Anda di halaman 1dari 28

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari/Tanggal Ujian/Presentasi Kasus: Sabtu, 03 November 2012
SMF ILMU PENYAKIT MATA
Rumah Sakit Mata Dr. Yap

Nama

: Hazrena Binti Hassim

NIM

: 11.2011.164

Dr. Pembimbing

: Dr. Enni Cahyani P, Sp.M, Mkes.

Fak. Kedokteran

: UKRIDA

I.

II.

IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis Kelamin
No.RM
Agama
Pekerjaan
Alamat

:
:
:
:
:
:
:

Ny.S
60 tahun
Perempuan
36-29-98
Islam
Ibu Rumah Tangga
Kadipiro No.430 RT 04/ RW 12 Jogjakarta 55182

ANAMNESIS
Dilakukan Autoanamnesis dan alloanamnesis pada tanggal 31 Oktober 2012, Jam 1600
Keluhan Utama
: Pandangan mata kanan kabur sejak 2 bulan yang lalu
Keluhan Tambahan : Mata kanan berair dan silau
Riwayat Penyakit Sekarang :
2 hari yang lalu, pasien datang ke poli RS mata Dr Yap dengan penglihatan mata kanan
menurun, dirasakan pasien penglihatannya menurun perlahan-lahan sejak 2 bulan yang
lalu tanpa disertai mata merah. Sebelumnya pasien merasa tidak ada gangguan
penglihatan namun lama kelamaan menjadi seperti tertutup kabut dan silau jika melihat
cahaya. Pasien juga mengeluhkan matanya berair. Pasien mengaku tidak pernah memakai
kacamata sebelumnya. Pasien mengatakan matanya tidak terasa sakit bila ditekan, pasien
juga tidak mengeluh sakit kepala/pusing, mual dan muntah serta suka menabrak-nabrak
bila berjalan, tidak melihat pelangi, tidak melihat bintik hitam. Pasien mengaku tekanan
Page | 1

darah selalu normal dan tidak ada riwayat darah tinggi sebelumnya. Pasien mengatakan
baru mengetahui menderita diabetes mellitus pada saat pemeriksaan sebelum operasi
dilakukan.
1 hari yang lalu, pasien mengatakan telah di operasi

di

mata

kanannya.

Pasien

mengatakan telah diberikan obat makan dan obat tetes mata.


Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien menyangkal adanya diabetes mellitus,hipertensi dan alergi.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada dari keluarga pasien yang menderita penyakit atau gejala-gejala yang
sama yang diderita oleh pasien saat ini.
III.

PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
Keadaaan Umum : Baik
Kesadaran

: Compos Mentis

Vital sign (tgl 31/10/2012) :


TD

: 140/80 mmHg

: 86x / menit

RR

: 18x / menit

Suhu : 36,7 C
Kepala

: normochepali

Mata

: lihat status oftalmologis

THT

: dalam batas normal

Thorax

: BJ I-II, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

: dalam batas normal

Ekstremitas

: dalam batas normal

B. STATUS OLTAFMOLOGIS
KET.
1. VISUS
Tajam penglihatan

Okulo Dekstra (OD)

Okulo Sinistra (OS)

1/60

6/18

Koreksi (lensometri)

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Addisi

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan
Page | 2

Distansia Pupil

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Kacamata Lama

Tidak ada

Tidak ada

Eksoftalmos

Tidak ada

Tidak ada

Enoftalmos

Tidak ada

Tidak ada

Deviasi

Tidak ada

Tidak ada

Baik ke semua arah

Baik ke semua arah

Hitam

Hitam

Simetris

Simetris

2. KEDUDUKAN BOLA MATA

Gerakan Bola Mata


3. SUPERSILIA
Warna
Simetris

4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR


Edema

Tidak ada

Tidak ada

Nyeri tekan

Tidak ada

Tidak ada

Ektropion

Tidak ada

Tidak ada

Entropion

Tidak ada

Tidak ada

Blefarospasme

Tidak ada

Tidak ada

Trikiasis

Tidak ada

Tidak ada

Sikatriks

Tidak ada

Tidak ada

Fissura palpebra

Tidak ada

Tidak ada

Ptosis

Tidak ada

Tidak ada

Hordeolum

Tidak ada

Tidak ada

Kalazion

Tidak ada

Tidak ada

5. KONJUNGTIVA TARSALIS SUPERIOR DAN INFERIOR


Page | 3

Hiperemis

Tidak ada

Tidak ada

Folikel

Tidak ada

Tidak ada

Papil

Tidak ada

Tidak ada

Sikatriks

Tidak ada

Tidak ada

Anemis

Tidak ada

Tidak ada

Kemosis

Tidak ada

Tidak ada

Sekret

Tidak ada

Tidak ada

Injeksi Konjungtiva

Tidak ada

Tidak ada

Injeksi Siliar

Tidak ada

Tidak ada

Injeksi
Subkonjungtiva

Tidak ada

Tidak ada

Pterigium

Tidak ada

Tidak ada

Pinguekula

Tidak ada

Tidak ada

Nevus Pigmentosus

Tidak ada

Tidak ada

Kista Dermoid

Tidak ada

Tidak ada

Punctum Lakrimalis

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Tes Anel

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Warna

Putih

Putih

Ikterik

Tidak ada

Tidak ada

Nyeri Tekan

Tidak ada

Tidak ada

Jernih

Jernih

6. KONJUNGTIVA BULBI

7. SISTEM LAKRIMALIS

8. SKLERA

9. KORNEA
Kejernihan

Page | 4

Permukaan

Licin

Licin

12 mm

12 mm

Baik

Baik

Infiltrat

Tidak ada

Tidak ada

Keratik Presipitat

Tidak ada

Tidak ada

Sikatriks

Tidak ada

Tidak ada

Ulkus

Tidak ada

Tidak ada

Perforasi

Tidak ada

Tidak ada

Ada

Ada

Edema

Tidak ada

Tidak ada

Tes Placido

Tidak ada

Tidak ada

Kedalaman

Dalam

Dalam

Kejernihan

Jernih

Jernih

Hifema

Tidak ada

Tidak ada

Hipopion

Tidak ada

Tidak ada

Efek Tyndal

Tidak ada

Tidak ada

Warna

Hitam kecoklatan

Hitam kecoklatan

Kripte

Gambaran baik

Gambaran baik

Sinekia

Tidak ada

Tidak ada

Koloboma

Tidak ada

Tidak ada

Ukuran
Sensibilitas

Arkus Senilis

10. BILIK MATA DEPAN

11. IRIS

12. PUPIL
Page | 5

Letak

Isokor

Isokor

Bentuk

Bulat

Bulat

Ukuran

4 mm

3 mm

Refleks Cahaya
Langsung

Positif

Positif

Refleks Cahaya Tak


Langsung

Negatif

Positif

Kejernihan

Jernih

Jernih

Letak

Tengah

Tengah

Jernih

Jernih

Batas

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Warna

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Ekskavasio

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Rasio Arteri:Vena

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

C/D Ratio

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Makula Lutea

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Retina

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Eksudat

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Perdarahan

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Sikatriks

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

13. LENSA

Shadow Test

14. BADAN KACA


Kejernihan

15. FUNDUS OKULI

Page | 6

Ablasio

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

16. PALPASI
Nyeri Tekan

Tidak ada

Tidak ada

Massa Tumor

Tidak ada

Tidak ada

Normal

Normal

Kurang dari pemeriksa

Sesuai pemeriksa

Tensi Okuli
17. KAMPUS VISI
Uji Konfrontasi

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan:
1. EKG : normal
2. Laboratorium(tanggal 30/10/2012)
Hematologis
-WBC 7.1x103/mm3

- PCT .182%

Ureum 29,5 mg/dl

-RBC 4.42x106/mm3

Creatinin 0,82 mg/dl

Waktu pembekuan 11 menit

-HCT 38.8 %

Waktu perdarahan 1 menit

-PLT 290 103/mm3

MCV 88m3

- MCHC 31.8 g/dl

RDW 12.3 %

-HGB 12.3 g/dl

GDS: (30/10/2012)
Jam 11.45 = GDS 274 mg/dl
Jam 13.00 = GDS 213 mg/dl
3. Keratometri (Tanggal 30/10/2012, Jam 13.42 )
K1: 41.25 D
Page | 7

K2: 44.12 D
4.

Biometri A Scan
Axial: 21.88 mm
ACD: 2.70 mm

5.

IOL
IOL Power = A -2.5L 0.9K
=118.00-2.5(21.88)-0.9(42.69)
=24.88 D
Jenis IOL yang digunakan= OPTIMA FOLDABLE
Model:SAF 6125
Power:20.00 D
DIM : 6.00 X 12.50 mm
S.NO: FJA2002 000902

6.

USG B Scan

Lensa: Keruh( opacity)

Vitreus: Jernih(lusent)

Retina: Baik

Nervus optikus: Baik

Tindakan Bedah
Operasi Phaco dan IOL
IV.

RESUME

Pasien datang ke poli RS mata Dr Yap 2 hari yang lalu dengan penglihatan mata kanan
menurun, sejak 2 bulan yang lalu tanpa disertai mata merah. Sebelumnya pasien merasa tidak
Page | 8

ada gangguan penglihatan namun lama kelamaan menjadi seperti tertutup kabut dan silau jika
melihat cahaya. Pasien juga mengeluhkan matanya berair. Pasien mengaku tidak pernah
memakai kacamata sebelumnya. Pasien mengatakan matanya tidak terasa sakit bila ditekan,
pasien juga tidak mengeluh sakit kepala/pusing, mual dan muntah serta suka menabrak-nabrak
bila berjalan. Pasien mengaku tidak ada riwayat darah tinggi sebelumnya. Pasien mengatakan
baru mengetahui menderita diabetes mellitus pada saat pemeriksaan sebelum operasi dilakukan.
1 hari yang lalu, pasien mengatakan telah di operasi

di

mata

kanannya.

Pasien

mengatakan telah diberikan obat makan dan obat tetes mata.


Pada pemeriksaan didapatkan, status generalis dalam batas normal. Status oftalmologis
didapatkan;
-

OD -Visus :1/60
-pupil hitam,bulat, sentral, 4 mm
-kornea jernih

OS Visus :6/18
-pupil hitam, sentral 3 mm
-kornea jernih

V.

DIAGNOSIS KERJA

1.

OD Pseudophakia

2.

OS Presbiopia

VI.

PEMERIKSAAN ANJURAN

1.

Funduskopi

2.

Konsul penyakit dalam

3.

Pemeriksaan gula darah puasa dan tes toleransi glukosa oral

VII. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa:
Page | 9

Dexametason 0.1% 1mg/mL

Ciprofloxacin Hydrochloride 0.3%

Ofloxacin 3mg/mL

Non Medikamentosa
Hal yang boleh dilakukan antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.

Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan


Melakukan pekerjaan yang tidak berat
Bila memakai sepatu jangan membungkuk tetapi dengan mengangkat kaki keatas.
Ganti verban dan plester tiap pagi.
Selama satu minggu mata tetap ditutup, sesudah minggu ke II tidak perlu ditutup tetapi

pakai kaca mata hitam/ pelindung


6. Bersihkan pinggiran mata dari kotoran mata
Yang tidak boleh dilakukan antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Jangan menggosok mata


Jangan terkena air
Jangan membungkuk terlalu dalam
Jangan menggendong yang berat
Jangan membaca yang berlebihan dari biasanya
Jangan mengedan keras sewaktu buang air besar
Jangan berbaring ke sisi mata yang baru dibedah2

Kontrol secara teratur ke poli mata, minimal :


-1 minggu sesudah operasi
-2 minggu sesudah operasi
-4 minggu sesudah operasi
-8 minggu sesudah operasi
-Pembuatan kacamata 2 bulan sesudah operasi
VIII. PROGNOSIS
OD
Ad Vitam

: Dubia ad Bonam

OS
Bonam
Page | 10

Ad Fungsionam : Dubia ad Bonam

Bonam

Ad Sanationam

Bonam

: Dubia ad Bonam

Tinjauan pustaka

Pendahuluan
Katarak berasal dari bahasa Yunani yaitu Kataarhakies, Inggris Cataract dan
Latin Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan
seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada
lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan ) lensa, denaturasi protein lensa atau
Page | 11

terjadi akibat kedua-duanya. Katarak juga gangguan penglihatan karena lensa mata keruh
sehingga cahaya yang masuk ke mata tidak bisa diterima oleh retina dengan sempurna. Katarak
menyebabkan penglihatan seseorang menjadi buram atau bahkan kebutaan. Sebagian besar
kebutaan akibat katarak masih bisa ditanggulangi jika mendapatkan perawatan yang tepat.
Katarak terjadi secara perlahan-perlahan sehingga penglihatan penderita terganggu secara
berangsur. Oleh karena itu, pasien katarak biasanya baru menyadari penyakitnya setelah
penyakitnya cukup parah.1,2

Faktor Risiko
Faktor risiko katarak meliputi factor individu, lingkungan dan factor protektif. Factor individu
termasuk usia, jenis kelamin, ras, serta factor genetic. Factor lingkungan terdiri atas kebiasaan
merokok, paparan sinar ultraviolet, nutrisi, status sosioekonomik, tingkat pendidikan,
penggunaan alcohol, diabetes, dehidrasi, hipertensi, pengguanaan steroid, index massa tubuh,
obat-obat penyakit gout, sedangkan yang termasuk factor protektif yaitu penggunaan aspirin,
terapi pengganti hormone pada wanita. Penyebab yang masih diperdebatkan adalah nutrisi,
alkoholisme, dehidrasi dan index massa tubuh.1

Klasifikasi Katarak
Klasifikasi katarak terdiri dari:4
1)
2)
3)
4)
1.

Menurut etiologi
Menurut morfologi
Menurut usia
Menurut stadium kekeruhan
Menurut etiologi:
a. Penyakit sistemik
Diabetes mellitus, galaktosemia, insufisiensi ginjal, mannosidosis, penyakit Fabry,
sindrom Lowe, penyakit Wilson, distrofi myotonik, tetanus dan kelainan kulit.
Page | 12

b. Komplikata
Uveitis anterior, kelainan vitreus dan retina herediter, miopia tinggi, glaukoma fleken,
neoplasma intraokular
c. Trauma
Penetrasi, konkusio (rosette cataract), radiasi sinar inframerah (katarak glassblower's),
sengatan listrik, radiasi ion.
d. Toksik
Kortikosteroid, klorpromazin, agen miotika, busulfan, amiodaron.
e. Infeksi Maternal
Rubela, toksoplasmosis, citomegalovirus (CMV)
f. Toksisitas Obat Maternal
Talidomid, kortikosteroid
g. Katarak Presenil
Myotonic dystrophy, dermatitis atopik, defisiensi enzim
h. Herediter
i. Katarak sekunder
Katarak subkapsula posterior (Posterior Capsular Opacity = PCO) yang muncul
setelah dilakukannya operasi katarak.1,2,4
2. Menurut morfologi:
a) Katarak kortikal
Kekeruhan tampak seperti gelombang ireguler (berbentuk seperti baji) dari
perifer ke sentral lensa. Kekeruhan terus berkembang hingga mengganggu
penglihatan jauh dan dekat. Katarak kortikal dibagi menjadi katarak kortikal
imatur,matur,hipermatur dan Morgagni.
b) Katarak nuklearis
Inti bagian sentral menjadi lebih keras dan secara optik menjadi lebih padat
sehingga berwarna kuning sampai coklat. Katarak ini akan berkembang lambat dan
Page | 13

selalu diasosiasikan dengan menurunnya penglihatan dekat yang disebabkan oleh


perubahan lensa
c) Katarak kapsular
Kongenital (polaris anterior & polaris posterior)
I. Katarak polaris anterior
Katarak ini dapat sporadik atau familiar. Diduga pada kehidupan janin
terjadi uveitis anterior sesuai dengan kelainannya yang terletak pada polus
anterior.
II.

Katarak polaris posterior

Katarak ini juga dapat sporadik atau familial, merupakan bentuk


kongenital dari kekeruhan kapsuler. Kelainannya berbentuk putih kecil dan
bulat yang terletak pada polus posterior.
d) Katarak subkapsuler
Katarak subkapsuler ini dapat dibagi menjadi katarak subkapsuler anterior
(Cupuliforme) dan katarak subkapsuler posterior. Katarak subkapsular posterior
dikarakteristikkan oleh gumpalan sel-sel epitel yang abnormal pada kutub
posterior lensa tepat didalam kapsul. Sel-sel tersebut secara cepat membentuk
plak yang keruh di pusat aksis visual. Ketajaman penglihatan seringkali
memburuk pada cahaya yang terang ketika pupil mengecil.
e) Katarak zonularis ( Katarak Lamelaris)
Katarak zonularis adalah adanya kekeruhan dari sebagian area atau zona
jaringan lensa, sedangkan bagian lain masih jernih, kadang bisa mengenai kedua
mata. Kekeruhan menyerupai cakram berwarna abu-abu pada korteks di luar
nukleus, yang terpisah dari nukleus oleh lapisan jernih korteks dan oelh korteks
yang jernih di antara bagian yang keruh dan yang jernih kapsul lensa.
Pada pemeriksaan sinar yang menyamping pupil dalam keadaan lebar,
maka akan tampak kekeruhan berbentuk cakram yang dikelilingi oleh substansia
lensa yang jernih.

Page | 14

Katarak jenis ini dapat berupa nuklear dan lamelar. Katarak nuklearis
sering dijumpai bilateral dan gangguan lebih buruk dibandingkan dengan tipe
zonularis yang lain. Sifat penurunannya dapat autosomal dominan, resesif atau
X-linked. Sedangkan katarak lamelar paling banyak dijumpai pada katarak
infantil, kekeruhan lensanya pada tepi mengelilingi bagian nukleus yang jernih.
Bentuk lamelar ini dapat dijumpai pada katarak kongenital akibat rubella, akibat
hipoglikemia dan hipokalsemia, akibat kelainan saraf sentral dan akibat radiasi.
f)

Katarak Stelata (Katarak Sutura)


Pada katarak ini, kekeruhan terjadi sutura, di mana serat dari substansia
lentis bertemu yang merupakan huruf Y tegak di depan dan huruf Y terbalik di
belakang. Biasanya tidak mengganggu visus, sehingga tidak memerlukan
pengobatan.

g) Katarak membranosa
Katarak ini berbentuk tipis, sangat keruh, kadang-kadang berisi jaringan
ikat. Dapat dijumpai secara kongenital atau berkembang dari katarak totalis
dan kebanyakan unilateral.

3. Menurut usia
a. Katarak kongenital: katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun
Katarak kongenital dapat berkembang dari genetik, trauma atau infeksi prenatal
dimana kelainan utama terjadi di nukleus lensa. Kekeruhan sebagian pada lensa yang
sudah didapatkan pada waktu lahir dan umumnya tidak meluas dan jarang sekali
mengakibatkan keruhnya seluruh lensa. Katarak ini sudah terlihat pada usia dibawah
1 tahun.1,2,3

b. Katarak juvenil: katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun


Katarak juvenil merupakan katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir.
Kekeruhan lensa terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat lensa.
Biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai soft cataract.
Page | 15

Katarak juvenil biasanya merupakan bagian dari satu sediaan penyakit keturunan
lain.1,2,3

c. Katarak senilis, katarak setelah usia 50 tahun


Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Telah
diketahui bahwa katarak senilis berhubungan dengan bertambahnya usia dan
berkaitan dengan proses penuaan lensa. Katarak ini sering dijumpai pada pasien
sesudah usia 50 tahun.1,2,3

4. Menurut stadium kekeruhan

Katarak menurut stadium kekeruhan dibagi menjadi 4 stadium :


a.

Stadium Insipien
Merupakan stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan gangguan visus.
Dengan koreksi, visus masih dapat 5/5 5/6. kekeruhan terutama terdapat pada
bagian perifer berupa bercak-bercak seperti baji ( jari-jari roda), terutama
mengenai korteks anterior, sedang aksis relative masih jernih. Gambaran ini
disebut spokes of a wheel, yang nyata bila pupil dilebarkan. Pada stadium yang
lanjut, gambaran baji dapat dilihat pada pupil yang normal.2

b.

Stadium Imatur
Kekeruhan belum mengenai seluruh bagian lensa. Kekeruhan itu terutama terdapat
dibagian posterior dan bagian belakang nukleus lensa sehingga sinar oblik yang
mengenai bagian yang keruh ini akan dipantulkan lagi sehingga pada pemeriksaan,
terlihat di pupil, ada daerah yang terang sebagai refleks pemantulan cahaya pada
bagian lensa yang keruh dan daerah yang gelap akibat bayangan iris pada bagian
lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+). Pada stadium ini terjadi
hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa menjadi cembung, sehingga indeks
refraksi berubah karena daya biasnya bertambah dan mata menjadi myopia.
Keadaan ini dinamakan intumesensi.2
Page | 16

c.

Stadium Matur
Terjadi pengeluaran air sehingga lensa akan berukuran normal kembali sehingga
bilik depan normal kembali. Pada stadium ini lensa telah menjadi keruh seluruhnya
sehingga semua sinar yang melalui pupil dipantulkan kembali dipermukaan
anterior lensa. Tidak ada bayangan iris. Shadow test (-). Di pupil tampak lensa
yang seperti mutiara.2

d.

Stadium hipermatur
Korteks lensa yang konsistensinya seperti bubur telah mencair, sehingga nucleus
lensa turun oleh daya beratnya kebawah.Melalui pupil, pada daerah yang keruh,
nucleus ini terbayang sebagai setengah lingkaran dibagian bawah, dengan warna
yang lain, daripada bagian yang diatasnya yaitu kecoklatan. Pada stadium ini juga
terjadi kerusakan kapsul lensa, yang menjadi lebih permeable, sehingga isi korteks
yang cair menjadi keluar dan lensa menjadi kempis, yang dibawahnya terdapat
nucleus lensa dan disebut sebagai katarak Morgagni.

Patofisiologi
Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dan sklerosis:
1. Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitel lensa yang berada
di subkapsular anterior, sehingga air tidak dapat dikeluarkan dari lensa. Air yang
banyak ini akan menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yang menyebabkan
kekeruhan lensa.
2. Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana serabut kolagen terus
bertambah

sehingga terjadi pemadatan serabut kolagen di tengah. Makin lama

serabut tersebut semakin bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis nukleus


lensa.

Gejala Klinis
Keluhan yang biasanya membawa pasien datang bertemu doktor mata antara lain adalah:4,5,6

Page | 17

a. Pandangan kabur
Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan pengelihatan yang progresif atau berangsurangsur dan tanpa nyeri, serta tidak mengalami pembaikan dengan pin-hole.
b. Penglihatan silau
Penderita katarak sering kali mengeluhkan penglihatan yang silau, dimana tigkat
kesilauannya berbeda-beda mulai dari sensitifitas kontras yang menurun dengan latar
belakang yang terang hingga merasa silau di siang hari atau sewaktu melihat lampu mobil
yang berlawanan arah atau sumber cahaya lain yang mirip pada malam hari. Keluhan ini
sering kali muncul pada penderita katarak kortikal.
c. Sensitifitas terhadap kontras
Sensitifitas terhadap kontras menentukan kemampuan pasien dalam mengetahui
perbedaan-perbedaan tipis dari gambar-gambar yang berbeda warna, penerangan dan
tempat.Uji sensitivitas kontras dapat menunjukkan penurunan fungsi penglihatan yang
tidak terdeteksi dengan Snellen.Cara ini dapat digunakan untuk mengetahui kepastian
fungsi penglihatan namun ujisensitivitas kontras bukanlah indikator spesifik untuk
hilangnya penglihatan yang disebabkan oleh adanya katarak.
d. Miopisasi / Myopic Shift
Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan dioptri lensa,
biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga sedang. Ketergantungan pasien
presbiopia pada kacamata bacanya akan berkurang karena pasien mengalami
miopisasi.Namun setelah sekian waktu bersamaan dengan memburuknya kualitas
lensa,rasa nyaman ini berangsur menghilang dan diikuti dengan terjadinya katarak
sklerotik nuklear.Perkembangan miopisasi yang asimetris pada kedua mata bisa
menyebabkan anisometropia yang tidak dapat dikoreksi lagi dan cenderung untuk diatasi
dengan ekstraksi katarak.
e. Halo
Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yang terlihat disekeliling
sumber cahaya terang yang harus dibedakan dengan halo pada penderita glaucoma.

Page | 18

f. Diplopia monokuler
Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler dari lensa yang
keruh, menimbulkan diplopia monocular yang dapat dibedakan dengan diplopia binocular
dengan cover test dan pin hole.
g. Perubahan persepsi warna
Perubahan warna inti nukleus menjadi kekuningan menyebabkan perubahan persepsi
warna yang akan digambarkan menjadi lebih kekuningan atau kecoklatan dibanding
warna sebenarnya.
h. Bintik hitam
Penderita dapat mengeluhkan timbulnya bintik hitam yang tidak bergerak-gerak pada
lapang pandangnya. Dibedakan dengan keluhan pada retina atau badan vitreous yang
sering bergerak-gerak.1

Pengobatan Katarak
Salah satu terapi katarak adalah tindakan bedah. Bedah katarak sudah berubah secara dramatis
pada 20 tahun terakhir ini, yang disebabkan oleh diperkenalkannya operasi dengan mikroskop,
instrumentasi lebih baik, benang jahit yang lebih baik dan lebih baiknya lensa okuler. Indikasi
operasi untuk operasi katarak termasuk pengkoreksian visus maksimal dan kelemahan visus
secara subyektif yang menghalangi aktivitas sehari-hari (seperti mengemudi, membaca, dan
aktivitas lainnya). Tindakan bedah ini juga bergantung pada keinginan pasien untuk operasi.
Antara jenis pembedahan katarak adalah:
Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular (EKEK)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa
dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga masa lensa dan korteks
lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. (1,2,3)
Ekstraksi ekstrakapsular sering dianjurkan pada katarak dengan miopia tinggi untuk
mencegah mengalirnya badan kaca yang keluar, dengan meninggalkan kapsul posterior
Page | 19

untuk menahannya. Pada saat ini ekstraksi ekstrakapsular lebih dianjurkan pada katarak
senilis untuk mencegah degenerasi makula pasca bedah. Penyulit yang dapat timbul
adalah terdapat korteks lensa yang akan membuat katarak sekunder.(1,2,3)
Pada ekstraksi lensa ekstrakapsular dilakukan tindakan sebagai berikut (1)
Flep konjungtiva antara dasar dengan forniks pada limbus dibuat dari jam 10
sampai jam 12
Dibuat pungsi bilik mata depan
Melalui pungsi ini dimasukkan jarum untuk kapsulotomi anterior
Dibuat luka kornea dari jam 10-2
Nukleus lensa dikeluarkan
Sisa korteks lensa dilakukan irigasi sehingga tinggal kapsul posterior saja
Luka kornea dijahit
Flep konjungtiva dijahit
Ekstraksi Katarak Intrakapsular (EKIK)
Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dapat dilakukan pada
zonula zinn telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah diputus.(1)
Pada ekstraksi lensa intrakapsuler dilakukan tindakan dengan urutan :

Dibuat flep konjungtiva dari jam 9-3 melalui jam 12

Diakukan pungsi bilik mata depan dengan pisau

Luka kornea diperlebar seluas 1600

Dibuat iridektomi untuk mencegah glaukoma blokade pupil pasca bedah

Dibuat jahitan korneosklera

Lensa dikeluarkan dengan krio

Jahitan kornea dieratkan dan ditambah

Flep konjungtiva dijahit

Page | 20

Penyulit yang dapat terjadi adalah kapsul lensa pecah sehingga lensa tidak dapat
dikeluarkan bersama-sama kapsulnya,pada keadaan ini terjadi ekstraksi lensa
ekstrakapsular tanpa rencana karena kapsul posterior akan tertinggal dan prolaps badan
kaca saat lensa dikeluarkan.

Fakoemulsifikasi
Merupakan modifikasi dari metode ekstrakapsular karena sama-sama menyisakan kapsul
bagian posterior. Insisi yang diperlukan sangat kecil yaitu 5 mm yang berguna untuk
mempercepat kesembuhan paska operasi. Kemudian kapsul anterior lensa dibuka.Dari
lubang insisi yang kecil tersebut dimasukan alat yang mampu mengeluarkan getaran
ultrasonik berfrekuensi tinggi (40,000 MHz) yang mampu memecah lensa menjadi
kepingan-kepingan kecil, kemudian dilakukan aspirasi. Kemudian dimasukkan IOL pada
bilik belakang pada bekas insisi yang sama. Teknik ini bermanfaat pada katarak
kongenital, traumatik dan kebanyakan katarak senilis.Namun kurang efektif untuk
katarak senilis yang padat.Keuntungan dari metode ini antara lain adalah insisi yang
dilakukan kecil dan tidak diperlukan benang untuk menjahit karena akan menutup
sendiri. Hal ini akan mengurangi resiko terjadinya astigmatisma dan rasa adanya benda
asing yang menempel setelah operasi. Hal ini juga akan mencegah peningkatan tekanan
intraokuli selama pembedahan yang juga mengurangi resiko perdarahan. Selain itu,
penyembuhannya cepat dan struktur mata tetap intak, karena insisi yang kecil tidak
mempengaruhi struktur mata.1

Persiapan pasien pre operasi : (1)

Pasien dianjurkan datang sehari sebelum operasi, meskipun operasi dapat dilakukan
sebagai one day surgery.

Penjelasan kepada pasien dan pengambilan informed consent

Bulu mata pada mata yang akan dioperasi dapat dipotong secukupnya bila diperlukan, dan
mata dibersihkan dengan Povidone-iodine 5% dan ditandai.

Pemberian antibiotic tetes mata tiap 6 jam


Page | 21

Sedatif ringan dapat diberikan pada malam sebelumnya bila pasien gelisah.

Pada hari operasi, pasien berpuasa dari pagi hari.

Pupil didilatasi dengan tetes mata 2 jam sebelum operasi dengan:

tropicamide 1% atau homatropine 2% sebagai parasympatolitik merelaksasi sphincter


pupillea
phenylepherine 5-10% ( elakkan pada pasien hipertensi) sebagai simpatomimetik yang

menyebabkan kontraksi dilator papillae


flurbiprofen 0,3% anti inflamasi non- steroid yang diberikan untuk menghalang

pelepasan prostaglandin semasa operasi yang selalunya menyebabkan konstriksi pupil


semasa operasi jika terjadinya trauma.
Semuanya diteteskan setiap 15 menit.4

Pengobatan lain dapat diberikan sesuai kebutuhan seperti obat anti glaucoma,
antihipertensi, atau anti asma. Namun demikian, pembnerian obat anti diabetes dihentikan
pada hari operasi untuk mencegah hipoglikemia dan dilanjutkan satu hari setelah operasi.8

Rehabilitasi visual post operasi katarak


Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka penderita memerlukan lensa
Pengganti untuk memfokuskan penglihatannya dengan cara sebagai berikut:
1.

Kacamata afakia : memerlukan koreksi 10 dioptri untuk lensa konveks untuk penglihatan
jauh dan 13 dioptri untuk penglihatan dekat. Menyebabkan masalah apabila aphakia

2.

adalah unilateral.4
Lensa kontak : menangani masalah hampir 3-4 % pada masalah kacamata aphakia,
namun pada orang tua, sulit untuk memakainya karena penglihatan yang kabur dana
koordinasi otot yang kurang menyebabkan sukar untuk memakai lensa kontak. Lensa
kontak lebih mudah digunakan oleh pasien muda sebagai alternative lain selain kacamata

3.

aphakia.4
Lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di dalam mata pada saat

Page | 22

pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang telah diangkat. Merupakan cara yang
terbaik dalam menangani masalah aphakia. IOL sangat selamat, tidak mahal dan
berkualiti. Pemasangan amat mudah dilakukan setelah katarak dibuang.4

Pemasangan Lensa Tanam (IOL)


Merupakan pilihan utama untuk kasus aphakia. Bahan dasar IOL yang dipakai sampai saat ini
yaitu polymethylmethacrylate (PMMA). Ada beberapa tipe dari IOL berdasarkan metode
fiksasinya di mata:

Anterior Chamber IOL


Lensa jenis ini berada di depan iris dan disuport oleh anterior chamber. ACIOL ini dapat
ditanam setelah proses ICCE dan ECCE. Jenis ini jarang dipakai karena mempunyai
resiko tinggi terjadinya bullous Keratopathy.

Iris-Supported lenses
Lensa difiksasi di iris dengan bantuan jahitan. Lensa jenis ini juga telah jarang dipakai
karena mempunya insidens yang tinggi terjadinya komplikasi post operatif

Posterior chamber lenses


PCIOL ini terletak di bagian belakang iris yang disuport oleh sulkus siliar atau oleh
capsular bag. Ada 3 jenis dari PCIOL yang sering dipakai:
o

Rigid IOL
Terbuat secara keseluruhan dari PMMA

Foldable IOL
Dipakai untuk penanaman melalui insisi yang kecil(3,2mm) setelah tindakan
phacoemulsifikasi dan terbuat dari silikon, akrilik, hydrogel dan collaner

Rollable IOL
Page | 23

IOL yang paling tipis dan biasa dipakai setelah mikro insisi pada phakonit teknik,
terbuat dari hydrogel.
Indikasi pemasangan IOL:
Sebaliknya pemasangan IOL dilakukan pada setiap operasi katarak, kecuali ada
kontraindikasinya.

Pseudophakia
Adalah keadaan aphakia ketika sudah dipasang lensa tanam(IOL). Keadaan setelah
pemasangan lensa tanam:

Emmetropia
Keadaan di mana kekuatan lensa yang ditanam tepat. Pasien yang demikian hanya
membutuhkan kacamata plus untuk penglihatan dekat saja

Consecutive Myopia
Keadaan di mana kekuatan lensa yang ditanam overkoreksi. Pasien yang demikian
membutuhkan kacamata untuk menangani myopia dan juga membutuhkan kacamata plus
untuk penglihatan dekatnya

Consecutive Hypermetropia
Keadaan di mana kekuatan lensa yang ditanam underkoreksi sehingga membutuhkan
kacamata plus untuk penglihatan jauhnya dan tambahan +2D-+3D untuk penglihatan
dekatnya.
Tanda-tanda pseudophakia:
o

Surgical scar, biasanya dapat dilihat di dekat limbus

Anterior chamber biasanya sedikit lebih dalam dibandingkan dengan mata normal

Page | 24

Iridodonesis ringan

Purkinje image test menunjukkan empat gambaran.

Pupil bewarna kehitam-hitaman tetapi ketika sinar disenter ke arah pupil maka
akan terlihat pantulan reflex. Ada tidaknya IOL dapat dikonfirmasi dengan
mendilatasi pupil.

Status visus dan refraksi dapat bermacam-macam, sesuai dengan IOL yang
ditanam. 7

Penatalaksanaan Pasca Operasi


Jika digunakan tehnik insisi kecil, maka penyembuhan pasca operasi biasanya lebih pendek.
Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan untuk bergerak dengan hatihati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda berat selama sekitar satu bulan,
olahraga berat jangan dilakukan selama 2 bulan. Matanya dapat dibalut selama beberapa hari
pertama pasca operasi atau jika nyaman, balutan dapat dibuang pada hari pertama pasca operasi
dan matanya dilindungi pakai kacamata atau dengan pelindung seharian. Kacamata sementara
dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya pasien dapat melihat dengan baik
melalui lensa intraokuler sambil menantikan kacamata permanen ( Biasanya 6-8 minggu setelah
operasi ) Selain itu juga akan diberikan obat untuk :

Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang menyayat maka
diperlukan obat untuk mengurangi rasa sakit yang mungkin timbul beberapa jam setelah
hilangnya kerja bius yang digunakan saat pembedahan. Nepafenac ophtalmic merupakan
OAINS yang digunakan untuk mata. Bekerja dengan cara menghambat enzim
siklooksigenase yang diperlukan untuk produksi prostaglandin. Diberikan 3 kali sehari
sebanyak 1 tetes. Terapi dimulai 1 hari sebelum dilakukan operasi katarak dan
dilanjutkan hingga 2 minggu pasca operasi.

Obat tetes mata steroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna untuk mengurangi
reaksi radang akibat tindakan bedah. Dexamethasone 0,1% berfungsi untuk mengurangi
Page | 25

inflamasi dengan cara menekan migrasi neutrofil dan mengurangi permeabilitas kapiler.
Diberikan 2 tetes setiap 1 jam ketika penderita terbangun dan setiap 2 jam saat malam,
kemudian dikurangi menjadi 2 tetes setiap 3-4 jam, lalu 2 tetes setiap 6 jam.

Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca bedah. Tetes mata
antibiotik berspektrum luas diberikan sebagai profilaksis selama pasca bedah dini. Pada
umumnya terapi ditujukan untuk organisme gram negatif dan gram positif. Ciprofloxacin
merupakan antibiotik berspektrum luas yang efektif terhadap organisme gram positif dan
gram negatif. Bekerja dengan cara berinterferensi dengan enzim DNA gyrase yang
diperlukan untuk sintesis DNA bakteri. Secara klinis terbukti ampuh menghadapi
organisme

gram

positif

(Staphylococcus

aureus,Staphylococcus

epidermidis,

Streptococcus viridans); gram negatif ( Haemophilus influenzae, Pseudomonas


aeruginosa, Serratia marcescens). Diberikan 1-2 tetes setiap 6-8 jam sehari selama 1-2
minggu pasca pembedahan. Tidak disarankan untuk usia dibawah 18 tahun.1,2,3

Perawatan pasca operasi :


Hal yang boleh dilakukan antara lain :
7. Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan
8. Melakukan pekerjaan yang tidak berat
9. Bila memakai sepatu jangan membungkuk tetapi dengan mengangkat kaki keatas.
10. Ganti verban dan plester tiap pagi.
11. Selama satu minggu mata tetap ditutup, sesudah minggu ke II tidak perlu ditutup tetapi
pakai kaca mata hitam/ pelindung
12. Bersihkan pinggiran mata dari kotoran mata
Yang tidak boleh dilakukan antara lain :
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Jangan menggosok mata


Jangan terkena air
Jangan membungkuk terlalu dalam
Jangan menggendong yang berat
Jangan membaca yang berlebihan dari biasanya
Jangan mengedan keras sewaktu buang air besar
Page | 26

14.

Jangan berbaring ke sisi mata yang baru dibedah2


Kontrol secara teratur ke poli mata, minimal :
-1 minggu sesudah operasi
-2 minggu sesudah operasi
-4 minggu sesudah operasi
-8 minggu sesudah operasi
-Pembuatan kacamata 2 bulan sesudah operasi

DAFTAR PUSTAKA

1. Suhardjo, SU, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata, Yogyakarta; Bagian Ilmu Penyakit Mata,
fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada; 2007
2. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; Edisi ke-3;2010; 200211
3. Setiohadji, B., Community Opthalmology, Cicendo Eye Hospital/Dept of Ophthalmology
Medical Faculty of,Padjadjaran University. 2006.
4. Dhawan,

Shanjay.

Lens

and

Cataract.

Diunduh

dari

http://sdhawan.com/ophthalmology/lens.html pada tanggal 21 Oktober 2012.


5. Vaughan DG, Asbury T, riordan-Eva P. Oftalmology Umum Edisi 14. Penerbit Widya
medika. Jakarta: 2000.
6. Bradford C. Basic Ophtalmology. 8th Edition. San Fransisco-American Academy of
opthalmology. 2004.
7. Di unduh dari http://www.drdrbill.com/downloads/optics/refraction/Aphakia.pdf. Di
unduh pada 1/11/2012.

Page | 27

Page | 28

Anda mungkin juga menyukai