Anda di halaman 1dari 7

SEMINAR MAHASISWA UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH TEKNIK PENULISAN ILMIAH

PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN IPA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

PENGEMBANGAN ALAT EVALUASI PETA KONSEP UNTUK


MENGUKUR PEMAHAMAN KONSEP KEMAGNETAN SISWA SMP
1

D.R. Prasetyo1), S. Khomariyah2)


Prodi IPA Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang
email: dodyslash89@gmail.com
2
SMP Negeri 1 Gringsing, Batang, Jawa Tengah
email: khomariyah@yahoo.com

Abstrak
Evaluasi merupakan kegiatan yang penting dalam pembelajaran. Selama ini, kegiatan evaluasi yang ada
belum mampu menggambarkan struktur kognitif siswa. Upaya yang dilakukan untuk menggambarkan struktur
kognitif siswa, dengan mengembangkan alat evaluasi peta konsep. Tujuan pengembangan alat evaluasi peta
konsep kemagnetan untuk mendapatkan alat evaluasi yang valid, reliabel, mampu mendiskripsikan struktur
kognitif, mampu mengukur pemahaman konsep siswa SMP. Penelitian yang dilakukan dengan metode R&D
yang terdiri dari tiga tahap yaitu tahap pendahuluan, tahap pengembangan, dan tahap evaluasi/implementasi
(ujicoba skala luas). Model evaluasi yang dikembangkan yaitu model C dan S. Analisis validitas dengan Pearson
Product Moment, reliabilitas dengan interater reliability, struktur kognitif merujuk kisi-kisi penilaian, dan
ketercapaian pembelajaran menggunakan ketuntasan indikator pembelajaran. Hasil yang diperoleh alat evaluasi
(CMA) dengan model C dan S valid dan reliabel. Penggambaran struktur kognitif meliputi: (1) rata-rata
kemampuan konsep (struktur kognitif) 79,67, (3) struktur hirarki 83,68, (4) proporsi 52,67, dan (6) link 66,63.
Pencapaian pemahaman konsep siswa pada peta konsep 1 rata-rata sebesar 55,6 dan peta konsep 2 rata-rata
sebesar 81. Indikator paling sulit adalah gaya magnetik/gaya Lorentz pada peta konsep 1, sedangkan indikator
lainnya kategori mudah.
Kata Kunci : alat evaluasi, peta konsep, konsep pembanding, konsep kemagnetan.

Abstract
Assesment is important thing in learning. During the instrument assesment not yet can describe students'
cognitive structure. Attempts were made to describe the cognitive structure of the students , by developing the
concept mapping assesment. The purpose instrument development concept mapping assesment is to gain
concept mapping instrument magnetism which valid, reliable, describe the student cognitive concept and
measure student concept comprehension in Junior High School. The research is done with the R & D method is
consists of three phases: introduction, study development and assesment step/implementation (expand try out).
The assesment models for development is two models i.e. the C modelsand S models. Analyze validity use
correlation Pearson Product Moment, reliability with inter rater reliability, cognitive structure with grill of
concept mapping assesment, and learning achievement to use appropiate learning indicator with proposition of
the concept map. Result of study is instrument concept mapping assesment (CMA) is consist of some
component: a) Description of instrument concept mapping assesment, b) the orientation to make the concept
map, c) the master concept, d) development of the question, e) the orientation to scoring and assesment, f) the
orientation to interpretation. The CMA instrument of the C and S is valid and reliable to measure student
concept comprehension. The student cognitive structure with average of the concept sub-ability 79.67, hierarchy
structure 83.68, proposition 52,67, and link 66,63. The achievement of the concept comprehension at the one
concept map average about 55.6 and at the two concept map average about 81. The most difficult indicator of
concept map 1 is the magnetic force concept or Lorentz force, while another indicators is easy category.
Keyword : instument assesment, concept mapping, concept comprehension, Magnetism Concept.

SEMINAR MAHASISWA UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH TEKNIK PENULISAN ILMIAH
PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN IPA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

1. PENDAHULUAN
Evaluasi merupakan kegiatan yang
penting dalam pembelajaran. Kegiatan ini
dapat memberikan informasi untuk membantu
perbaikan dalam pembelajaran. Selama ini,
alat evaluasi yang digunakan belum mampu
mengukur pemahaman konsep siswa.
Permasalahan yang dihadapi guru dalam
penilaian kognitif siswa adalah rendahnya
hasil belajar. Anggapan bahwa rendahnya
hasil belajar kognitif, disebabkan oleh siswa
belum memahami konsep atau belum mampu
mengomunikasikan
ide/konsep
yang
dimilikinya. Oleh sebab itu, dibutuhkan alat
evaluasi
yang
sesuai
dan
mampu
menggambarkan pemahaman konsep siswa.
Salah satu alat evaluasi yang dapat
mengukur struktur kognitif siswa yaitu peta
konsep[5,6]. Struktur kognitif siswa diukur
untuk mengetahui fakta, konsep, dan
generalisasi yang telah diingat siswa. Struktur
kognitif siswa merupakan cerminan dari
pemahaman konsep siswa. Semakin baik
struktur kognitif siswa, semakin baik pula
pemahaman konsep yang dimiliki siswa.
Evaluasi dengan peta konsep dapat
memberikan informasi hubungan antarkonsep
dan gagasan-gagasan pokok yang disusun
hirarkis yang dipahami siswa setelah
pembelajaran. Dengan alat evaluasi peta
konsep, dapat mengungkap miskonsepsi yang
terjadi pada siswa [4]. Materi fisika tentang
kemagnetan memiliki konsep yang kompleks
dan berhubungan dengan konsep fisika yang
lain sehingga alat evaluasi yang cocok adalah
peta konsep.
Hasil penelitian menyatakan bahwa
model CMA (Concept Mapping Assesment)
dapat digunakan untuk mengukur kemampuan
mahasiswa dalam mengkonstruk konsep [2].
Penelitian ini mengadaptasi model tersebut.
Model CMA yang dikembangkan terdiri dari:
model C dan model S.
Model C
Model C merupakan model dimana siswa
membuat peta konsep sendiri sesuai dengan
kemampuannya dan digunakan untuk
mengetahui konsep siswa secara umum mirip
dengan tes uraian. Model C diklasifikasikan
menjadi dua jenis yaitu: (1) C open, hanya
disediakan kata kunci dan (2) C close,
disediakan daftar konsep dan label dalam
soal.

Model S
Model S dikembangkan setelah mengetahui
konsep yang dimiliki siswa pada model C.
Model ini dikenal sebagai model fill in map,
dimana siswa hanya mengisi konsep dan label
sesuai dengan daftar konsep dan label pada
tempat serta bentuk yang telah disediakan.
Prinsip dari model S ini mirip dengan tes
menjodohkan dapat dilihat pada Gambar 1.
Konsep
elemen primer
accumulator(aki)
elemen sekunder
baterai
sumber arus listrik
elemen volta

Label
terdiri atas
contoh

sumber arus listrik


terdiri atas

contoh

Gambar 1. Contoh Fill in Map

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan


yang ingin dijawab melalui penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut: (a) bagaimana
cara memperoleh alat evaluasi peta konsep
yang valid dan reiabel?; (b) bagaimana
deskripsi struktur kognitif dan pengukuran
pemahaman konsep kemagnetan siswa SMP
diukur menggunakan alat evaluasi peta
konsep kemagnetan?.
2. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian dan pengembangan (Research and
Development). Pengembangan alat evaluasi
peta konsep ini diujicobakan di SMP
kecamatan Gringsing dan Banyuputih
Kabupaten Batang serta dilaksanakan pada
semester 2 tahun pelajaran 2010/2011. Teknik

SEMINAR MAHASISWA UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH TEKNIK PENULISAN ILMIAH
PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN IPA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

pengumpulan data yang digunakan yaitu


metode tes. Prosedur penelitian ini meliputi
tiga tahapan yaitu: tahap studi pendahuluan,
studi pengembangan, dan tahap evaluasi [1,3].
Langkah-langkah penelitian ditunjukkan pada
Gambar 2.
1. Tahap Studi Pendahuluan
Analisis
Kebutuhan

Studi
Literatur

keterbacaan. Koreksi dari pakar digunakan


untuk merevisi produk sehingga dihasilkan
produk yang telah disempurnakan yang
disebut peta konsep master (draft 2). Produk
(draft 2) ini kemudian diujicobakan skala
terbatas pada subyek penelitian. Hasil uji
coba dianalisis menggunakan korelasi Produk
Moment untuk mengetahui reliabilitas soal
uraian dengan metode Alpha ditunjukkan
persamaan (1).
k

k
1

r11

Keterangan:

2. Tahap Studi Pengembangan


Telaah Pakar

Desain Awal
(draft 2)
Produk
Hipotetik

Desain Awal
(draft1)

Uji Coba
Terbatas

Desain Revisi
Hasil Uji
Terbatas

S
St

r11

................. (1)

= nilai reliabilitas

= jumlah varians tiap


item
St
= varians total
k
= jumlah item
r
Jika 11 lebih besar dari r tabel maka
dikatakan reliabel.
Untuk
analisis
validitas,
digunakan
persamaan (2).
rxy

XY X Y
N X X N Y Y
N

........(2)
Tahap Evaluasi
Implementasi
Produk

Keterangan:
Analisis Validitas,
Reliabilitas,
Keefektifan, dan
Kepraktisan

Produk
Akhir
Gambar 2. Prosedur Penelitian dan Pengembangan

Tahap Studi Pendahuluan


Tahapan pendahuluan meliputi
kebutuhan dan tujuan.

analisis

Tahap Pengembangan
Tahap pengembangan meliputi: 1) desain
produk awal, 2) telaah pakar atau validasi
pakar, 3) analisis dan revisi, 4) uji coba
terbatas,
5)
analisis
dan
revisi
penyempurnaan, dan 6) produk hipotetik.
Desain awal yang dibuat berupa produk (draft
1) yang dikembangkan dari studi literatur dan
analisis kebutuhan. Setelah itu, produk
dikoreksi oleh pakar baik isi maupun

rxy = koefisien korelasi

antara X dan Y

X = skor hasil peta konsep


siswa

Y = skor hasil peta


konsep master
N = jumlah siswa yang
mengerjakan soal
Kriteria kevalidan ditentukan sebagai berikut:
0,80 < rxy 1,00
: sangat tinggi
r
0,60 < xy 0,80
: tinggi
r
0,40 < xy 0,60
: cukup
r
0,20 < xy 0,40
: rendah
r
0,00 < xy 0,20
: sangat rendah
Hasil analisis validitas dan reliabilitas
digunakan untuk penyempurnaan produk
(draft 2) sehingga menghasilkan produk
hipotetik.
Tahap Evaluasi
Produk hipotetik yang dihasilkan tahap 2
diujicobakan skala luas. Hasil skala luas ini

SEMINAR MAHASISWA UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH TEKNIK PENULISAN ILMIAH
PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN IPA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

dianalisis untuk mengetahui validitas,


reliabilitas, ketercapaian pemahaman konsep,
dan ketercapaian pembelajaran sehingga
diperoleh produk akhir. Untuk menguji
validitas digunakan persamaan (1) dan
menguji reliabilitas digunakan persamaan (2).
Ketercapaian pemahaman konsep siswa
dianalisis
dengan
penilaian
tiap
subkemampuan yang meliputi: konsep (I),
struktur hirarki (II), proposisi/hubungan antar
konsep (III), dan link / Aplikasi (IV).
Subkemampuan yang dinilai disesuaikan
dengan kisi-kisi dan rubrik penilaian yang
dikembangkan oleh Rusilowati [1]. Produk
yang dihasilkan adalah seperangkat alat
evaluasi peta konsep yang terdiri dari: (a)
penjelasan alat evaluasi, (b) pedoman
pembuatan, (c) peta konsep master, (d)
pengembangan soal, (e) pedoman penilaian
dan penskoran, dan (f) pedoman intepretasi.

lebih rendah dari peta konsep model S baik


pada peta konsep 1 maupun peta konsep 2 .
Hal ini disebabkan pada model C, siswa
membuat peta konsep sendiri sesuai dengan
kemampuannya sehingga mereka mengalami
kesulitan. Dibandingkan dengan peta konsep
model S, siswa hanya mengisi konsep dan
label sehingga lebih mudah. Data yang paling
mencolok terdapat pada peta konsep 1 baik
rata-rata maupun ketuntasan. Kesulitan yang
dialami siswa pada peta konsep 1 disebabkan
karena mereka belum memahami konsep dan
penggunaan bahasa yang belum dikenal siswa
seperti istilah gaya magnetik. Dari analisis
validitas dan reliabilitas, alat evaluasi peta
konsep kemagnetan dapat dikatakan valid dan
reliabel, karena nilai telah memenuhi syarat
minimal yaitu 0,61. Secara umum hasil
analisis uji coba skala terbatas telah valid dan
reliabel. Untuk menjadi sempurna, perlu
dilakukan koreksi kembali.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Tahap Pendahuluan
Setelah melakukan analisis kebutuhan
dan studi literatur, ditemukan bahwa alat
evaluasi peta konsep dapat mengukur
pemahaman konsep [5,6].

Tahap Implementasi
Alat evaluasi yang telah disempurnakan
(produk hipotetik) diujicobakan skala luas
pada tiga sekolah yaitu: 1) 20 siswa untuk tes
1 dan 19 siswa untuk tes 2 di SMPN 1
Banyuputih, 2) 26 siswa pada tes 1 dan 2 di
SMPN 2 Gringsing, 3) 35 siswa pada tes 1
dan 2 di SMPN 4 Gringsing. Hasil dari tes
dapat dilihat pada Gambar 4.

Tahap Pengembangan
Setelah alat evaluasi peta konsep
dikembangkan dan divalidasi pakar, hasil
penilaian pakar diperoleh bahwa alat evaluasi
memiliki kategori sangat baik dengan
beberapa saran perbaikan. Alat evaluasi yang
telah disempurnakan diujicobakan skala
terbatas dengan subyek: 3 siswa SMPN 2
Gringsing dan 3 siswa SMPN 1 Banyuputih
dengan kategori tinggi, sedang, rendah. Hasil
tes peta konsep dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Data Hasil Uji Coba Skala Terbatas
Aspek PK 1
PK 1
PK 2
Model C
Model S Model C
Validit
0,94
0,84
0,91
as
Reliab
0,94
0,85
0,85
ilitas
Rata43,45
60,26
60,2
rata
Level
II
III
III
Siswa
Ketunt
17%
50%
66,7%
asan

PK 2
Model S
0,96
0,81
78,65
IV
83,8%

Dari tabel 1 didapatkan bahwa rata-rata


dan ketuntasan dari peta konsep model C

Tabel 2. Data Hasil Uji Coba Skala Luas


Aspek PK 1
PK 1
PK 2
Model C
Model S Model C
Validit
0,95
0,95
0,89
as
Reliab
0,95
0,93
0,92
ilitas
Rata52,4
63,3
48
rata
Level
III
III
II
Siswa

PK 2
Model S
0,95
0,97
81,1
IV

Dari analisis validitas, peta konsep 1


dengan model C dan S memiliki validitas
yang sama 0,95. Pada peta konsep 2, nilai
validitas yang dicapai model C 0,89 dan
model S 0,92. Hal ini menunjukkan kedua
model tersebut valid dalam mengukur
kemampuan siswa dalam memahami konsep
kemagnetan dan penerapannya KD 4.1 dan
4.2 (peta konsep 1) dan konsep induksi
elektromagnetik KD 4.3 (peta konsep 2). Dari
analisis reliabilitas pada konsep 1, didapatkan
nilai koefisien korelasi model C 0,95 dan
model S 0,93. Pada konsep 2, nilai koefisien

SEMINAR MAHASISWA UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH TEKNIK PENULISAN ILMIAH
PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN IPA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

korelasi yang diperoleh model C 0,92 dan


model S 0,95. Hal ini menunjukkan kedua
model tersebut reliabel dalam mengukur
kemampuan siswa dalam memahami konsep
kemagnetan dan penerapannya KD 4.1 dan
4.2 (peta konsep 1) dan konsep induksi
elektromagnetik KD 4.3 (peta konsep 2).
Dari data yang disajikan pada Tabel 3,
terdapat perbedaan dalam ketercapaian tiap
indikator pembelajaran. Namun, secara umum
ketuntasan
klasikal
pada
beberapa
pembelajaran hampir sama yaitu pada peta
konsep 1 model C dan rata-rata yang tuntas
pada indikator 3 yaitu pada konsep
kemagnetan bumi. Oleh sebab itu, perlu
diadakan
perbaikan
pada
indikator
pembelajaran lain. Secara keseluruhan
pencapaian pemahaman konsep siswa pada
peta konsep 1 rata-rata sebesar 55,6 dan peta
konsep 2 rata-rata sebesar 81.
Tabel 3. Ketercapaian Tiap Indikator Pembelajaran
PK 1
PK 1
PK 2
PK 2
Indikator Model
Model
Model Model
C
S
C
S
Indikator
48
55
6
89
1
Indikator
29
31
25
72
2
Indikator
84
97
22
82
3
Indikator
19
58
4
Indikator
13
37
5

Hasil analisis secara umum bahwa


indikator gaya magnetik atau dikenal gaya
Lorentz tidak ada yang tuntas, baik model C
maupun model S. Hal ini karena ada
kesalahpahaman siswa yang menganggap
gaya magnetik adalah gaya magnet. Pada
indikator sifat magnet dan pembuatan magnet
beserta cara menghilangkannya, di dua
sekolah masih rendah pengusaan konsepnya.
Hal ini disebabkan belum dikuasainya
konsep-konsep dari indikator itu oleh siswa.
Hasil pencapaian pemahaman konsep
kemagnetan siswa sebesar 50,1 pada peta
konsep model C, sedangkan peta konsep
model S sebesar 72,2. Struktur kognitif siswa
pada konsep (knowledge) 79,67, struktur
hirarkis (comunication) 83,6, proposisi
(thinking) 52,67, hubungan (application)
66,63, dan ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Kemampuan Berpikir Konsep Siswa Pada


Konsep Kemagnetan
Dimensi
Konsep
Hirarki
Proporsisi
Link
Rata-rata
79,67
83,68
52,67
66,63

Jika dibandingkan dengan penelitian lain


[5,6], penelitian ini mampu mendiskripsikan
sruktur kognitif dan mengukur pemahaman
konsep siswa sekaligus sesuai indikator
pembelajaran dengan menggunakan alat yang
valid dan reliabel.
4. KESIMPULAN
Dari hasil pengolahan dan analisis data
dapat disimpulkan bahwa alat evaluasi peta
konsep kemagnetan valid, reliabel, mampu
mengukur
pemahaman
konsep,
dan
mendiskripsikan struktur kognitif.
Di
samping itu, alat evaluasi peta konsep
kemagnetan
dapat
mendiskripsikan
pencapaian indikator pembelajaran.
Disarankan bagi peneliti selanjutnya, alat
evaluasi peta konsep model S
dapat
digunakan sebagai tes perbaikan dan peta
konsep model C open dapat digunakan
sebagai tes pengayaan. Diperlukan juga,
pengembangan jenis peta konsep yang
digunakan seperti model laba-laba, siklus,
atau rantai kejadian, agar lebih bervariasi.
5. UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih ditujukan kepada
SMA Negeri 2 Pati atas bantuan dana dalam
penyelesaian penelitian ini.
6. REFERENSI
1. Rusilowati, A, dkk. 2010a. Pengembangan
Rubrik Penilaian Assesment. Prosiding
Seminar Nasional Himpunan Evaluasi dan
Pendidikan Indonesia, Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah.
2. Rusilowati,
A,
dkk.
2010b.
Pengembangan
Concept
Mapping
Assesment untuk Mengukur Kemampuan
Mahasiswa
Mengkonstruk
Konsep
Elektronika. Prosiding Seminar Nasional
Fisika 2010. Semarang: UNNES.
3. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian
Pendidikan,
Pendekatan
Kuantitatif,
Kualiatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
4. Suparno, P. 2013. Miskonsepsi Dan
Perbahan Konsep Dalam Pendidikan
Fisika. Jakarta: PT Gramedia.
5. Supratiyoko, K. 2010. Pengembangan
CMA untuk Mengukur Struktur Kognitif

SEMINAR MAHASISWA UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH TEKNIK PENULISAN ILMIAH
PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN IPA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Siswa dalam Membangun Pemahaman


Konsep
Listrik
Dinamis,
Tesis
diseminarkan dalam seminar fisika tahun
2010. UNNES.
6. Supriyanto.
2010.
Pengembangan
Evaluasi Peta Konsep Untuk Mengukur
Struktur Kognitif Pada Pokok Bahasan
Pembiasan. Tesis diseminarkan pada
Seminar Nasional Fisika 2010. UNNES.

Anda mungkin juga menyukai