Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

VESICOLITHIASIS

DISUSUN OLEH :
Eka Andre Adithia (2005730021]
Arief. Sucipto (2006730009)

PEMBIMBING :
dr. Yusuf, Sp. B

KEPANITERAAN KLINIK STASE BEDAH


RUMAH SAKIT ISLAM CEMPAKA PUTIH
JAKARTA PUSAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2011

I. IDENTITAS PASIEN

II.

Nama

: Tn. S

Jenis kelamin

: Laki-laki

TTL

: Jakarta, 01-10-1975

Umur

: 35 tahun

Pekerjaan

: Supir

Status

: Menikah

Alamat

: Jakarta Pusat

No.RM

: 72 69 48

Tanggal masuk RS

: 10/02 2011

ANAMNESIS (Autoanamnesis tanggal 10/02-2011 pukul 10.00)


Keluhan Utama: Tidak bisa BAK sejak 1 minggu SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang :

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien sudah lama memiliki keluhan-keluhan seperti ini yaitu keluar benjolan
dari anus yang muncul pada saat BAB sejak 5 tahun yang lalu. Benjolan biasanya

dapat masuk kembali kedalam anus tapi kadang-kadang didorong dengan bantuan jari
tangan. Benjolan kecil, tidak nyeri dan tidak mengganggu aktifitas.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang mengeluh ataupun mempunyai riwayat
penyakit yang sama.
Riwayat Psikososial :
Riwayat makan selama ini jarang mengkonsumsi sayur-sayuran dan buahbuahan dalam menu makan sehari-hari.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Kesadaran

: Compos mentis

Keadaan Umum

: Sakit sedang

BB

: 53 kg

TB

: 154 cm

IMT = 22,3% normal

Tanda vital
TD

: 120/80 mmHg

Nadi

: 80 x/menit, regular, kuat angkat

Respirasi

: 20 x/menit

Suhu

: 36C

Status generalis
Kepala : Normochepal

Rambut : Hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut

Mata : Reflek pupil : +/+, isokor

Konjungtiva

: Anemia -/-

Sklera

: Ikterik -/-

Telinga

: Normotia, sekret -/-

Hidung

: Deviasi septum (-), sekret (-)

Mulut

Bibir : kering(-), pecah2 (-), sianosis (-), pucat (-)

Tonsil : dinding tonsil hiperemis (-), T1/T1 tenang

Leher

KGB : Pembesaran(), nyeri tekan (-)

JVP

Tiroid : Tidak membesar

: Dalam batas normal

Toraks dan pulmo


Insfeksi : normochest, Luka (-), Otot bantu nafas (-) pada lapang paru kiri dan kanan
Palpasi : Nyeri tekan (-), Krepitasi (-), Vocal fremitus simetris baik paru kiri dan kanan
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler kiri dan kanan, suara nafas tambahan (-)
Jantung
-

Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak

Palpasi :

Perkusi : Batas jantung normal

Auskultasi : Suara I dan II reguler, gallop(-), murmur(-)

Iktus kordis tidak teraba pada ICS 5 sinistra.

Abdomen :
-

Inspeksi

: Contour abdomen datar, bekas operasi (-)

Auskultasi

: BU (+) normal

Palpasi

: Nyeri tekan (-), distensi (-), DM (-), hepar dan lien

tidak teraba pembesaran, massa (-), pembesaran KGB ingunalis (-), nyeri ketok CVA
-/-

Perkusi

: Hipertimpani.

Kemaluan : Nyeri tekan simfisis pubis (-), retensi urin(-)

Ekstremitas
-

lengan dan tangan

: Akral hangat, edema (-), sianosis (-), RCT < 2 detik.

Tungkai dan kaki

: Akral hangat, edema(-), sianosis (-), RCT < 2 detik.

Status Lokalis:

DRE :

Inspeksi : Tidak terlihat darah(-), lendir(-), feses (-), benjolan (-)


Palpasi :
Spinkter ani baik.
Mukosa licin.
Ampula recti kolaps (-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG LAB

V.

RESUME

VI. DIAGNOSIS KERJA


Vesicolithiasis
Diagnosa Banding
-

Uretrolithiasis sinistra
Hidronefrosis sinistra

VII. PENATALAKSANAAN
-

Infus NACL 0,9% 20 tpm


Observasi input-output urin
Antibiotik
TUL (Trans Ureteral Lithotripsy)
RPG kanan

VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad functionam

: ad bonam

Laporan Operasi

VESICOLITHIASIS
1.

Pendahuluan
Batu saluran kemih merupakan penyakit yang sering terjadi, yang menimbulkan rasa

sakit hebat dan dapat berakibat kegagalan fungsi ginjal apabila tidak mendapat penanganan
secara cepat dan tuntas. 1
Di Amerika Serikat insiden batu saluran kemih sekitar 36 setiap 100.000 penduduk
pertahun. Di Indonesia batu saluran kencing merupakan penyakit penyebab gagal ginjal
nomer 2 bersama-sama infeksi saluran kencing. 1
Pathogenesis batu saluran kemih masih belum jelas, banyak factor yang berperan,
namun penelitian terhadap batu ini tidak banyak dilakukan oleh para ahli. Pada awalnya ahli
bedah berpendapat tindakan bedah sudah memecahkan masalah, tetapi pada akhirnya
tindakan bedah yang diikuti dengan penanganan secara konservatif hasilnya lebih
memuaskan. untuk penanganan batu saluran kemih secara konservatif harus diketahui
pathogenesis, jenis batu dan ketepatan diagnose. Analisa laboratorium diperlukan untuk
mengetahui jenis, sifat, komposisi batu, serta lokasi batu. Salah satunya yang paling sering
adalah batu pada kandung kemih yang disebut vesicolithiasis. 1
Batu kandung kemih biasanya merupakan suatu manifestasi dari keadaan patologis,
disfungsi perkemihan atau benda asing. Disfungsi perkemihan bisa disebabkan oleh striktur
uretra,BPH, kontraktur leher kandung kemih, maupun kelumpuhan atau kekakuan pada
neurogenik bladder dan lain sebagainya yang masing-masing dapat menghasilkan statisnya
urin.2
2.

Definisi

Vesicolithiasis adalah adanya batu yang terjadi di bagian bawah traktus urinarius
biasanya disebabkan oleh diet protein non hewani. Sedangkan yang bagian atas disebabkan
oleh diet protein hewani. Batu dapat berasal dari vesika urinaria disebut batu primer; atau
berasal dari ginjal disebut batu sekunder.1
Pada umumnya komposisi batu kandung kemih terdiri dari : batu infeksi (struvit),
ammonium asam urat dan kalsium oksalat. Batu kandung kemih sering ditemukan secara
tidak sengaja pada penderita dengan gejala obstruktif dan iritatif saat berkemih dan tidak
sering datang dengan keluhan disuria, nyeri suprapubik, hematuria dan buang air kecil
berhenti tiba-tiba.1
3.

Epidemiologi
Kebanyakan batu kandung kemih tampak pada laki-laki. Pada Negara yang sedang

berkembang, seringnya ditemukan pada anak laki-laki sebelum masa pubertas. Analisa batu
seringkali menunjukkan batu ammonium urat, asam urat, atau kalsium oksalat.2
Beberapa factor resiko terjadinya batu kandung kemih : obstruksi infravesika,
neurogenic bladder, infeksi saluran kemih (urea-splitting bacteria), adanya benda asing,
divertikel kandung kemih. Di Indonesia diperkirakan insidensinya lebih tinggi dikarenakan
adanya beberapa daerah yang termasuk daerah stone belt dan masih banyaknya kasus batu
endemic yang disebabkan diet rendah protein, tinggi karbohidrat dan dehidrasi kronik.1
4.

Anatomi
Vesika urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli, merupakan tempat

untuk menampung urin yang berasal dari ginjal melalui ureter, untuk selanjutnya diteruskan
ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh melalui mekanisme relaksasi sfingter. Vesika
urinaria terletak di lantai pelvis (pelvic floor), bersama-sama dengan organ lain seperti
rectum, organ reproduksi, bagian usus halus, pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan saraf.3
Syntopi vesica urinaria
Vertex

Lig. Umbilical medial

Infero-laterla

Os. Pubis, M. obturator internus, M. levator ani

Superior

Kolon sigmoid, ileum (laki-laki), fundus-korpus uteri,

excav. Vesicouterina (perempuan)


Infero-posterior

Laki-laki : gl. Vesiculosa, ampula vas deferens, rectum


Perempuan : korpus- cervic uteri, vagina

Dalam keadaan kosong vesika urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri atas tiga
bagian yaitu apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai tiga permukaan (superior dan
inferolateral dextra dan sinistra). Dinding vesika urinaria terdiri dari otot m. detrusor (otot
spiral, longitudinal, sirkular). Terdapat trigonum vesicae pada bagian posteroinferior dan
collum vesicae. Trigonum vesicae merupakan suatu bagian berbentuk mirip-segitiga yang
terdiri dari orifisium kedua ureter dan collum vesicae, bagian ini berwarna lebih pucat dan
tidak memiliki rugae walaupun dalam keadaan kosong.3
Vesika urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun pada
perempuan, a.vesicalis inferior digantikan oleh a.vaginalis.3
Sedangkan persarafan pada vesika urinaria terrdiri atas persarafan simpatis dan
parasimpatis. Persarafan simpatis melalui n. splanichus minor, n.splanichus imus, dan
n.splanichus lumbalis L1-L2. Adapun persarafan parasimpatis melalui n.splanichus pelvicus
S2-S4, yang berperan sebagai sensorik dan motorik.3
5.

Etiologi 2,4,5

Obstruksi kelenjar prostat yang membesar 2

Striktur uretra (penyempitan lumen dari uretra) 2

Neurogenik bladder (lumpuh kandung kemih karena lesi pada neuron yang

menginervasi bladder)
Benda asing, misalnya kateter 2
kontraktur leher kandung kemih 2
Divertikula, urin dapat tertampung pada suatu kantung di dinding vesika urinaria 4
Schistosomiasis, terutama oleh schistosoma haematobium dapat menjadi lesi
mengarah keganasan4
Hal-hal yang disebutkan di atas dapat menimbulkan retensi urin, infeksi, maupun

radang. Statis, lithiasis, dan sistitis adalah peristiwa yang saling mempengaruhi. Statis
menyebabkan bakteri berkembang disebut sistitis; urin semakin basa sehingga memberi
suasana yang tepat untuk terbentuknya batu MgNH4PO4 (batu infeksi/struvit). Batu yang
terbentuk bisa tunggal ataupun banyak.4

Karena batu menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher kandung kemih, maka
aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan terhenti dan menetes disertai dengan rasa
nyeri. Pada anak, menyebabkan yang bersangkutan menarik penisnya sehingga tidak jarang
dilihat penis yang agak panjang. Bila pada saat sakit tersebut penderita berubah posisi maka
suatu saat air kemih akan dapat keluar karena letak batu yang berpindah. Bila selanjutnya
terjadi infeksi yang sekunder, maka nyeri menetap di suprapubik.5
6.

Pathogenesis
Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti terjadinya batu saluran kemih. Diduga

akibat interaksi antara factor genetic dengan beberapa factor biologic, serta factor lain.
Factor genetic yang diduga berpengaruh adalah :
-

Septiuria
Hiperkalsiuria primer
Hiperoksaliuria primer

Adapun factor biologiknya adalah :


-

Supersaturasi urin
Kekurangan factor proteksi
Perubahan pH urin
Nukleasi serta factor yang dapat melekatkan Kristal tubulus renalis

Sedangkan factor lain yang menunjang terjadinya batu adalah :


-

Jenis kelamin = pria : wanita = 3 : 1


Ras : lebih sering ditemukan di Asia dan Afrika
Factor keturunan
Kebiasaan minum : banyak minum meningkatkan diuresis mencegah terjadinya batu
Mobilitas : orang yang banyak bergerak mempunyai resiko lebih kecil disbanding
orang yang kurang bergerak (banyak duduk)
Social ekonomi : batu slauran kemih bagian atas lebih banyak diderita oleh
masyarakat dengan social ekonomi tinggi (lebih banyak mengkonsumsi protein
hewani dan karbohidrat), dan sebaliknya penderita dari tingkat social ekonomi rendah

(vegetarian) lebih banyak enderita batu saluran kemih bagian bawah


Geografis : penduduk di daerah dengan suhu panas (tropika) diduga kuat mempunyai
resiko lebih tinggi, karena produksi keringat yang lebih banyak sehingga mengurangi

produksi urin
Infeksi : belum jelas apakah infeksi menyebabkan terjadinya batu atau sebaliknya. 4
Supersaturasi merupakan penyebab terpenting dalam proses terjadinya batu saluran

kemih. Supersaturasi adalah terdapatnya bahan tertentu di dalam urin yang melebihi batas
kemampuan cairan urin untuk melarutkannya.

Bahan-bahan tersebut adalah garam-garam dari oksalat, asam urat, sistein dan xantin.
Garam tersebut apabila dalam konsentrasi yang tinggi disertai dengan pengurangan volume
urin akan mengakibatkan terjadinya kristalisasi.4
Factor biologis lain yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya batu saluran kemih adalah :
1. Factor proteksi
Di dalam urin normal terdapat factor proteksi seperti : magnesium, sitrat, pirofosfat dan
berbagai protein enzim seperti glikopeptida zinc, ribonucleic acid dan khondroitin sulfat,
neprocalcim A, uropontin dan glycosaminoglycan. Ketiga yang terakhir merupakan
proteksi batu kalsium. Bahan ini dapat menghambat pembentukan batu dengan berbagai
cara, seperti : memecah Kristal yang sudah terbentuk, membungkus Kristal sehingga
tidak melekat dan membuat garam-garam urin guna menghambat pembentukan Kristal.
Pada orang yang cenderung menderita batu saluran kemih, kadar zat proteksi di atas
rendah, sementara infeksi akan mengurangi kadar dan aktivitas bahan proteksi dalam
urin.
2. pH urin
pH urin dalam sehari kadarnya bervariasi, tetapi pH rata-rata batas toleransi adalah antara
5,6-6,5. Perubahan pH urin ke arah lebih asam atau lebih basa akan mendorong
terbentuknya Kristal garam. Urin dengan pH asam memudahkan terbentuknya batu asam
urat, sedangkan urin dengan pH basa akan memudahkan terbentuknya batu kalsium dan
batu struvit.
3. nuclease
Adanya partikel debris, ireguler di dinding saluran kemih. Kristal yang terbentuk dapat
merupakan inti Kristal untuk terbentuknya batu. Debris sendiri terjadi karena adanya
benda asing, stagnasi aliran urin, obstruksi, kelainan congenital ginjal (ginjal kistik,
divertikel colitis, medulla sponge kidney) dan infeksi.4
Beberapa sifat batu saluran kemih :
1. Batu kalsium
Penyebab adanya batu kalsium tidak diketahui dengan pasti, sehingga adanya batu ini di
saluaran kemih disebut nephrolitiasis idiopatik. Diduga terjadinya batu ini karena adanya
ketidakseimbangan antara factor pemicu dan penghambat pembentuk batu berupa
hiperkalsiuria, hiperkalsemia, hiperoksaliuria dan rendahnya kadar sitrat. Factor genetic
diperkirakan berperan kurang lebih 45% dari batu kalsium ini.4

Pathogenesis terjadinya hiperkalsiuria :


a.

Absorbs kalsium yang berlebih di dalam intestinum, didukung factor genetic (diduga
ada defek gen yang mengatur regulasi kalsitriol, hormone yang berperan dalam

b.

c.

d.

meningkatkan absorbsi kalsium)


Kelebihan klorid (ion negative) : kalsium adalah ion positif yang mampu bergabung
satu dengan yang lain, artinya kelebihan klorid akan setara dengan kelebihan kalsium
Kebocoran kalsium pada ginjal (renal calcium leakage) merupakan kegagalan filtrasi
kalsium pada glomerulus sehingga terjadi hiperkalsiuria
Kelebihan sodium : absorbs kalsium di tubuli ginjal diikuti absorbs sodium pada urin
yang tinggi akan menunjukkan kadar kalsium yang tinggi pula. Adanya defek system
tubuli ginjal mengakibatkan ketidakseimbangan antara sodium dan fosfat yang
menyebabkan peningkatan kadar kalsium dalam urin. Asupan yang berlebihan juga

e.
f.

mengakibatkan hal yang sama


Beberapa jenis kanker dan sarcoidosis dapat mengakibatkan hiperkalsiuria
Beberapa obat (hormone thyroid, diuretika) dapat menimbulkan hiperkalsiuria.4

Pathogenesis terjadinya hiperkalsemia :


Terjadi bila ada pemecahan di dalam tulang yang mengakibatkan lepasnya ion kalsium ke
dalam darah, hal ini terjadi pada keadaan :
a.
b.

Hiperparatiroidisme, 5% kasus batu kalsium


Renal tubuler asidosis, hal ini dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan asam
basa, keadaan ini tidak hanya mengakibatkan kadar kalsium di dalam darah
meningkat, tetapi juga dapat mengurangi kadar sitrat dalam urin.4

Pathogenesis terjadinya hiperoksaliuria :


Oksalat biasanya disebut sebagai asam oksalat yang berkombinasi dengan kalsium
membentuk batu kalsium oksalat, yang merupakan batu komposisi terbanyak.
Hiperoksaluria terjadi pada 30% batu kalsium, dan merupakan penyebab tersering
dibanding dengan hiperkalsiuria. Namun demikian banyak batu oksalat tidak selalu
mengeluarkan oksalat lebih banyak di urin dibanding pada orang normal. Tubuh manusia
tidak dapat mematabolisme oksalat, oleh karenanya ekskresi melalui ginjal merupakan
satu cara untuk mengeliminasi. Apabila terjadi gagal ginjal maka akan terjadi deposit
oksalat pada organ tubuh, seperti : system konduksi jantung, tulang, dsb. Pada
hiperoksaluria dapat berakibat batu kalsium oksalat berulang dan gagal ginjal.4

Pathogenesis rendahnya kadar sitrat (hipositraturia) :


Walaupun penyebab rendahnya kadar sitrat belum diketahui dengan pasti, beberapa factor
diduga sebagai pencetusnya yaitu : renal tubulus asidosis, defisiensi potassium, atau
magnesium, ISK, dan diare kronik.
Beberapa ahli membedakan batu kalsium menjadi :

Primer/idiopatik (80-90% kasus) disebabkan beberapa kelainan metabolism


berupa : hiperabsorbsi, atau penurunan reabsorbsi di ginjal
Sekunder, dimungkinkan akibat hiperparatiroid, hiperoksaluria primer, asidosis
renal tubuler, metabolism berupa : hiperabsorbsi, penurunan rebsorbsi di ginjal.4

2. Batu asam urat


Terjadi karena konsentrasi Kristal asam urat yang sangat tinggi di urin, walaupun tanpa
hiperurikemia dan tanpa hiperurikosuria.
Kristal tersebut berasal dari purin, sebuah hasil akhir metabolism protein. Pembentukan
batu tidak selalu berhubungan dengan keasaman urin, walaupun pada sebagian besar batu
asma urat terjadi pada keasaman urin persisten (80-90%), tetapi dapat pula terjadi pada
urin normal atau basa.
Beberapa factor yang berperan dalam terjadinya hiperurikosuria adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Factor genetic
Diet tinggi protein hewani
Penyakit Gout
Obat-obatan : khemoterapi, diuretic, salisilat
Keracunan logam timbale
Penyakit darah (leukemia, mieloma multiple, limfoma)
Diare kronik

Hiperurikosuria juga memegang peranan dalam pembentukan batu kalsium oksalat, dalam
hal ini urat berperan sebagai inti (nidus) dari batu, kemudian diselaputi oleh Kristal
oksalat.4
3. Batu infeksi
Terjadi akibat infeksi saluran kemih oleh kuman proteus dan beberapa strain E.coli yang
dapat merubah area menjadi ammonia dan CO2. Batu infeksi mengandung magnesium
ammonium fosfat dengan kombinasi yang bervariasi dengan kalsium fosfat. Batu jenis ini
di ginjal biasanya tumbuh menjadi besar yang memenuhi pelvis ginjal (stag horn calculi)
yang lama kelamaan bisa merusak ginjal.

Factor yang berpengaruhterhadap terbentuknya batu infeksi adalah :


a.
b.
c.
d.

pH urin yang tinggi (alkalis)


Konsentrasi ammonium yang tinggi
Kenaikan jumlah nucleoprotein akibat proses perdangan
Penurunan jumlah sitrat dan pirofosfat akibat degenerasi kuman

Batu jenis ini biasanya didapatkan pada penderita yang sebelumnya mengalami
penyempitan akibat kelainan congenital, prostat hipertrofi dan penyempitan ureter.4
7.

Tanda dan gejala

Dapat tanpa keluhan 1

Sakit berhubungan dengan berkemih 1,2

Lokasi sakit terdapat di pangkal penis, suprapubis kemudian dijalarkan ke ujung penis
(pada laki-laki) dan klitoris (pada wanita) dan pelvis 1,2
Terdapat hematuria pada akhir berkemih1,2
Disuria (sakit ketika berkemih) 1,2
frekuensi (sering kebelet berkemih walaupun VU belum penuh) 1
Aliran urin berhenti mendadak bila batu menutup orificium urethra interna1,2
Infeksi saluran kemih 2
Bila batu menyumbat muara ureter maka hidroureter lalu terjadi hidronefrosis dan

pada akhirnya terjadi gagal ginjal.1


8.

Pemeriksaan diagnostik

Anamnesis

Pemeriksaan fisik : kurang berarti, kecuali jika batu cukup besar 1,2

Laboratorium 1
Darah : ureum/kreatinin, elektrolit, Ca, phospat anorganik. Alkali phospat, asam

9.

urat, protein, Hb
Urin : rutin (midstream urin)
Radiologis
Foto polos : BNO :tampak opak (90%) dan radiolusen (batu asam urat), lebih baik
dilanjutkan dengan IVP untuk mengetahui ada atau tidak kerusakan pada ginjal 1,2
IVP : untuk dapat melihat batu di lain tempat, anatomi saluran kencing bagian atas 4
PV (Pem Postvoid) : mengetahui pengosongan kandung kemih
USG : gambaran acoustic shadow 2
Sistoskopi : untuk menegakkan diagnosis batu kandung kencing 1

Penatalaksanaan
Pada saat ini ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menangani kasus batu
kandung kemih. Di antaranya : vesikolitolapaksi, vesikolitotripsi dengan berbagai sumber
energy (elektrohidrolik, gelombang suara, laser, pneumatic), vesikolitotomi perkutan,
vesikolitotomi terbuka dan ESWL.2,6

Vesikolitolapaksi : merupakan salah satu jenis tindakan yang telah lama dipergunakan
dalam menangani kasus batu kandung kemih selain operasi tebuka. Indikasi kontar
untuk tindakan ini adalah kapasitas kandung kemih yang kecil, batu multiple, batu
ukuran lebih dari 20mm, batu keras, batu kandung kemih pada anak dan akses uretra
yang tidak memungkinkan. Teknik ini dapat dipergunakan bersamaan dengan
tindakan TUR-P, dengan tidak menambeh resiko seperti halnya sebagai tindakan
tunggal. Angka bebas batu : tinggi (angka ?). penyulit : 9-25%, berupa cedera pada
kandung kemih.2,6

Vesikolitotripsi :
a.
Elektrohidrolik (EHL); merupakan salah satu sumber energy yang cukup kuat
untuk menghancurkan batu kandung kemih. Dapat digunakan bersamaan dengan
TUR-P. masalah timbul bila batu keras maka akan memerlukan waktu yang lebih
lama dan fragmentasinya inkomplit. EHL tidak dianjurkan pada kasus batu besar
dank eras. Angka bebas batu : 63-92%. Penyulit : sekitar 8%, kasus rupture
b.

kandung kemih 1,8%. Waktu yang dibutuhkan : 26 menit.2,6


Ultrasound: litotripsi ultrasound cukup aman digunakan pada kasus batu kandung
kemih, dapat digunakan pada batu besar, dapat menghindarkan dari tindakan
ulangan dan biaya tidak tinggi. Angka bebas batu : 88% (ukuran batu 12-50 mm).

c.

penyulit : minimal (2 kasus di konversi). Waktu yang dibutuhkan : 56 menit.2,6


Laser; yang digunakan adalah Holmium YAG. Hasilnya sangat baik pada kasus
batu besar, tidak tergantung jenis batu. Kelebihan yang lain adalah masa rawat
singkat dan tidak ada penyulit. Angka bebas batu : 100%. Penyulit : tidak ada.

d.

Waktu yang dibutuhkan : 57 menit.2,6


Pneumatic;; litotripsi pneumatic hasilnya cukup baik digunakan sebagai terapi
batu kandung kemih. Lebih efisien dibandingkan litotripsi ultrasound dan EHL
pada kasus batu besar dank eras. Angka bebas batu : 85%. Penyulit : tidak ada.
Waktu yang dibutuhkan : 57 menit.2,6

Vesikolitotomi perkutan : merupakan alternative terapi pada kasus batu pada anakanak atau pada penderita dengan kesulitan akses melalui uretra, batu besar atau batu
multiple. Tindakan ini indikasi kontara pada adanya riwayat keganasan kandung
kemih, riwayat operasi daerah pelvis, radioterapi, infeksi aktif pada saluran kemih
atau dinding abdomen. Angka bebas batu : 85-100%. Penyulit : tidak ada. Waktu yang
dibutuhkan : 40-100 menit.2,6

Vesikolitotomi terbuka : diindikasikan pada batu dengan stone burden besar, batu
keras, kesulitan akses melalui uretra, tindakan bersamaan dengan prostatektomi dan

divertikelektomi. Angka bebas batu : 100%.2,6


ESWL : merupakan salah satu pilihan pada penderita yang tidak memungkinkan
untuk operasi. Masalah yang dihadapi adalah migrasi batu saat tindakan. Adanya
obstruksi infravesikal serta residu urin pasca miksi akan menurunkan angka
keberhasilan dan membutuhkan tindakaan tambahan per endoskopi sekitar 10% kasus
untuk mengeluarkan pecahan batu. Dari kepustakaan, tindakan ESWL umumnya
dikerjakan lebih dari satu kali untuk terapi batu kandung kemih. Angka bebas batu :
elektromagnetik; 66% pada kasus dengan obstruksi dan 96% pada kasus non
obstruksi. Bila menggunakan pioezoelektrik hanya 50% yang berhasil.2,6
Pedoman pilihan terpai : dari sekian banyak pilihan untuk terapi batu kandung kemih
yang dikerjakan oleh para ahli di luar negri maka di Indonesia hanya beberapa
tindakan saja yang bisa dikerjakan, dengan alas an masalah ketersediaan alat dan
sumber daya manusia. Penggunaan istilah standar,rekomendasi dan opsional
digunakan berdasarkan fleksibilitas yang akan digunakan sebagai kebijakan dalam
penanganan penderita. Pedoman untuk batu ukuran kurang dari 20 mm. 1. Litotripsi
endoskopik 2. Operasi terbuka, Pedoman untuk batu lebih dari 20 mm. 1. Operasi
terbuka 2. Litotripsi endoskopik, pedoman untuk batu pada anak. 1. Operasi terbuka
2. Litotripsi endoskopik.6

10.

Komplikasi 6
Komplikasi akibat tindakan litotripsi, adalah :

11.

Rupture vesika urinaria


Rupture uretra
Prostatitis
Pyelonefritis
Septikemia
Hematuria

Pencegahan
Untuk mencegah pembentukan Kristal fosfat, ammonium, magnesium, semua batu
yang ada dalam saluran kemih harus dihilangkan karena kuman B.proteus dapat berada di
bagian yang sulit dicapai oleh antibiotic. Karena itu untuk batu struvit mutlak harus
dicegah adanya batu residu agar infeksi dapat dibasmi sempurna. Kristalisasi asam urat
sangat tergantung pada pH urin. Bila pH selalu di atas 6,2 maka tidak akan terbentuk

Kristal asam urat. Pencegahannya adalah dengan diit dan pada penyakit asam urat yang
tinggi dalam serum dapat diberikan allopurinol.7,8
Peningkatan saturasi oktokalsium fosfat sama seperti magnesium, ammonium,
fosfat, yaitu tergantung pada pH. Hanya pada nilai pH di atas 6,5 nilai saturasi
oktokalsium fosfat akan berada di atas daerah lewat jenuh.7,8
Kalsium oksalat terdapat pada 755 batu ginjal dan merupakan komposisi yang
paling sering ditemukan pada batu saluran kemih di Negara maju, dalam keadaan normal
kalsium oksalat tidak berada dalam puncak saturasi di air kemih. Factor utama yang
menentukan saturasi oksalat kalsium adalah kalsium dan oksalat. Mempunyai potensi
jauh lebih besar jika dibanding dengan kalsium sebagai factor saturasi di air kemih
sehingga untuk menghindari terjadinya kristalisasi kalsium oksalat yang terpenting adalah
mencegah ekskresi oksalat di air kemih. Ekskresi oksalat di air kemih sebagian berasal
dari makanan, tetapi sebagian besar bersumber dari metabolism endogen. Dari bahan
makanan yang paling banyak mengandung oksalat adalah bayam, the, kopi dan coklat.
Makanan dengan rendah oksalat merupakan cara yang bermanfaat untuk mengurangi
ekskresi oksalat.8,9

BATU URETER
Anatomi ureter mempunyai beberapa tempat penyempitan yang
memungkinkan batu ureter terhenti. Karena peristalsis, akan terjadi kolik,
yakni nyeri yang hilang timbul disertai perasaan mual dengan atau
muntah dengan nyeri alih khas. Selama batu bertahan di tempat yang
menyumbat, selama itu kolik akan berulang-ulang sampai batu bergeser
dan memberi kesempatan pada air kemih untuk lewat.
Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan
kemudian keluar bersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke
kandung kemih dan kemudian berupa nidus menjadi batu kandung kemih
yang besar. Batu juga bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan
menyebabkan

obstruksi

kronik

dengan

hidroureter

asimptomatik. Tidak jarang terjadi hematuria

yang

mungkin

yang didahului oleh

serangan kolik. Bila keadaan obstruksi terus berlangsung, lanjutan dari


kelainan yang terjadi dapat berupa hidronefrosis dengan atau tanpa
pielonefritis sehingga menimbulkan gambaran infeksi umum.
Rasa sakit yang mendadak disebabkan oleh batu yang lewat, rasa
sakit berupa pegal disudut CVA (distensi parenkim dan kapsul ginjal) atau
kolik (hiperkristaltik otot polos), kolik ini menjalar ke perut bagian bawah
sesuai dengan lokasi batu dalam ureter, pada pria rasa sakit sampai ke
testis (batu ureter proksimal), dan skrotum (batu ureter distal) pada
wanita rasa sakit terasa sampai ke vulva. Bila batu sudah menetap di
ureter hanya ditemukan rasa pegal pada sudut CVA karena bendungan.
Gejala traktus digestifus seperti pada batu ginjal (nausea, muntah-muntah
disertai distensi abdomen)
TANDA-TANDA

Pada saat akut penderita tampak gelisah, kulit basah dan dingin
kadang-kadang terdapat tanda-tanda shok ringan.

Nyeri tekan dan nyeri ketok pada sudut CVA, spasme otot-otot
abdomen, testis hipersensitif (batu ureter proksimal), skrotum
hipersensitif (batu ureter distal)

Pada batu ureter yang sudah lama menetap hanya ditemukan nyeri tekan
dan nyeri ketok pada sudut CVA atau tidak ditemukan kelainan sama
sekali.
BATU GINJAL
Batu Ginjal di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu
yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih atau infeksi.
Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih
(batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis,
nefrolitiasis).

ETIOLOGI
Terbentuknya batu bisa terjadi karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang
dapat membentuk batu atau karena air kemih kekurangan penghambat pembentukan batu
yang normal. Sekitar 80% batu terdiri dari kalsium, sisanya mengandung berbagai bahan,
termasuk asam urat, sistin dan mineral struvit.Batu struvit (campuran dari magnesium,
amonium dan fosfat) juga disebut "batu infeksi" karena batu ini hanya terbentuk di dalam air
kemih yang terinfeksi. Teori pembentukan terjadinya batu pada saluran kemih adalah:

Teori Inti (nukleus): Kristal dan benda asing merupakan tempat pengendapan kristal
pada urin yang sudah mengalami supersaturasi.

Teori Matrix: matrix organik yang berasal dari serum atau protein-protein urin
memberikan kemungkinan pengendapan kristal.

Teori Inhibitor Kristalisasi: beberapa substansi dalam urin menghambat terjadi


kristalisasi, konsentrasi yang rendah atau absennya substansi ini memungkinkan
terjadi kristalisasi.
Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang

sampai yang sebesar 2,5 sentimeter atau lebih. Batu yang besar disebut "kalkulus staghorn".
Batu ini bisa mengisi hampir keseluruhan pelvis renalis dan kalises renalis.
GEJALA
Batu, terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu di dalam kandung
kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat ureter, pelvis
renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri
kolik yang hebat).
Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah
antara tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha
sebelah dalam. Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut menggelembung, demam,
menggigil dan darah di dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering berkemih,
terutama ketika batu melewati ureter.

Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih,
bakteri akan terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga
terjadilah infeksi.
Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di
dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis)
dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal.
DIAGNOSA
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi wajib dilakukan pada pasien yang dicurigai mempunyai batu.
Hampir semua batu saluran kemih (98%) merupakan batu radioopak. Pada kasus ini,
diagnosis ditegakkan melalui radiografi. Pemeriksaan rutin meliputi foto abdomen dari ginjal,
ureter dan kandung kemih (KUB) ditambah USG atau excretory pyelography (Intravenous
Pyelography, IVP). Excretory pyelography tidak boleh dilakukan pada pasien dengan alergi
media kontras, kreatinin serum > 2 mg/dL, pengobatan metformin, dan myelomatosis.
Pemeriksaan radiologi khusus yang dapat dilakukan meliputi :

Retrograde atau antegrade pyelography

Spiral (helical) unenhanced computed tomography (CT)

Scintigraphy

CT Scan tanpa kontras (unenhanced) merupakan pemeriksaan terbaik untuk diagnosis nyeri
pinggang akut, sensitivitasnya mencapai 100% dan spesifisitas 98%. CT Scan tanpa kontras
tersedia luas di negara-negara maju dan juga dapat memberikan informasi mengenai
abnormalitas di luar saluran kemih. IVP memiliki sensitivitas 64% dan spesifisitas 92%.
Pemeriksaan ini membutuhkan waktu cukup lama dan harus dilakukan dengan hati-hati
karena kemungkinan alergi terhadap kontras.

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium rutin meliputi: sedimen urin / tes dipstik untuk mengetahui
sel eritrosit, lekosit, bakteri (nitrit), dan pH urin. Untuk mengetahui fungsi ginjal, diperiksa

kreatinin serum. Pada keadaan demam, sebaiknya diperiksa C-reactive protein, hitung
leukosit sel B, dan kultur urin. Pada keadaan muntah, sebaiknya diperiksa natrium dan kalium
darah. Untuk mencari faktor risiko metabolik, sebaiknya diperiksa kadar kalsium dan asam
urat darah. Pemeriksaan laboratorium berikut dilakukan sebelum terapi untuk memastikan
bahwa pasien tidak menderita infeksi saluran kemih ataupun gangguan perdarahan :
- Fungsi ginjal : kreatinin serum
- Analisis urin, kultur urin
- Hitung darah lengkap, prothrombin time (PT) dan activated parsial
thromboplastin time (APTT)
Analisa air kemih mikroskopik bisa menunjukkan adanya darah atau kristal batu yang
kecil. Biasanya tidak perlu dilakukan pemeriksaan lainnya, kecuali jika nyeri menetap lebih
dari beberapa jam atau diagnosisnya belum pasti.
Pemeriksaan

tambahan

yang

bisa

membantu

menegakkan

diagnosis

adalah

pengumpulan air kemih 24 jam dan pengambilan contoh darah untuk menilai kadar kalsium,
sistin, asam urat dan bahan lainnya yang bisa menyebabkan terjadinya batu.
Rontgen perut bisa menunjukkan adanya batu kalsium dan batu struvit. Pemeriksaan
lainnya yang mungkin perlu dilakukan adalah urografi intravena dan urografi retrograd.
TERAPI
Batu kecil yang tidak menyebabkan gejala, penyumbatan atau infeksi, biasanya tidak perlu
diobati. Minum banyak cairan akan meningkatkan pembentukan air kemih dan membantu
membuang beberapa batu; jika batu telah terbuang, maka tidak perlu lagi dilakukan
pengobatan segera.
Kolik renalis bisa dikurangi dengan obat pereda nyeri golongan narkotik.
Batu di dalam pelvis renalis atau bagian ureter paling atas yang berukuran 1
sentimeter atau kurang seringkali bisa dipecahkan oleh gelombang ultrasonik (extracorporeal
shock wave lithotripsy, ESWL). Pecahan batu selanjutnya akan dibuang dalam air kemih.
Kadang sebuah batu diangkat melalui suatu sayatan kecil di kulit (percutaneous
nephrolithotomy, nefrolitotomi perkutaneus), yang diikuti dengan pengobatan ultrasonik.

Batu kecil di dalam ureter bagian bawah bisa diangkat dengan endoskopi yang dimasukkan
melalui uretra dan masuk ke dalam kandung kemih.
Batu asam urat kadang akan larut secara bertahap pada suasana air kemih yang basa
(misalnya dengan memberikan kalium sitrat), tetapi batu lainnya tidak dapat diatasi dengan
cara ini. Batu asam urat yang lebih besar, yang menyebabkan penyumbatan, perlu diangkat
melalui pembedahan.

DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.

Purnomo Basuki B, 2008. Dasar-dasar Urologi Edisi Kedua. Jakarta : Sagung Seto.
Tanagho, Emil A and Mctriuch, Jack W,. Smiths General Urology, pp : 313.
Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 4th ed.US : Saunders; 2006.
Reilly, R.F. 2000. The Patient with Renal Stones in Schrier, R.W., (eds). Manual of

Nephrology. 5th ed., Lippincolt, William and Willkins, Philadelphia, pp : 81-90.


5. Huberty, lee., Management Expertis, American Board of Radiology,
http://www.infinityhealthcare.com/servicesproduct/radiology.html2003
6. Aronson, M.D., Rose B.D. 2003. Diagnosis and Acute Management of Suspect
Nephrolitiasis. Uptodate. 12.1.
7. Sjabani, M. 2001. Pencegahan Kekambuhan Batu Ginjal Kalsium Idiopatik dalam
Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah ke III Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran UGM. Yogyakarta; hal 46-64.
8. Glenn, James F. Urologic Surgery Ed.4. Philadelphia : Lippincott-Raven Publisher,
1991.
9. Oswari, Jonathan; Adrianto, Petrus, Buku Ajar Bedah, EGC, Jakarta, 1995.
10. R. Sjamsuhidajat., Wim de Jong. : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Halaman. 758.

11. Reksoprodjo. S, dkk : Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia/Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo. Halaman 158.

Anda mungkin juga menyukai