar suara berbisik

Mendengar suara arloji

Tes rinne

TDP

TDP

Tes weber

TDP

TDP

Tes schwabach

TDP

TDP

KANAN

KIRI

N.IX (Glosofaringeus)

Arkus faring
Daya

kecap

Simetris
lidah

1/3

TDP

TDP

TDP

TDP

Sengau

Tersedak

KANAN

KIRI

belakang
Refleks muntah

N.X (Vagus)

Arkus faring
Nadi

Simetris
+

Bersuara

Menelan

Cephalgia. 2014
Stase Neurologi RSUD Langsa- Aceh

Page 10

N.XI (Aksesorius)
KANAN

KIRI

Memalingkan kepala

Sikap bahu

Mengangkat bahu

KANAN

KIRI

Sikap lidah

Tremer

Tremer

Artikulasi

Baik

Baik

Dijumpai

Dijumpai

Kekuatan lidah

Trofi otot lidah

Eutrofi

Eutrofi

N.XII (Hipoglosus)

Tremor lidah

Badan
Trofi otot punggung(eutrofi), Trofi otot dada(eutrofi)
Nyeri membungkukkan badan (TDP)
Palpasi dinding perut nyeri tekan (Distensi)
Kolumna vertebralis: bentuk (DBN), gerakan (Baik), nyeri tekan (-)
Refleks dinding perut: kanan (+), kiri (+)
Refleks kremaster(TDP), Alat kelamin(TDP)

Anggota Gerak Atas


INSPEKSI

KANAN

KIRI

TDP

TDP

Pitchers hand

Warna kulit

Claw hand

Drop hand

Cephalgia. 2014
Stase Neurologi RSUD Langsa- Aceh

Page 11

Kontraktur

sawo

PALPASI

Matang

Tidak dijumpai kelainan

Lengan atas

Lengan bawah

Tangan

Gerakan

Bebas

Bebas

Bebas

Bebas

Bebas

Bebas

Kekuatan

Tonus

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Trofi

Eutrof

Eutrofi

Eutrofi

Eutrofi

Eutrof

Eutrofi

i
Sensibilitas

Termis

Posisi

Norm

Normal

Normal

Normal

al

Norm

Normal

al

Vibrasi

TDP

Bicep
Reflek

Tricep

Radius

Ulna

+2

+2

+2

+2

+2

+2

+2

+2

fisiologis
Perluasan
reflek
Reflek
patologis

Tungkai atas

Tungkai

Kaki

bawah
Gerakan

Bebas

Kekuatan

Tonus

Baik

Cephalgia. 2014
Stase Neurologi RSUD Langsa- Aceh

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik
Page 12

Trofi

Eutrofi

Eutrofi

Eutrof Eutrof
i

Eutrofi

Eutrof

Sensibilitas
Termis

Posisi

TDP

TDP

TDP

TDP

TDP

TDP

Vibrasi

Normal

Patella

Achiles

Reflek fisiologis

+2

+2

+2

+2

Perluasan reflek

Reflek patologis

Refleks patologis

KANAN

KIRI

Babinsky

Chadock

Oppenheim

Gordon

Schaffner

Gonda

Bing

Rossolimo

Mendel

Bechtrew

Laseque

Oconnel

Patrick

Kontrapatrick

Gaenslen

Brudzinki II

Cephalgia. 2014
Stase Neurologi RSUD Langsa- Aceh

Page 13

Guilan

Edelman

Kernig

Klonus paha

Klonus kaki

Koordinasi, langkah, dan keseimbangan


Cara berjalan (TDP), Tes Romberg (-), Ataksia(+)
Disdiadokokinesis (TDP), Reboud Phenomen ( TDP) Nistagmus ( TDP )
Dismetri: tes telunjuk hidung (TDP), tes hidung-telunjuk-hidung ( Normal)
Tes telunjuk-telunjuk (Normal)
Gerakan abnormal: tremor(+), khorea(-), balismus (-), atetose(-)

Fungsi Vegetatif
Miksi: inkontinensia urin (-), retensi urin (+), anuria (+), poliuria (-)
Defekasi: inkontinensia alvi (-), retensi alvi (-), ereksi (TDP)

RESUME PEMERIKSAAN
-

Keadaan umum

: Tampak Sakit Sedang

Kesadaran

: Compos Mentis

GCS

: E4V5M6

Tanda vital

: TD

: 100/70 mmhg

HR

: 80 x/i

RR

: 24 x/i

: 37oC

Dari hasil pemeriksaan status neurologis didapatkan tidak adanya defisit neurologis.

Kekuatan motorik :

Cephalgia. 2014
Stase Neurologi RSUD Langsa- Aceh

555

555

555

555

Page 14

Gerakan

:
Bebas

Bebas

Bebas

Bebas

+2

+2

+2

+2

Negative

Negative

Negative

Negative

Reflek fisiologi :

Gerakan patologis

DIAGNOSA AKHIR
Diagnosis klinis

: Parkinson diesese stadium V

Diagnosis topis

: Subtansi nigra

Diagnosis etiologis

:degeneratif.

PENATALAKSANAAN

Leparson 3x1

Siftrot 1 x 0,375 mg

Mecobalamin 2 x 500 mg

PROGNOSIS
Death

: Dubia at bonam

Disease

: Dubia at bonam

Disability

: Dubia at bonam

Discomfort

: Dubia at bonam

Dissatisfaction

: Dubia at bonam

Destitution

: Dubia at bonam

Cephalgia. 2014
Stase Neurologi RSUD Langsa- Aceh

Page 15

BAB III
PEMBAHASAN
3.1.Cephalgia
3.1.1. Definisi
Dapat dikatakan sebagai rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada daerah atas
kepala memanjang dari orbital sampai ke daerah belakang kepala (area oksipital dan
sebagian daerah tengkuk). Nyeri kepala adalah nyeri yang berlokasi di atas garis
orbitomeatal. Pendapat lain mengatakan nyeri atau perasaan tidak enak diantara daerah
orbital dan oksipital yang muncul dari struktur nyeri yang sensitif.1,3
3.1.2. Etiologi
Penyebab nyeri kepala bersifat multifaktorial, seperti kelainan emosional, cedera
kepala, migraine, demam, kelainan vaskuler intrakranial, otot, massa intrakranial,
penyakit mata, telinga / hidung. 1,3
3.1.3. Manifestasi Klinik
a) Lokasi Nyeri
Cephalgia. 2014
Stase Neurologi RSUD Langsa- Aceh

Page 16

Nyeri yang berasal dari bangunan intrakranial tidak dirasakan didalam


rongga tengkorak melainkan akan diproyeksikan ke permukaan dan dirasakan di
daerah distribusi saraf yang bersangkutan. Nyeri yang berasal dari dua pertiga
bagian depan kranium, di fosa kranium tengah dan depan, serta di supratentorium
serebeli dirasakan di daerah frontal, parietal di dalam atau belakang bola mata dan
temporal bawah. Nyeri ini disalurkan melalui cabang pertama nervus
Trigeminus.2,3
Nyeri yang berasal dari bangunan di infratentorium serebeli di fosa
posterior (misalnya di serebelum) biasanya diproyeksikan ke belakang telinga, di
atas persendian serviko-oksipital atau dibagian atas kuduk. Nervi kraniales IX dan
X dan saraf spinal C1, C2 dan C3 berperan untuk perasaan di bagian
infratentorial. Bangunan peka nyeri ini terlibat melalui berbagai cara yaitu oleh
peradangan, traksi, kontraksi otot dan dilatasi pembuluh darah.2,3
Nyeri yang berhubungan dengan penyakit mata, telinga & hidung
cenderung di frontal pada permulaannya. Nyeri kepala yang bertambah hebat
menunjukkan kemungkinan massa intrakranial yang membesar (hematoma
subdural, anerysma, tumor otak).2,3
b) Durasi Nyeri
Lamanya nyeri kepala bervariasi, pada nyeri kepala tekanan (pressure
headache) disebabkan oleh ketegangan emosional dapat berlangsung berhari-hari
atau berminggu-minggu. Pada penderita migraine dirasakan nyeri kepala
paroksismal, singkat & melumpuhkan, berlansung kurang dari 30 menit.2,3
c) Frekuensi Nyeri
Berulangnya nyeri kepala suatu fenomena yang telah diketahui. Pada
wanita yang menderita migrane akan mendapat serangan berulang ketika sedang
menstruasi. Sedangkan nyeri kepala yang berhubungan dengan gangguan hidung
akan berulang apabila sering terjadi infeksi traktus respiratorius atas yang sering
ditemukan.2,3
3.1.4. Patogenesis

Cephalgia. 2014
Stase Neurologi RSUD Langsa- Aceh

Page 17

Menurut H.G.Wolf terdapat 6 mekanisme dasar yang menimbulkan nyeri kepala yang
berasal dari sumber intracranial, yaitu : 3,4
1. Tarikan pada vena yang berjalan ke sinus venosus dari permukaan otak dan
pergeseran sinus-sinus venosus utama.
2. Tarikan pada A. Meningea media
3. Tarikan pada pembuluh-pembuluh arteri besar di otak atau tarikan pada cabangcabangnya.
4. Distensi dan dilatasi pembuluh-pembuluh nadi intrakranial (A. Frontalis, A.
Temporalis, A. Discipitalies)
5. Inflamasi pada atau sekitar struktur kepala yang peka terhadap nyeri meliputi
kulit kepala, periosteum, (m. frontalis, m. temporalis, m.oksipitalis)
6. Tekanan langsung pada nervus cranialis V, IX, X saraf spinal dan cervikalis
bagian atas yang berisi banyak serabut aferen rasa nyeri.
Daerah yang tidak peka terhadap nyeri adalah : parenkim otak, ependim ventrikel,
pleksus koroideus, sebagian besar duramater, piarachnoid meningen meliputi
konvektivitas otak dan tulang kepala. Tetapi rasa nyeri tersebut dapat dibangkitkan
oleh karena tindakan fisik seperti batuk, mengejan yang meningkatkan tekanan
intrakranial dan dapat memperburuk nyeri kepala berhubungan dengan perdarahan
atau massa intrakranial. 3,4
3.1.5. Klasifikasi

Cephalgia. 2014
Stase Neurologi RSUD Langsa- Aceh

Page 18

Tabel 1. Klasifikasi Nyeri Kepala Berdasarkan Etiologi

Berikut ini klasifikasi nyeri kepala berdasarkan penyebabnya :4,5


1) Nyeri kepala primer
Berikut ini beberapa jenis nyeri kepala primer :
a. Migren
b. Tension Type Headache
c. Cluster headache
d. Other primary headaches
2) Nyeri kepala sekunder
Berikut ini beberapa jenis nyeri kepala sekunder :
a. Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan / atau leher.
b. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler cranial atauservikal
c. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan non vaskuler intracranial.
d. Nyeri kepala yang berkaitan dengan substansi atau withdrawalnya.
e. Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi.
f. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan hemostasis.
g. Nyeri kepala atau nyeri vaskuler berkaitan dengan kelainan kranium,
leher, mata, telinga, hidung, sinus, gigi, mulut, atau struktur facial atau
kranial lainnya.
Cephalgia. 2014
Stase Neurologi RSUD Langsa- Aceh

Page 19

h. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan psikiatrik.


3) Neuralgia kranial, sentral atau nyeri facial primer dan nyeri kepala lainnya
Terbagi menjadi :
a. Neuralgia kranial dan penyebab sentral nyeri facial.
b. Nyeri kepala lainnya, neuralgia kranial, sentral atau nyeri facial primer.

3.1.6. Nyeri Kepala Primer


A. Migraine

Gambar 1. Distribusi Nyeri pada Migraine

Definisi
Migraine adalah nyeri kepala berulang dengan manifestasi serangan selama 4 - 72
jam. Karekteristik nyeri kepala unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau berat,
bertambah berat dengan aktivitas fisik yang rutin dan diikuti dengan mual dan/atau
fotofobia dan fonofobia.5,6,7
Etiologi
Penyebab pasti migraine tidak diketahui, namun 70 80 % penderita migraine
memiliki anggota keluarga dekat dengan riwayat migraine juga. Risiko terkena
Cephalgia. 2014
Stase Neurologi RSUD Langsa- Aceh

Page 20

migraine meningkat 4 kali lipat pada anggota keluarga para penderita migraine
dengan aura. Namun, dalam migraine tanpa aura tidak ada keterkaitan genetik yang
mendasarinya, walaupun secara umum menunjukkan hubungan antara riwayat
migraine dari pihak ibu. Migraine juga meningkat frekuensinya pada orang-orang
dengan

kelainan

mitokondria

seperti

MELAS

(mitochondrial

myopathy,

encephalopathy, lactic acidosis, and strokelikeepisodes). Pada pasien dengan


kelainan genetik CADASIL (cerebral autosomal dominant arteriopathy with
subcortical infarcts and leukoencephalopathy) cenderung timbul migrane dengan
aura.5,6,7
Klasifikasi
Secara umum migraine dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Migraine dengan aura
Migraine dengan aura disebut juga sebagai migraine klasik. Diawali
dengan adanya gangguan pada fungsi saraf, terutama visual, diikuti oleh nyeri
kepala unilateral, mual, dan kadang muntah, kejadian ini terjadi berurutan dan
manifestasi nyeri kepala biasanya tidak lebih dari 60 menit yaitu sekitar 5-20
menit. 6,7
b) Migraine tanpa aura
Migraine tanpa aura disebut juga sebagai migraine umum. Sakit kepalanya
hampir sama dengan migraine dengan aura. Nyerinya pada salah satu bagian
sisi kepala dan bersifat pulsatil dengan disertai mual, fotofobia dan
fonofobia. Nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam.6,7
Patofisiologi
a) Teori vaskular
Vasokontriksi intrakranial di bagian luar korteks berperan dalam
terjadinya migren dengan aura. Pendapat ini diperkuat dengan adanya nyeri
kepala disertai denyut yang sama dengan jantung. Pembuluh darah yang
mengalami konstriksi terutama terletak di perifer otak akibat aktivasi saraf
nosiseptif setempat. Teori ini dicetuskan atas observasi bahwa pembuluh

Cephalgia. 2014
Stase Neurologi RSUD Langsa- Aceh

Page 21

darah ekstrakranial mengalami vasodilatasi sehingga akan teraba denyut


jantung.7,8.9
b) Teori Neurovaskular dan Neurokimia
Teori vaskular berkembang menjadi teori neurovaskular yang dianut oleh
para neurologist di dunia. Pada saat serangan migraine terjadi, nervus
trigeminus mengeluarkan CGRP (Calcitonin Gene-related Peptide) dalam
jumlah besar. Hal inilah yang mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah
multipel, sehingga menimbulkan nyeri kepala.7,8.9
c) Teori cortical spreading depression (CSD)
Patofisiologi migraine dengan aura dikenal dengan teori cortical spreading
depression (CSD). Aura terjadi karena terdapat eksitasi neuron di substansia
nigra yang menyebar dengan kecepatan 2-6 mm/menit. Penyebaran ini diikuti
dengan gelombang supresi neuron dengan pola yang sama sehingga
membentuk irama vasodilatasi yang diikuti dengan vasokonstriksi. Prinsip
neurokimia CSD ialah pelepasan Kalium atau asam amino eksitatorik seperti
glutamat dari jaringan neural sehingga terjadi depolarisasi dan pelepasan
neurotransmiter lagi.CSD pada episode aura akan menstimulasi nervus
trigeminalis nukleus kaudatus, memulai terjadinya migraine. Pada migraine
tanpa aura, kejadian kecil di neuron juga mungkin merangsang nukleus
kaudalis kemudian menginisiasi migren.7,8.9
Diagnosis
a. Migraine tanpa aura
1) Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi kriteria 2-4.
2) Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam (tidak diobati
atau tidak berhasil diobati).
3) Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara karakteristik
berikut :
i. Lokasi unilateral
ii. Kualitas berdenyut
iii. Intensitas nyeri sedang atau berat
Cephalgia. 2014
Stase Neurologi RSUD Langsa- Aceh

Page 22

iv. Keadaan bertambah berat oleh aktifitas fisik atau penderita


menghindari aktivitas fisik rutin (seperti berjalan atau naik
tangga).
4) Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini :
i.

Mual dan/atau muntah

ii. Fotofobia dan fonofobia


5) Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain.
b. Migraine dengan aura
Kriteria diagnostik :
1) Sekurang-kurangnya terjadi 2 serangan yang memenuhi criteria 2-4.
2) Adanya aura yang terdiri paling sedikit satu dari dibawah ini tetapi
tidak dijumpai kelemahan motorik:3,4
i.

Gangguan visual yang reversibel seperti : positif (cahaya


yang berkedip-kedip, bintik-bintik atau garis-garis) dan
negatif (hilangnya penglihatan).

ii.

Gangguan sensoris yang reversible termasuk positif (pins and


needles), dan/atau negatif (hilang rasa/baal).

iii.

Gangguan bicara disfasia yang reversibel

3) Paling sedikit dua dari dibawah ini:3,4


i.

Gejala visual homonim dan/atau gejala sensoris unilateral 17

ii.

Paling tidak timbul satu macam aura secara gradual > 5 menit
dan /atau jenis aura yang lainnya > 5 menit.

iii.

Masing-masing gejala berlangsung > 5 menit dan < 60 menit.

4) Nyeri kepala memenuhi kriteria 2-4


5) Tidak berkaitan dengan kelainan lain.
Tatalaksana
a) Medikamentosa
i. Terapi Abortif

Sumatriptan
-

Indikasi: serangan migren akut dengan atau tanpa aura

Cephalgia. 2014
Stase Neurologi RSUD Langsa- Aceh

Page 23

Dosis & Cara Pemberian: dapat diberikan secara subkutan


dengan dosis 4-6 mg. Dapat diulang sekali setelah 2 jam
kemudian jika dibutuhkan. Dosis maksimum 12 mg per 24
jam.3,4

Zolmitriptan
-

Indikasi: Untuk mengatasi serangan migraine akut dengan


atau tanpa aura pada dewasa. Tidak ditujukan untuk terapi
profilaksis migren atau untuk tatalaksana migren hemiplegi
atau basilar.3,4

Dosis & Cara Pemberian : Pada uji klinis, dosis tunggal 1;


2,5 dan 5 mg efektif mengatasi serangan akut. Pada
perbandingan dosis 2,5 dan 5 mg, hanya terjadi sedikit
penambahan manfaat dari dosis lebih besar, namun efek
samping meningkat. Oleh karena itu, pasien sebaiknya
mulai dengan doss 2,5 atau lebih rendah. Jika sakit terasa
lagi, dosis bisa diulang setelah 2 jam, dan tidak lebih dari
10 mg dalam periode 24 jam.3,4

Eletriptan
-

Indikasi: Penanganan migraine akut dengan atau tanpa


aura.

Dosis & Cara Pemberian: 2040 mg po saat onset


berlangsung, dapat diulang 2 jam kemudian sebanyak 1
kali. Dosis maksimum tidak melebihi 80 mg/24 jam.3,4

ii. Terapi Profilaktif


Tujuan dari terapi profilaktif adalah untuk mengurangi frekuensi berat dan
lamanya serangan, meningkatkan respon pasien terhadap pengobatan,
serta pengurangan disabilitas.Obat-obatan yang sering diberikan :3,4

Beta-blocker:
-

Propanolol yang dimulai dengan dosis 10-20 mg 2-3x1 dan


dapat ditingkatkan secara gradual menjadi 240 mg/hari.

Cephalgia. 2014
Stase Neurologi RSUD Langsa- Aceh

Page 24

Atenolol 40-160 mg/hari

Timolol 20-40 mg/hari

Metoprolol 100-200 mg/hari

Calcium Channel Blocker:


-

Verapamil 320-480 mg/hari

Nifedipin 90-360 mg/hari

Antidepresan, misalnya amitriptilin 25-125 mg, antidepresan


trisiklik, yang terbukti efektif untuk mencegah timbulnya migraine.

Antikonvulsan:
-

Asam valproat 250 mg 3-4x1

Topiramat

Methysergid, derivatif ergot 2-6 mg/hari untuk beberapa minggu


sampai bulan efektif untuk mencegah serangan migraine.

b) Non Medikamentosa
i. Terapi abortif
Para penderita migraine pada umumnya mencari tempat yang
tenang dan gelap pada saat serangan migraine terjadi karena fotofobia dan
fonofobia yang dialaminya. Serangan juga akan sangat berkurang jika
pada saat serangan penderita istirahat atau tidur.3,4
ii. Terapi profilaktif
Pasien harus memperhatikan pencetus dari serangan migraine yang
dialami. Pasien diharapkan dapat menghindari faktor-faktor pencetus
timbulnya serangan migraine. Disamping itu, pasien dianjurkan untuk
berolahraga secara teratur untuk memperlancar aliran darah.3,4

Cephalgia. 2014
Stase Neurologi RSUD Langsa- Aceh

Page 25

B. Tension Type Headache (TTH)


Definisi
Merupakan sensasi nyeri pada daerah kepala akibat kontraksi terus menerus otototot kepala dan tengkuk ( M.splenius kapitis, M.temporalis, M.maseter,
M.sternokleidomastoid, M.trapezius, M.servikalis posterior, dan M.levator
skapula).7,8.9
Etiologi dan Faktor Resiko
Etiologi dan Faktor Resiko Tension Type Headache (TTH) adalah stress, depresi,
bekerja dalam posisi yang menetap dalam waktu lama, kelelahan mata, kontraksi
otot yang berlebihan, berkurangnya aliran darah, dan ketidakseimbangan
neurotransmitter seperti dopamin, serotonin, noerpinefrin, dan enkephalin. 7,8.9
Klasifikasi
Klasifikasi TTH adalah Tension Type Headache episodik dan dan Tension Type
Headache kronik. Tension Type Headache episodik, apabila frekuensi serangan
tidak mencapai 15 hari setiap bulan. Tension Type Headache episodik (ETTH)
dapat berlangsung selama 30 menit 7 hari. Tension Type Headache kronik
(CTTH) apabila frekuensi serangan lebih dari 15 hari setiap bulan dan berlangsung
lebih dari 6 bulan. 7,8.9
Diagnosa
Tension Type Headache harus memenuhi syarat yaitu sekurang kurangnya dua
dari berikut ini : (1) adanya sensasi tertekan/terjepit, (2) intensitas ringan sedang,
(3) lokasi bilateral, (4) tidak diperburuk aktivitas. Selain itu, tidak dijumpai mual
muntah, tidak ada salah satu dari fotofobia dan fonofobia. 7,8.9

Cephalgia. 2014
Stase Neurologi RSUD Langsa- Aceh

Page 26

Terapi
Relaksasi selalu dapat menyembuhkan TTH. Pasien harus dibimbing untuk
mengetahui arti dari relaksasi yang mana dapat termasuk bed rest, massage, dan
atau latihan biofeedback. Pengobatan farmakologi adalah simpel analgesia dan
atau mucles relaxants. Ibuprofen dan naproxen sodium merupakan obat yang
efektif untuk kebanyakan orang. Jika pengobatan simpel analgesia (asetaminofen,
aspirin, ibuprofen, dll.) gagal maka dapat ditambah butalbital dan kafein ( dalam
bentuk kombinasi seperti Fiorinal) yang akan menambah efektifitas pengobatan.
7,8.9

C. Cluster Headache

Gambar 2. Lokasi Nyeri pada Cluster Headache

Definisi
Nyeri kepala klaster (cluster headache) merupakan nyeri kepala vaskular yang
juga dikenal sebagai nyeri kepala Horton, sfenopalatina neuralgia, nyeri kepala
histamine, sindrom Bing, erythrosophalgia, neuralgia migrenosa, atau migren
merah (red migraine) karena pada waktu serangan akan tampak merah pada sisi
wajah yang mengalami nyeri.7,9

Cephalgia. 2014
Stase Neurologi RSUD Langsa- Aceh

Page 27

Etiologi
Etiologi cluster headache adalah sebagai berikut :
Penekanan pada nervus trigeminal (nervus V) akibat dilatasi pembuluh darah
sekitar.
Pembengkakan dinding arteri carotis interna.
Pelepasan histamin.
Letupan paroxysmal parasimpatis.
Abnormalitas hipotalamus.
Penurunan kadar oksigen.
Pengaruh genetik
Diduga faktor pencetus cluster headache antara lain :
Glyceryl trinitrate.
Alkohol.
Terpapar hidrokarbon.
Panas.
Terlalu banyak atau terlalu sedikit tidur.
Stres.
Diagnosis
Diagnosis nyeri kepala klaster menggunakan kriteria oleh International Headache
Society (IHS) adalah sebagai berikut:3,4
a. Paling sedikit 5 kali serangan dengan kriteria seperti di bawah
b. Berat atau sangat berat unilateral orbital, supraorbital, dan atau nyeri

temporal selama 15 180 menit bila tidak di tatalaksana.


c. Sakit kepala disertai satu dari kriteria dibawah ini :

1. Injeksi konjungtiva ipsilateral dan atau lakriimasi


2. Kongesti nasal ipsilateral dan atau rhinorrhea
3. Edema kelopak mata ipsilateral
4. Berkeringat pada bagian dahi dan wajah ipsilateral
5. Miosis dan atau ptosis ipsilateral
Cephalgia. 2014
Stase Neurologi RSUD Langsa- Aceh

Page 28

6. Kesadaran gelisah atau agitasi


d. Serangan mempunyai frekuensi 1 kali hingga 8 kali perhari
e. Tidak berhubungan dengan kelainan yang lain.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis terhadap cluster headache dapat dibagi ke dalam
pengobatan terhadap serangan akut, dan pengobatan preventif, yang bertujuan
untuk menekan serangan. Pengobatan akut dan preventif dimulai secara bersamaan
saat periode awal cluster. Pilihan pengobatan pembedahan yang terbaru dan
neurostimulasi telah menggantikan pendekatan pengobatan yang bersifat
merugikan.3,4
a. Pengobatan Serangan Akut

Oksigen: inhalasi oksigen, kadar 100% sebanyak 10-12 liter/menit


selama 15 menit sangat efektif, dan merupakan pengobatan yang aman
untuk cluster headache akut.

Triptan: Sumatriptan 6 mg subkutan, sumatriptan 20 mg intranasal, dan


zolmitriptan 5 mg intranasal efektif pada pengobatan akut cluster
headache. Tiga dosis zolmitriptan dalam dua puluh empat jam bisa
diterima. Tidak terdapat bukti yang mendukung penggunaan triptan oral
pada cluster headache.

Dihidroergotamin 1 mg intramuskular efektif dalam menghilangkan


serangan akut cluster headache. Cara intranasal terlihat kurang efektif,
walaupun beberapa pasien bermanfaat menggunakan cara tersebut.

Lidokain: tetes hidung topikal lidokain dapat digunakan untuk


mengobati serangan akut cluster headache. Pasien tidur telentang dengan
kepala dimiringkan ke belakang ke arah lantai 30 dan beralih ke sisi
sakit kepala. Tetes nasal dapat digunakan dan dosisnya 1 ml lidokain 4%
yang dapat diulang setekah 15 menit.

b. Preventif

Verapamil, dosis 80 mg tiga kali sehari, dosis harian akan ditingkatkan


secara bertahap dari 80 mg setiap 10-14 hari. Dosis ditingkatkan sampai

Cephalgia. 2014
Stase Neurologi RSUD Langsa- Aceh

Page 29

serangan cluster menghilang, efek samping atau dosis maksimum


sebesar 960 mg perhari.

Kortikosteroid dalam bentuk prednison 1 mg/kgbb sampai 60 mg selama


empat hari yang diturunkan bertahap selama tiga minggu.

Lithium karbonat, dosis lithium sebesar 600 mg sampai 900 per-hari


dalam dosis terbagi.

Topiramat, dosis 100-200 mg perhari.

Melatonin, dosis biasa yang digunakan adalah 9 mg perhari.

Obat-obat pencegahan lainnya termasuk gabapentin (sampai 3600


perhari) dan methysergide (3 sampai 12 mg perhari).

Injeksi pada saraf oksipital: Injeksi metilprednisolon (80 mg) dengan


lidokain ke dalam area sekitar nervus oksipital terbesar ipsilateral
sampai ke lokasi serangan.

Pendekatan Bedah: Pendekatan bedah modern pada cluster headache


didominasi oleh stimulasi otak dalam pada area hipotalamus posterior
grey matter dan stimulasi nervus oksipital.

3.1.7. Nyeri Kepala Sekunder


Sakit kepala sekunder dapat dibagi menjadi sakit kepala yang disebabkan oleh
karena trauma pada kepala dan leher, sakit kepala akibat kelainan vaskular kranial dan
servikal, sakit kepala yang bukan disebabkan kelainan vaskular intrakranial, sakit
kepala akibat adanya zat atau withdrawal, sakit kepala akibat infeksi, sakit kepala
akibat gangguan homeostasis, sakit kepala atau nyeri pada wajah akibat kelainan
kranium, leher, telinga, hidung, gigi, mulut atau struktur lain di kepala dan wajah, sakit
kepala akibat kelainan psikiatri. Sakit kepala sekunder merupakan sakit kepala yang
disebabkan adanya suatu penyakit tertentu (underlying disease). Pada sakit kepala
kelompok ini, rasa nyeri di kepala merupakan tanda dari berbagai penyakit.Adapun
penyakit yang dapat menimbulkan sakit kepala adalah :3,4,7

Cephalgia. 2014
Stase Neurologi RSUD Langsa- Aceh

Page 30

1. Infeksi sistemik seperti flu, demam dengue/demam berdarah denggue, sinusitis,


radang tenggorokan dan lain-lain
2. Aneurisma otak
3. Tumor otak
4. Keracunan karbon dioksida
5. Glaukoma
6. Kelainan refraksi mata (mata minus/plus)
7. Cedera kepala
8. Ensefalitis (radang otak)
9. Meningitis (radang selaput otak)
10. Perdarahan otak
11. Stroke
12. Efek samping obat
13. Dan lain-lain
Sebagian besar sakit kepala bersifat ringan atau disebabkan penyakit yang ringan.
Namun kita tetap harus waspada karena sakit kepala juga dapat merupakan gejala dari
penyakit yang serius seperti radang otak/selaput otak, perdarahan otak, stroke, tumor
otak, glaukoma, dan lain-lain.Adapun karakteristik sakit kepala yang menjadi tanda
penyakit serius adalah sebagai berikut :3,4,7
1. Sangat sakit paling sakit ( worst headache ever) : rasa sakit yang dirasakan
sangat sakit, jauh lebih sakit dibandingkan sakit kepala sebelumnya
2. Sakit kepala berat yang dirasakan pertama kalinya
3. Sakit kepala yang bertambah berat dalam beberapa hari atau beberapa minggu
4. Ada gangguan saraf seperti kelumpuhan, kebutaan, dan lain-lain
5. Sakit kepala disertai demam (yang penyebab demam tidak diketahui dengan jelas)
6. Muntah yang terjadi mendahului sakit kepala
7. Sakit kepala yang dicetuskan oleh bending, mengangkat beban, dan batuk
8. Sakit kepala timbul segera setelah bangun tidur
9. Usia lebih dari 55 tahun
10. Sakit kepala pada anak
Cephalgia. 2014
Stase Neurologi RSUD Langsa- Aceh

Page 31

BAB IV
DISKUSI KASUS

Pasien bernama Nurjannah berusia 20 tahun, pada 15/10/2014 masuk ke RSUD langsa melalui
IGD pukul 11.45 WIB didiagnosa mengalami stroke hemorrhage dengan keluhan kelemahan
anggota gerak sebelah kiri, bicara pelo, dan sakit kepala. Pemeriksaan fisik didapat kesadaran
compos mentis dengan GCS 15 (E4V5M6), TD = 210/110 mmHg, N = 69 x/I, RR = 20 x/I, T =
37,30CPasien memiliki riwayat penyakit hipertensi yang tidak terkontrol. Pasien juga memiliki
kebiasaan makan masakan berlemak/bersantan dan jarang berolahraga. Hipertensi merupakan
factor risiko terjadinya stroke.

Berdasarkan hasil pemeriksaan lab, diketahui pasien juga menderita diabetes mellitus ( DM)
yang juga merupakan factor risiko untuk terjadinya stroke.Kadar gula darah yang tinggi yang
mengalir dalam pembuluh darah, menyebabkan lapisan dalam dinding pembuluh darah
mengalami cedera, Di samping itu, diabetes mellitus menyebabkan gangguan pada pola lemak
darah yaitu kolesterol LDL (kolesterol jahat) menjadi lebih mudah menumpuk di dinding
pembuluh darah. Sedangkan, kolesterol HDL (kolesterol baik) terganggu produksinya. Hal-hal
ini mengakibatkan penumpukan lemak dan gangguan kelenturan dinding pembuluh darah
(atherosklerosis) Atherosklerosis menyebabkan gangguan aliran darah yang menuju organ-organ
penting tubuh, diantaranya adalah otot jantung dan otak. Karenanya, sumbatan atherosklerosis
pada pembuluh darah koroner jantung mengakibatkan gangguan aliran darah yang membawa
oksigen ke otot jantung sehingga otot jantung mengalami kerusakan dan pasien merasakan nyeri
dada yang hebat. Oleh sebab itu, kerusakan otot jantung yang luas dapat menyebabkan jantung
tiba-tiba gagal memompa darah ke seluruh tubuh dengan akibat kematian mendadak.Gangguan
aliran darah menuju otak menyebabkan jaringan otak kekurangan oksigen yang berakibat otak
mengalami kerusakan sehingga terjadilah serangan stroke
Dilihat dari umur, riwayat hipertensi, dan kebiasaanya, pasien dalam kasus kali ini memiliki
risiko yang tinggi untuk terkena stroke.Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko utama
Cephalgia. 2014
Stase Neurologi RSUD Langsa- Aceh

Page 32

untuk terjadinya stroke.Dari riwayat penyakit sebelumya diketahui bahwa pasien mempunyai
riwayat hipertensi. Hipertensi ini dapat dicegah antara lain diet rendah natrium yang banyak
terdapat dalam garam, mengurangi stress, mengontrol berat badan, dan lain-lain. Hal ini perlu
disampaikan kepada pasien untuk pengobatan hipertensi dengan merobah gaya hidup.
Pemberian Ringer Laktat pada kasus ini dikarenakan pasien mengalami gangguan homeostatis
dan harus segera diberikan infus RL untuk mengembalikan keseimbangan air dan elektrolit
pasien. Injeksi citicoline 2 x 250 mg sebagai neuroprotektor yang dapat meningkatkan aliran
darah dan konsumsi oksigen di otak pada pengobatan gangguan serebro vaskular sehingga dapat
memperbaiki gangguan kesadaran.Pemberian ini bertujuan untuk menurunkan tekanan darah
pasien yang terlalu tinggi yang sudah termasuk kedalam krisis hipertensi. Herbeser merupakan
salah satu obat yang digunakan dalam penatalaksanaan krisis hipertensi
Tanggal 20/10/2014, pasien diizinkan pulang oleh dokter spesialis saraf yang merawat karena
tensi pasien sudah turun menjadi 140/80 mmHg serta kondisi pasien juga sudah jauh lebih
membaik. Pasien disuruh control 7 hari kemudian ke poli saraf.

Cephalgia. 2014
Stase Neurologi RSUD Langsa- Aceh

Page 33

DAFTAR PUSTAKA
1. Price Sylvia. Patofisiologi. Edisi 6. Volume 1. EGC: Jakarta. 2006. hal : 231-236 & 48590.
2. Misbach J. Hamid AB, Mayza A. Standar Pelayanan Medis dan Standar Prosedur
Neurologi. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia 2006.
3. Pertemuan Nasional III Nyeri, Nyeri Kepala & Vertigo PERDOSSI, Solo, 4 - 6 Juli 2008
4. ISH Classification ICHD II ( International Classification of Headache Disorders).
Diunduh dari : http://ihs-classification.org/_downloads/mixed/ICHD-IIR1final.doc
5. Iskandar, Japardi. 2002. Gambaran CT Scan Pada Tumor Otak Benigna :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1991/1/bedah-iskandar%20japardi11.pdf
6. Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3 jilid 2. Media Aeusclapius. Jakarta.
7. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat; 2004. hal 303-20
& 374-75.
8. Rasad, Sjahriar. 2009. Radiologi Diagnostik. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Halaman 359.
9. Syamsjuhidayat, R, dan Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta. EGC.
.

Cephalgia. 2014
Stase Neurologi RSUD Langsa- Aceh

Page 34

Anda mungkin juga menyukai