Anda di halaman 1dari 7

Aku menatap wajah sendu yang sedang melamun itu dari kejauhan.

Rambut lurus
sebahunya beterbangan di terpa semilir angin senja. Aku mengetahuinya, dia adalah sosok
wanita terkuat yang ku kenal. Dia terlihat manis dengan lesung pipi yang menghiasi
wajahnya kala dia tersenyum, hanya sayang kekurangannya dia seorang yang tunanetra.
Aku berjalan perlahan-lahan menghampiri sosok itu dan berdiri di sampingnya.
Nina, apa kamu tidak ingin melihat lagi? Ucapku hati-hati.
Melihat lagi? Kenapa harus melihat lagi yu? Aku udah bahagia kok hidup seperti gini.
Masih bisa menghirup udara saja, aku sudah bersyukur yu.
Bukankah aku begitu beruntung, aku hanya kehilangan penglihatanku dalam kecelakaan
satu tahun lalu. Tapi tidak untuk ayah dan ibuku. Nina mulai terisak.
Aku melihat raut kesedihan di wajahnya. Aku jadi merasa bersalah telah menanyakan
hal itu padanya. Dengan cepat ku peluk tubuhnya dan menyandarkan kepalanya di bahuku.
Mungkin itulah cara yang bisa ku lakukan agar beban deritanya menjadi lebih ringan.
Diam-diam aku telah mengatur rencana yang terbilang luar biasa nekat, rencana itu
memaksaku membuka tabir masa laluku yang kelam.
Bayu, lo yakin akan keputusan lo ini ? Elo serius bakal ngikutin balap liar dengan taruhan
nyawa lagi? Jangan main-main lo bro!
Andi plis dong elo ngertiin gue, apapun resikonya gue tanggung, gue terima! Pokoknya
sabtu besok elo harus bawa gue ke tempat pertandingan!.
Oke deh, besok sabtu malam gue bakal antar lo ke tempat pertandingan!. Tapi inget yu,
nyawa lo cuma satu. Bukan dua apalagi tiga! Sergah Andi tandas sembari berjalan
meninggalkanku.
Aku tidak peduli dengan hidupku lagi, mungkin ini adalah saat yang tepat untuk
menebus kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa ku di masa lalu. Yang ku inginkan kali ini
hanya satu, aku bisa tersenyum bahagia melihat Nina bisa melihat lagi dengan matanya.
Sudah satu jam aku berada di halaman depan rumah Nina. Belum terlihat tanda-tanda
kepulangan Nina. Rerintikan hujan pun mulai turun menambah dinginnya malam yang suram
ini. Segera ku ambil payung dari tas ranselku dan bersiap untuk mencari Nina. Aku berlari
dan terus mencari Nina. Ku hampiri sederetan etalase toko yang sudah gelap tanda malam
yang semakin larut. Tetapi hasilnya nihil, tak ada tanda-tanda kehadiran Nina dan akhirnya
kuputuskan untuk kembali ke rumah Nina saja.
Aduh.
Terlihat Nina terpeleset jatuh dan kebingungan mencari tongkat kayunya. Aku berlari
dan mendatanginya.
Nina, habis dari mana saja sih kamu ? Aku nungguin kamu dari tadi lo Nin. Aku memeluk

tubuh Nina yang gemetaran karena terjatuh tadi.


Bayu ? itukah kamu ? Dimana tongkatku, tolong carikan tongkatku. Tangan Nina merabaraba jalanan di depannya berharap menemukan tongkat itu.
Ini Nin, ini tongkat mu. Kataku
Terimakasih ya Bayu, untung kamu datang.
Sama-sama Nin, ayo aku antar kamu ke rumah dulu. Di sini hujan Aku menggandeng
lembut tangan Nina sembari memayunginya.
Keesokan harinya ***
Nina, aku boleh ngomong sesuatu gak? Ujar ku lembut sambil menggenggam tangannya.
Boleh aja Bayu, kamu mau ngomong apaan?
Nina, besok kamu operasi mata ya ? Aku dah dapat seseorang yang mau donorin kornea
matanya ke kamu.
Nin, plis sekali ini aja dengerin aku. Apa kamu gak pingin ngelihat aku Nin? kamu gak
pingin bisa bercermin lagi? gak pingin bisa jalan-jalan sama aku ke pantai? di sana
pemandangannya indah banget nin! Dan juga.. apa kamu gak pingin nerusin masa depanmu
itu jadi perawat?
Bayu, bagaimana bisa kamu mengatakan itu? Dapat uang darimana aku? bukannya sudah ku
katakan aku bahagia hidup seperti ini. Ujar Nina.
Ku rasakan tangan mungilnya yang lembut menelusuri wajahku, dia meraba mataku
hidungku dan bibirku. Seakan mencari tahu pria macam apakah aku ini.
Bayu, apakah kamu hidup dengan susah? Di sini ada luka sayatan, apakah kamu pernah
melakukan pekerjaan keras sebelumnya? Bayu bukan orang jahat kan?
Aku terkejut mendengar pembicaraan Nina, mataku mulai meradang. Dadaku sesak. Entah
mengapa bayang-bayang suram masa lalu kembali tertawa di depanku.
Eh Nin, sudah malam. Lebih baik kamu istirahat aja ya. Besok aku jemput kamu buat
operasi!. Eh, aku mendadak tidak enak badan. Aku pulang dulu Nin!. Aku hendak menutup
pintu rumahnya dan Nina menahannya.
Bayu! Kamu bohong! Kamu bohong sama aku. Kamu nggak jujur sama aku, aku tau kamu
selalu menghindar setiap aku bertanya tentang latar belakang mu!. Nina berteriak dan
mengguncang-guncangkan tubuhku. Aku di buatnya tidak berdaya dan lemas.
Oke! Kamu mau aku jujur kan? Gue Bayu, gue mantan pembalap motor liar hebat. Dulu gue
selalu menjadi pemenang dan selalu di andalin. Sampai pada saat itu kecelakaan menimpa
gue. Dan gue hampir kehilangan nyawa gue. Dokter mendiagnosis gue kena kanker otak
ringan, tapi nyatanya gue tetap hidup kan ?. Dan sekarang gue kehilangan semuanya Nin.

Keluarga, harta, lenyap dan itu gara gara gue! Sekarang gue gak ada harapan apa-apa lagi
Nin. Semuanya udah terlambat, gak ada lagi yang bisa di perbaiki.
Bayu, maafin Nina. Bayu gak boleh kaya gitu. Di sini semuanya tidak ada kata terlambat.
Apa Bayu gak pernah denger? Pelangi akan muncul, setelah turunnya hujan kan? intinya,
semua itu udah ada yang ngatur. Tidak mungkin kita akan menangis terus. Seiring
mengeringnya air mata, ada senyum yang terkembang. Nina percaya itu, Bayu juga harus
percaya ya ?
Perkataan nina tadi membuat ku semakin jatuh cinta saja, tidak di sangka ternyata dia
memiliki hati yang kuat di bandingkan denganku. Aku sudah mengetahuinya dari awal, dia
adalah sosok wanita tegar yang pertama kali kutemukan, walau di sisi kekurangannya
matanya buta.
Nina kenapa kamu bisa tahu tentang aku daleeem banget ?
Bayu, tuhan menciptakan manusia itu pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Tidak
mungkin ada manusia yang sempurna yu. Termasuk aku dan kamu juga. Walaupun mataku
tidak dapat melihat lagi, tapi di sini yu (nina menunjukkan hatinya) di sini aku bisa
merasakan semuanya. Indra perasaku memang menjadi lebih peka. Jadi, aku bisa merasakan
kesedihan mu bayu Kata Nina sambil tersenyum manis.
Makasih ya nin kamu menyadarkan aku tentang apa itu hidup. Aku seneng banget. Dan juga
makasih karena kamu udah selalu ada buat aku. Eh Nin.. sebenarnya aku .. sebenarnya aku ..
emmm punya rasa sama kamu.
Aku mengeluarkan sepasang cincin dari saku celanaku. Nina, ini satu cincin buat
kamu
***
Keesokan harinya.
Hati hati Nin, turun dari mobilnya. Awas licin loh jalannya, soalnya tadi malam kan hujan.
Kataku sambil menggandeng tangan Nina dan membawakan tongkat kayunya.
Akhirnya sampai juga di ruang operasi, setengah hatiku merasa bahagia sekali aku
bisa menolong nina sampai pada tahap ini. Tapi di sisi lain aku merasa khawatir tentang balap
nanti yang akan menentukan nasib ku. Kalaupun aku kalah semuanya akan berakhir. Ku
gantungkan secarik asa pada hasil balapan nanti malam. Aku merahasiakannya dari Nina.
Tiba saat giliran Nina yang memasuki ruangan operasi.
Bayu.. kamu janji ya jangan kemana-mana. Kamu tungguin aku ya? Aku mau saat nanti aku
bisa melihat lagi kamulah orang pertama yang bisa aku lihat. Jadi kamu janji ya, akan berada
di sampingku saat nanti aku bangun lagi?
iya Nina sayang, aku janji kok, nanti akulah orang pertama yang akan kamu liat saat kamu
terbangun lagi

Suasana ini sungguh tak ku suka, ada perasaan sakit yang timbul melesak dalam dadaku.
Setelah ini aku akan berjuang untukmu Nina. Dan bahkan aku sendiri pun tak tahu akan nasib
yang nanti menimpaku. Aku tidak janji akan bisa menemuimu lagi. Maaf Nina, aku tak bisa
memenuhi janjimu itu.
Aku terus berlari dan berlari, lelah letih tak kupedulikan lagi. Aku berlari di bawah
temaram lampu yang menghiasi jalanan di malam hari. Aku ingat, di jalan ini dulu aku dan
Nina pernah melewatkan malam bersama. Sampailah aku di tempat balapan.
Akhirnya lo dateng juga guys Kata Andi sambil menepuk-nepuk bahuku.
Gue kira lo gak bakal dateng. Gue berdoa yang terbaik buat lo. Inget, sekali lo kalah hancur
semuanya. Lo gak bakal dapet duwit buat biaya operasi Nina!. Dan yang ada lo nanti jadi
buron polisi gara-gara bayar biaya rumah sakit gak bisa! Oke?
Beres bro! Thanks dah bantu gue Aku tersenyum kepada andi. Entahlah ini senyumanku
yang terakhir atau bukan.
Aku pun bersiap menaiki motor yang sudah di sediakan oleh joki ku. Motor ini adalah
motor yang dulu pernah aku pakai saat aku masih aktif dalam dunia balap motor liar.
Ayolah motor, beri aku sebuah kemenangan, Hanya satu kali ini saja. Dan untuk yang
terakhir kalinya. Aku mohon. Aku ingin membayar lunas semua hutang dosa-dosaku. Dan
masih ada dia yang menunggu kepulanganku dengan selamat.
Lo bayu kan? Wah, si pengecut baru dateng ni. Masih inget gue gak? Gue stevan yang dulu
pernah nabrak lo sampai lo sekarat tau! Dan sekarang, gak usah sok sok berani lagi deh
nantangin gue!
Lo akan membayar semua yang udah terucap dari mulut lo itu! Singkatnya lo bakal kalah
lagi sama gue! Catat! Kataku sambil menahan amarah yang hendak menyeruak keluar dari
batas normal
***
Pertandingan pun segera di mulai, tatapan mataku fokus pada satu gadis yang membawakan
bendera racing tanda pertandingan itu akan segera dimulai. Dengan gerak lihainya bendera
itu dia kibarkan dan.. Door!! Pertandingan pun dimulai.
Mataku terus berkonsentrasi pada kecepatan dan jalanan yang ku lalui. Aku menoleh sedikit,
ada stevan di belakangku dia terus saja membuntuti aku. Aku berdoa semoga jalanan yang ku
lalui ini segera berakhir saja. Jantung ku terus berdegub kencang membawa harapan aku dan
Nina. Secercah harapan pun timbul, mataku bersinar melihat garis finish .. Aku terus saja
memacu kecepatan motor ku tapi sial! Stevan berada di sampingku, aku tidak akan mudah
tekalahkan. Ahh, stevan terus saja berada di sampingku semakin sepat dan semakin cepat
saja. Tiba tiba dia telah berada di depanku. Aku tak akan kalah, terus saja kupacu kcepatan
motor. Disini aku merelakan semua, aku merelakan nyawaku. Aku pasrah pada takdir tuhan
saja. Hingga aku pun bisa menyalip motor stevan lagi, aku sekarang menjadi yang terdepan. 5

meter lagi garis finish. Dan akhirnya aku sampai juga pada perbatasan pita yang terpampang
digaris itu, aku putuskan dan finish. Aku bahagia sekali, aku terharu. Sebentar lagi nin,
impian kita berdua akan terwujud. Tapi tiba tiba kendaraan stevan tidak mau berenti dan
menabrak aku dan motor ku. Dia melarikan diri, Andi segera mengejarnya. Dan aku jatuh
bersimpuh darah. Darah keluar ari dahi dan mulutku. Bau anyir khas darah ada di mana
mana. Kaki kiriku serasa mati rasa tak dapat di gerakkan. Sekejap sekelilingku menjadi
hitam. Ya, hitam pekat. Terlihat di sekelilingku putih, semuanya putih. ada sosok ibuku yang
akan membawa ku menyeberangi sebuah danau yang indah,
Ayo bayu, ayo ikut dengan ibu bukankah dunia mu terasa sangat keras dan gelap? Kalau
kamu ikut bersama ibu, kamu tidak akan menderita lagi Bayu. Jadi, ayolah ikut dengan ibu.
Disana tidak perlu bersusah payah lagi, semuanya sudah di sediakan Ayo bayu, ayo .. Suara
itu semakin lama semakin kecil dan hilang.
Aku perlahan-lahan terbangun, rasanya membuka mataku ini susah sekali. Entahlah
sudah berapa lama aku tertidur di sini. Ku lihat di sekelilingku serba putih, aku melihat infus
yang tergantung, aku juga merasakan hidungku di bantu bernafas dengan selang oksigen,
serta bau khas rumah sakit.
Bagaimana perkembangannya pak? Syukurlah anda sudah siuman. Anda mengalami koma
selama tiga minggu. Sebentar saya ganti infus bapak dulu ya?
Aku menoleh pada asal suara itu, suara yang rasanya sangat khas denganku. Perlahanlahan, perawat itu membalikkan badannya dan, aku terkejut setengah mati. Dia Nina, dia
adalah sebuah janji yang aku langgar sendiri. Mulutku menjadi kelu. Mungkin dia tidak tahu
ini aku, dan tidak akan memaafkan aku lagi karena kesalahanku ini.
Ya, sudah beres pak. Sekarang saya tinggal dulu, emm.. kalau nanti bapak memerlukan
sesuatu cukup tekan tombol ini saja ya ?
Rasanya ingin aku mengejarnya tapi apa daya, rasa takut ku timbul, apabila dia tetap
tidak akan memaafkanku.
Sudah dua bulan aku di rawat di rumah sakit ini, tapi, dua minggu terakhir tidak sekalipun
terlihat batang hidung Nina. Biasanya jam segini dia sudah mengganti infusku. Dan tiba-tiba
pintu kamar pun terbuka. Maaf pak, saya akan mengganti infus bapak dulu ya ?
Maaf bu, perawat yang masih muda itu, kenapa saya tidak pernah melihatnya lagi ?
Oh, dia Nina pak.. setahu saya satu bulan lagi, dia akan bertunangan dengan seorang dokter
di sini pak.imakasih ya atas informasinya
Hatiku sedih dan sakit mendengar itu semua. Bagaimana bisa itu semua menimpaku..
Malam hari, aku melarikan diri dari rumah sakit ini, biarlah untuk apa lagi aku harus bertahan
hidup. Kaki kiriku kini telah di amputasi, sekarang giliranku yang berjalan dengan
bertemankan sebuah tongkat kayu.

***
Esok harinya.
Loh, bu.. pasien kamar nomor 103 kok tidak ada ?
Ah, jangan bohong kamu Nin, kemarin ibu ke situ mengganti infus ada kok. Ibu mira,
perawat senior ku mencoba ikut melongokkan kepalanya ke kamar 103.
Loh, ini apa bu ? ini apa? Nina melihat ada sebuah cincin yang mirip dengan cincin yang ia
punya, di ambilnya cincin itu, di samakannya dan ternyata sama.
Jantung Nna mulai berdegub kencang, tubuh Nina terasa lemas tak berdaya. Jangan jangan,
pria pincang itu adalah Bayu! Oh tidak!!
Permisi bu!
Eh, mau kemana Nin..Nina..Nin..!! Huft benar benar anak muda masih ababil sekali.
Nina terus berlari, mengejar pria pincang itu. Sengatan matahari tidak di
pedulikannya.
Bayuuu...Bayu...
Nina merasa sangat lelah dan frustasi.
Bagaimana bisa, Bayu!! Tidaaaaak
Nina berteriak kencang dan menangis. Dipukul-pukulkan dadanya tanda dia merasakan
penyesalan yang tiada tara. Dia sangat merasa bersalah terhadap bayu. Berkat dialah Nina
bisa melihat lagi. Dengan taruhan sebelah kaki kirinya. Nina berjalan pulang menuju rumah
sakit dengan badan yang lunglai. Langsung Nina menuju mobil dan mulai menyalakan
mobilnya keluar dari rumah sakit.
Bayu.. Dimana kamu huhuhu
Entah mengapa, Nina merasa seperti ingin ke pantai saja, dulu bayu pernah berkata apa Nina
tidak ingin melihat pantai.
***
Sesampainya di pantai.
Terlihat dari kejauhan, ada seorang pria dengan dandanan lusuh, sedang menggenggam
sebuah tongkat di tangannya erat-erat. Seperti tongkat itu sangat berarti baginya.
Aku berjalan mendekat, dan terus mendekat. Perlahan-lahan..
Bayu... Kaukah itu? Nina tampak tak kuasa menanggung rindu yang teramat dalam. Juga
sakit teriris melihat keadaan bayu sekarang.

Bayyyyuuuuu .. Nina berlari menghampiri bayu. Di peluknya tubuh tinggi dan tegap itu.
Bayu, itu kamu. Kenapa kamu pergi tinggalin aku yu?
Kenapa kamu korbanin matamu buat aku?
Bayu terlihat risih dan gelisah karena kedatangan Nina, di lepaskannya pelukan Nina. Dan
Bayu beranjak pergi, tapi sial

Anda mungkin juga menyukai