Pneumonia komunitas adalah peradangan akut pada parenkim paru yang didapat di
masyarakat. Pneumonia komunitas ini merupakan masalah kesehatan yang menyebabkan
angka kematian tinggi di dunia (File, 2013).
1.
Etiologi
Menurut kepustakaan penyebab pneumonia komunitas banyak disebabkan bakteri
Gram positif dan dapat pula bakteri atipik. Data Survelans Sentinel SARI (Severe Acute
Respiratory Infection) 2010 mendapatkan hasil biakan sputum (Mandell, 2007) :
Acinetobacter calcoaticus 8 %
Pseudomonas aeruginosa 6%
Escherichia coli 2%
2.
Diagnosis
Diagnosis pneumonia komuniasi didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisis, foto toraks
dan labolatorium. Diagnosis pasti pneumonia komunitas ditegakkan jika pada foto toraks
terdapat infiltrat / air bronchogram ditambah dengan beberapa gejala di bawah ini (Torres,
2010) :
Batuk
Nyeri dada
Sesak
Pemeriksaan fisis: ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas bronkial dan ronki
U: Urea
-
R: Respiratory rate
-
RR 30 x/menit skor 0
B: Blood pressure
-
65: Umur 65 th
-
Penilaian berat pneumonia dengan menggunakan sistem skor CURB-65 sebagai berikut :
Skor 0-1
Skor 2
Skor > 3
pneumonia berat
2.
Bila skor PSI kurang < 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah
satu dari kriteria dibawah ini.
3.
Total poin yang didapatkan dari PSI dapat digunakan untuk menentukan risiko, kelas risiko,
angka kematian, dan jenis perawatan seperti yang terlihat pada tabel 2.
Tabel 2. Derajat skor risiko PSI
Total Poin
Tidak
diprediksi
70
71-90
Risiko
Kelas
Risiko
Angka
Kematian
Perawatan
Rendah
0.1%
Rawat jalan
II
0.6%
III
2.8%
Rawat jalan
Rawat
inap/jalan
91-130
>130
Sedang
Berat
IV
V
8.2%
29.2%
Rawat inap
Rawat inap
Menurut ATS 2007 kriteria pneumonia berat bila dijumpai salah satu atau lebih kriteria di
bawah ini.
Kriteria minor:
Kesadaran menurun/disorientasi
Hipotermia (suhu<360C)
Pasien syok septik yang membutuhkan vasopresor atau ARDS yang membutuhkan
intubasi dan ventilasi mekanis
Pneumonia atipik
Pada pneumonia selain ditemukan bakteri penyebab yang tipik sering pula dijumpai bakteri
atipik. Bakteri atipik yang sering dijumpai adalah Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia
pneumoniae, Legionella sp. Penyebab lain Chlamydiapsittasi, Coxiella burnetti, virus
Influenza tipe A & B, Adenovirus dan Respiratori syncitial virus.
Gejalanya adalah tanda infeksi saluran napas yaitu demam, batuk nonproduktif dan
gejala sistemik berupa nyeri kepala dan mialgia. Gejala klinis pada tabel di bawah ini
dapat membantu menegakkan diagnosis pneumonia atipik.
b.
Pada pemeriksaan fisis terdapat ronki basah tersebar, konsolidasi jarang terjadi.
c.
d.
e.
Uji serologi
Cold agglutinin
3.
Penatalaksanaan
Dalam hal mengobati penderita pneumonia perlu diperhatikan keadaan klinisnya. Bila
keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat dapat diobati di rumah. Juga diperhatikan
ada tidaknya faktor modifikasi yaitu keadaan yang dapat meningkatkan risiko infeksi dengan
mikroorganisme patogen yang spesifik misalnya S. pneumoniae yang resisten penisilin. Yang
termasuk dalam faktor modifikasis adalah :
a.
Pecandu alkohol
b.
Pseudomonas aeruginosa
Bronkiektasis
Gizi kurang
(Niederman, 2001)
Pengobatan pneumonia atipik
Antibiotik masih tetap merupakan pengobatan utama pada pneumonia termasuk
atipik. Antibiotik terpilih pada pneumonia atipik yang disebabkan oleh M.pneumoniae,
C.pneumoniae dan Legionella adalah golongan :
Obat suntik dapat diberikan 2-3 hari, paling aman 3 hari, kemudian pada hari ke 4 diganti
obat oral dan penderita dapat berobat jalan (Mangunnegoro, 2004).
Hemodinamik stabil
Suhu 37,80C
Evaluasi pengobatan
Jika setelah diberikan pengobatan secara empiris selama 24 - 72 jam tidak ada perbaikan, kita
harus meninjau kernbali diagnosis, faktor-faktor penderita, obat-obat yang telah diberikan
dan bakteri penyebabnya.
4.
Prognosis
Pada umumnya prognosis adalah baik, tergantung dari faktor penderita, bakteri
penyebab dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat. Perawatan yang baik dan
intensif sangat mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat. Angka
kematian penderita pneumonia komunitas kurang dari 5% pada penderita rawat jalan,
sedangkan penderita yang dirawat di rumah sakit menjadi 20%. Menurut Infectious Disease
Society Of America (IDSA) angka kematian pneumonia komunitas pada rawat jalan
berdasarkan kelas yaitu kelas I 0,1% dan kelas II 0,6% dan pada rawat inap kelas III sebesar
2,8%, kelas IV 8,2% dan kelas V 29,2%. Hal ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko
kematian penderita pneumonia komunitas dengan peningkatan risiko kelas. Di RSUD
Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 2012 adalah 20,5%, RSUD
Moewardi 14,5%, RSUD Dr. Soetomo angka kematian 9,6%, dan RSUD Saiful Anwar 8%.
5.
Pencegahan
Vaksinasi (vaksin pneumokok dan vaksin influenza)
Berhenti merokok
Menjaga kebersihan tangan, penggunaan masker, menerapkan etika batuk
Menerapkan kewaspadaan standar dan isolasi pada kasus khusus (Sundaru, 2003)
DAFTAR PUSTAKA
Cunha BA (2006). The atypical pneumonias: clinical diagnosis and importance. Clin
microbiol infect, 3: 12-24.
who
require
hospitalization
2013,
diunduh
dari
Mandell LA, Wunderink RG, Anzueto A, Barlett ZG, Campbell D, Dean NC (2007).
Infectious diseases society of America/American thoracic society consensus guidelines on the
management of community-acquired pneumonia in adults. Clinical Infectious Diseases, 44:
527-572.
Niederman MS (2001).
Sundaru H (2003). Rekomendasi jadwal imunisasi pada orang dewasa. Dalam Djauzi S,
Sundaru H, edisi Imunisasi dewasa. Balai Penerbit FK UI, Jakarta, pp: 145-150.