Anaknya kebingungan dengan perkataan bapaknya. Bagaimana tidak, dia disuruh mengemis pada
penduduk yang hanya untuk makanpun mereka kesulitan. Anaknya tidak mau menuruti perintah
bapaknya, dia tetap diam.
Bapaknya kembali berkata dengan membentak. Cepatlah kamu pergi meminta uang pada mereka,
nak!! Bukankah kamu ingin jadi pegawai negeri?
Anaknya tetap diam dan matanya mulai berkaca.
Bapak...bagaimana mungkin aku mengemis pada mereka, sementara mereka untuk memenuhi
kebutuhan sehari-harinya saja merasa kesulitan?
Bapaknya kembali memaksa. Cepatlah kamu pergi dan mintalah uang pada mereka!!!
Kali ini anaknya menangis. Aku tidak bisa, pakAku lebih baik bekerja dengan keras dan
meneteskan keringat ini daripada aku harus meminta uang pada mereka..., sambil meneteskan
airmata.
Bapaknya kembali berkata, kali ini dengan suara lembut dan bijak... Anakku..Negeri kita tercinta ini
sedang sakit, kalau kamu jadi pegawai negeri hanya dengan alasan bekerja santai dan
mendapatkan uang dengan pasti, kamu hanya akan menambah beban negeri ini. Beban rakyat
yang hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya saja mereka merasa kesulitan. Gaji pegawai
negeri itu didapat dari rakyat yang miskin ini nak.... Lebih baik kamu jadi pengusaha dengan
meneteskan keringat kamu sendiri untuk menafkahi keluarga kamu. Walaupun jadi pengusaha
sangat kecil sekalipun tidak apa, itu jauh lebih mulia dari pada kamu mengemis uang pada rakyat
yang miskin ini"....